“DENDENG SAPI”
OLEH :
KELOMPOK 3
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
I. PENDAHULUAN
Daging merupakan salah satu produk pangan hasil ternak yang memiliki
kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan. Kerusakan pada
daging terjadi akibat adanya cemaran fisik, kimia, maupun biologis, namun
penyebab utama kerusakan pada daging ialah cemaran biologi yang disebabkan
oleh mikroorganisme. Mikroorganisme mudah tumbuh karena kandungan gizi
pada daging menjadi media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
berbagai jenis mikroorganisme. Pengawetan daging segar merupakan cara untuk
memperpanjang umur simpan sehingga kerusakan pada daging dapat dicegah.
Salah satu pengawetan daging yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengolah
daging menjadi dendeng.
3.1 Dendeng
Dendeng merupakan salah satu hasil produk olahan daging kering secara
tradisional atau konvensional, yang merupakan hasil suatu proses kombinasi
curing dan pengeringan, dengan memotong dalam bentuk lembaran tipis,
kemudian ditambahkan garam sendawa, gula dan garam dapur (NaCl) serta
bumbu berupa rempah-rempah misalnya ketumbar, bawang putih, bawang
merah, laos, dan jahe (Bintoro et al., 2008).
Proses pembuatan dendeng merupakan kombinasi dari proses curing dan
pengeringan. Proses curing yaitu proses pembumbuan dengan tujuan
mengawetkan, memperbaiki warna, rasa, aroma, dan tekstur dari daging.
Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi air dalam bahan sampai batas
tertentu dengan cara menguapkan air dalam bahan menggunakan energi panas.
3.2 Dendeng Sapi
Dendeng sapi adalah produk makanan berbentuk lempengan yang terbuat
dari irisan atau gilingan daging sapi segar yang telah diberi bumbu dan
dikeringkan (Badan Standardisasi Nasional, 1992). Proses pembuatan dendeng
sapi dengan cara digiling pada dasarnya sama dengan proses pembuatan
dendeng sapi dengan cara diiris. Dendeng yang bermutu baik harus memenuhi
spesifikasi persyaratan mutu, dimana kadar air pada dendeng sapi maksimal
12%, sehingga produk yang dihasilkan dapat diterima di pasaran dan memiliki
nilai ekonomi yang tinggi.
3.3 Daging Sapi
Daging sapi didefinisikan sebagai bagian otot skeletal dari karkas sapi
yang aman, layak dan lazim dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa daging
segar, daging segar dingin, atau daging beku (Badan Standardisasi Nasional
2008). Berdasarkan keadaan fisik, daging dapat dikelompokkan menjadi
daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan, daging segar yang
dilayukan kemudian didinginkan, daging segar yang dilayukan, didinginkan
kemudian dibeku, daging masak, daging asap, dan daging olahan (Soeparno,
2005).
3.4 Bumbu
Gula kelapa atau gula merah adalah gula yang terbuat dari bahan baku
utama nira kelapa yang telah diolah. Gula merah memiliki ciri khusus baik
rasa, aroma, dam bentuknya yang sangat berbeda dengan gula putih yang
terbuat dari bahan tebu (Heri dan Lukman,2007). Gula merah yang terbuat
dari nira kelapa berwarna lebih cerah dibanding gula merah yang terbuat dari
nira aren.
IV. BAHAN DAN ALAT
1. Alat
Pisau
Talenan
Timbangan
Oven
Ulekan
2. Bahan
100 g daging sapi
25% gula merah
V. PROSEDUR KERJA
6.1 Hasil
1. Rendemen (%)
*Perhitungan:
Kelompok 1
bobot akhir
Rendemen (%) = x 100%
bobot awal
24,1 g
= x 100%
50,8 g
= 47,44%
Kelompok 2
bobot akhir
Rendemen (%) = x 100%
bobot awal
45,03 g
= x 100%
100 g
= 45,03%
Kelompok 3
bobot akhir
Rendemen (%) = x 100%
bobot awal
44,7 g
= x 100%
100 g
= 44,7%
Kelompok 4
bobot akhir
Rendemen (%) = x 100%
bobot awal
57,9 g
= x 100%
100 g
= 57,9%
Kelompok 5
bobot akhir
Rendemen (%) = x 100%
bobot awal
55,6 g
= x 100%
100 g
= 55,6%
Data Kelompok 1
Penerimaan
Warna Aroma Tekstur
Nama Keseluruhan
No Rasa
Panelis Sebelum Sesuda Sebelum Sesuda Sebelum Sesuda Sebelum Sesudah
h h h
1 Iriana 3 4 1 4 2 4 3 3 4
2 Noval 4 4 1 4 2 4 3 3 4
3 Rivaldo 4 3 2 3 3 2 3 3 3
4 Rosa 3 3 1 3 2 2 3 3 3
5 Iis 3 4 1 3 2 2 2 3 3
6 Yustina 3 3 1 3 2 2 2 3 3
7 Anisha 3 3 1 3 2 2 2 3 3
8 Dayu
3 4 2 3 2 3 2 2 3
Trisna
9 Syoufian
3 3 1 3 1 2 3 3 3
i
10 Ita 4 4 2 2 2 3 4 4 4
11 Ilma 3 4 1 4 2 4 3 3 4
12 Saras 4 4 2 2 2 3 4 4 4
Data Kelompok 2
Ras Penerimaan
Warna Aroma Tekstur
Nama a Keseluruhan
No
Panelis Sebelu Sesuda Sebelum Sesuda Sebelum Sesuda Sebelum Sesudah
m h h h
1 Tri
4 4 4 5 4 5 5 4 5
Handayani
2 Wirda
4 5 4 5 4 5 5 4 5
Insani
3 Alberto
4 4 4 5 4 5 5 5 5
Sombamori
4 Karimatul
4 5 4 5 4 5 5 4 5
Izzah
5 Ayu
4 5 4 5 4 5 5 4 5
Nadyasari
6 Dewi
5 4 4 4 4 5 5 4 5
Cinderela
7 Sang Made
4 5 4 5 4 5 4 5 5
Adi M.
8 Irma
4 5 4 5 4 5 5 4
Noviandita
9 Fidel
3 3 3 4 3 4 3 4 4
Arnett
10 Bernard
5 4 4 5 4 5 4 4 5
Abielius
11 Ronald
4 5 4 5 4 5 5 4 5
Surachman
12 Royulinar
4 5 4 5 4 5 5 4 5
E.K Sinaga
13 Ayu Nila 4 5 4 5 4 5 5 4 5
Ratna
Data Kelompok 3
Penerimaan
Warna Aroma Tekstur Rasa
Nama Keseluruhan
No
Panelis Sebelum Sesuda Sebelum Sesuda Sebelum Sesuda Sebelum Sesudah
h h h
1 Yuli
- - - - - - - - -
Tirtayani
2 Dhenabe
3 3 2 4 3 3 4 3 4
Enrica
3 Jacqueline
4 3 4 4 3 3 3 3 3
S.G
4 Regine
5 4 5 4 5 4 4 5 4
Dian
5 Martini
4 4 3 4 2 3 2 3 3
Wulan
6 Andriana
- - - - - - - - -
Sastrawan
7 Chandra
3 1 2 5 2 4 5 2 4
Pratiwi
8 Eka Putri - - - - - - - - -
9 Christin 3 3 2 4 2 3 4 2 4
10 Puspa H. - - - - - - - - -
11 Kristina 3 4 2 4 2 4 4 2 4
12 Yuni
4 3 4 4 3 3 3 3 3
Cahya
13 Risma
4 4 4 4 2 2 4 4 4
Dewi
*Data kosong akibat tidak mengikuti uji sensori karena tidak boleh mengonsumsi
daging sapi
Data Kelompok 4
Penerimaan
Warna Aroma Tekstur
N Nama Keseluruhan
Rasa
o Panelis Sebelum Sesuda Sebelum Sesuda Sebelum Sesuda Sebelum Sesudah
h h h
1 Febrian
Rahma 4 3 2 4 4 4 4 3 4
P.
2 Nanda
3 4 3 4 4 4 5 3 4
Ayu
3 Yossinta 3 4 3 4 3 3 3 4 4
4 Winda
4 3 4 4 3 3 4 4 4
Visha
5 Fahmy
3 4 3 4 4 4 4 3 4
Khafa
6 Yustika
3 2 3 4 3 4 4 3 4
Ayu
7 Intariani 3 3 3 4 3 3 5 3 4
8 Juan M. 3 3 3 4 3 3 5 3 4
9 Sandhika 4 4 3 4 4 3 5 4 5
10 Mahira
3 4 3 4 4 4 4 3 4
O.
11 Emma R. 4 4 4 4 4 4 5 4 4
12 Agnes
4 4 3 4 3 4 4 4 4
Monika
13 Eazy
4 4 3 4 3 4 5 4 4
Natasya
Data Kelompok 5
Penerimaan
Warna Aroma Tekstur
N Nama Keseluruhan
Rasa
o Panelis Sebelum Sesuda Sebelum Sesuda Sebelum Sesuda Sebelum Sesudah
h h h
1 Aisyiyah
4 5 4 5 2 5 5 4 5
Dian L.
2 Sonya
4 5 3 5 3 4 5 4 5
Purnama
3 Pandu
5 5 4 4 3 4 5 4 5
Prayugo
4 Debora
4 4 3 4 3 3 4 4 4
Prisceilla
5 Erza
3 5 2 4 4 4 5 4 5
Aulia
6 Faustine 3 5 4 5 3 - 5 3 5
7 Ayas
3 5 4 5 4 5 5 4 5
Saraswati
8 Mey B. 3 4 4 4 4 5 5 3 5
9 Reza A. 4 5 4 5 4 4 5 4 5
10 Auriel
3 5 4 5 3 4 5 3 5
Gabriella
11 Era
3 5 4 5 4 5 5 4 5
Olyvetty
12 Jimmy F. 4 5 4 5 4 5 5 4 5
Kelompok 1
No Nama Panelis Warna Skor
1 Iriana Veronica Coklat Kemerahan 2
2 Noval Wahyu Adi Coklat Kemerahan 2
3 Rivaldo Soumokil Coklat Kemerahan 2
4 Rosa Pauline Coklat Kemerahan 2
5 Iis Sholin Coklat Kemerahan 2
6 Yustina Andini Coklat Kemerahan 2
7 Anisha Nathania Coklat Kemerahan 2
8 Dayu Trisna Punia Coklat Kemerahan 2
9 Syoufiani Coklat Kemerahan 2
10 Ita Purnami Coklat Kemerahan 2
11 Ilma Daroyani Coklat Kemerahan 2
12 Saraswati Rahayu Coklat Kemerahan 2
Kelompok 2
Kelompok 3
Kelompok 4
Kelompok 5
*Keterangan:
1 = Sangat Coklat
2 = Coklat
3 = Coklat Kemerahan
4 = Merah Tua
6.2 Pembahasan
Daging merupakan salah satu bahan pangan yang secara umum dikonsumsi
oleh masyarakat. Daging yang ada terdiri dari daging yang bersumber dari ternak
besar hingga ternak kecil/unggas. Daging dikonsumsi karena memiliki kandungan
gizi yang cukup tinggi seperti protein, lemak, dan kandungan nutrisi baik lainnya.
Namun, pada kenyataannya daging cepat mengalami kerusakan sehingga
diperlukan metode untuk memperpanjang umur simpan daging tersebut. Salah
satu metodenya adala dengan menjadikan daging sebagai dendeng. Dendeng
merupakan salah satu produk daging olahan sekaligus produk daging yang
diawetkan yang diproduksi di Indonesia. Proses pembuatan dendeng belum
dibakukan, tetapi pada umumnya menyangkut pengirisan daging dengan ketebalan
3 – 5 mm, diikuti pencampuran denga garam, gula, serta ramuan bumbu seperti
lengkuas, ketumbar, bawang putih, bawang merah yang diikuti dengan proses
pengeringan sampai kadar air 25% bk. Pada praktikum kali ini akan dibahas
mengenai pengaruh perlakuan pemberian bumbu yang berbeda-beda terhadap
karakteristik sensori (uji hedonik dan uji skoring) terhadap karakteristik dendeng
sapi.
Pada hasil rendemen dendeng sapi dengan berbagai perlakuan, rendemen yang
paling besar dihasilkan oleh kelompok 4 sebesar 57,9% dengan perlakuan
penambahan garam 3% dan gula merah 25%. Rendemen merupakan persentase
berat produk ketika mengalami proses pengolahan. Tetapi pada percobaan ini,
nilai rendemen yang dihasilkan tidak signifikan karena terjadinya penurunan dan
kenaikan persentase rendemen pada berbagai perlakuan ole proses pengolahan
yang kurang tepat. Rendemen dendeng sapi dipengaruhi oleh bahan-bahan yang
ditambahkan seperti gula, garam, dan rempah-rempah. Gula merupakan bahan
pangan yang mampu mengikat air bebas dan dapat mencegah penguapan air
sehingga penurunan kadar air pada dendeng lebih rendah. Ketika dendeng diberi
perlakuan penambahan bumbu, kadar rendemen dedeng seharusnya meningkat.
Menurut Setianingtias (2005), Rendahnya air yang hilang dari produk akibat
penguapan menyebabkan berat produk lebih tinggi sehingga nilai rendemen
meningkat, sebaliknya tingginya air yang hilang menyebabkan berat produk
menjadi lebih rendah sehingga nilai rendemen menurun (Nur, 2012)
Untuk skoring uji sensoris dengan parameter warna pada berbagai perlakuan
penambahan bumbu pada dendeng sapi diperoleh dendeng dengan perlakuan
tanpa bumbu dan penambahan garam 3% dengan skor 2. Sedangkan dendeng
dengan perlakuan penambahan gula 25% dan penambahan garam 3% dan gula
25% memiliki skor 1 atau sangat coklat. Lalu, dendeng dengan bumbu lengkap
memiliki skor 3 atau coklat kemerahan. Bumbu yang ditambahkan pada dendeng
mempengaruhi warna pada dendeng. Dendeng dengan perlakuan penambahan
gula 25% dan penambahan garam 3% dan gula 25% memiliki tingkat warna
sangat coklat dibandingkan dengan dendeng perlakuan lainnya karena gula yang
ditambahkan pada dendeng dapat membentuk reaksi dengan asam amino yang
menyebabkan perubahan warna akibat reaksi pencoklaran enzimatis yang memicu
terbentukanya pigmen melanoidin. Tetapi pada dendeng dengan bumbu lengkap,
warna yang dihasilkan bewarna coklat kemerahan. Hal tersebut dapat disebabkan
oleh pengaruh penambahan bumbu lain sehingga reaksi mailard dapat berkurang
dan menyisakan warna kemerahan dari dendeng tersebut. Selain itu, reaksi
pencoklatan yang dapat menyebabkan perubahan warna pada daging dipengaruhi
oleh kadar air pada bahan.
VII. KESIMPULAN
1. Proses pembuatan dendeng sapi dilakukan dengan perlakuan tanpa
penambahan bumbu, penambahan garam 3 %, penambahan gula 25%,
penambahan garam 3% dan gula 25%, dan bumbu lengkap dimana
dendeng sebelumnya dioven dan digoreng.
2. Hasil rendemen dendeng sapi dengan berbagai perlakuan, rendemen yang
paling besar dihasilkan oleh kelompok 4 sebesar 57,9% dengan perlakuan
penambahan garam 3% dan gula merah 25%. Tetapi, hasil yang
didapatkan tidak signifikan karna pengaruh proses pengolahan kurang
tepat.
3. Berdasarkan hasil yang diperoleh untuk parameter warna, panelis rata-rata
lebih menyukai warna dendeng sebelum digoreng. Untuk parameter
aroma, tekstur, rasa, dan penerimaan keseluruhan panelis lebih menyukai
dendeng dengan penambahan gula 25% sesudah digoreng dibandingkan
sebelum digoreng. Skoring uji sensoris dengan parameter warna pada
berbagai perlakuan penambahan bumbu pada dendeng sapi diperoleh
dendeng dengan perlakuan tanpa bumbu dan penambahan garam 3%
dengan skor 2. Sedangkan dendeng dengan perlakuan penambahan gula
25% dan penambahan garam 3% dan gula 25% memiliki skor 1 atau
sangat coklat. Lalu, dendeng dengan bumbu lengkap memiliki skor 3 atau
coklat kemerahan
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Erik. 2008. Karakteristik Kimia Dendeng Daging Sapi Iris atau Giling
yang Difermentasi oleh Bakteri Asam Laktat Lactobacillus plantarum 1B1.
Skripsi. Fakultas Peternakan. Program Studi Teknologi Hasil Ternak.
Institut Pertanian Bogor.
Indasari, Nur Laili. 2012. Kandungan Total Fenolat Tingkat Oksidasi Dan
Karakteristik Organoleptik Dendeng Sapi Mentah Yang Diberi Bumbu
Dengan Komposisi Berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor.
“SOSIS AYAM”
OLEH :
KELOMPOK 3
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
I. PENDAHULUAN
Daging merupakan salah satu bahan pangan yang menjadi sumber protein
hewani. Tingkat konsumsi daging yang tinggi disebabkan nilai gizi yang
terkandung di dalam daging lebih banyak bila dibandingkan dengan bahan pangan
lainnya . Selain itu, daging memiliki kandungan asam amino essensial yang lebih
lengkap bila dibandingkan dengan protein yang berasal dari nabati. Daging dapat
diolah menjadi berbagai jenis produk olahan yang digemari olah masyarakat salah
satunya adalah sosis.
Sosis merupakan salah satu produk hasil olahan daging yang cukup terkenal
di kalangan masyarakat. Sosis adalah makanan yang dibuat dari daging ayam atau
daging sapi yang telah dicincang kemudian dihaluskan dan diberi bumbu-bumbu,
dimasukkan ke dalam pembungkus yang berbentuk bulat panjang yang berupa
usus hewan atau pembungkus buatan, dengan atau tanpa dimasak maupun
diasapkan. Sosis mempunyai nilai gizi yang tinggi. Komposisi gizi sosis berbeda-
beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan dan proses pengolahannya.
Produk olahan sosis kaya energi, dan dapat digunakan sebagai sumber
karbohidrat. Selain itu, sosis juga memiliki kandungan kolesterol dan sodium
yang cukup tinggi.
Pada praktikum kali ini sosis terbuat dari daging ayam. Penggunaan daging
ayam pada pembuatan sosis dikarenakan daging ayam memiliki harga yang lebih
murah dibandingkan daging sapi. Selain itu penggunaan daging ayam pada
praktikum bertujuan agar semua panelis dapat mencicipi produk sosis yang dibuat
untuk mempermudah dalam melakukan uji sensoris hedonik sosis .
II. TUJUAN
3. Filler
Bahan pengisi yang ditambahkan ke dalam pembuatan sosis terdiri atas
tepung-tepungan yang mempunyai kandungan pati yang tinggi, namun
kandungan protein rendah.
4. Garam
Penambahan garam pada sosis sekitar 1-5% berat daging. Garam berfungsi
untuk memberikan citarasa, melarutkan protein, dan meningkatkan umur
simpan sosis (Naruki, 1991). Protein terlarut tersebut berfungsi melapisi
partikel lemak dan mengikat air, sehingga dihasilkan emulsis sosis yang
stabil (Rust, 1977 dalam Price dan Schweigert, 1987).
5. Bumbu Penyedap
Penambahan bumbu penyedap seperti merica ditujukan untuk menambah
atau meningkatkan flavor dan citarasa.
6. Gula
Gula berfungsi sebagai pemberi flavor dan dapat membantu mengikat air
karena bersifat higroskopis (Rust, 1977 dalam Price dan Schweigert,
1987).
IV. ALAT DAN BAHAN
4.1 Alat
Pisau
Talenan
Timbangan
Ulekan
Gilingan daging Blender/food processor Panci
Kompor
Plastik segitiga
4.2 Bahan
200 g daging sapi
1 butir putih telur
3 sdm tepung tapioka
50 g es batu serut
10 g bawang putih
Ketumbar
1⁄2 sdt gula pasir
1⁄2 sdt lada
3/4 sdt garam dapur
1⁄2 sdt garam nitrit
25 ml minyak goreng
Casing sosis
V. PROSEDUR KERJA
Nama Penerimaan
No Warna Aroma Tekstur Rasa
panelis keseluruhan
1. Yuli 4 3 4 4 4
2. Dhenabe 4 4 3 3 3
3. Jacqueline 4 3 3 2 3
4. Regine 4 3 4 3 3
5. Wulan 4 4 3 3 3
6. Andre - - - - -
7. Chandra 4 3 3 2 2
8. Eka Putri 4 4 3 2 3
9. Christin 4 4 3 3 3
10. Puspa 4 4 3 3 3
11. Kristina 4 4 2 2 3
12. Yuni 4 4 2 2 3
13. Risma 4 4 2 2 3
Nama Penerimaan
No Warna Aroma Tekstur Rasa
panelis keseluruhan
1. Yuli 3 4 3 4 4
2. Dhenabe 4 4 3 4 4
3. Jacqueline 4 4 3 3 3
4. Regine 5 3 2 3 3
5. Wulan 3 3 2 4 3
6. Andre - - - - -
7. Chandra 4 3 3 2 3
8. Eka Putri 4 4 3 2 3
9. Christin 4 4 4 3 4
10. Puspa 4 4 4 3 4
11. Kristina 3 4 3 2 3
12. Yuni 4 4 4 2 4
13. Risma 4 4 4 2 4
6.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil percobaan pembuatan sosis yang dilakukan bahan-
bahan yang digunakan dalam proses tersebut terdiri dari daging ayam,
bahan pengikat berupa putih telur, bahan pengisi, air dalam bentuk es batu,
garam dapur, dan bumbu. Masing-masing dari bahan tersebut memiliki
fungsi yang mempengaruhi karakteristik sosis ayam yang dihasilkan.
Menurut sumber literatur, daging yang baik dalam pembuatan sosis
memiliki sifat jaringan daging tersebut melekat pada tulang ( daging
kerangka ) dari hewan dan daging skeletal yang berlemak rendah. Daging
yang tidak memiliki kandungan lemak ( kandungan lemak rendah )
berperan besar dalam menentukan stabilitas emulsi dan sifat fisik produk
akhir sehingga pada proses praktikum digunakan daging ayam bagian dada
yang sudah di fillet. Garam dapur (NaCl) merupakan bahan penolong
dalam proses pembentukan emulsi. Garam mampu memperbaiki sifat-sifat
fungsional produk daging dengan cara mengekstrak protein miofibriler
dari serabut daging selama proses pengilingan dan pelunak daging. Garam
berinteraksi dengan protein daging selama pemanasan, sehingga protein
membentuk massa yang kuat, dapat menahan air dan membentuk tekstur
yang baik (Anjarsari, 2010). Selain itu, dalam proses pembuatan sosis
pada tahapan penghancuran daging juga ditambahkan air dalam bentuk es
bertujuan agar sosis yang dihasilkan tidak terasa kering namun
penambahan air disesuaikan dengan jumlah daging ayam yang dihaluskan
agar tidak dalam jumlah berlebih yang dapat mengakibatkan adonan
daging ayam menjadi terlalu cair.
Adapun fungsi penambahan putih telur dalam pembuatan sosis yaitu
kemampuan mengikat air untuk meningkatkan WHC (Water Holding
Capacity) serta mengemulsikan lemak sehingga lebih stabil pada produk
sosis. Selain itu, pada pembuatan sosis juga menggunakan bahan pengisi
seperti tapioka yang berfungsi untuk meningkatkan stabilitas emulsi,
meningkatkan daya ikat produk daging, mengurangi pengerutan selama
pemasakan, dan meningkatkan karakteristik irisan produk sosis. Pada
dasarnya produk daging berperan dalam dua tahapan yaitu mengemulsikan
lemak dan mengikat. Apabila salah satu dari dua hal tersebut tidak
terpenuhi maka emulsi menjadi tidak stabil dan mudah pecah selama
proses perebusan. Dalam proses praktikum dihasilkan sosis dengan
konsistensi yang tepat dengan tekstur agak kenyal dan tidak pecah yang
menunjukkan bahwa komposisi bahan yang bersifat sebagai pengikat dan
pengemulsi dalam jumlah yang sesuai.
Berdasarkan hasil tabel uji sensoris hedonik sosis ayam sebelum
digoreng, didapati hasil rata-rata 3 (netral). Sementara itu rata-rata hasil
dari uji sensoris hedonik sosis ayam sesudah digoreng adalah 3-4 (netral
sampai suka). Adanya peningkatan nilai ini dikarenakan saat menggoreng
sosis menggunakan minyak. Selain berfungsi menghantarkan panas,
minyak juga dapat mempengaruhi tekstur renyah, memberi warna, serta
meningkatkan cita rasa gurih (Aladedunye FA dan Przybylski, 2009).
VII. KESIMPULAN
1. Bahan-bahan dalam pembuatan sosis terdiri dari daging ayam, bahan pengikat
berupa putih telur, bahan pengisi berupa tepung tapioka, air dalam bentuk es
batu, garam dapur, dan bumbu yang berpengaruh terhadap karakteristik sosis
ayam yang dihasilkan.
2. Berdasarkan hasil tabel uji sensoris hedonik sosis ayam sebelum digoreng,
didapat hasil rata-rata 3 (netral) dan sesudah digoreng adalah 3-4 (netral
sampai suka). Peningkatan nilai hedonik disebabkan penggunaan minyak
pada saat menggoreng.
DAFTAR PUSTAKA
Proses Gambar
Proses Pembuatan
Bumbu
Proses Penghalusan
Daging Ayam
Proses Pencampuran
Daging dengan Bumbu