Anda di halaman 1dari 22

A.

Judul : Pengujian Organoleptik Metode Duo-Trio


B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum metode pengujian Duo-Trio yakni sebagai berikut;
1. Untuk mengetahui prinsip pengujian organoleptik metode Duo -Trio
2. Untuk mengetahui sampel yang berbeda dari tiga sampel yang diuji
C. Prinsip Praktikum
Prinsip dari praktikum metode duo-trio adalah pengidentifikasian dan penentuan satu sampel
yang berbeda dengan sampel pembanding (sampel baku). Tiga sampel disajikan bersamaan,
panelis diminta untuk memilih satu diantara 2 sampel lain yang berbeda dengan sampel
pembanding (reference).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum metode Duo-Trio yakni sebagai berikut;
Sendok, Piring plastik, Pulpen
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum metode Duo-Trio yakni sebagai berikut;
Kecap manis
Air minum
Kuisoner pengujian
Tissue
E. Prosedur Kerja
Prosedur dari praktikum metode duo-trio yakni sebagai berikut;
1. Terlebih dahulu, dilakukan pembagian dalam dua kelompok yaitu panelis dan penyaji.
2. Selanjutnya dilakukan preparasi tiga sampel kecap manis yang disiapkan dalam piring
plastik dengan diberikan tiga kode digit angka yang berbeda,
3. Kemudian, sampel disajikan kepada panelis
4. Lalu, penyaji memberikan instruksi kepada panelis mengenai pengujian organoleptik
berdasarkan parameter rasa,
5. Setelah itu, panelis menentukan dua sampel yang berbeda dari satu sampel baku
(pembanding) dengan memberi tanda pada kuisoner yang telah disediakan.

F. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Hasil dari praktikum metode pengujian Duo-Trio sebagai berikut;
Tabel 02. Hasil Pengujian sampel metode Duo-Trio
Keterangan
Deskripsi Tabel
Berdasarkan tabel 02 menunjukkan bahwa jumlah panelis yaitu sebanyak 36 panelis
terdapat 29 panelis yang menjawab benar sedangkan tujuh panelis lainnya memberikan
jawaban yang salah. Berdasarkan table statistic pengujian organoleptic metode duo-trio
menunjukkan bahwa hasil tersebut berbeda nyata pada taraf 1%.
2. Pembahasan
Hasil
Hasil praktikum pengujian metode duo-trio menunjukkan bahwa dari 36 panelis
terdapat 29 panelis yang menjawab benar sehingga hasil tersebut berbeda nyata pada taraf
0,1%. Hasil yang berbeda nyata pada pengujian duo-trio disebabkan karena panelis
memiliki sampel kontrol atau sampel baku yang bisa menjadi patokan pembeda antara
dua sampel alinnya sehingga banyak panelis yang berhasil memilih sampel yang benar,
berbeda dengan uji segitiga yang tidak memiliki sampel kontrol. Selain itu karena
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya sensitivitas psikologis panelis
serta pengaruh dari atribut sensori pada sampel. Hal ini sesuai dengan Apandi (2016)
yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengujian indrawi yaitu
sensitivitas psikologis dan pengujian sampel.
Sampel
Kecap merupakan produk yang memiliki warna coklat gelap, serta memiliki rasa
manis. Kecap mempunyai rasa dan aroma yang khas hasil fermentasi kedelai. Kecap
kedelai manis adalah produk cair yang diperoleh dari hasil fermentasi kacang kedelai
(Glycine max L.) dan gula, gula merah, dengan atau tanpa proses karamelisasi dengan
atau tanpa penambahan bahan lain, dengan karakteristik dasar total gula tidak kurang dari
40%. Sampel kecap manis memiliki tingkat rasa yang berbeda yang disebabkan hasil
fermentasinya sehingga semakin lama waktu fermentasi semakin baik kualitas yang
terbentuk pada kecap. karena Hal ini sesuai dengan Humairoh (2017), yang menyatakan
bahwa kecap kedelai manis adalah produk cair yang diperoleh dari hasil fermentasi
kacang kedelai (Glycine max L.) dan gula, gula merah, dengan atau tanpa proses
karamelisasi dengan atau tanpa penambahan bahan lain.

Metode pengujian organoleptik (segitiga/duotrio) dan prinsip pengujian


Uji duo trio termasuk dalam kelompok pengujian pembedaan (difference test).
Pengujian pembedaan digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan
antara dua produk dari komoditi yang sama. Uji duo trio adalah uji yang digunakan untuk
mendeteksi adanya perbedaan yang kecil antara dua sampel. Uji ini relatif lebih mudah
karena adanya sampel baku dalam pengujian. Uji Duo-trio biasanya di aplikasikan di
industry pangan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu produk ataupun menilai
keseragaman mutu bahan. Prinsip pengujiannya yaitu setiap panelis disajikan tiga sampel
(dua sampel dari produk yang sama dan satu sampel dari produk yang berbeda). Panelis
diminta untuk memilih satu diantara 2 sampel yang berbeda dengan pembanding
(reference). Hal ini sesuai dengan pendapat Setyowati (2015) yang menyatakan bahwa
prinsip metode duo-trio yaitu setiap panelis disajikan tiga sampel (dua sampel dari
produk yang sama dan satu sampel dari produk yang berbeda) kemudian panelis diminta
untuk memilih satu diantara 2 sampel yang berbeda dengan pembanding (reference).
Panelis
Panelis merupakan anggota panel yang terlibat dalam penilaian organoleptik
berdasarkan produk yang disajikan. Adapun beberapa macam panelis yaitu panelis
terlatih, semi terlatih (panelis laboratorium), panelis tidak terlatih (konsumen). Panelis
terlatih terdiri dari 15 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik. Panelis semi terlatih
terdiri dari 15-25 atau lebih dengan orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui
sifat sensorik tertentu. Panelis yang digunakan pada praktikum yaitu panelis semi terlatih
dengan jumlah 36 orang yang telah mendapat pelatihan mengenai cara melakukan
pengujian sensori secara umum. Hal ini sesuai dengan Subi (2005) yang menyatakan
bahwa panelis semi terlatih terdiri dari lebih dari 25 orang dalam pengujian sampel.

Parameter organoleptik
Parameter organoleptik dari pengujian sampel kecap yaitu parameter rasa.
Parameter rasa merupakan parameter organoleptik yang menggunakan indra pengecap
dalam penentuan tingkat atau nilai pada suatu produk. Tingkat kesukaan panelis terhadap
rasa manis yang dihasikan dari proses fermentasi kecap. Kecap kedelai manis adalah
produk cair yang diperoleh dari hasil fermentasi kacang kedelai (Glycine max L.) dan
gula, gula merah, dengan atau tanpa penambahan bahan lain. Lama fermentasi kecap
mempengaruhi komponen citarasa yang terbentuk dari hasil hidrolisis substrat (termasuk
etanol dan gliserol). Hal ini sesuai dengan Ginting (2015) yang menyatakan bahwa
tingkat kesukaan panelis terhadap rasa manis kecap dihasikan dari proses fermentasi.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tanggapan panelis


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tanggapan panelis yaitu sensitivitas
psikologis diantaranya panelis yang tidak melakukan pengujian 1 jam setelah makan dan
kondisi panelis yang kurang sehat dapat mempengaruhi fungsi indra. Adapula faktor yang
dapat mempengaruhi yaitu kesalahan psikologis terdapat di antaranya expectation error,
stimulus error, logical error, sugesti. Selain itu juga, keterangan tentang sampel data
mempengaruhi tanggapan panelis yaitu keseragaman sampel, penomoran atau pemberian
kode pada sampel (biasanya digunakan tiga angka sembarang atau huruf), bentuk
penyajian, wadah, serta penetral (air minum). Hal ini sesuai dengan Apandi (2016), yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan panelis yaitu sensitivitas
psikologis, kesalahan psikologis dan pengujian sampel.

G. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum pengujian metode duo trio yaitu
1) Prinsip dari praktikum metode duo-trio adalah pengidentifikasian dan penentuan satu
sampel yang berbeda dengan sampel pembanding (sampel baku). Tiga sampel
disajikan bersamaan, panelis diminta untuk memilih satu diantara 2 sampel lain yang
berbeda dengan sampel pembanding (reference).
2) Sampel pada pengujian organoleptic metode Duo-trio yang berbeda yaitu terdapat
pada sampel kode 495 dan berbeda nyata pada taraf 1%.
2. Saran
Saran untuk praktikum Duo-Trio dilakukan pengujian dengan ruangan yang tertutup
dengan para panelis lainnya, agar memudahkan panelis dalam pengujian setiap sampel.
H. Daftar Pustaka
Apandi, I., Fajar, R dan Yusmarini. 2016. Analisis Pemetaan Kesukaan Konsumen (Consumers
Preference Mapping) Terhadap Atribut Sensori Produk Soygurt Dikalangan Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta, 3(1) : 1-16
Arbi, Armein S. 2005. Pengenalan Evaluasi Sensory. Universitas Terbuka: Banten
Ginting, E dan Rahmi, E. 2015. Kualitas Dan Preferensi Industri Terhadap Kecap Dari Varietas
Unggul Kedelai Hitam. Hal 452-456
Humairoh, D. 2017. Identifikasi Kapang pada Kecap Kedelai Manis Produksi Lokal Kediri
dengan Metode Pengenceran. Jurnal Sains dan Teknologi, 6(1) : 11-20
Setyowati,A dan Bayu, K. 2015. Kondisi Kritis dan Umur Simpan Oyek Berprotein Tinggi yang
Dikemas dalam Polipropilen dan Polietilen. Jurnal AgriBisnis, 6(1) :61-72
A. Judul : Pengujian Organoleptik Metode Segitiga
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum pengujian metode segitiga yaitu
3. Untuk mengetahui prinsip pengujian organoleptik metode segitiga
4. Untuk mengetahui sampel yang berbeda dari tiga sampel yang diuji
C. Prinsip Praktikum
Prinsip dari praktikum metode uji segitiga yaitu mendeteksi perbedaan terkecil dalam
pengujian dari tiga sampel berkode. Tiga sampel disajikan secara bersamaan, dua dari tiga
sampel merupakan sampel yang sama, dan satu sampel berbeda. Panelis diminta untuk memilih
satu dari tiga sampel yang berbeda dari dua lainnya.

D. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum pengujian metode segitiga yaitu
Sendok, Gelas plastik, Pulpen
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum pengujian metode segitiga yaitu
Sampel minuman yang berbeda
Air minum
Kuisoner pengujian
Tissue
E. Prosedur Kerja
Prosedur dari praktikum metode duo-trio yakni sebagai berikut;
1. Terlebih dahulu, dilakukan pembagian dalam dua kelompok yaitu panelis dan penyaji.
2. Selanjutnya dilakukan preparasi tiga sampel sari buah jeruk yang disiapkan dalam gelas
plastik dengan diberikan tiga kode digit angka yang berbeda,
3. Kemudian, sampel disajikan kepada panelis
4. Lalu penyaji memberikan instruksi kepada panelis sebelum melakukan pengujian
5. Setelah itu, panelis menentukan sampel yang berbeda dari tiga sampel yang disajikan
dengan memberi tanda pada kuisoner yang telah disediakan.

F. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Tabel 01. Hasil pengujian sampel metode Segitiga
Keterangan
Deskripsi Tabel
Berdasarkan tabel 01 menunjukkan bahwa jumlah panelis yaitu sebanyak 36 panelis
terdapat 24 panelis yang menjawab benar dengan memilih sampel kode 839 sedangkan
enam panelis lainnya memilih sampel kode 123 dan enam panelis lainnya memilih
sampel 675 yang merupakan jawaban yang salah. Berdasarkan table statistic pengujian
organoleptic metode segitiga menunjukkan bahwa hasil tersebut berbeda nyata pada taraf
1%.
2. Pembahasan
Hasil
Hasil praktikum pengujian metode segitiga menunjukkan bahwa jumlah panelis sebanyak
36 panelis terdapat 24 panelis yang menjawab benar dengan memilih sampel kode 839
sedangkan enam panelis lainnya memilih sampel kode 123 dan enam panelis lainnya
memilih sampel 675 yang merupakan jawaban yang salah. Berdasarkan table statistic
pengujian organoleptic metode segitiga menunjukkan bahwa hasil tersebut berbeda nyata
pada taraf 1%. Hasil yang berbeda nyata pada pengujian metode segitiga disebabkan
karena berbagai faktor yang dapat mempengaruhi diantaranya sensitivitas psikologis
panelis serta pengaruh dari atribut sensori pada sampel. Selain itu, kondisi panelis yang
kurang sehat dan ketidaksukaan panelis terhadap sampel yang disajikan dapat
mempengaruhi hasil pengujian. Hal ini sesuai dengan Apandi (2016) yang menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengujian indrawi yaitu sensitivitas
psikologis dan pengujian sampel.
Sampel
Sari buah jeruk merupakan cairan dari hasil pengepresan buah jeruk dengan
proses mekanis, dan memiliki karakteristik warna, bau dan flavor seperti buah asalnya.
Bahan komposisi yang terdapat pada produk sari buah jeruk adalah air, gula, bulir jeruk,
konsentrat jeruk, perisa jeruk, pengatur keasaman asam sitrat, natrium sitrat dan vitamin
C. Berdasarkan praktikum yang dilakukan minuman sari buah jeruk memiliki perbedaan
dari segi tingkat kemanisan dan rasa pahit yang ditimbulkan serta aroma ekstrak jeruk
pada setiap sampel. Rasa pahit yang timbul disebabkan karena dalam sari buah jeruk
mengandung limonin yang memberikan rasa pahit pada sari buah. Penghilang rasa pahit
pada sari buah jeruk dapat dilakukan dengan penggunaan selulosa asetat sehingga setiap
produk sari buah jeruk memiliki tingkat flavor yang berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hermawan (2009) yang menyatakan bahwa Sari buah jeruk merupakan cairan
dari hasil pengepresan buah jeruk dengan proses mekanis, dan memiliki karakteristik
warna, bau dan flavor seperti buah asalnya.
Metode pengujian organoleptik (segitiga/duotrio) dan prinsip pengujian
Uji segitiga atau uji triangle ini digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang
kecil berdasarkan pada sensitivitas panelis dalam membedakan dua sampel dan pengujian
ini sifatnya lebih terarah. Pengujian uji segitiga kepada masing-masing panelis disajikan
secara acak tiga sampel berkode. Pengujian biasanya dilakukan bersamaan tetapi dapat
pula berturut-turut. Prinsip dari uji segitiga atau triangle adalah dua dari tiga sampel yang
sama, dan yang sampel yang ketiga berbeda. Panelis diminta untuk memilih satu dari tiga
sampel yang berbeda. Pengujian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan kecil
sehingga biasanya di aplikasikan pada industri pangan dalam kebutuhan pengembangan
produk terhadap penerimaan konsumen. Hal ini sesuai dengan Tarwendah (2017) yang
menyatakan bahwa prinsip uji segitiga adalah dua dari tiga sampel merupakan sampel
yang sama dan satunya berbeda. Panelis diminta untuk memilih satu dari tiga sampel
yang berbeda.
Panelis
Panelis merupakan anggota panel yang terlibat dalam penilaian organoleptik
berdasarkan produk yang disajikan. Adapun beberapa macam panelis yaitu panelis
terlatih, semi terlatih (panelis laboratorium), panelis tidak terlatih (konsumen). Syarat
panelis secara umum yaitu kemampuan memberikan kesan serta kemampuan alat indra
memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi
kemampuan mendeteksi (detection), mengenali (recognition), membedakan
(discrimination), membandingkan (scalling). Panelis yang digunakan pada praktikum
yaitu panelis semi terlatih dengan jumlah 36 orang yang telah mendapat pelatihan
mengenai cara melakukan pengujian sensori secara umum. Hal ini sesuai dengan Subi
(2005) yang menyatakan bahwa panelis tidak terlatih terdiri dari lebih dari 25 orang
dalam pengujian sampel.

Parameter organoleptik
Parameter organoleptik dari pengujian sampel sari buah jeruk yaitu berdasarkan
parameter rasa. Atribut rasa yang dinilai yaitu kemanisan, rasa asam, dan pahit. Rasa
pahit yang timbul disebabkan karena di dalam sari buah jeruk terdapat senyawa limonin
yang memberikan rasa pahit pada produk sehingga setiap produk sari buah memiliki
senyawa limonin yang berbeda-beda sesuai dengan jumlah konsentrasi buah jeruk yang
digunakan. Hal ini sesuai dengan Kadarisman (2016) yang menyatakan bahwa limonin
terdapt didalam sari buah yang terbawa pada saat pengepresan, senyawa limonoic acid
memberikan rasa pahit pada produk sari buah jeruk.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tanggapan panelis


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tanggapan panelis yaitu sensitivitas
psikologis diantaranya panelis yang tidak melakukan pengujian 1 jam setelah makan dan
kondisi panelis yang kurang sehat dapat mempengaruhi fungsi indra. Adapula faktor yang
dapat mempengaruhi yaitu faktor psikologis di antaranya expectation error, stimulus
error, logical error, sugesti. Selain itu juga, keterangan tentang sampel data
mempengaruhi tanggapan panelis yaitu keseragaman sampel, penomoran atau pemberian
kode pada sampel (biasanya digunakan 3 angka sembarang atau huruf), bentuk penyajian,
wadah, serta penetral (air minum). Hal ini sesuai dengan Apandi (2016), yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan panelis yaitu sensitivitas
psikologis, kesalahan psikologis dan pengujian sampel.

G. Kesimpulan dan saran


1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pengujian metode segitiga yaitu
1) Prinsip dari metode segitiga yaitu setiap panelis disajikan tiga sampel (dua sampel
dari produk yang sama dan satu sampel dari produk yang berbeda). Panelis diminta
untuk memilih satu dari tiga sampel yang berbeda dari dua lainnya.
2) Sampel pengujian segitiga yang berbeda yaitu terdapat pada sampel kode 839.
2. Saran
Saran untuk praktikum metode segitiga dilakukan pengujian dengan ruangan yang
tertutup dengan para panelis lainnya, agar memudahkan panelis dalam pengujian setiap
sampel.

H. Daftar Pustaka
Apandi, I., Fajar, R dan Yusmarini. 2016. Analisis Pemetaan Kesukaan Konsumen (Consumers
Preference Mapping) Terhadap Atribut Sensori Produk Soygurt Dikalangan Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta, 3(1) : 1-16
Arbi, Armein S. 2005. Pengenalan Evaluasi Sensory. Universitas Terbuka: Banten
Hermawan, Y. 2009. Analisis tingkat kepuasan konsumen terhadap minuman sari buah. Institut
Pertanian Bogor : Bogor
Kadarisman, D., Sunarmani dan Muti, A. 2016. Mempelajari Perubahan Fisika dan Kimia Sari
Buah Jeruk Siam (C. Nobilis Var Microcarpa) dan Proses Pengurangan Rasa Pahit
Dalam Pembuatan Konsentrat. Ilmu dan Teknologi Pangan, 4(1) : 61-68
Tarwendah, Ivani P. 2017. Studi Komparasi Atribut Sensoris dan Kesadaran Merek Produk
Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 5(2) : 66-73
A. Judul : Metode Uji Perbandingan Berganda
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum metode uji perbandingan berganda yakni sebagai berikut;
5. Untuk mengetahui prinsip pengujian organoleptic metode perbandingan berganda
6. Untuk mengetahui sampel yang memiliki tingkat kemanisan yang paing tinggi
C. Prinsip Praktikum
Prinsip dari praktikum metode uji perbandingan berganda adalah pengidentifikasi dan
penentuan sampel dengan sampel pembanding (sampel baku). Pengujian dilakukan dengan
empat sampel yang disajikan bersamaan, panelis diminta untuk membandingkan sampel uji
berdasarkan tingkat kemanisannya.

D. Alat dan Bahan


3. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum metode uji perbandingan berganda yakni sebagai
berikut;
Sendok, gelas plastik, Pulpen
4. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum metode uji perbandingan berganda yakni sebagai
berikut;
Susu
Air minum
Kuisoner pengujian
Tissue
E. Prosedur Kerja
Prosedur dari praktikum metode uji perbandingan berganda yakni sebagai berikut;
6. Terlebih dahulu, dilakukan pembagian dalam dua kelompok yaitu panelis dan penyaji.
7. Selanjutnya dilakukan preparasi empat sampel susu yang disiapkan dalam gelas plastik
dengan diberikan tiga kode digit angka yang berbeda,
8. Kemudian, sampel disajikan kepada panelis
9. Lalu, penyaji memberikan instruksi kepada panelis mengenai pengujian berdasarkan
tingkat kemanisan sampel yang akan diuji,
10. Setelah itu, panelis membandingkan tiga sampel dengan sampel baku (pembanding) pada
kuisoner yang telah disediakan.

F. Hasil dan Pembahasan


3. Hasil
Hasil dari praktikum metode uji perbandingan berganda sebagai berikut;
Tabel 03. Hasil Pengujian sampel metode uji perbandingan berganda
Sumber DB JK KT F.Hitung F.Tabel
Keragaman 5% 1%
Sampel 2 29,89 14,94 4,68 3,16 5,01
Panelis 28 76,6 2,74 0,86 1,68 2,08
Galat 56 178,78 3,19
Total 86 285,26
Sumber : Data Primer Hasil Praktikum Analisa Sensori, 2019
Keterangan:
DB : Derajat Bebas * : Berbeda nyata
JK : Jumlah Kuadrat tn : Tidak berbeda nyata
KT : Kuadrat Tengah
Deskripsi Tabel
Berdasarkan tabel 03 menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata berdasarkan hasil sampel
f. hitung lebih kecil daripada f.tabel pada taraf 1% dan pada panelis f. hitung lebih kecil
dari f.tabel disimpulkan bahwa tidak berbeda nyata pada taraf 1%.

4. Pembahasan
Hasil
Hasil praktikum pengujian metode uji perbandingan berganda menunjukkan
bahwa terdapat tidak berbeda nyata pada berdasarkan hasil sampel f. hitung lebih kecil
daripada f.tabel pada taraf 1% dan pada panelis f. hitung lebih kecil dari f.tabel
disimpulkan bahwa tidak berbeda nyata pada taraf 1%. Hasil menunjukkan bahwa tidak
terdapat beda nyata antara sampel dan panelis. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan
tingkat kemanisan pada sampel tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan Ulfa (2018)
yang menyatakan bahwa jika f. hitung lebih kecil dari f. table maka variable bebas tidak
berpengaruh.

Sampel
Susu merupakan produk sumber protein dan kalsium dengan mutu yang sangat
tinggi. Gula dalam susu disebut laktosa atau gula susu kadarnya sekitar 5-8%. Laktosa
memiliki tingkat kemanisan 0,3 kali lebih manis dari pada sukrosa. Produk susu UHT
yang memiliki kadar laktosa yang berbeda, sebagian besar rasa manis yang timbul pada
susu tersamarkan oleh kasein pada susu sehingga tingkat kemanisan pada susu berbeda-
beda. Hal ini sesuai dengan Koswara (2009), yang menyatakan bahwa gula dalam susu
disebut laktosa atau gula susu kadarnya sekitar 5-8%. Laktosa memiliki tingkat
kemanisan 0,3 kali lebih manis dari pada sukrosa.

Metode pengujian perbandingan berganda dan prinsip pengujian


Prinsip dari praktikum metode uji perbandingan berganda adalah pengidentifikasi
dan penentuan sampel dengan sampel pembanding (sampel baku). Pengujian dilakukan
dengan empat sampel yang disajikan bersamaan, panelis diminta untuk membandingkan
sampel uji berdasarkan tingkat kemanisannya. Adanya sampel pembanding disajikan
bersamaan dengan sampel yang akan di uji tingkat kemanisannya. Uji pembanding
berganda digunakan untuk menguji sifat dari suatu komoditi atau produk. Uji ini dapat
ditujukan untuk penentuan golongan sampel seperti tingkat kemanisan suatu sampel. Hal
ini sesuai dengan pendapat Artanto (2013) yang menyatakan bahwa prinsip dari metode
uji perbandingan berganda adalah pengidentifikasian dan penentuan sampel dengan
sampel pembanding (sampel baku). Pengujian dilakukan dengan empat sampel yang
disajikan bersamaan, panelis diminta untuk membandingkan sampel uji berdasarkan
sampel baku.

Panelis
Panelis merupakan anggota panel yang terlibat dalam penilaian organoleptik
berdasarkan produk yang disajikan. Adapun beberapa macam panelis yaitu panelis
terlatih, semi terlatih (panelis laboratorium), panelis tidak terlatih (konsumen). Panelis
terlatih terdiri dari 15 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik. Panelis semi terlatih
terdiri dari 15-25 atau lebih dengan orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui
sifat sensorik tertentu. Panelis yang digunakan pada praktikum yaitu panelis semi terlatih
dengan jumlah 36 orang yang telah mendapat pelatihan mengenai cara melakukan
pengujian sensori secara umum. Hal ini sesuai dengan Subi (2005) yang menyatakan
bahwa panelis semi terlatih terdiri dari lebih dari 25 orang dalam pengujian sampel.

Parameter organoleptik
Parameter organoleptik dari pengujian sampel susu yaitu parameter rasa.
Parameter rasa merupakan parameter organoleptik yang menggunakan indra pengecap
dalam penentuan tingkat atau nilai pada suatu produk. Tingkat kesukaan panelis terhadap
rasa manis yang dihasikan dari berbagai produk susu yaitu kadar laktosa yang terkandung
di setiap produk. Gula dalam susu disebut laktosa atau gula susu kadarnya sekitar 5-8%.
Laktosa memiliki tingkat kemanisan 0,3 kali lebih manis dari pada sukrosa. Tingkat
kemanisan yang timbul pada susu tersamarkan oleh kasein pada susu sehingga tingkat
kemanisan pada susu berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan Koswara (2009), yang
menyatakan bahwa gula dalam susu disebut laktosa atau gula susu kadarnya sekitar 5-
8%. Laktosa memiliki tingkat kemanisan 0,3 kali lebih manis dari pada sukrosa.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tanggapan panelis


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tanggapan panelis yaitu sensitivitas
psikologis diantaranya panelis yang tidak melakukan pengujian 1 jam setelah makan dan
kondisi panelis yang kurang sehat dapat mempengaruhi fungsi indra. Adapula faktor yang
dapat mempengaruhi yaitu kesalahan psikologis terdapat di antaranya expectation error,
stimulus error, logical error, sugesti. Selain itu juga, keterangan tentang sampel data
mempengaruhi tanggapan panelis yaitu keseragaman sampel, penomoran atau pemberian
kode pada sampel (biasanya digunakan tiga angka sembarang atau huruf), bentuk
penyajian, wadah, serta penetral (air minum). Hal ini sesuai dengan Apandi (2016), yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan panelis yaitu sensitivitas
psikologis, kesalahan psikologis dan pengujian sampel.

G. Kesimpulan dan Saran


3. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum metode uji perbandingan berganda yaitu
3) Prinsip dari praktikum metode uji perbandingan berganda adalah pengidentifikasi dan
penentuan sampel dengan sampel pembanding (sampel baku). Pengujian dilakukan
dengan empat sampel yang disajikan bersamaan, panelis diminta untuk
membandingkan sampel uji berdasarkan tingkat kemanisannya.
4) Sampel pada pengujian perbandingan berganda berdasarkan tingkat kemanisannya
yaitu terdapat pada sampel kode 216.
4. Saran
Saran untuk praktikum uji perbandingan berganda dilakukan pengujian dengan ruangan
yang tertutup dengan para panelis lainnya, agar memudahkan panelis dalam pengujian setiap
sampel.
H. Daftar Pustaka
Apandi, I., Fajar, R dan Yusmarini. 2016. Analisis Pemetaan Kesukaan Konsumen (Consumers
Preference Mapping) Terhadap Atribut Sensori Produk Soygurt Dikalangan Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta, 3(1) : 1-16
Arbi, Armein S. 2005. Pengenalan Evaluasi Sensory. Universitas Terbuka: Banten
Artanto, DW., Efa, NA., Iput, U., Linda, M., Ragil, K dan Very, E. 2013. Uji Pembanding
Ganda dan Jamak. Universitas Yogyakarta : Yogyakarta
Koswara, S. 2009. Teknologi Pengolahan Susu. Jakarta : www.Ebookpangan.com
Ulfa, F. 2018. Rancangan Percobaan. Universitas Hasanuddin : Makassar
A. Judul : Metode Uji Rangking
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum metode uji rangking yaitu
7. Untuk mengetahui prinsip pengujian organoleptic metode rangking
8. Untuk mengetahui tingkat kekerasan dari sampel yang diujikan
C. Prinsip Praktikum
Prinsip dari praktikum metode uji rangking adalah menentukan dan mengurutkan sampel
berkode angka tiga digit. Pengujian dilakukan dengan empat sampel yang disajikan secara
bersamaan, panelis diminta untuk mengurutkan sampel uji berdasarkan tingkat kekerasannya.
D. Alat dan Bahan
3. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum metode uji rangking yaitu
Sendok, piring plastik, Pulpen
4. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum metode uji rangking yaitu
Mie
Air minum
Kuisoner pengujian
Tissue
E. Prosedur Kerja
Prosedur dari praktikum metode uji rangking yakni sebagai berikut;
6. Terlebih dahulu, dilakukan pembagian dalam dua kelompok yaitu panelis dan penyaji.
7. Selanjutnya dilakukan preparasi empat sampel mie yang disiapkan dalam piring plastik
dengan diberikan tiga kode digit angka yang berbeda,
8. Kemudian, sampel disajikan kepada panelis
9. Lalu penyaji memberikan instruksi kepada panelis sebelum melakukan pengujian
10. Setelah itu, panelis menentukan empat sampel yang disajikan dengan mengurutkan
sampel berdasarkan tingkat kekerasannya pada kuisoner yang telah disediakan.

F. Hasil dan Pembahasan


3. Hasil
Tabel 06. Hasil pengujian sampel metode uji rangking
Sumber DB JK KT F.Hitung F.Tabel
Keragaman 5% 1%
Sampel 3 1,8 0,6 0,35 2,71 4,02
Panelis 29 0 0 0 1,6 1,94
Galat 87 148,2 1,7
Total 119 150
Sumber : Sumber : Data Primer Hasil Praktikum Analisa Sensori, 2019
Keterangan:
DB : Derajat Bebas * : Berbeda nyata
JK : Jumlah Kuadrat tn : Tidak berbeda nyata
KT : Kuadrat Tengah

Deskripsi Tabel
Berdasarkan tabel 06 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata berdasarkan hasil
sampel f. hitung lebih kecil daripada f.tabel pada taraf 5% dan pada panelis f. hitung
lebih kecil dari f.tabel disimpulkan bahwa tidak berbeda nyata pada taraf 5%.

4. Pembahasan
Hasil
Hasil praktikum pengujian metode uji ranking menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan nyata berdasarkan hasil sampel f. hitung lebih kecil daripada f.tabel pada taraf
5% dan pada panelis f. hitung lebih kecil dari f.tabel, sehingga dapat dinyatakan bahwa
tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat beda nyata
antara sampel dan panelis. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan tingkat kekerasan pada
sampel tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan Ulfa (2018) yang menyatakan bahwa
jika f. hitung lebih kecil dari f. table maka variable bebas tidak berpengaruh.
Sampel
Mutu mie instan yang baik memiliki karakteristik gigitan relatif kuat, kenyal,
permukaan tidak lengket, dan tekstur yang sangat bergantung pada komposisi mie itu
sendiri. Mie instan terbuat dari adonan terigu atau tepung lainnya sebagai bahan utama
dengan atau tanpa penambahan bahan lainnya yang dikeringkan hingga kadar airnya
sekitar 10%. Semakin banyak penambahan tepung tapioka, maka akan mempengaruhi
kelembutan tekstur dan kerenyahan dari mie itu sendiri sehingga mie akan semakin
renyah. Hal ini sesuai dengan pendapat Widatmoko (2015) yang menyatakan bahwa mie
instan terbuat dari adonan terigu atau tepung lainnya serta dapat dikeringkan hingga
kadar airnya sekitar 10%.

Metode uji rangking dan prinsip pengujian


Prinsip dari metode uji rangking adalah menentukan dan mengurutkan sampel
berkode angka tiga digit. Pengujian dilakukan dengan empat sampel yang disajikan
secara bersamaan, panelis diminta untuk mengurutkan sampel uji berdasarkan
karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya. Uji rangking digunakan untuk melihat
produk yang terbaik berdasarkan sifat dari suatu komoditi atau produk tersebut. Uji ini
dapat ditujukan untuk penentuan golongan sampel seperti tingkat kekerasan suatu
sampel. Hal ini sesuai dengan Tarwendah (2017) yang menyatakan bahwa uji ranking
dapat digunakan untuk mengurutkan serangkaian dua sampel atau lebih sesuai intensitas
mutu.
Panelis
Panelis merupakan anggota dalam penilaian organoleptik berdasarkan produk
yang disajikan. Adapun beberapa macam panelis yaitu panelis terlatih, semi terlatih
(panelis laboratorium), panelis tidak terlatih (konsumen). Syarat panelis secara umum
yaitu kemampuan memberikan kesan serta kemampuan alat indra memberikan reaksi atas
rangsangan yang diterima. Panelis yang digunakan pada praktikum yaitu panelis semi
terlatih dengan jumlah 30 orang yang telah mendapat pelatihan mengenai cara melakukan
pengujian sensori secara umum. Hal ini sesuai dengan Arbi (2005) yang menyatakan
bahwa panelis tidak terlatih terdiri dari lebih dari 25 orang dalam pengujian sampel.

Parameter organoleptik
Parameter organoleptik dari pengujian sampel mie instan yaitu parameter tekstur
berdasarkan tingkat kekerasannya. Mie instan terbuat dari adonan terigu atau tepung
lainnya sebagai bahan utama dengan atau tanpa penambahan bahan lainnya yang
dikeringkan hingga kadar airnya sekitar 10%. Semakin banyak penambahan tepung
tapioka, maka akan mempengaruhi kelembutan tekstur dan kerenyahan dari mie itu
sendiri sehingga mie akan semakin renyah. Tingkat kekerasan sampel dipengaruhi oleh
banyaknya tepung tapioka yang memberikan kerenyahan yang berbeda-beda. Hal ini
sesuai dengan pendapat Widatmoko (2015) yang menyatakan bahwa mie instan terbuat
dari adonan terigu atau tepung lainnya serta dapat dikeringkan hingga kadar airnya
sekitar 10%.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tanggapan panelis


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengujian organoleptik pada suatu produk
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu stimilus error yang terjadi karena
penampakan sampel yang tidak seragam sehingga panel ragu-ragu dalam memberikan
penilaian, logical error yang terjadi apabila panelis memberikan penilaiannya berdasarkan
karakteristik tertentu menurut logikanya yang akan berhubungan dengan karakteristik
lainnya. Selain itu, pengujian organoleptik dapat terjadi karena posisi bias akibat kecilnya
perbedaan antarsampel sehingga panelis sulit memilih sampel berbeda. Hal ini sesuai
dengan Arbi (2005), bahwa dalam uji organoleptik dikenal beberapa pengaruh pengujian
seperti stimulus error, logical error, dan posisi bias.
G. Kesimpulan dan saran
3. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum metode uji ranking yaitu
1. Prinsip dari praktikum metode uji rangking adalah menentukan dan mengurutkan
sampel berkode angka tiga digit. Pengujian dilakukan dengan empat sampel yang
disajikan secara bersamaan, panelis diminta untuk mengurutkan sampel uji
berdasarkan tingkat kekerasannya.
2. Sampel metode pengujian ranking berdasarkan tingkat kekerasannya yaitu terdapat
pada sampel kode 289.
4. Saran
Saran untuk praktikum metode uji skoring dilakukan pengujian dengan ruangan yang
tertutup dengan para panelis lainnya, agar memudahkan panelis dalam pengujian setiap
sampel.
H. Daftar Pustaka
Arbi, Armein S. 2005. Pengenalan Evaluasi Sensory. Universitas Terbuka: Banten
Tarwendah, Ivani P. 2017. Studi Komparasi Atribut Sensoris dan Kesadaran Merek Produk
Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 5(2) : 66-73
Ulfa, F. 2018. Rancangan Percobaan. Universitas Hasanuddin : Makassar

Widatmoko, R dan Teti, E. 2015. Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Mie Kering
Berbasis Tepung Ubi Jalar Ungu pada Berbagai Tingkat Penambahan Gluten. Jurnal
Pangan dan Agroindustri, 3(4) : 86-92
A. Judul : Metode Uji Skoring
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum metode uji skoring yaitu
9. Untuk mengetahui prinsip pengujian organoleptic metode skoring
10. Untuk mengetahui sampel yang memiliki tingkat kemanisan paling tinggi
C. Prinsip Praktikum
Prinsip dari praktikum metode uji skoring adalah menentukan dan mengurutkan sampel
berdasarkan karakteristik yang ditentukan. Pengujian dilakukan dengan tiga sampel yang
disajikan secara bersamaan, panelis diminta untuk mengurutkan sampel uji berdasarkan tingkat
kemanisannya.

D. Alat dan Bahan


5. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum metode uji skoring yaitu
Sendok, gelas plastik, Pulpen
6. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum metode uji skoring yaitu
Cola
Air minum
Kuisoner pengujian
Tissue
E. Prosedur Kerja
Prosedur dari praktikum metode uji rangking yakni sebagai berikut;
11. Terlebih dahulu, dilakukan pembagian dalam dua kelompok yaitu panelis dan penyaji.
12. Selanjutnya dilakukan preparasi tiga sampel cola yang disiapkan dalam gelas plastik
dengan diberikan tiga kode digit angka yang berbeda,
13. Kemudian, sampel disajikan kepada panelis
14. Lalu penyaji memberikan instruksi kepada panelis sebelum melakukan pengujian
15. Setelah itu, panelis menentukan dari tiga sampel yang disajikan dengan mengurutkan
tingkat kemanisan sampel uji pada kuisoner yang telah disediakan.

F. Hasil dan Pembahasan


5. Hasil
Tabel 04. Hasil pengujian sampel metode uji skoring
Sumber DB JK KT F.Hitung F.Tabel
Keragaman 5% 1%
Sampel 2 1,82 0,91 0,82 3,16 5,01
Panelis 29 48,85 1,74 1,57 1,68 2,08
Galat 56 62,18 1,11
Total 86 112,85
Sumber : Sumber : Data Primer Hasil Praktikum Analisa Sensori, 2019
Keterangan:
DB : Derajat Bebas * : Berbeda nyata
JK : Jumlah Kuadrat tn : Tidak berbeda nyata
KT : Kuadrat Tengah

Deskripsi Tabel
Berdasarkan tabel 04 menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan secara nyata
berdasarkan hasil sampel f. hitung lebih kecil daripada f.tabel pada taraf 5% dan pada
panelis f. hitung lebih kecil dari f.tabel disimpulkan bahwa tidak berbeda nyata pada taraf
5%.

6. Pembahasan
Hasil
Hasil praktikum pengujian metode uji skoring menunjukkan bahwa tidak adanya
perbedaan secara nyata berdasarkan hasil sampel f. hitung lebih kecil daripada f.tabel
pada taraf 5% dan pada panelis f. hitung lebih kecil dari f.tabel sehingga dapat dinyatakan
bahwa tidak berbeda nyata pada taraf 5%. Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat beda
nyata antara sampel dan panelis. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan tingkat
kemanisan pada sampel tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan Ulfa (2018) yang
menyatakan bahwa jika f. hitung lebih kecil dari f. table maka variable bebas tidak
berpengaruh.

Sampel
Minuman berkarbonasi ialah minuman yang mengandung gas CO2 murni seperti
produk cola. Proses produksi Coca-cola menggunakan bahan baku yaitu air, gula,
konsentrat dan CO2 dengan ditambah bahan penolong dan bahan pengemas. Proses
pembuatannya mengalami tiga proses yaitu pra pelapisan, penyaringan dan sterilisasi.
Sirup awal kemudian ditambah dengan konsentrat dan air untuk menghasilkan sirup akhir
yang siap dipakai untuk pembuatan minuman. Gula digunakan untuk membuat sirup
awal, fungsi lainnya sebagai pembawa komonen flavor agar merata diseluruh bagaian
minuman. Hal ini sesuai dengan pendapat Riandi (1997) yang menyatakan bahwa proses
produksi Coca-cola menggunakan bahan baku yaitu air, gula, konsentrat dan CO2 dengan
ditambah bahan penolong dan bahan pengemas.

Metode uji skoring dan prinsip pengujian


Uji skoring merupakan salah satu pengujian organoleptik dalam menilai atribut
mutu berdasarkan kesan atau intensitas karakteristik sensorik berdasarkan skala numeric.
Prinsip dari praktikum metode uji skoring adalah menentukan dan mengurutkan sampel
berdasarkan karakteristik yang ditentukan. Pengujian dilakukan dengan tiga sampel yang
disajikan secara bersamaan, panelis diminta untuk mengurutkan sampel berdasarkan
golongannya. Uji skoring digunakan untuk melihat produk yang terbaik berdasarkan sifat
dari suatu komoditi atau produk tersebut. Uji ini dapat ditujukan untuk penentuan
golongan sampel seperti tingkat kemanisan suatu sampel. Hal ini sesuai dengan
Kristianto (2011), yang menyatakan bahwa uji skoring dilakukan dengan menggunakan
pendekatan skala atau skor.

Panelis
Panelis merupakan anggota panel yang terlibat dalam penilaian organoleptik
berdasarkan produk yang disajikan. Adapun beberapa macam panelis yaitu panelis
terlatih, semi terlatih (panelis laboratorium), panelis tidak terlatih (konsumen). Syarat
panelis secara umum yaitu kemampuan memberikan kesan serta kemampuan alat indra
memberikan reaksi atas rangsangan yang diterima. Kemampuan tersebut meliputi
kemampuan mendeteksi (detection), mengenali (recognition), membedakan
(discrimination), membandingkan (scalling). Panelis yang digunakan pada praktikum
yaitu panelis semi terlatih dengan jumlah 29 orang yang telah mendapat pelatihan
mengenai cara melakukan pengujian sensori secara umum. Hal ini sesuai dengan Arbi
(2005) yang menyatakan bahwa panelis tidak terlatih terdiri dari lebih dari 25 orang
dalam pengujian sampel.

Parameter organoleptic
Parameter organoleptic dari pengujian sampel cola yaitu tingkat kemanisannya.
Proses produksi Coca-cola menggunakan bahan baku yaitu air, gula, konsentrat dan CO2
dengan ditambah bahan penolong dan bahan pengemas. Fungsi gula sebagai pembawa
komonen flavor agar merata diseluruh bagaian minuman. Bahan pemanis yang sering
digunakan dalam industry minuman ringan adalah sukrosa (gula pasir). Konsentrasi gula
yang ditambah berbeda sehingga mempengaruhi tingkat kemanisan sampel. Hal ini
sesuai dengan pendapat Riandi (1997) yang menyatakan bahwa komponen gula
diperlukan untuk menyeimbangkan beberapa komponen lain dalam minuman ringan.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tanggapan panelis


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tanggapan panelis yaitu sensitivitas
psikologis diantaranya panelis dengan kondisi yang kurang sehat dapat mempengaruhi
fungsi indra. Adapula faktor yang dapat mempengaruhi yaitu faktor psikologis di
antaranya expectation error, stimulus error, logical error, sugesti. Selain itu juga,
keterangan tentang sampel data mempengaruhi tanggapan panelis yaitu keseragaman
sampel, penomoran atau pemberian kode pada sampel (biasanya digunakan 3 angka
sembarang atau huruf), bentuk penyajian, wadah, serta penetral (air minum). Hal ini
sesuai dengan Apandi (2016), yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
tanggapan panelis yaitu sensitivitas psikologis, kesalahan psikologis dan pengujian
sampel.

G. Kesimpulan dan saran


5. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum metode uji skoring yaitu
1. Prinsip dari praktikum metode uji skoring adalah menentukan dan mengurutkan
sampel berdasarkan karakteristik yang ditentukan. Pengujian dilakukan dengan tiga
sampel yang disajikan secara bersamaan, panelis diminta untuk mengurutkan sampel
uji berdasarkan tingkat kemanisannya.
2. Sampel metode pengujian ranking berdasarkan tingkat kekerasannya yaitu terdapat
pada sampel kode 157.
6. Saran
Saran untuk praktikum metode uji skoring dilakukan pengujian dengan ruangan yang
tertutup dengan para panelis lainnya, agar memudahkan panelis dalam pengujian setiap
sampel.

H. Daftar Pustaka
Apandi, I., Fajar, R dan Yusmarini. 2016. Analisis Pemetaan Kesukaan Konsumen (Consumers
Preference Mapping) Terhadap Atribut Sensori Produk Soygurt Dikalangan Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Riau. Jom Faperta, 3(1) : 1-16
Arbi, Armein S. 2005. Pengenalan Evaluasi Sensory. Universitas Terbuka: Banten
Kristianto S, Maramis C, dan Hudiono A. 2011. Pengolahan Es Krim di PT. Campina Ice Cream
Industry Surabaya-Jawa Timur. Universitas Katolik Widya Mandala : Surabaya.
Riandi, H. 1997. Mempelajari Teknologi Proses Produksi Dan Pengendalian Mutu di Pt. Coca
Cola Amatil Jakarta. Institut Pertanian Bogor : Bogor [SKripsi]
Ulfa, F. 2018. Rancangan Percobaan. Universitas Hasanuddin : Makassar
HEDONIK
Pengujian hedonic dilakukan untuk kepentingan pemasaran. Uji ini digunakan untuk
mengetahui respon konsumen terhadap suatu produk dan untuk mengetahui kualitas suatu
produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen. Prinsip dari pengujian hedonic yaitu panelis
diminta untuk memberikan kesan mengenai kesukaan atau ketidaksukaan terhadap produk yang
disajikan.Hal ini sesuai dengan Tarwendah (2017) yang menyatakan bahwa uji hedonic
dilakukan untuk mengetahui kualitas suatu produk yang dapat memenuhi keinginan konsumen
berdasarkan organoleptic.
Panelis merupakan anggota panel yang terlibat dalam penilaian organoleptik berdasarkan
produk yang disajikan. Adapun beberapa macam panelis yaitu panelis terlatih, semi terlatih
(panelis laboratorium), panelis tidak terlatih (konsumen). Panelis terlatih terdiri dari 15 orang
yang mempunyai kepekaan cukup baik. Panelis semi terlatih terdiri dari 15-25 atau lebih dengan
orang yang sebelumnya dilatih untuk mengetahui sifat sensorik tertentu. Panelis yang digunakan
pada praktikum yaitu panelis semi terlatih dengan jumlah 30 orang yang telah mendapat
pelatihan mengenai cara melakukan pengujian sensori secara umum. Hal ini sesuai dengan Arbi
(2005) yang menyatakan bahwa panelis semi terlatih terdiri dari lebih dari 25 orang dalam
pengujian sampel.

Anda mungkin juga menyukai