Anda di halaman 1dari 10

Vina Fitriani Pratiwi

240210140088
I.

TUJUAN
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu mahasiswa dapat melaksanakan

pengujian inderawi dengan metode triangle dan duo trio mulai dari persiapan,
penyajian, tabulasi data, dan mengambil kesimpulan didasarkan pengujian statistik.
II.

TEORI DASAR
Soekarto (1985) menyebutkan bahwa uji triangle termasuk salah satu

dari uji pembedaan yang digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang kecil. Uji ini
dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sifat sensorik atau
organoleptik antara dua contoh produk sehingga tidak ada produk sebagai
pembanding. Pembedaan dalam uji triangle tidak terarah, tidak perlu disertai
pernyataan sifat yang satu lebih dari yang lainnya, cukup menyatakan ada perbedaan
atau tidak. Uji triangle ini ada yang bersifat sederhana, artinya hanya untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua macam sampel, tetapi ada pula yang
bersifat lebih terarah, yaitu untuk mengetahui sejauh mana perbedaan antara dua
sampel tersebut. Uji segitiga atau uji triangle ini digunakan untuk mendeteksi
perbedaan yang kecil dengan sifat yang lebih terarah. Pengujian ini lebih banyak
digunakan karena lebih peka dari pada uji pasangan (Rihanz 2010).
Pembedaan dalam uji triangle tidak terarah, tidak perlu disertai pernyataan
sifat yang satu lebih dari yang lainnya, cukup menyatakan ada perbedaan atau tidak.
Dalam pengujian ini kepada masing-masing panelis disajikan secara acak tiga contoh
produk dengan kode berbeda dimana dua dari ketiga produk sama. Panelis diminta
memilih satu di antara tiga contoh mana yang mempunyai perbedaan. Keseragaman
tiga contoh sangat penting seperti ukuran atau bentuk. Sifat contoh yang tidak sama
dimiliki dari ketiga contoh tersebut dibuat sama (Soekarto, 1985).
Metode ini lebih efisien secara statistik dibandingkan dengan uji duo trio
namun penggunaannya terbatas pada produk yang melibatkan penekanan, adaptasi
dan produk yang sulit dibedakan (Meilgaard, dkk., 2000). Metode ini efektif pada
situasi:
1. Untuk menentukan perbedaan produk akhir dari perubahan bahan, proses,
pengemasan atau penyimpangan.

Vina Fitriani Pratiwi


240210140088
2. Untuk menentukan perbedaan yang terlihat jelas dan memengaruhi produk.
3. Untuk seleksi panelis yang memiliki kemampuan untuk membedakan produk.
Uji duo-trio mirip dengan uji segitiga. Uji ini digunakan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan di antara dua contoh. Kepada panelis disajikan 3 buah contoh
dengan satu contoh adalah contoh baku (A) dan dua lainnya adalah contoh yang akan
diuji (X dan Y). Panelis diminta untuk menentukan mana di antara kedua contoh X
atau Y yang sama dengan A. analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan uji
statistik one-tailed paired-difference test. (Setyaningsih, dkk., 2010).
Pengujian duo-trio ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
dua buah sampel atau mendeteksi perbedaan sifat yang tingkat perbedaannya hanya
sedikit, misalnya untuk mendeteksi perbedaan sifat-sifat hasil yang diperoleh dari
dua kondisi yang sedikit berbeda. Uji duo-trio merupakan salah satu uji pembeda. Uji
pembeda ini biasanya digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara
sampel yang disajikan. Pada duo-trio ini digunakan sampel pembanding (Kartika,
dkk.,1988)
Uji duo trio kurang efisien secara statistik dibandingkan dengan uji triangle
larena kesempatan hasil benar adalah 1 dari 2. Namun, uji ini cukup sederhana dan
mudah dimengerti. Metode ini digunakan untuk menentukan perbedaan sensori
diantara dua sampel (Meilgaard, dkk., 200). Metode ini sangat efektif untuk kondisi:
1. Untuk menentukan perbedaan produk akhir dari perubahan bahan, proses,
pengemasan atau penyimpangan.
2. Untuk menentukan adanya perbedaan secara menyeluruh ketita tidak ada
atribut spesifik yang bisa diidentifikasi karena telah berubah.
Prinsip kerja metode ini adalah dua sampel disajikan dengan kode berbeda
disertai dengan sampel kontrol yang mirip dengan salah satu sampel. Panelis harus
menentukan sampel yang mirip dengan kontrol dan dihitung jumlah data dengan
statistik (Meilgaard, dkk., 2000).

III.

ALAT DAN BAHAN

Vina Fitriani Pratiwi


240210140088
3.1

Alat

3.2

Cawan porselen
Gelas
Label
Sendok
Bahan

Kecap manis dan mie instan berbagai merk

IV.

PROSEDUR

4.1

Uji Triangle
1. Sampel diamati warna, rasa, bau, kekenyalan, dan flavornya.
2. Kode sampel yang kesannya paling berbeda dengan dua sampel lainnya
ditandai dengan tanda ().

4.2

Uji Duo Trio


1. Sampel standar (R) diamati warna, rasa, kekentalan, dan baunya.
2. Dua sampel pembanding diamati warna, rasa, kekentalan, dan baunya.
3. Kode sampel pembanding yang kesannya sama dengan sampel standar
ditandai dengan tanda ().

Vina Fitriani Pratiwi


240210140088
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Uji triangle/segitiga
Praktikum kali ini membahas mengenai uji triangle/segitiga Sampel yang

diujikan pada uji triangle/segitiga adalah dua merek produk biskuit yaitu biskuit
merek khong guan dan biskuit merek Kokola , Uji segitiga dilakukan dengan
penyediaan tiga sampel ( dua merek yang sama satu merek berbeda) untuk diamati
dengan parameter-parameter tertentu. Parameter yang diamati yaitu warna, rasa, bau
dan kerenyahan kemudian panelis diminta untuk memilih salah satu sampel yang
berbeda dari dua sampel lainnya.
Tabel 1. Hasil Uji triangle/segitiga
Warna
Panelis
041

368
V
V
V
V
V
V
V
V

672

Rasa
04 36
1
8
V
V
V
V
V
V
V
V

67
2

1
2
3
4
5
6
7
8
9
V
V
10
V
V
11
V
V
12
V
V
13 V
V
14
V
V
15
V
V
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)
Tabel 2. Kode Sampel Biskuit Uji Triangle
Kode
Sampel
041
Kokola
368
Khong Guan
672
Kokola
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016).

Bau
04 36
1
8
V
V
V
V
V
V
V
V

Kerenyahan
67
2

041

368

672
V

V
V
V
V
V
V
V
V

V
V
V

V
V
V

V
V

V
V

Vina Fitriani Pratiwi


240210140088
Kode sampel yang merupakan sampel dengan merek yang sama yaitu kode
041 dan 672 dimana sampel tersebut adalah biskuit merek kokola, sementara sampel
yang beda adalah sampel dengan kode 368 dimana sampel tersebut adalah biskuit
khong guan. Oleh karena itu, seharusnya panelis memilih kode 368 ( biskuit merek
khong ghuan) sebagai sampel yang paling berbeda dengan dua sampel yang lainnya.
Berdasarkan Setyaningsih (2010), jumlah panelis terkecil untuk menyatakan
beda nyata pada uji segitiga dengan hipotesis berekor dua berdasarkan tabel untuk
jumlah total penguji 15 orang adalah 9 orang untuk beda nyata tingkat 5%, 10 orang
untuk beda nyata tingkat 1%, dan 12 orang untuk beda nyata 0,1%. Tingkat
kepercayaan digunakan adalah 5% karena tingkat kesalahan sebesar 5% dari standar
baku pada produk pangan masih bisa ditoleransi .
Berdasarkan hasil analisis uji segitiga dengan parameter warna, panelis yang
menyatakan bahwa sampel yang berbeda adalah

kode 041 (biskuit Kokola)

berjumlah 1 orang, panelis yang menyatakan bahwa sampel yang berbeda adalah
kode 672 (biskuit Kokola) berjumlah 2 orang. Sementara panelis menyatakan bahwa
sampel yang berbeda adalah kode 368 (biskuit Khong Guan) berjumlah 12 orang.
Dikarenakan jumlah panelis yang menyatakan bahwa sampel kode 368 (biskuit
Khong Guan) adalah sampel yang berbeda lebih dari 9 orang. Oleh karena itu panelis
sudah dapat membedakan warna dari 3 sampel yang disajikan.
Berdasarkan hasil analisis uji segitiga dengan parameter rasa, panelis yang
menyatakan bahwa sampel yang berbeda adalah

kode 041 (biskuit Kokola)

berjumlah 4 orang, panelis yang menyatakan bahwa sampel yang berbeda adalah
kode 672 (biskuit Kokola) berjumlah 1 orang. Sementara panelis menyatakan bahwa
sampel yang berbeda adalah kode 368 (biskuit Khong Guan) berjumlah 10 orang.
Dikarenakan jumlah panelis yang menyatakan bahwa sampel kode 368 (biskuit
Khong Guan) adalah sampel yang berbeda lebih dari 9 orang. Oleh karena itu panelis
sudah dapat membedakan rasa dari 3 sampel yang disajikan.
Berdasarkan hasil analisis uji segitiga dengan parameter bau, panelis yang
menyatakan bahwa sampel yang berbeda adalah

kode 041 (biskuit Kokola)

berjumlah 1 orang, panelis yang menyatakan bahwa sampel yang berbeda adalah

Vina Fitriani Pratiwi


240210140088
kode 672 (biskuit Kokola) berjumlah 2 orang. Sementara panelis menyatakan bahwa
sampel yang berbeda adalah kode 368 (biskuit Khong Guan) berjumlah 12 orang.
Dikarenakan jumlah panelis yang menyatakan bahwa sampel kode 368 (biskuit
Khong Guan) adalah sampel yang berbeda lebih dari 9 orang. Oleh karena itu panelis
sudah dapat membedakan bau dari 3 sampel yang disajikan
Berdasarkan hasil analisis uji segitiga dengan parameter kerenyahan, panelis
yang menyatakan bahwa sampel yang berbeda adalah kode 041 (biskuit Kokola)
berjumlah 1 orang, panelis yang menyatakan bahwa sampel yang berbeda adalah
kode 672 (biskuit Kokola) berjumlah 4 orang. Sementara panelis menyatakan bahwa
sampel yang berbeda adalah kode 368 (biskuit Khong Guan) berjumlah 10 orang.
Dikarenakan jumlah panelis yang menyatakan bahwa sampel kode 368 (biskuit
Khong Guan) adalah sampel yang berbeda lebih dari 9 orang. Oleh karena itu panelis
sudah dapat membedakan bau dari 3 sampel yang disajikan . Berdasarkan seluruh
parameter yang telah diuji dapat ditarik kesimpulan bahwa panelis yang digunakan
telah baik untuk digunakan dalam uji sensori karena panelis telah mampu
membedakan warna, rasa, bau, dan kerenyahan.
4.2 Uji Duo Trio
Praktikum selanjutnya membahas mengenai uji duo trio, sampel yang
digunakan adalah meises merek ceres (kode : 123) sebagai pembanding (R) serta
meises merek tulip (kode : 592). Uji duo trio dilakukan dengan cara memilih satu
contoh yang sama dengan contoh baku dari segi warna, rasa, tekstur, dan kilap.
Berdasarkan Setyaningsih (2010), jumlah panelis terkecil untuk menyatakan beda
nyata pada uji duo trio berdasarkan tabel untuk jumlah total penguji 15 orang adalah
12 orang untuk beda nyata tingkat 5%, 13 orang untuk beda nyata tingkat 1%, dan 14
orang untuk beda nyata 0,1%. Tingkat kepercayaan digunakan adalah 5% karena
tingkat kesalahan sebesar 5% dari standar baku pada produk pangan masih bisa
ditoleransi .

Vina Fitriani Pratiwi


240210140088
Tabel 3. Hasil Pengamatan Uji Duo Trio

Panelis

Warna
123
592

Rasa
123

1
V
V
2
V
V
3
V
V
4
V
V
5
V
V
6
V
V
7
V
V
8
V
V
9
V
V
10
V
V
11
V
V
12
V
V
13
V
V
14
V
V
15
V
V
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2016)

Tekstur
123
592

592
V
V

592
V

V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V

Kilap
123
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V
V

Tabel 4. Kode Sampel Meises Uji Duo Trio

Kode
Sampel
R
Ceres
592
Tulip
123
Ceres
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016).
Tabel 5. Kode Sampel Meises Uji Duo Trio

Paramete
r
Warna
Rasa
Tekstur
Kilap

Jumlah Panelis
123
592
15
0
13
2
14
1
12
3

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2016).


Berdasarkan hasil pengamatan, jumlah panelis yang menyatakan sama dengan
R (sampel ceres) pada parameter warna, rasa, tekstur dan kilap berjumlah lebih dari
12 orang tiap parameter. Maka dapat disimpulkan bahwa dari sisi panelis, panelis

Vina Fitriani Pratiwi


240210140088
panelis yang digunakan sudah handal untuk mencari kode mana yang sama dengan
standar karena sudah lebih dari sama dengan 12 orang yang menyatakan adanya
persamaan antara sampel 123 dgn R. Sedangkan dari sisi RnD, RnD dari meises merk
Tulip belum mampu membuat atau menghasilkan produk yang memiliki karakteristik
yang dapat menandingi produk meises Ceres.
Uji duo trio di dalam industri pangan dapat digunakan yaitu salah satunya
untuk reformulasi suatu produk baru, sehingga dapat diketahui ada atau tidaknya
perbedaan antara produk lama dan baru. Kelemahan dari pengujian duo trio ini adalah
berdasarkan daya ingat dari panelis terhadap atribut yang dinilai, sehingga akan
banyak sekali pengaruh dari human error akibat pengaruh psikologis maupun
fisiologis (Kartika, dkk.,1987).

Vina Fitriani Pratiwi


240210140088

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini antara lain:

Jumlah panelis benar pada uji triangle > nilai tabel 5%. Hal ini menunjukkan
bahwa kode 041(biscuit khong guan) berbeda nyata dengan sampel
368( biscuit Kokola) dan 672 ( biscuit Kokola) yang berarti biscuit kokola

memiliki sifat yang berbeda dengan Khong Ghuan


Perbedaan ini harus ditinjau lebih lanjut apakah lebih baik atau lebih buruk
Data yang diperoleh pada uji duo trio menunjukkan angka yang lebih besar

dari 12 pada semua karakteristik yang diujikan.


Panelis yang digunakan sudah handal untuk mencari kode mana yang sama
dengan standar karena sudah lebih dari sama dengan 12 orang yang
menyatakan adanya persamaan antara sampel 123(meises tulip) dgn R (meises
ceres).

6.2

Saran

Panelis disarankan dalam kondisi sehat agar dapat mengamati sampel dengan
baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Vina Fitriani Pratiwi


240210140088
Kartika, Bambang dan Pudji Hastuti. 1988. Pedoman Uji Indrawi Bahan Pangan.
PAU Pangan dan Gizi. UGM. Yogyakarta.
Meilgaard, M., G. V. Civille, B. T. Carr. 2000. Sensory Evaluation Technique: Third
Edition. CRC Press. New York.
Setyaningsih, D., A. Apriyantono, dan M. P. Sari. 2010. Analisis Sensori untuk
Industri Pangan dan Agro. IPB Press. Bogor.
Soekarto, ST. 1985.Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai