Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM SIFAT FISIK DAN INDRAWI

ACARA III

UJI PEMBEDAAN

Oleh:

KELOMPOK XIV

1. Reca Allisya Virdayanti (J1A018092)


2. Ririn Margantari Sapeitri (J1A018094)
3. Rizki Oktavia (J1A018096)
4. Rozania (J1A018098)
5. Sasmita Dewi (J1A018100)
6. Shafly Kamila (J1A018102)
7. Silviana Safitri (J1A018104)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sifat organoleptik atau evaluasi sensoris adalah ilmu pengetahuan yang
menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, penampakan, aroma
dan flavor pada produk pangan. Uji organoleptik biasanya menggunakan
panelis yang terlatih dan dianggap peka dalam memberikan penilaian sehingga
sering digunakan untuk menilai mutu berbagai jenis makanan. Pengembangan
produk serta pendeskripsian bahan pangan membutuhkan uji panel untuk
dapat mengetahui mutu produk, penentuan umur simpan dan identifikasi
adanya kerusakan pada produk. Saat ini tersedia berbagai metode analisa
organoleptik. Pada prinsipnya terdapat 3 jenis uji organoleptik, yaitu uji
pembeda, uji deskripsi dan uji afektif tetapi pada praktikum ini akan
menggunakan uji pembeda dalam penilaiannya (Pastiniasih, 2011).
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada
perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat
saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang
dipertentangkan. Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa
macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan
suatu industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan
antara dua produk dari komoditi yang sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria
yang diujikan harus jelas dan dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari
uji pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan,
tingkat latihan panelis dan kepekaan masing-masing panelis (Susiwi, 2009).
Uji pembedaan yaitu terdiri dari uji perbandingan pasangan, uji duo-trio
dan uji segitiga. Para panelis diminta untuk menyatakan apakah ada perbedaan
antara dua produk dan komoditi yang sama yang akan disajikan. Prinsip dari
uji pembedaan adalah penginderaan dua rangsangan sejenis. Panelis mula-
mula merespon sifat inderawi yang diujikan, kemudian membandingkan
kedua contoh untuk menyatakan sama atau beda (Susiwi, 2009). Oleh karena
itu, perlu dilakukan praktikum tentang uji pembedaan.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar panelis mampu berlatih
tata cara pengujian uji pembeda, menganalisis respon uji dan mengetahui
perbedaan dari uji duo-trio dan uji segitiga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengujian pembedaan merupakan pengujian yang digunakan untuk
menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua
sampel. Meskipun dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua
sampel yang dipertentangkan. Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh
beberapa macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan
pangan suatu industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan
antara dua produk dari komoditi yang sama (Susiwi, 2009). Pengujian pembedaan
terdiri dari uji perbandingan pasangan (paired comparation test) dimana para
panelis diminta untuk menyatakan apakah ada perbedaan antara dua contoh yang
disajikan; uji duo-trio (doutrio test) dimana ada 3 jenis contoh (dua sama, satu
berbeda) disajikan dan para penelis diminta untuk memilih contoh yang sama
dengan standar; uji segitiga (traingle test), yang pengujiannya sama seperti uji
duo-trio tetapi tidak ada standar yang ditentukan dan panelis harus memilih satu
produk yang berbeda (Ivani., 2017).
Triangle atau uji segitiga adalah suatu metode yang bertujuan untuk
menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua
contoh, di mana terdapat tiga sampel pada uji triangle dan 2 dari 3 sampel tersebut
sama. Finalis diminta untuk memilih satu diantara tiga contoh yang berbeda dari 2
yang lain titik dalam uji ini tidak ada sampel baku atau sampel pembanding.
Perbedaan dalam wujud seringkali tidak terarah, tidak perlu disertai pernyataan
sifat yang satu lebih dari yang lainnya, cukup menyatakan ada perbedaan atau
tidak titik pengujian ini lebih banyak digunakan karena lebih peka daripada uji
berpasangan titik dalam pengujian ini kepada masing-masing panelis disajikan
secara acak 3 contoh produk dengan kode berbeda di mana 2 dari ketiga produk
sama. Penulis diminta memilih satu diantara tiga contoh mana yang mempunyai
perbedaan titik keseragaman tiga contoh sangat penting seperti ukuran atau
bentuk. Sifat contoh yang tidak sama dimiliki dari ketiga contoh tersebut dibuat
sama titik uji triangle ini ada yang bersifat sederhana, artinya hanya untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan dua macam sampel, tetapi ada yang sifatnya
lebih terarah, untuk mengetahui sejauh mana perbedaan antara dua sampel
tersebut. Pengujian ini menggunakan 3 sampel berkode secara acak, dari tiga
sampel tersebut sama dan sampel yang ketiga berbeda titik diminta memilih satu
diantara tiga sampel yang berbeda dari dua sampel yang sama dalam uji ini tidak
ada contoh baku atau pembanding (Mariana., 2018).

Pengujian pembeda digunakan untuk menetapkan apakah ada pembeda


sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat saja disajikan
sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang dipertetangkan. Uji ini juga
dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi
proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri atau untuk mengetahui
adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama.
Kendala (realibilitas) dari uji pembeda ini tergantung dari pengenalan sifat mutu
yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan kepekaan masing-masing panelis
(Susiwi., 2019).
Uji pembedaan ini akan menghasilkan kesan subjektif yang
menyenangkan sehingga produk dianggap memiliki kualitas sensori yang tinggi
titik analisis sensori membutuhkan pengendalian yang tepat agar data yang
dihasilkan tidak bias titik tujuan analisis sensori untuk mengetahui respon yang
berhubungan dengan perbedaan deskripsi kesukaan dan penerimaan titik uji
pembedaan umumnya berhubungan dengan pengendalian mutu suatu produk titik
pengujian pembedaan ini dapat dilakukan secara independen atau yang berskala
rasio dan pembedaan pasangan untuk dua sampel yang hasilnya dilanjutkan
dengan pengujian chi square dan di bandingkan hasilnya dengan tabel untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan dari dua sampel yang diujikan (Andriani dan
Fajar., 2017).

Hasil dari pengujian sensori yang baik adalah jika hasil yang didapatkan
tidak bias. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan bias dalam penilaian
seperti faktor fisiologi, berupa adaptasi terhadap meningkatnya intensitas
campuran. Faktor lain yang mempengaruhi adalah faktor psiologi berupa
kesalahan, ekspektasi, kontas efek, halo efek, logical error, dan kecendrungan
memberi nilai ekstrim dalam penilaian. Karakteristik sensori dievaluasi
menggunakan panelis yang terlatih. Sebelum pengujian sampel dilakukan, panelis
melakukan focus group discussion (FGD) dan dilatih untuk mengidentifikasi mutu
sensori sampel. Selain itu panelis diminta untuk mendeskripsikan atribut mutu dan
skor untuk sampel yang meliputi mutu eksternal (warna kulit, keseragaman warna,
kesimetrisan bentuk, karakter kulit) dan mutu internal (warna crumb, sifat remah,
aroma, rasa, tekstur). Pelatihan dilakukan beberapa kali untuk produk yang sama
oleh panelis yang sama (dilakukan pada waktu yang berbeda). Setiap atribut
sensori memiliki skor yang bervariasi dengan deskripsi yang berbeda (Yumalia.,
2017).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum virtual ini dilaksanakan pada hari Senin, 24 Mei 2021 secara
online melalui media daring.
3.2 Alat dan Bahan Praktikum
a) Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
gelas, piring, sendok, batang pengaduk, erlenmeyer, kertas label dan gelas
ukur.
b) Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
air mineral, roti tawar, kacang atom merk GARUDA, kacang atom merk
SUKRO, sirup merk MARJAN dan sirup merk FREISS.
3.3 Prosedur Kerja
a) Uji Duo-trio
Disiapkan 3 piring kacang dan salah satu sebagai kontrol

Dicicipi sampel dan dipilih salah satu sampel yang sama


dengan kontrol dan diamati rasa, warna dan kerenyahan sampel

Dicatat hasil pengamatan dan dihitung jumlah keputusan benar

Dibandingkan hasilnya dengan label uji pembedaan duo-trio


dengan aras signifikan 5%
b) Uji Segitiga
Disiapkan 3 sampel sirup dengan kode angka secara acak
Dicicipi sampel dan dipilih salah satu sampel yang berbeda
dan diamati kekentalan, kemanisan dan warna sampel

Dicatat hasil pengamatan dan dihitung jumlah keputusan benar

Dibandingkan hasilnya dengan tabel uji pembedaan segitiga


dengan aras signifikan 5%
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Tabel 4.1 Hasil PengamatanUji Duo Trio pada Kacang Atom


Atribut Warna

No Nama Panelis Warna Rasa Kerenyahan

721 811 721 811 721 811

1 A 0 1 0 1 1 0

2 B 0 1 0 1 1 0

3 C 0 1 0 1 0 1

4 D 0 1 1 0 1 0

5 E 0 1 0 1 0 1

6 F 0 1 0 1 0 1

7 G 0 1 0 1 0 1

8 H 1 0 0 1 1 0

9 I 1 0 0 1 0 1

10 J 0 1 0 1 0 1

11 K 0 1 0 1 0 1

12 L 0 1 0 1 0 1

13 M 0 1 0 1 1 0

14 N 0 1 0 1 0 1

15 O 0 1 0 1 0 1

16 P 0 1 0 1 0 1
17 Q 0 1 0 1 0 1

18 R 0 1 0 1 0 1

19 S 0 1 0 1 0 1

20 T 0 1 0 1 0 1

21 U 0 1 1 0 0 1

22 V 0 1 0 1 0 1

23 W 0 1 0 1 0 1

24 X 0 1 0 1 0 1

25 Y 0 1 1 0 1 0

26 Z 0 1 0 1 1 0

27 AA 0 1 1 0 0 1

28 AB 0 1 0 1 0 1

29 AC 0 1 0 1 0 1

30 AD 0 1 0 1 1 0

31 AE 0 1 0 1 0 1

JumlahPanelis 31 31 31

JKB 29 27 23

% Signifikansi 5 % 21 21 21

Keterangan Kode sampel 491 :Kacang atom merk GARUDA (Kontrol)

721 :Kacang atom merk GARUDA

811 :Kacang atom merk SUKRO


Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Uji Segitiga pada Sirup

AtributWarna
Nama
No Warna Kemanisan Kekentalan
Panelis
609 124 781 609 124 781 609 124 781

1 A 0 0 1 0 0 1 0 0 1

2 B 0 0 1 0 0 1 0 0 1

3 C 0 0 1 0 0 1 0 0 1

4 D 0 0 1 0 1 0 0 1 0

5 E 0 0 1 0 0 1 0 0 1

6 F 1 0 0 0 0 1 0 0 1

7 G 1 0 0 0 0 1 0 1 0

8 H 0 1 0 0 0 1 0 1 0

9 I 0 0 1 0 0 1 0 0 1

10 J 0 0 1 0 0 1 0 0 1

11 K 0 0 1 0 0 1 0 1 0

12 L 0 0 1 0 0 1 0 0 1

13 M 0 0 1 0 0 1 0 0 1

14 N 0 0 1 0 0 1 0 0 1

15 O 0 1 0 0 1 0 0 1 0

16 P 0 0 1 0 0 1 0 0 1

17 Q 0 0 1 0 0 1 0 0 1

18 R 0 0 1 0 0 1 0 0 1
19 S 0 0 1 0 0 1 0 0 1

20 T 0 0 1 0 0 1 0 0 1

21 U 0 0 1 0 0 1 0 0 1

22 V 0 0 1 0 0 1 0 0 1

23 W 0 0 1 0 0 1 0 0 1

24 X 0 0 1 0 0 1 0 0 1

25 Y 0 0 1 0 0 1 0 1 0

26 Z 0 1 0 0 1 0 0 1 0

27 AA 0 0 1 1 0 0 1 0 0

28 AB 0 0 1 0 0 1 0 0 1

29 AC 0 0 1 0 0 1 0 0 1

30 AD 0 0 1 1 0 0 0 0 1

31 AE 0 0 1 0 0 1 0 0 1

JumlahPanelis 31 31 31

JKB 26 26 23

% Signifikansi
5% 16 16 16

KeteranganKodeSampel: 607 = sirupmerk MARJAN


124 = sirupmerk MARJAN
781 = sirupmerk FREISS
BAB V
PEMBAHASAN

Pengujian pembedaan merupakan pengujian yang digunakan untuk


menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua
sampel. Meskipun dapat saja disajikan sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua
sampel yang dipertentangkan. Uji ini jugadipergunakan untuk menilai pengaruh
beberpa macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan
suatu industry atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara
dua produk dari komoditi yang sama. Uji pembeda terdiri atas dua jenis, yaitu
Sensitivity Test yang mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu sifat
sensori, dan uji Different Test yang dimaksudkan untuk melihat secara statistik
adanya perbedaan diantara contoh uji. Pengujian pembeda ini meliputi uji
pasangan (Paired Comparison), uji segitiga (Triangle Test), uji pembanding
ganda (Duals Standart Test), uji pembanding jamak (Multiple Standart Test), uji
rangsangan tunggal (Single Stimulus Test), uji pasangan jamak (Multiple Pairs
Test), dan uji tunggal. Agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan
dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji pembedaan ini tergantung dari
pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan kepekaan
masing-masing panelis (Susiwi, 2009).
Uji duo-trio dilakukan dengan cara tiap-tiap anggota panelis disajikan tiga
contoh, dua contoh dari bahan yang sama dan contoh yang ketiga dari bahan lain.
Salah satu dari dua contoh yang sama itu dicicip atau dikenali dulu dan dianggap
sebagai contoh baku, sedangkan kedua contoh lainnya kemudian. Saat
penyuguhannya ketiga contoh itu dapat diberikan bersamaan atau contoh bakunya
diberikan lebih dahulu kemudian kedua contoh lain disuguhkan. Uji segitiga
panelis diminta untuk menilai atau mencari contoh yang berbeda diantara ketiga
contoh tersebut. Panelis harus menunjukkan satu contoh yang berbeda dengan
menuliskan angka 1 dan apabila contoh sama dituliskan angka 0 pada form isian
yang disediakan, sedangkan uji duo-trio panelis diminta untuk mengenali contoh
yang berbeda atau contoh yang sama dengan contoh baku. Panelis harus mengenal
contoh baku terlebih dahulu dan kemudian memilih salah satu dari dua contoh
yang lain. Apabila contoh baku sama dengan contoh yang disediakan, maka
panelis harus mengisikan tanda 0 pada tabel.
Uji duo-trio bertujuan untuk mencari perbedaan yang kecil. Tiap-tiap
panelis disajikan tiga contoh sampel produk berbeda (dua contoh dari produk
yang sama dan satu contoh dari produk yang berbeda). Uji duo-trio hampir sama
dengan uji segitiga (triangle), namun dalam uji ini dari awal sudah ditentukan
pembanding yang dibandingkan dengan kedua sampel lainnya. Dalam
penyajiannya, contoh ketiganya disajikan bersamaan. Panelis diminat auntuk
memilih diantara 2 contoh lain yang beda denga pembanding (Hastuti, 1987).
Umumnya uji ini diaplikasikan pada industry untuk membandingkan antara
produk lama dan produk baru. Selain itu juga uji sering diaplikasikan untuk
membandingkan produk satu dengan produk yang serupa dengan merk yang
berbeda dalam skala industry.
Uji triangle atau uji segitiga adalah uji yang digunakan untuk mendeteksi
perbedaan yang kecil antara dua contoh sampel atau lebih. Sampel yang disajikan
terdiri dari 3 sampel sekaligus tanpa pembanding (standar) atau biasa disimbolkan
dengan R. Uji segitiga digunakan untuk pengendalian mutu, riset dan seleksi
panelis. Diskripsi metode yang digunakan dalam uji triangle adalah penyaji
menyajikan 3 sampel kepada masing-masing panelis, 2 sampel diantaranya sama.
Panelis diminta untuk menilainya dengan memilih salah satu diantara ketiga
sampel yang berbeda.
Berdasarkan hasil pengamatan uji duo-trio yang telah dilakukan maka
didapatkan hasil bahwa dari 31 panelis terlatih yang memberikan nilai yang sama
atau yang benar sebanyak 31 panelis untuk warna, rasa dan kerenyahan antara
sampel kontrol dengan sampel yang memiliki kode 721 dan 811,di peroleh
jumlah keputusan yang benar pada sampel yang telah didapatkan hasilnya lebih
besar dibandingkan dengan nilai pada tabel uji duo-trio yaitu 21 dengan alfa 5 %
sehingga dapat dinyatakan berbeda nyata yang artinya panelis mampu
membedakan dan mengetahui sampel mana yang sama dengan sampel kontrol dan
biasanya tidak semua panelis bisa membedakan atau mengetahui sampel yang
sama karena adanya beberapa faktor seperti sensitivitas yang dimiliki setiap
panelis berbeda-beda serta kemungkinan adanya rasa yang tertinggal yang
diberikan oleh sampel setelah pengujian. Atribut rasa dan warna, membutuhkan
kepekaan panelis dalam membedakannya. Hal ini disebabkan karena atribut rasa
dan warna yang disajikan hampir sama, sehingga panelis yang mampu
memberikan respon positif berarti memiliki kehandalan tinggi atau kepekaan
organoleptiknya bagus dalam membedakannya.
Dalam praktikum uji segitiga disajikan 3 contoh larutan sirup, disediakan
3 gelas dengan kode yang berbeda untuk masing-masing uji segitiga warna, rasa
dan kekentalan. Hasil data uji segitiga terhadap 31 panelis terdapat perbedaan
nyata pada sampel 609, 124, dan 781 pada warna, rasa, dan kekentalan yang
signifikan dan berbeda nyata pada sampel. Warna, rasa, dan kekentalan pada sirup
marjan dan sirup freiss pada signifikansi 5% (JKB > α = 5%) karena jumlah
keputusan benar di atas keputusan benar minimal 13 orang.
Batas nilai alpha yang dipakai untuk menolak H0 adalah alpha=0,05 atau
5%. Nama lainnya adalah tingkat kesalahan/resiko sebesar 5% atau taraf
signifikansi 5%. Kebalikannya adalah tingkat kepercayaan sebesar 95%
(didapatkan dari 1-a). Jadi ketika misalnya kita mendapatkan nilai korelasi XY
sebesar 0,8 dengan p<0,05, artinya kita memiliki peluang yang kecil (< 5%) untuk
salah dalam memutuskan bahwa X dan Y tidak berkorelasi. Jadi, H0 kita tolak.
Karena H0 kita tolak, kita lalu menerima Ha dan akhirnya kita simpulkan XY
berkorelasi. jika hasil JKB lebih besar dari pada alfa 5% maka bisa dikatakan
sampel sudah bisa dibedakan, dan jika masih kurang dari alfa 5% maka sampel
belum bisa dibedakan.
Keunggulan (reliability) dari uji pembedaan tergantung dari pengenalan
sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan, dan kepekaan masing-masing anggota
panelis. Jumlah anggota panelis mempengaruhi derajat keandalan hasil pengujian.
Meskipun demikian uji pembedaan yang dilakukan secara saksama dengan
menggunakan panelis yang terlatih akan memberikan hasil pembedaan yang jauh
lebih baik daripada yang dilakukan tanpa menggunakan panelis terlatih meskipun
dengan anggota panelis yang besar jumlahnya. Uji pembedaan biasanya
menggunakan anggota panelis yang ber jumlah 15-30 orang yang terlatih. Dengan
panelis demikian biaya penyelenggaraan lebih kecil dan hasil pengujiannya cukup
peka. Sedangkan kelemahannya ialah bahwa hasil pengujiannya tidak dapat
memberi petunjuk apakah perbedaan itu dikehendaki atau tidak (Soekarto, 1985).
Adanya perbedaan respon positif dan negatif pada masing-masing
parameter yang di ujikan itu tergantung dari kehandalan panelis, panelis yang
memiliki kehandalan akan mampu memberikan respon positif, seperti pada atribut
kemanisan diperlukan sensitif organoleptik panelis yang handal karena pada uji
segitiga ini tidak diberikan kontrol sehingga sulit bagi panelis membedakan ketiga
atribut yang di ujikan. Begitupula untuk atribut kekentalan dan warna, atribut ini
membutuhkan kepekaan panelis dalam membedakannya. Hal ini dapat disebabkan
karena atribut kekentalan dan warna yang disajikan hampir sama, sehingga
panelis yang mampu memberikan respon positif berarti memiliki kehandalan
tinggi atau kepekaan organoleptiknya bagus dalam membedakannya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pengujian
pembeda antara lain sangat tergantung pada terpeliharanya tingkat motivasi secara
memuaskan, tetapi motivasi yang buruk ditandai dengan pengujian terburu-buru,
melakukan pengujian semaunya, partisipasinya dalam pengujian tidak sepenuh
hati. Satu faktor penting yang dapat membantu tumbuhnya motivasi yang baik
ialah dengan mengusahakan agar panelis merasa bertanggung jawab dan
berkepentingan pada pengujian yang sedang dilakukan. Kemudian sensitivitas
physiologis, faktor-faktor yang dapat mencampuri fungsi indera terutama perasa
pada pengujian rasa disarankan kepada panelis untuk berkumur dengan air tawar
sebelum melakukan pengujian. Ketiga, kesalahan psikologis. Pada pengujian yang
terutama dilakukan oleh panelis yang kurang paham dalam tipe pengujian dan
bahan yang diuji sering terjadi kesalahan dalam cara penilaian. Adanya informasi
yang diterima oleh seorang panelis sebelum pengujian akan berpengaruh pada
hasilnya.
BAB V1
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Uji pembedaan adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan karakteristik atau sifat yang sesuai antara dua contoh sampel.
2. Uji pembedaan terdiri dari uji pasangan, uji duo trio yang menentukan salah
satu sampel yang berbeda dari ketiga contoh yang disajikan secara bersamaan
dan uji segitiga yaitu salah satu dari dua sampel dipilih satu yang sesuai
dengan sampel kontrol.
3. Uji pembeda duo-trio pada kacang atom SUKRO dengan Kacang Atom
GARUDA mendapatkan hasil yang tidak berbeda nyata karena jumlah
keputusan benar lebih besar yaitu 31 panelis dibandingkan dengan nilai
terkecil pada tabel yang menggunakan alfa 5% yaitu 21 panelis.
4. Pada uji segitiga bahwa sampel tidak sama dengan kontrol pada warna, rasa
dan kekentalan sirup MARJAN dan FREISS pada aras signifikansi α=5%.
5. Faktor- faktor yang dapat menentukan perbedaan data yaitu tigkat kepekaan
panelis serta pengujian yang dilakukan menggunakan tingkatan panelis yang
berbeda shingga data yang diperoleh juga akan berbeda.
DAFTAR PUSTAKA

Andiani, A dan Fajar., 2018. Pedoman Uji Indrawi Bahan Pangan. Bhrata Karya
Aksara. Jakarta.
Ivani, P. T., 2017. Studi Komprasi Atribut Sensori dan Kesadaran Merek Produk
Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindutsri. Vol. 5 (2).
Mariana., 2020. Karakteristik Organoleptik dan Kimia Produk Stik Rumput Laut
(Kappaphycus Alvarezii). Jurnal Teknologi & Industi Hasil Pertanian.
Vol. 16 (1).
Pastiniasih. 2011. Uji Pembedaan. http://www.scribd.com/doc/49381204/uji-
pembeda. (Diakses pada tanggal 30 Mei 2021).
Soekarto, S.T., 1985. Penilaian Organoleptik (untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian). Bharata Karya Aksara. Jakaerta
Susiwi, H., 2019. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. IPB PRESS.
Bogor.
Susiwi. S., 2009. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor. IPB
Press.
Yumalia, I., 2017. Penilaian Organoleptik Industri Pangan. Bharta Karya Aksara.
Jkarta.

Anda mungkin juga menyukai