Parameter organoleptik
Parameter organoleptik dari pengujian sampel kecap yaitu parameter rasa.
Parameter rasa merupakan parameter organoleptik yang menggunakan indra pengecap
dalam penentuan tingkat atau nilai pada suatu produk. Tingkat kesukaan panelis terhadap
rasa manis yang dihasikan dari proses fermentasi kecap. Kecap kedelai manis adalah
produk cair yang diperoleh dari hasil fermentasi kacang kedelai (Glycine max L.) dan
gula, gula merah, dengan atau tanpa penambahan bahan lain. Lama fermentasi kecap
mempengaruhi komponen citarasa yang terbentuk dari hasil hidrolisis substrat (termasuk
etanol dan gliserol). Hal ini sesuai dengan Ginting (2015) yang menyatakan bahwa
tingkat kesukaan panelis terhadap rasa manis kecap dihasikan dari proses fermentasi.
Parameter organoleptik
Parameter organoleptik dari pengujian sampel sari buah jeruk yaitu berdasarkan
parameter rasa. Atribut rasa yang dinilai yaitu kemanisan, rasa asam, dan pahit. Rasa
pahit yang timbul disebabkan karena di dalam sari buah jeruk terdapat senyawa limonin
yang memberikan rasa pahit pada produk sehingga setiap produk sari buah memiliki
senyawa limonin yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah konsentrasi buah jeruk yang
digunakan. Hal ini sesuai dengan Kadarisman (2016) yang menyatakan bahwa limonin
terdapt didalam sari buah yang terbawa pada saat pengepresan, senyawa limonoic acid
memberikan rasa pahit pada produk sari buah jeruk.
H. Daftar Pustaka
Apandi, I., Fajar, R dan Yusmarini. 2016. Analisis Pemetaan Kesukaan Konsumen (Consumers
Preference Mapping) Terhadap Atribut Sensori Produk Soygurt Dikalangan Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta, 3(1) : 1-16
Arbi, Armein S. 2005. Pengenalan Evaluasi Sensory. Universitas Terbuka: Banten
Hermawan, Y. 2009. Analisis tingkat kepuasan konsumen terhadap minuman sari buah. Institut
Pertanian Bogor : Bogor
Kadarisman, D., Sunarmani dan Muti, A. 2016. Mempelajari Perubahan Fisika dan Kimia Sari
Buah Jeruk Siam (C. Nobilis Var Microcarpa) dan Proses Pengurangan Rasa Pahit
Dalam Pembuatan Konsentrat. Ilmu dan Teknologi Pangan, 4(1) : 61-68
Tarwendah, Ivani P. 2017. Studi Komparasi Atribut Sensoris dan Kesadaran Merek Produk
Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 5(2) : 66-73
A. Judul : Metode Uji Perbandingan Berganda
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum metode uji perbandingan berganda yakni sebagai berikut;
5. Untuk mengetahui prinsip pengujian organoleptic metode perbandingan berganda
6. Untuk mengetahui sampel yang memiliki tingkat kemanisan yang paing tinggi
C. Prinsip Praktikum
Prinsip dari praktikum metode uji perbandingan berganda adalah pengidentifikasi dan
penentuan sampel dengan sampel pembanding (sampel baku). Pengujian dilakukan dengan
empat sampel yang disajikan bersamaan, panelis diminta untuk membandingkan sampel uji
berdasarkan tingkat kemanisannya.
4. Pembahasan
Hasil
Hasil praktikum pengujian metode uji perbandingan berganda menunjukkan
bahwa terdapat tidak berbeda nyata pada berdasarkan hasil sampel f. hitung lebih kecil
daripada f.tabel pada taraf 1% dan pada panelis f. hitung lebih kecil dari f.tabel
disimpulkan bahwa tidak berbeda nyata pada taraf 1%. Hasil menunjukkan bahwa tidak
terdapat beda nyata antara sampel dan panelis. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan
tingkat kemanisan pada sampel tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan Ulfa (2018)
yang menyatakan bahwa jika f. hitung lebih kecil dari f. table maka variable bebas tidak
berpengaruh.
Sampel
Susu merupakan produk sumber protein dan kalsium dengan mutu yang sangat
tinggi. Gula dalam susu disebut laktosa atau gula susu kadarnya sekitar 5-8%. Laktosa
memiliki tingkat kemanisan 0,3 kali lebih manis dari pada sukrosa. Produk susu UHT
yang memiliki kadar laktosa yang berbeda, sebagian besar rasa manis yang timbul pada
susu tersamarkan oleh kasein pada susu sehingga tingkat kemanisan pada susu berbeda-
beda. Hal ini sesuai dengan Koswara (2009), yang menyatakan bahwa gula dalam susu
disebut laktosa atau gula susu kadarnya sekitar 5-8%. Laktosa memiliki tingkat
kemanisan 0,3 kali lebih manis dari pada sukrosa.
Panelis
Panelis merupakan anggota panel yang terlibat dalam penilaian organoleptik
berdasarkan produk yang disajikan. Adapun beberapa macam panelis yaitu panelis
terlatih, semi terlatih (panelis laboratorium), panelis tidak terlatih (konsumen). Panelis
terlatih terdiri dari 15 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik. Panelis semi terlatih
terdiri dari 15-25 atau lebih dengan orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui
sifat sensorik tertentu. Panelis yang digunakan pada praktikum yaitu panelis semi terlatih
dengan jumlah 36 orang yang telah mendapat pelatihan mengenai cara melakukan
pengujian sensori secara umum. Hal ini sesuai dengan Subi (2005) yang menyatakan
bahwa panelis semi terlatih terdiri dari lebih dari 25 orang dalam pengujian sampel.
Parameter organoleptik
Parameter organoleptik dari pengujian sampel susu yaitu parameter rasa.
Parameter rasa merupakan parameter organoleptik yang menggunakan indra pengecap
dalam penentuan tingkat atau nilai pada suatu produk. Tingkat kesukaan panelis terhadap
rasa manis yang dihasikan dari berbagai produk susu yaitu kadar laktosa yang terkandung
di setiap produk. Gula dalam susu disebut laktosa atau gula susu kadarnya sekitar 5-8%.
Laktosa memiliki tingkat kemanisan 0,3 kali lebih manis dari pada sukrosa. Tingkat
kemanisan yang timbul pada susu tersamarkan oleh kasein pada susu sehingga tingkat
kemanisan pada susu berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan Koswara (2009), yang
menyatakan bahwa gula dalam susu disebut laktosa atau gula susu kadarnya sekitar 5-
8%. Laktosa memiliki tingkat kemanisan 0,3 kali lebih manis dari pada sukrosa.
Deskripsi Tabel
Berdasarkan tabel 06 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata berdasarkan hasil
sampel f. hitung lebih kecil daripada f.tabel pada taraf 5% dan pada panelis f. hitung
lebih kecil dari f.tabel disimpulkan bahwa tidak berbeda nyata pada taraf 5%.
4. Pembahasan
Hasil
Hasil praktikum pengujian metode uji ranking menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan nyata berdasarkan hasil sampel f. hitung lebih kecil daripada f.tabel pada taraf
5% dan pada panelis f. hitung lebih kecil dari f.tabel, sehingga dapat dinyatakan bahwa
tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat beda nyata
antara sampel dan panelis. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan tingkat kekerasan pada
sampel tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan Ulfa (2018) yang menyatakan bahwa
jika f. hitung lebih kecil dari f. table maka variable bebas tidak berpengaruh.
Sampel
Mutu mie instan yang baik memiliki karakteristik gigitan relatif kuat, kenyal,
permukaan tidak lengket, dan tekstur yang sangat bergantung pada komposisi mie itu
sendiri. Mie instan terbuat dari adonan terigu atau tepung lainnya sebagai bahan utama
dengan atau tanpa penambahan bahan lainnya yang dikeringkan hingga kadar airnya
sekitar 10%. Semakin banyak penambahan tepung tapioka, maka akan mempengaruhi
kelembutan tekstur dan kerenyahan dari mie itu sendiri sehingga mie akan semakin
renyah. Hal ini sesuai dengan pendapat Widatmoko (2015) yang menyatakan bahwa mie
instan terbuat dari adonan terigu atau tepung lainnya serta dapat dikeringkan hingga
kadar airnya sekitar 10%.
Parameter organoleptik
Parameter organoleptik dari pengujian sampel mie instan yaitu parameter tekstur
berdasarkan tingkat kekerasannya. Mie instan terbuat dari adonan terigu atau tepung
lainnya sebagai bahan utama dengan atau tanpa penambahan bahan lainnya yang
dikeringkan hingga kadar airnya sekitar 10%. Semakin banyak penambahan tepung
tapioka, maka akan mempengaruhi kelembutan tekstur dan kerenyahan dari mie itu
sendiri sehingga mie akan semakin renyah. Tingkat kekerasan sampel dipengaruhi oleh
banyaknya tepung tapioka yang memberikan kerenyahan yang berbeda-beda. Hal ini
sesuai dengan pendapat Widatmoko (2015) yang menyatakan bahwa mie instan terbuat
dari adonan terigu atau tepung lainnya serta dapat dikeringkan hingga kadar airnya
sekitar 10%.
Widatmoko, R dan Teti, E. 2015. Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Mie Kering
Berbasis Tepung Ubi Jalar Ungu pada Berbagai Tingkat Penambahan Gluten. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 3(4) : 86-92
A. Judul : Metode Uji Skoring
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum metode uji skoring yaitu
9. Untuk mengetahui prinsip pengujian organoleptic metode skoring
10. Untuk mengetahui sampel yang memiliki tingkat kemanisan paling tinggi
C. Prinsip Praktikum
Prinsip dari praktikum metode uji skoring adalah menentukan dan mengurutkan sampel
berdasarkan karakteristik yang ditentukan. Pengujian dilakukan dengan tiga sampel yang
disajikan secara bersamaan, panelis diminta untuk mengurutkan sampel uji berdasarkan tingkat
kemanisannya.
Deskripsi Tabel
Berdasarkan tabel 04 menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan secara nyata
berdasarkan hasil sampel f. hitung lebih kecil daripada f.tabel pada taraf 5% dan pada
panelis f. hitung lebih kecil dari f.tabel disimpulkan bahwa tidak berbeda nyata pada taraf
5%.
6. Pembahasan
Hasil
Hasil praktikum pengujian metode uji skoring menunjukkan bahwa tidak adanya
perbedaan secara nyata berdasarkan hasil sampel f. hitung lebih kecil daripada f.tabel
pada taraf 5% dan pada panelis f. hitung lebih kecil dari f.tabel sehingga dapat dinyatakan
bahwa tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat beda
nyata antara sampel dan panelis. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan tingkat
kemanisan pada sampel tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan Ulfa (2018) yang
menyatakan bahwa jika f. hitung lebih kecil dari f. table maka variable bebas tidak
berpengaruh.
Sampel
Minuman berkarbonasi ialah minuman yang mengandung gas CO2 murni seperti
produk cola. Proses produksi Coca-cola menggunakan bahan baku yaitu air, gula,
konsentrat dan CO2 dengan ditambah bahan penolong dan bahan pengemas. Proses
pembuatannya mengalami tiga proses yaitu pra pelapisan, penyaringan dan sterilisasi.
Sirup awal kemudian ditambah dengan konsentrat dan air untuk menghasilkan sirup akhir
yang siap dipakai untuk pembuatan minuman. Gula digunakan untuk membuat sirup
awal, fungsi lainnya sebagai pembawa komonen flavor agar merata diseluruh bagaian
minuman. Hal ini sesuai dengan pendapat Riandi (1997) yang menyatakan bahwa proses
produksi Coca-cola menggunakan bahan baku yaitu air, gula, konsentrat dan CO2 dengan
ditambah bahan penolong dan bahan pengemas.
Panelis
Panelis merupakan anggota panel yang terlibat dalam penilaian organoleptik
berdasarkan produk yang disajikan. Adapun beberapa macam panelis yaitu panelis
terlatih, semi terlatih (panelis laboratorium), panelis tidak terlatih (konsumen). Syarat
panelis secara umum yaitu kemampuan memberikan kesan serta kemampuan alat indra
memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi
kemampuan mendeteksi (detection), mengenali (recognition), membedakan
(discrimination), membandingkan (scalling). Panelis yang digunakan pada praktikum
yaitu panelis semi terlatih dengan jumlah 29 orang yang telah mendapat pelatihan
mengenai cara melakukan pengujian sensori secara umum. Hal ini sesuai dengan Arbi
(2005) yang menyatakan bahwa panelis tidak terlatih terdiri dari lebih dari 25 orang
dalam pengujian sampel.
Parameter organoleptic
Parameter organoleptic dari pengujian sampel cola yaitu tingkat kemanisannya.
Proses produksi Coca-cola menggunakan bahan baku yaitu air, gula, konsentrat dan CO2
dengan ditambah bahan penolong dan bahan pengemas. Fungsi gula sebagai pembawa
komonen flavor agar merata diseluruh bagaian minuman. Bahan pemanis yang sering
digunakan dalam industry minuman ringan adalah sukrosa (gula pasir). Konsentrasi gula
yang ditambah berbeda sehingga mempengaruhi tingkat kemanisan sampel. Hal ini
sesuai dengan pendapat Riandi (1997) yang menyatakan bahwa komponen gula
diperlukan untuk menyeimbangkan beberapa komponen lain dalam minuman ringan.
H. Daftar Pustaka
Apandi, I., Fajar, R dan Yusmarini. 2016. Analisis Pemetaan Kesukaan Konsumen (Consumers
Preference Mapping) Terhadap Atribut Sensori Produk Soygurt Dikalangan Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta, 3(1) : 1-16
Arbi, Armein S. 2005. Pengenalan Evaluasi Sensory. Universitas Terbuka: Banten
Kristianto S, Maramis C, dan Hudiono A. 2011. Pengolahan Es Krim di PT. Campina Ice Cream
Industry Surabaya-Jawa Timur. Universitas Katolik Widya Mandala : Surabaya.
Riandi, H. 1997. Mempelajari Teknologi Proses Produksi Dan Pengendalian Mutu di Pt. Coca
Cola Amatil Jakarta. Institut Pertanian Bogor : Bogor [SKripsi]
Ulfa, F. 2018. Rancangan Percobaan. Universitas Hasanuddin : Makassar
HEDONIK
Pengujian hedonic dilakukan untuk kepentingan pemasaran. Uji ini digunakan untuk
mengetahui respon konsumen terhadap suatu produk dan untuk mengetahui kualitas suatu
produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Prinsip dari pengujian hedonic yaitu panelis
diminta untuk memberikan kesan mengenai kesukaan atau ketidaksukaan terhadap produk yang
disajikan.Hal ini sesuai dengan Tarwendah (2017) yang menyatakan bahwa uji hedonic
dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen
berdasarkan organoleptic.
Panelis merupakan anggota panel yang terlibat dalam penilaian organoleptik berdasarkan
produk yang disajikan. Adapun beberapa macam panelis yaitu panelis terlatih, semi terlatih
(panelis laboratorium), panelis tidak terlatih (konsumen). Panelis terlatih terdiri dari 15 orang
yang mempunyai kepekaan cukup baik. Panelis semi terlatih terdiri dari 15-25 atau lebih dengan
orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui sifat sensorik tertentu. Panelis yang digunakan
pada praktikum yaitu panelis semi terlatih dengan jumlah 30 orang yang telah mendapat
pelatihan mengenai cara melakukan pengujian sensori secara umum. Hal ini sesuai dengan Arbi
(2005) yang menyatakan bahwa panelis semi terlatih terdiri dari lebih dari 25 orang dalam
pengujian sampel.