Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS SENSORI

ACARA I
SELEKSI PANELIS MENGGUNAKAN UJI SEGITIGA

Disusun Oleh :

Kelompok 05

Agata Febiola D. E. M. H0917002


As-salamah K. Syifa H0917022
Dhisya Citra Gea H0917028
Haris Abdul Majid H0917038
Nausika Estetia P. J. H0917057
Nurul Fauzi H0917063
Oktifridaayanti Siwi P. H0917065
Melati Sumbawati H0917090

ILMU TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2019
ACARA I
SELEKSI PANELIS MENGGUNAKAN UJI SEGITIGA

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara I Seleksi Panelis Menggunakan Uji
Segitiga adalah :
1. Mahasiswa memahami cara menjadi seorang panelis.
2. Mahasiswa mampu melakukan seleksi panelis menggunakan uji segitiga.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Uji segitiga adalah salah satu metode sensori yang penting dan dapat
digunakan untuk evaluasi kualitas produk pabrik. Uji segitiga biasa
digunakan untuk uji pembedaan. Prinsip dari uji segitiga adalah panelis
diberi 3 produk dimana 2 produk merupakan produk yang sama dan 1 yang
lain adalah produk yang berbeda. Panelis diminta untuk menentukan produk
mana yang dinilai berbeda (Xu et al., 2014). Uji segitiga dipilih untuk
menunjukkan perbedaan antar sampel namun tidak menunjukkan perbedaan
karakteristik yang spesifik. Untuk panelis terlatih, uji segitiga lebih baik
dalam mendeteksi perbedaan yang kecil antar sampel dibanding dengan uji
ranking. Panelis dapat mencicipi ulang sampel selama pengujian. Uji
segitiga dipilih karena memungkinkan seseorang untuk membedakan antara
sampel tanpa harus menentukan karakteristik indrawi yang berbeda.
(Radovich, 2004).
Menurut Kusuma dkk. (2017), perbedaan uji segitiga dengan uji duo-
trio adalah pada ada tidaknya sampel baku sebagai pembanding. Uji
segitiga (triangle test) adalah uji pembeda yang disajikan tanpa
menggunakan pembanding dan digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan yang kecil. Pada uji segitiga, panelis diminta untuk menentukan
sampel mana yang berbeda dari ketiga sampel yang disajikan. Sedangkan
dalam melakukan uji duo-trio dibutuhkan tiga sampel berupa dua sampel
yang sama (salah satunya adalah sampel baku) dan satu sampel yang
berbeda. Ketiga sampel tersebut disajikan secara bersamaan. Pada uji ini,
panelis diminta untuk memilih sampel yang sama dengan sampel baku
(Tarwendah, 2017).
Roti merupakan salah satu pangan olahan yang terbentuk dari
fermentasi terigu dengan menggunakan ragi (Saccharomyces cerevisiae)
atau bahan pengembang lainnya kemudian di panggang. Roti khususnya
roti tawar merupakan salah satu pangan olahan dari terigu yang banyak
dikonsumsi oleh masyarakat luas. Roti tawar merupakan salah satu jenis
roti sponge yang sebagian besar tersusun dari gelembung-gelembung gas.
Harga yang relatif murah, menyebabkan roti tawar mudah dijangkau oleh
seluruh lapisan msyarakat baik dari lapisan bawah, menengah hingga atas.
Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya industri roti baik
dalam skala rumah tangga maupun indutri menengah (Pusuma dkk, 2018).
Roti tawar merupakan salah satu produk pangan yang cukup populer di
dunia. Roti memiliki beberapa manfaat diantaranya bergizi,
mengenyangkan dan keudahan dalam preparasi dan kosnsumsi (Mustika
dkk, 2015).

Menurut Ayustaningwarno (2014), dalam penilaian organoleptik


dikenal lima macam panel, yaitu panel perseorangan, panel perseorangan
terbatas, panel terlatih, panel tidak terlatih dan panel konsumen. Perbedaan
kelima panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam melakukan penilaian
organoleptik.
1. Panel Perseorangan (Individual Expert)
Panel ini tergolong dalam panel tradisional atau panel kelompok seni
(belum memakai metode baku). Panel perseorangan adalah orang yang
sangat ahli dengan kepekaan spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh
karena bakat atau latihan-latihan yang sangat intensif. Panel perseorangan
sangat mengenal sifat, peranan dan cara pengolahan bahan yang akan
dinilai dan menguasai metode-metode analisis organoleptik dengan sangat
baik. Keuntungan menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi, bias
dapat dihindari, penilaian efisien dan tidak cepat fatik. Panel perseorangan
biasanya digunakan untuk mendeteksi jangan yang tidak terlalu banyak dan
mengenali penyebabnya. Keputusan sepenuhnya ada pada seorang.
2. Panel Perseorangan Terbatas (Small Expert Panel)
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
sehingga bisa lebih di hindari. Panelis ini mengenal dengan baik faktor-
faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara pengolahan dan
pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan diambil berdiskusi
diantara anggota-anggotanya. Panel Perseorangan terbatas mempunyai
tanggung jawab sebagai penguji, mengetahui prosedur kerja, dan membuat
kesimpulan dari hal yang dinilai.
3. Panel Terlatih (Trained Panel)
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan
cukup baik. Untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan seleksi dan
latihan-latihan. Seleksi pada panelis terlatih umumnya mencakup hal
kemampuan untuk membedakan citarasa dan aroma dasar, ambang
pembedaan, kemampuan membedakan derajat konsentrasi, daya ingat
terhadap citarasa dan aroma. Panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan
sehingga tidak terlampau spesifik. Keputusan diambil setelah data
dianalisis secara bersama.
4. Panel Tidak Terlatih
Panel tidak terlatih terdiri dari >24 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel
tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai alat organoleptik yang sederhana
seperti sifat kesukaan, untuk itu panel tidak terlatih biasanya dari orang
dewasa dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis wanita.
5. Panel Konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung
pada target pemasaran komoditi. Panel konsumen dipilih secara acak dari
total potensi konsumen di suatu daerah pemasaran. Panel ini mempunyai
sifat yang sangat umum dan dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau
kelompok tertentu. Panel konsumen umumnya ditangani oleh konsultan
ahli pemasaran karena telah mengetahui perilaku konsumen dan fenomena
pasar.
Sebelum melakukan uji segitiga, dilakukan seleksi panelis terlebih
dahulu. Seleksi panelis bertujuan untuk memilih calon panelis yang akan
dilatih lebih lanjut untuk menjadi panelis dalam pengujian. Seleksi
dilakukan melalui uji segitiga terhadap rasa dan aroma, juga wawancara
untuk mengetahui kesungguhan, rasa percaya diri, dan keluangan waktu
calon panelis. Calon panelis dinyatakan lulus apabila mampu menjawab
dengan benar ≥80% untuk atribut rasa dan ≥ 60% untuk atribut aroma.
Tahapan selanjutnya adalah pelatihan panelis yang bertujuan untuk
meningkatkan pengenalan dan kepekaan panelis terhadap atribut rasa dan
aroma. Tahapan pelatihan panelis terdiri dari pengenalan bahasa flavor
untuk mengenalkan panelis terhadap suatu aroma yang kemungkinan
terdapat pada sampel nasi, pengenalan skala melalui uji rangking, dan
latihan pengujian awal. Pelatihan dilakukan dua kali dalam seminggu dan
dilakukan secara berulang-ulang sampai kemampuan panelis cukup
konstan, yaitu sekitar 6 minggu atau 40-120 jam. Tahap pelatihan panelis
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Focus Group Discussion (FGD)
yang bertujuan untuk mendiskusikan jenis aroma dan rasa yang
kemungkinan terdapat pada sampel nasi, sehingga terdapat keseragaman
deskripsi diantara panelis mengenai deskripsi masing-masing aroma. Proses
FGD dipandu oleh seorang panel leader dan hasil dari tahapan ini akan
digunakan pada tahapan pengujian selanjutnya. Setelah diperoleh hasil
mengenai jenis aroma dan rasa yang akan digunakan sebagai atribut, maka
selanjutnya dilakukan penentuan nilai acuan standar aroma dan rasa yang
bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi standar aroma dan rasa yang
akan diujikan pada pengujian. Pada tahapan ini panelis diminta untuk
menentukan intensitas terhadap suatu aroma dan rasa dari larutan yang
telah diketahui konsentrasinya. Setelah seleksi panelis, panelis yang lolos
diminta untuk menebak satu sampel yang berbeda diantara tiga sampel
yang diujikan. Kemudian dihitung jawaban benar panelis dalam memilih
sampel yang berbeda tersebut. (Rakhmi dkk, 2013).
Dalam uji segitiga terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pengujian. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengujian
antara lain keseragaman sampel sangat penting, seperti ukuran atau bentuk.
Sifat contoh yang tidak sama dimiliki dari ketiga contoh tersebut dibuat
sama (Soekarto, 1985 dalam Tarwendah, 2017). Faktor lain yaitu posisi
bias yang merupakan akibat dari kecilnya perbedaan antar sampel sehingga
panelis cenderung memilih sampel yang ditengah sebagai sampel paling
berbeda. Juga waktu penyiapan sampel harus diperhatikan agar tidak
terdapat penyimpangan saat dilakukan uji. (Tarwendah, 2017).

III. METODOLOGI
1. Alat
a. Bolpoin
b. Borang
c. Label
d. Nampan
e. Piring kertas
f. Pisau
g. Sloki
h. Talenan
2. Bahan
a. Air minum
b. Roti tawar merk Azka
c. Roti tawar merk Casino

3. Cara Kerja
a. Penyaji

Persiapan 4 piring kertas tiap panelis untuk 4 seri


pengujian
Roti tawar
Pemotongan bentuk persegi dengan pisau
.

2 roti tawar Peletakkan sampel yang dipotong persegi dengan


Azka, 1 roti
pisau pada setiap piring
tawar Casino

Pemberian kode (3 angka) yang berbeda pada setiap


piringnya

Pencatatan kode pada sampel roti tawar yang


berbeda dengan dua sampel lainnya

Penyajian 4 seri pengujian kepada panelis dengan


penyediaan air mineral untuk pencuci mulut dan
penetral antar smpel
.

Pentabulasian data setiap panelis dan penghitungan


persentase respon benar. Panelis dengan persentase
benar ≥ 60% merupakan panelis yang lolos.

Gambar 1.1 Diagram Alir Penyajian Sampel oleh Penguji


b. Panelis

Penulisan dalam borang penilaian yaitu nama, tanggal pengujian,


dan tanda tangan.

Pembacaan instruksi yang ada dalam borang penilaian dengan


teliti kemudian memeriksa kelengkapan sampel yang telah
disajikan. Jika belum lengkap, meminta pada tim penyaji untuk
dilengkapi.

Pengujian sampel mulai sesuai intruksi yang ada dalam borang


penilaian. Penulisan hasil penilaian pada kolom yang tersedia.

Apabila pengujian telah selesai, pemeriksaan kembali apakah


hasil pengujian sudah ditulis seluruhnya.
Bila sudah lengkap, pengisian kolom komentar.

Penyerahan borang penilaian yang sudah diisi kepada tim penyaji.

Gambar 1.2 Diagram Alir Langkah Kerja Panelis


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1.1 Data Hasil Uji Segitiga
Panelis Respon Respon Respon Respon Prosentase
sesi uji sesi uji sesi uji sesi uji benar
1 2 3 4
Syifa 25% 25% 25% 0% 75%
Okti 25% 25% 25% 25% 100%
Gea 25% 25% 0% 25% 75%
Nudhil 25% 25% 25% 25% 100%
Anya 25% 25% 25% 0% 75%
Andrea 25% 25% 0% 0% 50%
David 25% 0% 25% 25% 75%
Izkar 25% 0% 25% 0% 50%
Fakhri 0% 25% 25% 25% 75%
Agra 0% 0% 25% 0% 25%
Hilmi 0% 0% 25% 25% 50%
Haris 0% 0% 25% 25% 50%
Dayu 0% 0% 0% 25% 25%
Aisyah 25% 0% 25% 25% 75%
Arina 25% 0% 25% 25% 75%
Hida 0% 0% 0% 25% 25%
Dinda 25% 0% 0% 0% 25%
Nufa 25% 0% 0% 0% 25%
Ziyya 25% 0% 0% 25% 50%
Tyas 0% 25% 0% 0% 25%
Aldila 0% 0% 25% 0% 25%
Nisa 25% 25% 0% 0% 50%
Tia 25% 0% 25% 0% 50%
Indira 0% 25% 25% 25% 75%
Ceca 25% 25% 25% 0% 75%
Rafika 25% 25% 0% 0% 50%
Nanda 25% 0% 25% 25% 75%
Ichak 25% 25% 25% 25% 100%
Jatfitri 25% 0% 25% 0% 50%
Devina 25% 0% 0% 0% 25%
Anita 25% 0% 25% 25% 75%
Rika 25% 0% 25% 25% 75%
Paras 0% 25% 25% 0% 50%
Gema 25% 25% 0% 0% 50%
Marlin 25% 25% 25% 25% 100%
Nanda Ayu 25% 0% 0% 0% 25%
Nisya 0% 25% 0% 0% 25%
Triyani 25% 25% 0% 25% 75%
Salsabila 25% 0% 0% 25% 50%
Neva 0% 0% 25% 0% 25%
Mae 25% 25% 0% 0% 50%
Shania 25% 25% 25% 25% 100%
Acha 25% 0% 25% 0% 50%
Okta 25% 25% 25% 25% 75%
Rini 0% 0% 25% 0% 25%
Indhra 25% 25% 0% 0% 50%
Cindy 0% 25% 25% 25% 75%
Ihsanny 0% 25% 25% 25% 75%
Puput 25% 25% 25% 25% 100%
Mega 25% 25% 25% 25% 100%
Frans 25% 25% 25% 25% 100%
Elinda 0% 25% 25% 25% 75%
Sumber : Laporan Sementara

Tabel 1.2 Hasil Pengolahan Data Hasil Uji Segitiga


Panelis Prosentase benar Lulus seleksi/Tidak Lulus
Syifa 75% LULUS
Okti 100% LULUS
Gea 75% LULUS
Nudhil 100% LULUS
Anya 75% LULUS
Andrea 50% TIDAK LULUS
David 75% LULUS
Izkar 50% TIDAK LULUS
Fakhri 75% LULUS
Agra 25% TIDAK LULUS
Hilmi 50% TIDAK LULUS
Haris 50% TIDAK LULUS
Dayu 25% TIDAK LULUS
Aisyah 75% LULUS
Arina 75% LULUS
Hida 25% TIDAK LULUS
Dinda 25% TIDAK LULUS
Nufa 25% TIDAK LULUS
Ziyya 50% TIDAK LULUS
Tyas 25% TIDAK LULUS
Aldila 25% TIDAK LULUS
Nisa 50% TIDAK LULUS
Tia 50% TIDAK LULUS
Indira 75% LULUS
Ceca 75% LULUS
Rafika 50% TIDAK LULUS
Nanda 75% LULUS
Ichak 100% LULUS
Jatfitri 50% TIDAK LULUS
Devina 25% TIDAK LULUS
Anita 75% LULUS
Rika 75% LULUS
Paras 50% TIDAK LULUS
Gema 50% TIDAK LULUS
Marlin 100% LULUS
Nanda Ayu 25% TIDAK LULUS
Nisya 25% TIDAK LULUS
Triyani 75% LULUS
Salsabila 50% TIDAK LULUS
Neva 25% TIDAK LULUS
Mae 50% TIDAK LULUS
Shania 100% LULUS
Acha 50% TIDAK LULUS
Okta 75% LULUS
Rini 25% TIDAK LULUS
Indhra 50% TIDAK LULUS
Cindy 75% LULUS
Ihsanny 75% LULUS
Puput 100% LULUS
Mega 100% LULUS
Frans 100% LULUS
Elinda 75% LULUS
Sumber : Laporan Sementara
Prosedur uji segitiga sesuai dengan praktikum yaitu terbagi menjadi 2
yaitu yang dilakukan panel leader dan panelis. Yang dilakukan oleh panel
leader pertama-tama yaitu persiapan 4 piring kertas untuk tiap panelisnya
untuk 4 seri. Setelah itu dilakukan pemotongan roti tawar hingga berbentuk
persegi menggunakan pisau. Pada tiap piring disajikan 2 sampel roti merek
Azka dan 1 sampel roti merek Casino yang diberikan kode berbeda yang
terdiri dari 3 digit. Kemudian dicatat kode yang mewakili sampel yang
berbeda dengan dua sampel lainnya. Selanjutnya dilakukan penyajian 4 seri
pengujian kepada panelis dengan memberikan mineral sebagai pencuci
mulut dan penetral antar sampel. Setelah dilakukan pengujian, dibuat
tabulasi data setiap panelis dan penghitungan persentase respon benar.
Panelis yang lolos ialah yang memiliki persentase ≥60%.
Prosedur yang dilakukan oleh panelis yaitu dengan menulis identitas
dan tanggal uji yang tersedia di borang terlebih dahulu sebelum membaca
instruksi pengujian dalam borang. Instruksi secara singkatnya ialah panelis
diminta untuk menentukan sampel yang berbeda dengan melingkari pada
kode sampel yang berbeda di borang. Sebelum melakukan pengujian,
panelis memeriksa kelengkapan sampel terlebih dahulu. Setelah pengujian
dan pengisian borang selesai, dilanjutkan dengan menulis komentar di
kolom bawah borang kemudian mengumpulkan borang penilaian kepada
tim penyaji.
Uji segitiga merupakan salah satu jenis uji untuk uji pembedaan.
Metode uji sensori penting digunakan untuk evaluasi kualitas produk
pabrik. Prinsip dari uji segitiga adalah panelis diberi 3 produk dimana 2
produk merupakan produk yang sama dan 1 yang lain adalah produk yang
berbeda. Panelis diminta untuk menentukan produk mana yang dinilai
berbeda. Uji segitiga sering digunakan untuk menyeleksi panelis. Orang
yang mampu membedakan sampel uji dengan ketepatan rata-rata 60% ke
atas, lolos sebagai panelis. Uji segitiga dipilih karena memungkinkan
seseorang untuk membedakan antara sampel tanpa harus menentukan
karakteristik sensoris yang berbeda.
Pada praktikum uji segitiga ini menggunakan sampel roti tawar Azka
dan roti tawar Casino dengan pengulangan sebanyak 4 kali untuk setiap
panelis. Setelah dilakukan tabulasi data, pada Tabel 1.2 didapatkan panelis
yang lulus dan tidak lulus. Syarat panelis yang lulus yaitu ditentukan
dengan jumlah jawaban benar lebih dari sama dengan 60%. Dari total 52
panelis gabungan 2 shift yang mengikuti uji, pada pengulangan I, terdapat
36 orang panelis yang menjawab dengan benar. pengulangan II sebanyak
28 orang panelis dapat menjawab dengan benar, pengulangan III sebanyak
34 orang panelis yang mampu menjawab dengan benar. Sementara untuk
pengulangan IV, jumlah panelis yang mampu menjawab dengan benar
adalah 28 orang. Sesuai dengan syarat bahwa lolos seleksi adalah >60%,
maka dari 52 panelis terdapat 25 panelis yang mampu lulus dan sisanya
sejumlah 27 panelis dinyatakan tidak lolos uji seleksi. Berdasarkan tabel
jumlah terkecil uji segitiga dengan taraf signifikansi 5%, diperoleh jumlah
minimal panelis lulus dengan total 52 panelis adalah 34 panelis. Sehingga
dari praktikum diperoleh kesimpulan bahwa kedua sampel tersebut tidak
berbeda nyata atau dalam kata lain perbedaan yang ada pada kedua sampel
yang diuji (Roti Tawar Azka dan Roti Tawar Casino) nyaris tidak dapat
terdeteksi.
Dalam bidang pangan, mula-mula metode uji segitiga dikembangkan
untuk pengendalian mutu dan riset, selanjutnya uji segitiga ini lebih banyak
digunakan untuk seleksi panelis (Soekarto, 1985). Uji Segitiga ini
termasuk dalam pengujian pembedaan yang digunakan untuk menetapkan
apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel.
Meskipun dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua
sampel yang dipertentangkan. Uji ini juga dipergunakan untuk menilai
pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi proses atau bahan
dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk mengetahui adanya
perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama
(Tarwendah, 2017).

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Analisis Sensori Acara
I “Seleksi Panelis Menggunakan Uji Segitiga” adalah
1. Untuk menjadi panelis diperlukan beberapa persyaratan umum yaitu
mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang normal, berbadan sehat,
mempunyai perhatian dan minat terhadap uji sensorik, dan
menyediakan waktu khusus untuk penilaian uji sensori.
2. Seleksi panelis dilakukan menggunakan uji segitiga dengan prinsip dari
uji segitiga ialah panelis diberi 3 produk dimana 2 produk merupakan
produk yang sama dan 1 yang lain adalah produk yang berbeda. Panelis
diminta untuk menentukan produk mana yang dinilai berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Ayustaningwarno, Fitriyono. 2014. Teknologi Pangan Teori Praktis dan Aplikasi.


Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kusuma, Titis Sari., Adelya Desi KUrniawati., Yosfi Rahma., Ilzamha Hadijah
Rusdan., dan Rahma Micho Widyanto. 2017. Pengawasan Mutu Makanan.
Universitas Brawijaya Press. Malang.
Mustika, Ardhe., Linda Kurniawati., dan Akhmad Mustofa. 2015. Karakteristik
Roti Tawar Dengan Substitusi Tepung Sorgum (Shorgum bicolor (L)
Moench) Terfermentasi Dan Tanpa Fermentasi. Jurnal Teknologi Hasil
Pertanian. 8(1) : 1-5.
Pusuma, Deni Antra., Thulia Praptiningsih., Dan Miftahul Choirun. 2018.
Karakteristik Roti Tawar Kaya Serat Yang Disubstitusi Menggunakan
Tepung Ampas Kelapa. Jurnal Agroteknologi. 12(1) : 29-42.
Radovich, Theodore J K. Matthew D. Kleinhenz, Jeannine F. Delwiche, and
Rachel E. Liggett.2004. Triangle Tests Indicate that Irrigation Timing
Affects Fresh Cabbage Sensory Quality. Journal of Food Quality and
Preference. 15 (10) : 50-64.
Rakhmi, Ami Teja,. Dewi Indrasari, dan Dody D Handoko, 2013. Karakterisasi
Aroma Dan Rasa Beberapa Varietas Beras Lokal Melalui Quantitative
Descriptive Analysis Method. Jurnal Informatika Pertanian. 22(1):37 - 44.
Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Organoleptik. PT. Bhratara Karya
Aksara. Jakarta.
Tarwendah, Ivani Putri. 2017. Studi Komparasi Atribut Sensoris dan Kesadaran
Merek Produk Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 5(2):66-73.
Xu, Yongkang., Xingxu Li, dan Jiachun Xie. 2014. Methods for Statistical
Inference of Triangle Taste Tests Data and Their Applications. Open
Journal of Business and Management.. 2:79-8
LAMPIRAN PERHITUNGAN

Jumlah Panelis yang Lolos


% Panelis yang lolos seleksi = jumlahPanelis x 100%
25
= x 100%
52

=48,077%
Jumlah Panelis yang TidakLolos
% Panelis tidak lolos seleksi = JumlahPanelis x 100%
27
= x 100%
52

= 51,923%
LAMPIRAN DOKUMENTASI

Gambar 1.1 Panelis Melakukan Gambar 1.2 Pemotongan Sampel Roti


Uji Segitiga

Gambar 1.3 Borang Penilai Seleksi Gambar 1.4 Sampel Roti


Panelis

Anda mungkin juga menyukai