Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM SIFAT FISIK DAN INDRAWI

ACARA II
UJI PEMBEDAAN

OLEH
Sela Novita Sari
J1A016095
Kelompok XVI

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAM
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Mataram, 15 April 2019

Mengetahui,

Co. Asst Praktikum Sifat Fisik dan Indrawi Praktikan,

Muh. Abdul Ghafur Sela Novita Sari


NIM. J1A015056 NIM. J1A016095
ACARA II
UJI PEMBEDAAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pengujian organoleptik mempunyai bermacam-macam cara. Penilaian
organoleptik atau penilaian dengan indera merupakan penilaian kualitas makanan
yang paling primitive. Penilaian dengan indera merupakan cara penilaian
yang kuno karena telah lama sekali digunakan, namun cara ini sangat umum
digunakan. Cara ini banyak digunakan untuk menilai mutu komoditi hasil
pertanian, bahkan para konsumen dan ibu rumah tangga juga menggunakan cara ini
dalam memilih keperluan sehari-hari. Ada bermacam-macam metode pengujian
organoleptik yang dapat digolongkan dalam beberapa kelompok. Metode
pengujian yang populer adalah kelompok pengujian pembedaan (difference test)
dan kelompok pengujian pemilihan (preference test), yang banyak
digunakan dalam penelitian, analisis proses, dan penilaian hasil akhir.
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan
sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat saja disajikan
sejumlah sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang dipertentangkan. Uji ini juga
dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan
modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk
mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi
yang sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan
dipahami panelis (Susiwi, 2009).
Pengujian sensoris (uji panel) berperan penting dalam
pengembangan produk dengan meminimalkan resiko dalam pengambilan
keputusan. Panelis dapat mengidentifikasikan sifat-sifat sensoris yang akan
membantu untuk mendeskripsikan produk. Saat ini metode uji perbandingan
pembedaan sering digunakan untuk metode analisa organoleptik. Uji duo-trio dan
uji segitiga merupakan contoh uji pembedaan. Uji duo-trio adalah uji yang
digunakan untuk mendeteksi adanya perbedaan yang kecil antara dua contoh
sedangkan uji segitiga digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang kecil. Oleh
karena itu, perlu dilakukan uji duo-trio dan uji segitiga.

Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk melatih tata cara pengujian
uji pembeda, menganalisis respon uji dan mengetahui perbedaan dari uji perbedaan
pasangan, duo-trio dan uji segitiga.
TINJAUAN PUSTAKA

Pengujian organoleptik pada prinsipnya terdapat 3 jenis uji, yaitu uji


pembeda, uji deskripsi,dan uji afektif. .Uji pembedaan dimaksudkan untuk melihat
secara statistik adanyaperbedaan contoh dan sensitifity test, yang mengukur
kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu sifat sensori. Uji pembedaan terdiri dari
uji perbandingan pasangan, dimana para panelis diminta untuk menyatakan apakah
ada perbedaan antara dua contoh yang disajikan. Uji duo-trio dimana ada tiga jenis
contoh (duasama, satu berbeda) disajikan dan para panelis diminta untuk memilih
contoh yang sama dengan standar. Uji lainnya adalah uji segitiga, yang sama
dengan uji duo-trio, tetapi tidak ada standar yang telah ditentukan dan panelis harus
memilih satu produk yang berbeda. (Setyaningsih, 2010).
Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah adaperbedaan
sifat sensorik atau organoleptik antara dua contoh. Meskipundemikian dalam
pengujian dapat saja sejumlah contoh disajikan bersama tetapiuntuk melaksanakan
pembedaan selalu dua contoh yang dapat dipertentangkan.Jika contoh pembanding
diberikan yang perlu diperhatikan bahwa yang terutama dijadikan faktor
pembanding adalah satu atau lebih sensorik dari bahanpembanding itu. Oleh karena
itu, sifat tidak dijadikan faktor pembanding harus diusahakan sama dengan contoh
yang diujikan. Hal tersebut dilakukan agar semua panelis tahu sensorik apa yang
diujikan dan tidak terjadi kekeliruan atausalah paham antara pengelola pengujian
dengan panelis (Sukarto, 2010).
Uji duo-trio adalah uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya perbedaan
yang kecil antara dua contoh. Uji ini relatif lebih mudah karena adanya contoh baku
dalam pengujian. Biasanya uji duo-trio digunakan untuk melihat perlakuan baru
terhadap mutu produk ataupun menilai keseragaman mutu bahan. Uji duo-trio ini
dalam industri pangan dapat digunakan salah satunya adalah untuk reformulasi
suatu produk baru, sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya perbedaan antara
produk lama dan baru. Kelemahan uji duo-trio adalah sulit mendeskripsikan sempel
yang sama dengan pembanding karena panelis sulit untuk mengingat secara detail
bahan yang sedang di analisis, biasanya uji ini dapat dilakukan dengan mudah oleh
seseorang yang memiliki daya ingat yang tinggi (Sarastani, 2010).
Semakin sedikit perbandingan sari kacang koro dalam pembuatan keju
cottage semakin kecil ∑ tanggapan yang benar dalam hal warna artinya, semakin
sulit dibedakan dengan keju cottage control pada uji duo trio. Begitupun dengan
perbandingan sari kacang koro dalam pembuatan keju cottage semakin kecil ∑
tanggapan yang benar dalam hal rasa artinya, semakin sulit dibedakan dengan keju
cottage control pada uji duo trio. Panelis yang digunakan untuk menguji keju
cottage yang dihasilkan adalah 15 panelis, panelis yang digunakan yaitu panelis
agak terlatih..Hasil pengamatan uji duo trio pada tiga sampel terbaik menunjukkan
bahwa keju cottage dengan perbandingan sari kacang koro dan susu sapi 3:1, 2:1,
dan 1:1 tidak berbeda nyata dalam hal warna, aroma dan rasa bila dibandingkan
dengan keju cottage kontrol (Fitri, 2016).
Uji pembedaan duo trio dengan 20 orang panelis harus memiliki
penilaian benar minimal 15 orang panelis pada α = 0,05. Tabel 15 menunjukkan
bahwa sebanyak 17 panelis menjawab benar bahwa warna biskuit F2 berbeda
dengan biskuit R dan 3 panelis menjawab salah. Sebanyak 15 panelis menjawab b
enar bahwa rasa dan tekstur biskuit F2 berbeda dengan biskuit R dan 5 panelisme
njawab salah Hal ini menunjukkan bahwa biskuit dengan penggunaan
tepung pisang batu sebanyak 85% dari total tepung yang digunakan (F2) berbeda
dengan biskuit kontrolnya (R) yang terbuat dari 100% tepung terigu baik dari
segi warna,rasa atau tekstur (Nurdjanah, 2011)
Uji organoleptik hanya dilakukan terhadap rasa dengan menggunakan dua
uji yaitu uji duo trio dan uji hedonik. Penilaian pada uji duo trio dilakukan dengan
tujuan untuk melihat adanya perbedaan antara dua contoh sampel yang akan diuji
dengan sampel standar. Dalam uji duo trio panelis diminta untuk memilih 1 dari 2
sampel yang belum dikenali yang memiliki rasa yang sama dengan sampel standar.
Uji beda dari kontrol digunakan untuk menentukan adanya perbedaan antara
kontrol dan sampel yang diuji dan memperkirakan ukuran dari setiap perbedaannya
(Susiwi, 2009).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, 29 Maret 2019 di Laboratorium
Pengendalian Mutu, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas
Mataram.

Alat dan Bahan Praktikum


a.Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas kaca,
sendok plastik, sendok alumunium, piring, label dan gelas plastik.
b.Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air, sirup
marjan, sirup ABC, kacang sukro merk A, kacang sukro merk B, dan roti tawar.

Prosedur Kerja
a. Uji Duo-Trio
Disiapkan alat dan sampel sirup

Diberi kode (1 kontrol, 2 contoh)

Dicicipi dan dipilih sampel yang sama dengan


kontrol (rasa, warna dan kekentalan)

Dicatat hasil dan dihitung JKB

Dibandingkan dengan tabel Duo-Trio α 5%


b. Uji Pembeda Segitiga
Disiapkan alat dan sampel kacang atom

Diberi kode

Dicicipi dan dipilih satu sampel yang berbeda


(warna, rasa dan kerenyahan)

Dicatat hasil dan dihitung JKB

Dibandingkan dengan tabel uji segitiga α 5%


HASIL PENGAMATAN

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Uji Pembeda Segitiga (Kacang Atom)


Atribut Pengganti
No. Panelis Warna Rasa Kerenyahan
475 698 236 475 698 236 475 698 236
1 Ismail Yahya 0 1 0 0 1 0 0 1 0
2 Ketut Deta Rastika 0 1 0 0 1 0 0 1 0
3 Lilis Neneng Karyanti 0 1 0 0 1 0 0 1 0
4 M. Farras Abiyyuddin 0 1 0 0 1 0 0 1 0
5 M. Habib Noval Saputra 0 1 0 0 1 0 0 1 0
6 Marhama 0 1 0 0 1 1 0 0 1
7 Meilawanti 0 1 0 0 1 0 0 0 1
8 Muhammad Rizky Nul Asry 0 1 0 0 1 0 0 0 1
9 Musfika Agustina Sintiani 0 1 0 0 1 0 0 0 1
10 Neyla Vista Maramy 0 1 0 0 1 0 0 0 1
11 Ni Luh Larasaty Sukmadewi 0 1 0 0 1 0 0 0 1
12 Ni Made Neni Parmiutari 0 1 0 0 1 0 0 1 0
13 Nonik Salwinda - - - - - - - - -
14 Novia Rizki Warismayati 0 1 0 0 1 0 0 1 0
15 Nurul Mayasari 0 1 0 0 1 0 0 1 0
16 Putri Nurmuslimah 0 1 0 0 1 0 0 1 0
17 Raodatul Almi 0 1 0 0 1 0 0 1 0
18 Sela Novita Sari 0 1 0 0 1 0 0 1 0
19 Sri Wulan Anggraini 0 1 0 0 1 0 0 1 0
20 Susi Aprilianti 0 1 0 0 1 0 0 1 0
21 Yayik Dwi Balgis 0 1 0 0 1 0 0 1 0
22 Zahrah Khaerani 0 1 0 0 1 0 0 1 0
JKB (Jumlah Keputusan Benar) 21 21 15
α 5% 12 12 12

Keterangan :
475 : Kacang Atom Garuda
236 : Kacang Atom Garuda
698 : Kacang Atom Sukro
Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Uji Pembeda Duo-Trio (Sirup)
Atribut Pengganti
No. Panelis Warna Rasa Kerenyahan
Kontrol 832 116 Kontrol 832 116 Kontrol 832 116
1 Ismail Yahya 0 1 0 0 1 0 0 0 1
2 Ketut Deta Rastika 0 1 0 0 0 1 0 0 1
3 Lilis Neneng Karyanti 0 1 0 0 1 0 0 0 1
4 M. Farras Abiyyuddin 0 1 0 0 1 0 0 0 1
5 M. Habib Noval Saputra 0 1 0 0 0 1 0 0 1
6 Marhama 0 1 0 0 0 1 0 1 0
7 Meilawanti 0 1 0 0 1 0 0 1 0
8 Muhammad Rizky Nul Asry 0 1 0 0 0 1 0 1 0
9 Musfika Agustina Sintiani 0 1 0 0 1 0 0 1 0
10 Neyla Vista Maramy 0 1 0 0 0 1 0 1 0
11 Ni Luh Larasaty Sukmadewi 0 1 0 0 0 1 0 1 0
12 Ni Made Neni Parmiutari 0 1 0 0 1 0 0 0 1
13 Nonik Salwinda - - - - - - - - -
14 Novia Rizki Warismayati 0 0 1 0 0 1 0 0 1
15 Nurul Mayasari 0 1 0 0 0 1 0 0 1
16 Putri Nurmuslimah 0 1 0 0 0 1 0 0 1
17 Raodatul Almi 0 0 1 0 0 1 0 0 1
18 Sela Novita Sari 0 0 1 0 0 1 0 0 1
19 Sri Wulan Anggraini 0 0 1 0 0 1 0 0 1
20 Susi Aprilianti 0 0 1 0 0 1 0 0 1
21 Yayik Dwi Balgis 0 0 1 0 0 1 0 0 1
22 Zahrah Khaerani 0 0 1 0 0 1 0 0 1
JKB (Jumlah Keputusan Benar) 14 15 15
α 5% 17

Keterangan:
Kontrol : Sirup ABC
116 : Sirup ABC
832 : Sirup Indofood
PEMBAHASAN

Uji pembeda pada prinsipnya adalah pengindraan dua rangsangan sejenis.


Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat
sensorik atau organoleptik antara dua contoh. Panelis melakukan proses
pengindraan melalui dua tahap, yaitu mula-mula merespon sifat inderawi yang
diujikan, kemudian membandingkan kedua contoh untuk menyatakan sama atau
beda. Untuk uji pembeda, sebaiknya terlebih dahulu panelis dikenalkan dengan sifat
inderawi yang diujikan dari pasangan contoh yang disajikan. Hal ini sangat penting
untuk disadari oleh penyelenggara ujian, karena apabila panelis belum mengenal
betul sifat inderawi yang diujikan maka memungkinkan diperoleh respon beda yang
tidak sah. Data respon menjadi tidak bernilai tanpa panelis sadar betul sifat inderawi
apa yang dibedakan.
Uji pembedaan biasanya menggunakan anggota panelis yang berjumlah
15-30 orang yang terlatih. Dengan panelis demikian biaya penyelenggaraan lebih
kecil dan hasil pengujiannya cukup peka. Segi kerugiannya ialah bahwa hasil
pengujiannya tidak dapat memberi petunjuk apakah ketidaksukaannya itu
dikehendaki atau tidak. Uji pembedaan terdiri dari uji pasangan (Pair Test,
Duo Test, Comparison Test), uji duo trio (Duo Trio Test), dan uji segitiga
(Triangle Test) (Susiwi, 2009). Akan tetapi pada praktikum kali ini yang digunakan
digunakan uji duo-trio dan uji segitiga.
Uji duo-trio seperti halnya pada uji segitiga, tiap-tiap anggota panel
disajikan tiga contoh, dua contoh dari bahan yang sama dan contoh yang ketiga dari
bahan lain. Bedanya ialah bahwa salah satu dari dua contoh yang sama itu dicicip
atau dikenali dulu dan dianggap sebagai contoh baku, sedangkan kedua contoh
lainnya kemudian. Saat penyuguhannya ketiga contoh itu dapat diberikan
bersamaan atau contoh bakunya diberikan lebih dahulu kemudian kedua contoh
lain disuguhkan. Uji segitiga panelis diminta untuk menilai atau mencari contoh
yang berbeda diantara ketiga contoh tersebut. Panelis harus menunjukkan satu
contoh yang berbeda dengan menuliskan angka 1 dan apabila contoh sama
dituliskan angka 0 pada form isian yang disediakan, sedangkan uji duo-trio panelis
diminta untuk mengenali contoh yang berbeda atau contoh yang sama dengan
contoh baku. Panelis harus mengenal contoh baku terlebih dahulu dan kemudian
memilih salah satu dari dua contoh yang lain. Apabila contoh baku sama dengan
contoh yang disediakan, maka panelis harus mengisikan tanda 0 pada tabel juga
terdapat peluang untuk memilih benar adalah 0,5 pada kedua uji tersebut.
Sampel yang disajikan pada uji segitiga terdiri dari 3 sampel sekaligus tanpa
pembanding (standar). Uji segitiga digunakan untuk pengendalian mutu, riset dan
seleksi panelis. Deskripsi metode yang digunakan dalam uji triangle adalah penyaji
menyajikan 3 sampel kepada masing-masing panelis, 2 sampel diantaranya sama.
Panelis diminta untuk menilainya dengan memilih salah satu diantara ketiga sampel
yang berbeda. Dalam praktikum uji segitiga disajikan 3 contoh larutan sirup,
disediakan 3 gelas dengan kode yang berbeda untuk masing-masing uji segitiga
kekentalan, kemanisan dan warna. Pada (Tabel 2.1.) menunjukkan hasil data uji
segitiga terhadap 22 panelis terdapat perbedaan nyata pada sampel 475, 698 dan
236 terhadap warna, rasa, dan kerenyahan pada kacang atom SUKRO dan kacang
atom DUA KELINCI dengan signifikansi 5% (JKB < α = 5%) karena jumlah
keputusan benar lebih dari keputusan benar minimal 12 orang.
Batas nilai alpha yang dipakai untuk menolak H0 adalah α = 0,05 atau 5%.
Nama lainnya adalah tingkat kesalahan/resiko sebesar 5% atau taraf signifikansi
5%. Kebalikannya adalah tingkat kepercayaan sebesar 95% (didapatkan dari 1-a).
Jadi ketika misalnya kita mendapatkan nilai korelasi XY sebesar 0,8 dengan
p<0,05, artinya kita memiliki peluang yang kecil (< 5%) untuk salah dalam
memutuskan bahwa X dan Y tidak berkorelasi. Jadi, H0 kita tolak. Karena H0 kita
tolak, kita lalu menerima Ha dan akhirnya kita simpulkan XY berkorelasi, jika hasil
JKB lebih besar dari pada α = 5% maka bisa dikatakan sampel sudah bisa
dibedakan, dan jika masih kurang dari α = 5% maka sampel belum bisa dibedakan.
Berdasarkan hasil pengamatan uji duo-trio pada Tabel (2.2) yang telah
dilakukan maka didapatkan hasil, bahwa dari 22 panelis semi terlatih yang
memberikan nilai yang sama atau yang benar sebanyak 14, 15 dan 15 panelis untuk
warna, rasa dan kerenyahan antara sampel kontrol dengan sampel yang memiliki
kode 832 dan 116, diperoleh jumlah keputusan yang benar pada sampel yang telah
didapatkan hasilnya lebih kecil dibandingkan dengan nilai pada tabel uji duo-trio
yaitu 17 dengan α = 5% sehingga dapat dinyatakan tidak berbeda nyata yang artinya
panelis tidak mampu membedakan dan mengetahui sampel mana yang sama
dengan sampel kontrol dan biasanya tidak semua panelis bisa membedakan atau
mengetahui sampel yang sama karena adanya beberapa faktor seperti sensitivitas
yang dimiliki setiap panelis berbeda-beda serta kemungkinan adanya rasa yang
tertinggal yang diberikan oleh sampel setelah pengujian. Begitupula untuk atribut
rasa dan warna, atribut ini membutuhkan kepekaan panelis dalam membedakannya.
Hal ini disebabkan karena atribut rasa dan warna yang disajikan hampir sama,
sehingga panelis yang mampu memberikan respon positif berarti memiliki
kehandalan tinggi atau kepekaan organoleptiknya bagus dalam membedakannya.
Keunggulan (reliability) dari uji pembedaan tergantung dari pengenalan
sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan, dan kepekaan masing-masing anggota
panelis. Jumlah anggota panelis mempengaruhi derajat keandalan hasil pengujian.
Meskipun demikian uji pembedaan yang dilakukan secara saksama dengan
menggunakan panelis yang terlatih akan memberikan hasil pembedaan yang jauh
lebih baik daripada yang dilakukan tanpa menggunakan panelis terlatih meskipun
dengan anggota panelis yang besar jumlahnya. Uji pembedaan biasanya
menggunakan anggota panelis yang ber jumlah 15-30 orang yang terlatih. Dengan
panelis demikian biaya penyelenggaraan lebih kecil dan hasil pengujiannya cukup
peka. Sedangkan kelemahannya ialah bahwa hasil pengujiannya tidak dapat
memberi petunjuk apakah perbedaan itu dikehendaki atau tidak.
Adanya perbedaan respon positif dan negatif pada masing-masing
parameter yang di ujikan itu tergantung dari kehandalan panelis, panelis yang
memiliki kehandalan akan mampu memberikan respon positif, seperti pada atribut
kemanisan diperlukan sensitif organoleptik panelis yang handal karena pada uji
segitiga ini tidak diberikan kontrol sehingga sulit bagi panelis membedakan ketiga
atribut yang di ujikan. Begitupula untuk atribut kekentalan dan warna, atribut ini
membutuhkan kepekaan panelis dalam membedakannya. Hal ini disebabkan karena
atribut kekentalan dan warna yang disajikan hampir sama, sehingga panelis yang
mampu memberikan respon positif berarti memiliki kehandalan tinggi atau
kepekaan organoleptiknya bagus dalam membedakannya.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pengujian
pembeda antara lain sangat tergantung pada terpeliharanya tingkat motivasi secara
memuaskan, tetapi motivasi yang buruk ditandai dengan pengujian terburu-buru,
melakukan pengujian semaunya, partisipasinya dalam pengujian tidak sepenuh hati.
Satu faktor penting yang dapat membantu tumbuhnya motivasi yang baik ialah
dengan mengusahakan agar panelis merasa bertanggung jawab dan berkepentingan
pada pengujian yang sedang dilakukan. Kemudian sensitivitas physiologis, faktor-
faktor yang dapat mencampuri fungsi indera terutama perasa pada pengujian rasa
disarankan kepada panelis untuk berkumur dengan air tawar sebelum melakukan
pengujian. Ketiga, kesalahan psikologis. Pada pengujian yang terutama dilakukan
oleh panelis yang kurang paham dalam tipe pengujian dan bahan yang diuji sering
terjadi kesalahan dalam cara penilaian. Adanya informasi yang diterima oleh
seorang panelis sebelum pengujian akan berpengaruh pada hasilnya.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan, perhitungan dan pembahasan, maka dapat


ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Prinsip uji pembeda adalah pengindraan terhadap dua rangsangan yang
sejenis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan karakteristik
atau sifat yang sesuai antara dua contoh sampel.
2. Hasil data uji segitiga terhadap 22 panelis menyatakan terdapat perbedaan
nyata pada sampel 475, 698 dan 236 terhadap warna, rasa, dan kerenyahan
pada kacang atom SUKRO dan kacang atom DUA KELINCI dengan
signifikansi 5% (JKB < α = 5%) karena jumlah keputusan benar lebih dari
keputusan benar minimal 12 orang.
3. Hasil data uji duo-trio terhadap 22 panelis menyatakan terdapat perbedaan
nyata pada sampel kontrol, 832 dan 116 terhadap warna, rasa, dan
kerenyahan pada sirup ABC dan sirup INDOFOOD dengan signifikansi 5%
(JKB < α = 5%) karena jumlah keputusan benar kurang dari keputusan benar
minimal 17 orang.
4. Keunggulan (reliability) dari uji pembedaan tergantung dari pengenalan sifat
mutu yang diinginkan, tingkat latihan, dan kepekaan masing-masing anggota
panelis. Jumlah anggota panelis mempengaruhi derajat keandalan hasil
pengujian.
5. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu pengujian
pembeda antara lain sangat tergantung pada terpeliharanya tingkat motivasi
secara memuaskan, tetapi motivasi yang buruk ditandai dengan pengujian
terburu-buru, melakukan pengujian semaunya, partisipasinya dalam
pengujian tidak sepenuh hati.
DAFTAR PUSTAKA

Fitri, R.Y., 2016. Kajian Perbandingan Kacang Koro Pedang dan Susu Sapi Dalam
Pembuatan Keju Cottage. Artikel. Universitas Pasundan. Bandung.
Sarastani. 2010. Sifat-sifat Organoleptik dalam Pengujian Bahan Pangan. UGM
Press. Yogyakarta.
Setyaningsih, D. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor.
IPB Press.
Nurdjanah, S.., Nanti M. dan Dwi I., 2011. Karekteristik Biskuit Coklat Dari
Campuran Tepung Pisang Batu (Musa balbisiana colla) Dan Tepung Terigu
Pada Berbagai Tingkat Substitusi. Jurnal Teknologi dan Industri Hasil
Pertanian. 16(1) : 51-62.
Sukarto, 2010. Penelitian Organoleptik. Bharatara Karya Aksara. Jakarta.
Susiwi. 2009. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi
Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor. IPB Press.

Anda mungkin juga menyukai