Topi k
5
A
Tujuanlnstruksionai Khusus:
Setelah menyelesaikan subtopik 5.1 ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan perbedaan antara aliran laminar dan turbulen dan faktor- faktor yang menentukan jenis aliran fluida didalam pipa, menjelaskan prin- sip dalam desain transportasi fluida dan parameter-parameter yang digu- nakan dalam proses transportasi fluida (seperti Bilangan Reynold), dan mendisain jenis aliran fluida untuk memecahkan soal-soal aplikasi tentang aliran fluida (kasus industri pangan).
V_____________________________s _______________________________ J
Pendahuluan Sifat aliran fluida penting dipahami ketika mendisain proses pengaliran bahan. Dalam proses pengolahan pangan, bahan atau produk cair akan diatirkan dari satu tahap proses ke tahap proses lain hingga ke tahap pengemasan. Disain dari transportasi fluida
bahan dari satu tempat ke tempat lain yang meiibatkan pompa, pipa, dan sambungan-sambungan pada pipa, akan sangat dipengaruhi oleh sifat aliran bahan, Sebagal contoh, daya pompa untuk mengalirkan bahan yang kental (misal saus) akan berbeda dengan daya pompa untuk bahan yang cair (misal susu). Memahami sifat aliran bahan juga sangat penting dalam mendisain proses panas untuk proses pasteurisasi atau sterilisasi produk cair dalam sistem sinarnbung (continue). Kecukupan proses panas untuk sterilisasi atau pasteurisasi produk cair dalam sistem sinarnbung akan sangat ditentukan oleh sebe- rapa lama bagian bahan yang paling cepat mengalir berada di holding tube (pipa dimana proses pasteurisasi/sterilisasi berlangsung). Dalam hai ini, sifat aiiran bahan akan memainkan peranan yang penting. Di dalam proses pengolahan pangan, bahan atau produk pangan cair umumnya ditransportasikan dari satu unit proses ke unit proses lain metalui pipa dengan bantuan pompa. Gambar 1 mengilustrasikan transportasi fluida dalam sistem pasteurisasi susu, dimana -bahan mengalir dalam berbagai bentuk dan ukuran pipa. Aliran di dalam pipa dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu aliran laminar dan aliran turbulen. Bagaimana jenis aiiran fluida yang terjadi didalam pipa, akan dipengaruhi oleh kecepatan rata-rata aliran bahan dalam pipa (V), diameter
dan densitas bahan (p). Keempat parameter tersebut dimasukkan ke dalam mode! matematika yang disebut dengan bilangan Reynolds Jika pada Topik 4 dipelajari bagaimana jenis dan sifat aliran fluida bahan pangan, maka dalam Sub-topik 5.1 ini akan dijelaskan tentang jenis dan sifat aliran fluida dalam pipa (aliran laminar dan turbulen).
Vwytj\jrn Coolinp moclla Heatino mcf
Milk
1C Homc^nnsf 2D*eeretof 7- Hiding fui>e 1 Flow controller Q Qoot*r pump A S*partor3 vacuum pump & Standsrclrtratksn unit
plant wlm
Jenis Pipa Dalam perhitungan transportasi fluida, dimensi pipa yang periu diketahui adalah diameter dan panjang pipa. Diameter pipa terdiri dari diameter luar (OD) dan diamater dalam (ID), tetapi yang digunakan dalam perhitungan transportasi
fluida adalah diamater pipa dalam (ID). Terdapat jenis pipa yang sering digunakan dalam transportasi fluida, yaitu sanitary pipe dan steel pipe. Ukuran pipa sering dinyatakan daiam ukuran nominal atau nominal size (dalam satuan inci) yang mempunyai nilai ekuivalen terhadap nilai OD dan ID. Tabel 1 menunjukkan ukuranukuran pipa dalam nominal size dan ekuivalensinya dengan OD dan ID (baik satuan in maupun rn). Sebagai contoh, bila dinyatakan dimensi pipa 1.0 innominal, berarti diameter dalam ipa (ID) adalah 1,049 in (0,02664 m) dan diameter luar (OD) 1,315 in (0,03340 m).
Tabel 1. Dimensi pipa untuk steel pipe dan sanitary pipe (Toledo, 1991) Nomina/ Steel pipe Sanitary pipe i size{ in)
0.5 0.75 i 1.5 2.0 ID in. (m1) 0.622(0.01579) 0.824 (0.02093) 1,049 (0,02664) 1,610 (0,04089) 2,067 (0,05250) OD in. (m) 0,840 (0,02134) 1,050 (0,02667) 1,315 (0,03340) 1,900 (0,04826) 2,375 (0,06033) ID in. (m)
-
OD in. (m) |
-
Steel pipe
ID in. (m) f OD in, (m) 2,469 (0,06271) 2,875 (0,07302) 3,068 (0,07793) 3,500 (0,08890) 4,026 (0,10226) | 4,500(0,11430)
Sanitary pipe
ID in. Cm) 2,370 (0,06019) 2,870 (0,07289) 3,834 (0,09739) OD in. Cm) 2,50 (0,0635) 3,0 (0,0762) 4/0 (0,1016)
Bilangan Reynolds dan Jenis Aiiran Aliran di dalam pipa dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu aiiran laminar dan aliran turbulen. Perbedaan antara kedua aliran tersebut diilustrasikan pada Gambar 2. r =
R,
Aliran Laminar
= 0
a-
r = 0,v=vmax
Aiiran Turbulen
ARAH ALfRAN
Gambar 2. A li r a n l a m i n a r d a n t u r b u l e n fl u i d a y a n g m e n g a li r d a l a m
p i p a Aliran laminar Aliran laminar terjadi pada suatu sistem fluida dimana partikei fluida berge- rak dalam pola lurus di sepanjang pipa, Kecepatan aliran fluida yang mengalir secara laminar akan berbeda-beda di dalam pip?, tergantung pada jarak cairan tersebut terhadap dinding pipa Mp
Kecepatan rata-rata fluida (V) di dalam pipa dihitung dengan persamaan 2. Kecepatan rata-rata dari suatu dalam pipa dapat juga dihitung dari debit aliran Q (volume bahan yang mengalir per satuan waktu) (persamaan 3) dibagi dengan iuasan pipa bagian dalam (A) (persamaan 4). (lihat Gambar 2). Kecepatan aliran fluida pada titik tertentu diukur dari dinding pipa dapat ditentukan dengan persamaan 1. Rumus tersebut diturunkan sebagaimana pad a viskometer tabung (lihat kembaJi Kegiatan Belajar 1 tentang penurunan rumus kecepatan aliran pada viskometer tabung).
( 1 )
(P\-P2)R2
U/i 8 Ljx
APR2
(3)
oLju
A tiR
Pola kecepatan fluida laminar di dalam pipa berbentuk parabola, dimana kecepatan maksimum aliran terjadi di pertengahan pipa dan yang paling lam bat di bagian dinding pipa (lihat Gambar 2). Kecepatan pada dinding pipa adalah minimum karena r=R, sehingga V=0, sedangkan kecepatan alir pada pertengahan pipa adalah maksimum karena r=0. Kecepatan maksimum aliran fluida yang mengalir secara laminar adalah (persamaan 5).
dimana: AP perbedaan tekanan antara titik awal dan titik akhir fluida bergerak (perbedaan tekanan antara PI dan P2 menyebabkan fluida mengalir, P1>P2), L - panjang pipa; ^i=viskositas fluida, R= jari-jari pipa. Untuk fluida yang bersifat Newtonian kecepatan maksimumnya adalah dua kati dari kecepatan rata-ratanya (persamaan 6), sedangkan yang bersifat non- Newtonian kecepatan maksimumnya tergantung pada indeks tingkah laku aliran (n) (persamaan 7). Cairan Newtonian dalam aliran laminar ; V^ = 2V Cairan non-Newtonian dalam aliran laminar : Kmv = max ( +1) v ' Aliran turbufen Aliran turbulen terjadi apabila fluida mengalir dalam pipa dengan gerakan acak dimana seolah terjadi proses pengadukan. Dengan demikian, kecepatan fluida yang mengalir secara turbulen lebih seragam (Gambar 2). Aliran turbulen umumnya terjadi pada fluida yang bersifat Newtonian. (6)
(7)
Bilangan Reynolds Jenis aliran fluida dipengaruhi oleh (a) kecepatan rata-rata aliran bahan dalam pipa (K); (b) diameter pipa bagian dalam (D); (c) jenis fluida (Newtonian atau non-Newtonian); dan (d) densitas bahan (p). Keempat parameter tersebut dimasukkan ke dalam mode) matematika yang disebut dengan bilangan Reynolds (persamaan 8). Bilangan Reynolds (Re) adalah bilangan yang tidak berdimensi dan digunakan untuk menentukan jenis aliran fluida di dalam pipa. Bila nilai Re < 2100, maka jenis alirannya laminar, sedangkan bila Re >4000 jenis alirannya adalah turbulen. Nilai 2100<Re<4000 merupakan nilai transisi antara aliran laminar dan turbulen.
( 8 )
d i m a n a : p = d e n si t a s b a h a n ( g /c m
3
a t a u k g / m 3) ; D = d ia m e
t e r p i p a b a g ia n d al a m ( c m a t a u m ), k e c e p a t a n r a t a r a t a fl u
i d a d i d al a m p i p a ( c m / d e ti k a t a u m / d e ti k ) d a n n = vi s k o si t a s
( P a ). S e p e rt i t e la h d ij e la s k a n p a d a T o p ik 4 , n il ai vi s k o si t a s fl u i
d a ( vi s k o si t a s a p p a r e n t) h a n y a t e t a p u n t u k c ai r a n y a n g b e r si
f a t N e w t o n ia n , s e d a n g k a n u n t u k c ai r a n y a n g b e r si f a t n o n N
e w t o n ia n n il ai n y a b e r u b a h (t e r g a n t u n g p a d a n il ai s h e a r st r e s s
d a n s h e a r r a t e p a d a s a a t p e n g u k u r a n ). D e n g a n d e m ik ia n , p e r
s a m a a n 8 d i a t a s h a n y a d a p a t d i g u n a k a n u n t u k c ai r a n y a n g
b e r si f a t N e w t o n ia n . U n t u k c ai r a n y a n g b e r si f a t n o n N e w t o n
r a n , n il ai vi s k o si t a s ti d a k d a p a t d i g u n a k a n . O l e h k a r e n a it u ,
p e r s a m a a n R e y n o l d s N u m b e r d a p a t d i m o d if ik a si d e n g a n m e n g
g a n ti n il ai vi s k o si t a s d e n g a n n il ai i n d e k s ti n g k a h la k u al ir a n ( n )
d a n k o e fi si e n k e k e n t al a n ( K ) ( p e r s a m a a n 9 ). M o d e l R e y n o l d s
y a n g d i m o d if ik a si i n i d is e b u t G e n e r al iz e d R e y n ol d s N u m b e r ( R e
c e) .
8( F) "" ( R )" p n
C o nt o h 1: T e nt u k a n bi la n g a n R e y n ol d s d a n fl ui d a
(9 )
N e w to ni a n y a n g di p o m p a d e n g a n d e bi t al ir a n 1 0 0 L/ m e ni t c ai ra n y a n g
m e m p u n y ai d e n si ta s 1. 0 2 g/ c m
3
d a n vi s k o si ta s 1 0 0 c P ? C ai ra n m e n g al ir
m el al ui pi p a tu ru s b er u k ur a n 1. 5in (n o m in al ) s a ni ta ry pi p e d e n g a n p a nj a n g 5
0 m . Ja w a b: D ar i T a b el 1, u nt u k 1. 5in (n o m in al ), m a k a
D ~
1, 4 0 2
in
_ 0, 0 3 5 6
Topik 5. Transportasi Fluida1
m in
V =
_ 0, 0 0 1 6 7
m s
CP
_ pW _ (0,0356)(1.677)(1020) _
6Q9 (|m||na0
0,1
Daftar Pustaka Canovas,G.V.B., Ma,L. Dan Barletta,B. 1997. Food Engineering Laboratory Manual. Technomic Publishing Co., Inc. Lancaster. Daubert,C.R., and Foegeding,E.A. 2003. Rheologicat principles
for food analysis. Ch. 30 in Food Analysis, 3rd ed. S.S. Nielsen (Ed.), Kluwer Academic, New York. Hariyadj,P.f Purnomo/E.H., Umaryadi,M.E.W. dan Adawiyah,D.R. 1999. Latihan Soal PrinsipTeknik Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, IPB. Muller, H.G. 1973. An Introduction to Food Rheofogy. William Heinemann Ltd, London. Peleg, M. And Bagley, E.B. 1983. Physical Properties of Foods. AVI Publishing Company,Inc, Wetsport, Connecticut. Sharma,S.K., Mulvaney,SJ. dan Rizvi,S.S.H. 2000, Food Process Engineering: Theory and Laboratory Experiments. WileyInterscience, New York. Singh,R.P. and Heldman,D.R. 2001. Introduction to Engineering. 3rd ed, Academic Press, San Diego, CA. Food
Toledo,R.T. 1991. Fundamentals of Food Process Engineering. Van Nostrand Reinhold, New York. Wirakartakusumah,M.A., Hermanianto,D., dan Andarwu!an,N. 1989. Prinsip Teknik Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB,
dan E.
Setelah menyelesaikan sub-topik 5.2 ini, mahasiswa diharapkan menjetas- kan prinsfp dalam desain transportasi fluida dan parameter-parameter yang digunakan datam proses transportasi fluida (seperti Bilangan Reynold) serta mampu menghitung keperluan/ukuran pompa yang diperlukan untuk transportasi fluida.
J
Pendahuluan Pada sub-topik 5.2 ini akan dijelaskan konsep-konsep perhitungan daiam transportasi fluida didalam sistim perpipaan, Aliran bahan melalui pipa dipenga- ruhi oleh banyak faktor, baik dari bahan sendiri, desain pipa maupun daya pompa. Faktor bahan yang akan mempengaruhi adaiah sifat alir bahan (bersifat Newtonian atau non-Newtonian), dan densitas bahan, Karakteristik fluida yang berpengaruh adaiah nilai viskositas (bila bahan bersifat Newtonian) atau nilai indeks tingkah iaku aiiran (n) dan koefisien kekentalan (K) (jika fluida non-Newtonian sehingga tidak'memiliki nilai viskositas yang konstan). Sedangkan faktor pipa yang akan mempengaruhi adaiah jenis pipa (diameter dalam pipa dan keka-
saran/kehalusan permukaan pipa bagian dalam), ketinggian pipa dari permukaan tanah, dan gesekan permukaan pipa dengan fluida akibat kekasaran pipa, ada- nya penyempitan (kontraksi), pengembangan (pelebaran), dan sambungan (fitting). Faktor pompa berarti berapa daya pompa yang diberikan yang akan mempengaruhi laju aliran bahan di dalam pipa. Dalam mendesain pemompaan bahan cair dalam pipa, faktorfaktor tersebut harus dipertimbangkan. Untuk itu dikembangkan model-model matematika dengan memasukkan parameterparameter tersebut. Model persamaan Bernoulli .dapat digunakan untuk menghitung kesetimbangan energi suatu aliran fluida di dalam pipa, dimana total energi selama proses transportasi fluida adaiah sama. Energi yang terlibat dalam transportasi fluida di dalam pipa adaiah energi potensial (oleh adanya perbedaan tekanan atau ketinggian), energi kinetik, kerja dan energi karena resistensi (hambatan) oleh gesekan antara fluida dengan permukaan pipa.
Dalam sub-topik 5.2 ini akan dibahas desain transportasi fluida dengan memperhatikan faktor-faktor yang disebutkan di atas. Untuk memahami materi yang dibahas, dalam topik ini diberikan beberapa contoh perhitungan penerapan model-model matematika. Untuk lebih memahami materi ini, Anda disarankan untuk mempelajari juga materi mekanika fluida dalam mata kuliah Fisika Dasar, Prinsip Dasar Transportasi Fluida Perhitungan transportasi fluida didasarkan pada prinsip kesetimbangan massa dan kesetimbangan energi. Hal ini berarti selama proses transportasi fluida tidak ada massa dan energi yang hilang. Kesetimbangan massa Fluida mengalir apabila terdapat perbedaan tekanan antara PI dan P2 (AP) dan fluida mengalir dalam pipa dari yang memiliki luasan A1 ke A2 (Gambar 1). Sesuai dengan prinsip kesetimbangan massa, maka aliran fluida tidak menyebabkan adanya kehilangan massa. Dengan demikian, volume fluida yang mele- wati luasan A1 akan sama dengan yang melewati luasan A2, Dengan kata lain, debit aliran fluida yang melewati pipa adaiah konstan, yang dapat dihitung dari kecepatan aliran (V) dengan luasan pipa (A) (persamaan 1). Q=V1A1 = V2 A2 (1)
Gambar 1. Prinsip aliran fluida Kesetimbangan energi (Hukum Bernoulli') Kesetimbangan energi untuk aliran fluida mengikuti persamaan Bernoulli, dimana total energi selama proses transportasi fluida adaiah sama. Energi yang terlibat dalam transportasi fluida. adaiah energi potensial (karena perbedaan tekanan atau ketinggian), energi kinetik, kerja dan energi karena resistensi (hambatan) oleh gesekan. Rumus awal untuk masing-masing energi dan dengan meggunakan basis 1 kg {Tabel 1). Tabel 1. Energi yang terlibat dalam transportasi fluida di dalam pipa Energi Unit Rumus Formula Dasar (basis 1 kg) Energi karena perbedaan ^MTP/PT P/P J/kg 1 tekanan Enerqi karena perbedaan mgh gh J/kg ketingqian Enerqi kinetic (1/2) mv2 (1/2) V2 J/kg Work (input pompa) W W J/kg Resistensi Gesekan (m APf)/ APf/ p = Ef J/kg p
Secara umum, persamaan Bernoulli dinyatakan persamaan 2 (dinyatakan dalam satuan J/kg). Persamaan di sebelah kiri menunjukkan total energi pada titik awal fluida bergerak, sedang persamaan di sebelah
kanan menunjukkan total energi pada titik akhir fluida bergerak. P AP( V2 P V2
+++
(2) p 2 p 2 p
APf/p adaiah faktor hambatan (frictional resistancej yang disebabkan oleh adanya gesekan antara fluida dengan pipa. Gesekan antara fluida dapat terjadi karena kekasaran pipa, adanya belokan, atau sambungan. Dengan demikian APf/p adaiah nilai total hambatan yang disebabkan oieh faktor-faktor hambatan tersebut. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pipa dibahas berikut ini. Hambatan Dalam Aliran Fluida Hambatan karena gesekan pada pipa lurus Struktur permukaan pipa lurus bagian dalam akan mempengaruhi aliran dari fluida, sehingga memberikan nilai hambatan. Kekasaran pipa dapat berma- cam-macam (Gambar 2). Untuk menggambarkan kekasaran pipa, maka didefinisikan kekasaran relatif, yaitu rasio antara kekasaran permukaan pipa bagian dalam (k) dengan diameter pipa (D). Pipa kasar memiliki nilai k/D>0, sedangkan pipa halus memiliki nilai k/D=Q. Gesekan melalui pipa lurus juga dipengaruhi oleh sifat fluida (Newtonian atau non-Newtonian) dan jenis aliran fluida (laminar atau turbulen). Secara umum, gesekan pada permukaan dinyatakan dengan persamaan 3 (disebut juga persamaan Fanning). A P
_ 2 / ( V )
2
L p D Nilai /adaiah fanning friction factoring nilainya ditentukan oleh kekasaran pipa, karakteristik fluida dan jenis aliran sebagai berikut:
A. C A A IR N
NE T N N W O IA NE T N N W O IA
M N A IR E GL LM A A IN R
/N N O
YN A G SCR EAA
(R E<
N A IL I F T A ID K OE LH
20) 1 0,
D E GRH IP N A U I KKS RN EAAA D A A IM N
NE T N N W O IA
8 ,
UT K NU PRA AN E S MA
-N E T N N W O IA
LG A I TPS YE
(LIH T A 5 ) .1 .
9 S U -U IT B N
O F
R U HES O G NS
<c>
T
T
& ?
Gambar 2. Jenis kekas aran pada perm ukaan pipa sebel ah dalam b.Cairan Newtonian/non-
Newtonian yang mengalir secara transisi/turbulen (Re>2100), maka harus memperhatikan kekasaran pipa. Untuk permukaan pipa yang halus (k/D=0), nilai /ditentukan oleh bilangan Reyno!dsnya sebagai berikut: Bila 3xlQ3< Re <104 : f= 0.193 (Re)'035 (4) Bila 104< Re <106 ; 20 f= 0.048 (Re)-0 (5) c.Untuk cairan Newtonian/nonNewtonian yang mengalir secara transisi/ turbulen pada pipa dengan permukaan kasar (k/D>0), maka nilai f ditentukan dengan menggunakan diagram Moody (Gambar 3 untuk cairan Newtonian dan Gambar 4 untuk non-Newtonian). Bilangan Reynolds diplot pada sumbu x, sedangkan fractional factor (f) pada sumbu y (sebelah kiri). Pada sumbu y sebelah kanan terdapat nilai
kekasaran relatif (relative roughness) (k/D). Untuk memperoleh nilai f, tentukan nilai Re pada sumbu x, lalu tarik garis vertikal sehingga rtiemotong garis k/D (untuk Newtonian) atau n' (untuk nonNewtonian) yang bersesuaian. Nilai f ditarik dari garis horisontal dari titi perpotongan tersebut sehingga memotong garis pada sumbu y. Contoh 1: Susu dengan viskositas 2 cP dan densitas 1.01 g/cm3 dipompa melalui pipa sanitari lurus berukuran 1-in (nominal) dan panjang 1 feet dengan debit aliran 3 gal/menit. Hitunglah pressure drop (AP) dari sistem pemompaan tersebut! Jawab: Dari Tabel 1 (sub unit 5.1), 1-in (nominal),maka ID = 0,02291 m L = 1 ft(0.3048)
m/ft = 0.3048 m.
r. 7. ,. 8aJ 0.0037854] ot3 1 menit j, Debit aliran (Q) = 3. -. . = 0.00018927 m is menit gal
60 5
Gambar 3. Fanning frictional factor (/) untuk cairan Newtonia n (Diagram Moody)
Gambar 4. Fanning frictional factor (j) untuk cairan nonNewtonian (Diagram Moody) V=- 0.00018927 . -- = 0,459 mIs
A (0,02291) m s%
0,001 Pa^ cP
paJ
p = 101
= kg/m2
p 0,002
531Q
Re>2100/ maka alirannya bersifat turbulen. Untuk menghitung AP, perlu diketahui nilai f, dimana digunakan persamaan 4 (karena Re<104), Pipa sanitari dianggap halus (tanpa hambatan). f= 0,193 (Re)'035 = 0,193(5310)~'35= 0,0095 Nilai AP dihitung dengan persamaan 3: ^=
2
f V
2
L p
=
2 ( 0 , 0 0 9 5 ) ( 0 , 4 5 9
Topik 5. Transportasi Fluida
)
2
( 0 , 3 0 4 8 X 1 0 1 0 ) _
g 3 ?? p a
D 0 , 0 2 2 9 1
Contoh 2: Saus tomat dipompa melalui sanitary pipe berdimensi 1-in (nominal) dengan flow rate 5 gal/menit. Hitungtah pressure
drop (AP) per meter panjang pipa! Saus tomat memiliki indeks tingkah laku aliran (n) 0.45, koefisien kekentalan (K) 125 dynesecn/cm2 dan densitas 1,13 g/cm3. Jawab: Karena fluida bersifat non-Newtonian pseudoplastik, maka gunakan persamaan 9 (pada sub topik 5.1) untuk menghitung Reynold number. Langkah pertama adaiah mengkonversi data yang ada ke satuan SI. Dari Tabei 1 (sub topik 5.1), D-0.02291 m; R=0.01146 m n = 0,45 (tanpa dimensi)
is menit gal
W^RTj,
30,39 (laminar)
0,45
3 + l K
0,45
3(0^452+1
12. ,5
Untuk aliran laminar, AP dihitung dengan menggunakan persamaan 3.30, dimana f=16/Re. AP =
= 30,41
kPa/m
pa
( 6 )
kf = 0.75
,untuk]
IaJ
(
kf=\QA 1.25 > 0.715 , untu k
vA y
< 0.715
( (7 ) 8 )
Hambatan karena ekspansi/pengembanga n Hambatan yang disebabkan oleh ekspansi atau pengembangan disebabkan cairan melewati pipa dengan ukuran diameter kecil ke yang besar (Gambar 6). Gesekan akibat kontraksi/penyempitan dihitung dengan persamaan 9. (9) FLOW at SUDDEN ENLARGEMENT Of CROSS SECTION
or f/ow Gambar 6. Aliran fluida melalui pelebaran pipa Hambatan karena sambungan (fittings) Hambatan yang disebabkan oleh sambungan (fittings) disebabkan cairan melewati sambungan pipa, baik berupa elbow (siku 45 atau 90), katup (valve), dsb (Gambar 7). Gesekan akibat fitting dihitung
(1 0)
Dalam persamaan 10, nilai k? tergantung pada jenis sambungan. Untuk sambungan siku 90 (kf = 0.75), belokan 180 (kf = 1.5), gate valve terbuka (kf = 0.17), dan globe valve terbuka open (k, = 6.0). Untuk sambungan, dikenal juga nilai equivalent of fitting (L'/D), yaitu panjang dari fitting dibandingkan dengan pipa lurus (Tabel 2). Contoh 3; L'/D untuk 90 elbow = 35 digunakan untuk menyambung sanitary pipe dengan ukuran nominal 2 inci. Apa artinya?
Gambar 7.Jenis-jenis sambungan pipa Tabel 2, Nilai equivalent of fitting terhadap dimensi pipa Fitting
290 negligible [Dimensi L/D 90 Elbow, std 45 Elbow, std Tee (sebagai coupling) Tee (sebagai elbow) Gate valve, terbuka penuh Globe valve, terbuka penuh Coupling dan union
Toledo, 1991
Jawab: L'/D = 35 L' = 35 D D??? Dikarenakan sanitary tube 2 inci nominal maka ID 1.870 in, OD 2.000 in sehingga nilai L' = 35 (1.87) = 65.45 inci. Jadi 1
sambungan (90 elbow) memberikan tahanan sama besarnya dengan (Sanitary tube 2 inci) dengan panjang 65.45 in. Contoh 4:
Puree buah mempunyai kandungan padatan 11,9% dlpompakan melalui pipa sanitari berdimensi 1-in (nominal) dengan debit aliran 50 gal/menit. Hitunglah pressure drop (AP) per meter pipa. Diketahui pure buah mempunyai tndeks tingkah laku aliran 0,35 dan koefisien kekentatan 72 dyne.sVcm*.
Karena puree buah bersifat non-Newtonian pseudoplastik, maka gunakan persamaan # untuk menghitung Reynold number. Langkah pertama adalah mengkonversi data yang ada ke satuan SI
menit
gal
60 5
= 0.0031545 m' is
= 8618 (turbulen) Untuk aliran turbulen, perlu diketabui ni!ai f yang dapat dihitung dengan persamaan 4. 0, 1 9 3( R e) '3
5
= 0, 1 9 3( 8 6 1
8) "0
35
= 44,251
kPaim
elbow). Kecap mempunyai densitas 1130 3, kg/m consistency index (K) 10.5 Pa.sn dan flow behavior index (n) 0.45. Jika debit aliran (flow rate) adaiah 40 L/min, tentukan berapa tekanan di bagian pompa untuk dapat menghasilkan debit aliran tersebut. Diketahui tekanan atmosfir = 101 kPa.
xz
10m h2 = 0
Q = 40 L/min _ P2? * tf^ 8m Jawab: Konversi data: Debit afiran (Q) = 40 L/min. 0.001 m3/L. 1 min/60 sec = 0.0006666 m3/s Diameter pipa (D): 2.5 in sanitary pipe Dari Tabel 1 (sub topik 5.1) maka: D = 0.06019 atau R = 0.03009 m Maka luas (A) = ^(0.03009)2 = 0.002845 m2 Vacuum = 49 kPa, maka: PI = tekanan atmosfir - tekanan vakum = 101 - 49 = 52 kPa Maka, V = -J = 0.0006666/0.002845 = 0.2443 m/s BggWP ^ 8(0,2443)^ (0,03009)^(1130) ^
0,45
(|aminar)
3n + l
K 3(0,45)+! 04510
,5
L = panjang pipa + panjang ekuivalen untuk fitting (L7), dimana untuk 1 buah 90' elbow L'/D=35 L = 8 + 0.06019(35) = 8 + 2.1 = 10.1 m Karena aliran bersifat laminar, .maka menggunakan persamaan 3:
= 16/Re. Dengan
pD
0,06019
AP,
P V P
Ringkasan
i'llif1
33
1130
previa pelppan ^riuiaa,. terda|pt faktor irgfkarenilpistens ss pip ngkan, yalp gesekan'^esjg^F?eR pipa n a, t^ lurus, kontraksi dan|iengembangaFfe / .m hambatan pipa tersebut dinyatakan mdengan: rlpipa
1130 P2 =
AP.
125.4kPa
- . ; i;-- --
KCP
Daftar Pustaka Canovas,G.V.B., Ma,L. Dan Barletta.B. 1997. Food Engineering Laboratory Manual. Technomic Publishing Co., Inc. Lancaster. Daubert,C.R., and Foegeding,E.A. 2003. Rheologicai principles for food analysis. Ch. 30 in Food Analysis, 3rd ed. S.S. Nielsen (Ed.), Kluwer Academic, New York. Hariyadi,P., Pumomo,E.H., Umaryadi,M.E.W. dan Adawiyah,D.R, 1999. Latihan Soal Prinsip Teknik Pangan. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, IPB. Muller, H.G. 1973. An Introduction to Food Rheology. William Heinemann Ltd, London. Peleg, M. And Bagley, E.B. 1983. Physical Properties of Foods. AVI Publishing Company,Inc, Wetsport, Connecticut.
Sharma,S.K., Mulvaney,SJ. dan Rizvi,S.S.H. 2000. Food Process Engineering: Theory and Laboratory Experiments. WileyInterscience, New York. Sing^R.P. and Heldman,D.R. 2001. Introduction to Food Engineering. 3rd ed, Academic Press, San Diego, CA.
Toledo,R.T. 1991. Fundamentals of Food Process Engineering. Van Nostrand Reinhold, New York. Wi'rakartakusumah,M.A., Hermanianto,D., dan Andaryvulan,N. 1989. Prinsip Teknik Pangan. PAL) Pangan dan Gizi, IPB.