UJI PEMBEDAAN
[Dual Standars Test dan Two Out Of Five Test]
Kelompok 5 / AP2
Rizky Adi Nugroho J3E115040
Aurelia Rici Destriana J3E115077
Eva Ayu Nabilah J3E215088
PROGRAM DIPLOMA
3.1 Hasil
Tabel 1 Rekapitulasi Data Uji Pembanding Ganda dan Uji Two Out of Five
Jumlah
Panelis 0,40 0,30 0,20 0,10 0,05 0,01 0,001
27 4 4 5 6 6 8 9
3.2 Pembahasan
Uji pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat
sensori atau organoleptik antara dua sampel. Meskipun dapat saja disajikan sejumlah
sampel, tetapi selalu ada dua sampel yang dipertentangkan. Uji ini juga dipergunakan
untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi proses atau bahan
dalam pengolahan pangan untuk mengetahui adanya persamaan atau perbedaan
antara produk dari komoditi yang sama. Jadi agar efektif sifat atau kriteria yang
diujikan harus jelas dan dipahami panelis. Kenadalan (reliabitas) dari uji perbedaan
ini tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan
kepekaan masing-masing panelis (Susiwi 2009).
Pada praktikum kali ini panelis diminta untuk melakukan uji two out of five
dan uji pembanding ganda (dual standards). Adapun pengujian ini dilakukan cara
mengindentifikasi dua contoh uji yang sama diantara kelima contoh uji atau disebut
uji two out of five. Pada uji dual standards, panelis diminta untuk mengingat sifat
inderawi dua contoh baku yang disajikan, kemudia kedua contoh baku ditarik dari
hadapan panelis, lalu panelis diminta menggoongkan dari kedua contoh uji yang
disajikan mana yang sama dengan contoh baku A, mana yang sama dengan contoh
baku B.
3.2.1 Uji Pembanding Ganda (Dual Standards)
Uji Pembanding Ganda juga bisa disebut Dual StandardsTest. Bentuk
pengujiannya menyerupai uji duo trio. Jika pada uji duo trio digunakan satu contoh
baku sebagai pembanding maka pada uji pembandingan ganda digunakan dua contoh
baku sebagai pembanding. Kedua contoh pembanding disuguhkan bersamaan
sebelum contoh-contoh yang akan diuji diberikan. Panelis diwajibkan mengenali dan
mengingat sifat-sifat sensorik kedua pembanding yang disajikan. Setelah semua
panelis mengenali contoh pembanding, barulah dua contoh yang diujikan disajikan
secara acak (Anonim 2008). Pada praktikum uji pembanding ganda, disediakan dua
contoh baku yaitu contoh baku A dan B utuk diingat-ingat sifat inderawinya,
kemudian contoh baku tersebut ditarik dari hadapan panelis. Setelah itu diberikan
dua contoh uji untuk diindentifikasi apakah sama dengan contoh baku A atau sama
dengan contoh baku B masing-masing untuk uji warna dan aroma.
Pada uji pembedaan ganda terhadap warna dan aroma produk. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan sirup cocopandan sebagai media atau contoh ujinya.
Berdasarkan Tabel 1 hasil rekapitulasi uji pembanding ganda terhadap warna, dari 27
panelis diperoleh panelis yang memberikan respon benar sebanyak 26 panelis.
Artinya 26 panelis tersebut sudah mampu mengindentifikasi bahwa warna sirup
berkode 345 sama dengan contoh baku A dan sirup berkode 638 sama dengan contoh
baku B. Sedangkan uji pembanding ganda terhadap aroma, dari 27 panelis diperoleh
panelis yang memberikan respon benar sebanyak 23 panelis. Artinga 23 panelis
tersebut sudah mampu mengindentifikasi bahwa aroma sirup berkode 202 sama
dengan contoh baku A dan sirup berkode 204 sama dengan contoh baku B
Berdasarkan acuan pada Tabel 2, dapat disimpulkan bahwa kedua contoh
sampel dinyatakan berbeda pada parameter warna dan aroma karena jumlah panelis
yang memberikan respon tepat ada 26 panelis dan 23 panelis, itu berarti kedua
contoh uji memiliki warna dan aroma berbeda pada tingkat kepercayaan 99,9%
(=0,001).
4.2 Saran
Dalam pengujian aroma, sebaiknya sloki contoh uji ditutup agar warna dari
contoh uji tidak terlihat. Warna yang ditampilkan dapat mempengaruhi penilaian
panleis dan mengurangi konsentrasi dari penggunaan inderawa penciuman. Pada uji
warna, penempatan sloki sebagain contoh uji perlu diperhatikan untuk menghindari
terjadinya posisi bias.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Uji Sensoris. Surakarta: Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Slamet Riyadi
Kilcast, D. 1999. Teknik sensori untuk belajar tekstur makanan. Di dalam Tekstur
Makanan: Pengukuran dan Persepsi. Editor: Rosenthal, AJ Aspen. Maryland.
http://www.sensorysociety.org [10 Maret 2016]
Meilgaard, dkk. 2007. Teknik Evaluasi Sensori. Boca raton: CRC Press
Setyaningsih D. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor:
IPB Press
Susiwi S. 2009. Penilaian Organoleptik. Bandung: Fakultas Matematika dan IPA.
Universitas Pendidikan Indonesia
Yusasrini A. 2009. Evaluasi sensoris. Bukit Jimbaran: Fakultas Teknologi Pertanian,
Universitas Udayana. http://www.scribd.com [10 Maret 2016]