JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
Abstract
PENDAHULUAN
Ikan merupakan hasil tangkapan laut yang memiliki
sumber gizi protein hewani yang sangat disukai oleh masyarakat.
Namun jika tidak diolah secara tepat ikan akan mengalami
proses pembusukan secara cepat, oleh sebab itu pengawetan
ikan perlu diketahui semua lapisan masyarakat. Pengawetan ikan
secara tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam
tubuh ikan, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi bakteri
untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil awetan yang
bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses
pengawetan seperti menjaga kebersihan bahan dan alat yang
digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam
yang bersih. Ada bermacam-macam pengawetan ikan, antara
lain dengan cara : penggaraman, pengeringan, pemindangan,
perasapan, peragian, dan pendinginan ikan.
Abon merupakan salah satu jenis makanan awetan berasal
dari daging (sapi, kerbau, ikan laut) yang disuwir-suwir dengan
berbentuk serabut atau dipisahkan dari seratnya. Kemudian
ditambahkan dengan bumbu-bumbu selanjutnya digoreng.
Dalam SNI 01-3707-1995 disebutkan abon adalah suatu jenis
makanan kering berbentuk khas, dibuat dari daging, direbus
disayat-sayat, dibumbui, digoreng dan dipres.
Abon sebenarnya merupakan produk daging awet yang
sudah lama dikenal masyarakat. Data BPS (1993) dalam Sianturi
(2000) menunjukan bahwa abon merupakan produk nomor
empat terbanyak diproduksi. Abon termasuk makanan ringan
atau lauk yang siap saji. Produk tersebut sudah dikenal oleh
masyarakat umum sejak dulu. Abon dibuat dari daging yang
diolah sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik kering,
renyah dan gurih. Pada umumnya daging yang digunakan dalam
pembuatan abon yaitu daging sapi atau kerbau (Suryani et al,
2007).
Adapun tujuan dari praktikum Teknologi Pengolahan Hasil
Perairan Tradisional dan Modern ini, yaitu untuk mengetahui
proses pembuatan abon ikan bandeng (Chanos chanos).
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan bandeng yang dalam bahasa latin adalah Chanos chanos, bahasa
Inggris Milkfish, dan dalam bahasa Bugis Makassar Bale Bolu, pertama kali
ditemukan oleh seseorang yang bernama Dane Forsskal pada Tahun 1925 di laut
merah.
Bandeng mampu mentolelir salinitas perairan yang luas (0- 158 ppt)
sehingga digolongkan sebagai ikan eurihalin. Ikan muda dan dewasa dapat
menyesuaikan diri pada perubahan salinitas. Ikan ini juga dapat bertahan pada
perubahan jumlah makanan yang tiba-tiba. Makanan alami mereka adalah bentos
dan fitoplankton. Ikan bandeng mampu beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan yakni suhu, pH, dan kekeruhan air serta tahan terhadap serangan
penyakit (Schuster 1959; Ghufron dan Kardi 1997). Adapun klasifikasi ikan
bandeng menurut Sudrajat (2008) yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Ordo : Gonorynchiformes
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
Nama dagang : Milkfish
Nama local : Bolu, muloh, ikan agam
Secara eksternal ikan bandeng mempunyai bentuk kepala mengecil
dibandingkan lebar dan panjang badannya, matanya tertutup oleh selaput lendir
(adipose). Sisik ikan banding yang masih hidup berwarna perak, mengkilap pada
seluruh tubuhnya. Pada bagian punggungnya berwarna kehitaman atau hijau
kekuningan atau kadang-kadang albino, dan bagian perutnya berwarna perak serta
mempunyai sisik lateral dari bagian depan sampai sirip ekor. Pada ikan bandeng
ukuran juvenil dan dewasa jumlah sirip dorsal II :12-14, anal II: 8 atau 9, sirip
dada I: 15-16, sirip bawah I:10 atau 11 dan mempunyai sisik lateral dari bagian
depan sampai caudal antara 75-85, dan tulang belakang berjumlah 44 ruas.
Salah satu cara pengawetan pada ikan bandeng agar dapat dikonsumsi
dalam jangka panjang yaitu pembuatan abon ikan. Abon ikan adalah jenis
makanan awetan yang terbuat dari ikan laut yang diberi bumbu, diolah dengan
cara perebusan dan penggorengan. Produk yang dihasilkan mempunyai bentuk
lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya simpan yang relatif lama.
Menurut Suryani (2007) abon ikan merupakan jenis makanan olahan ikan yang
diberi bumbu, diolah dengan cara perebusan dan penggorengan. Produk yang
dihasilkan mempunyai bentuk lembut, rasa enak, bau khas, dan mempunyai daya
simpan yang relatif lama. Karyono dan Wachid (1982) menyatakan, abon ikan
adalah produk olahan hasil perikanan yang dibuat dari daging ikan, melalui
kombinasi dari proses penggilingan, penggorengan, pengeringan dengan cara
menggoreng, serta penambahan bahan pembantu dan bahan penyedap terhadap
daging ikan. Seperti halnya produk abon yang terbuat dari daging ternak, abon
ikan cocok dikonsumsi sebagai pelengkap makan roti ataupun sebagai lauk-pauk.
Abon sebagai salah satu produk industri pangan yang memiliki standar
mutu yang telah ditetapkan oleh Departemen Perindustrian. Penetapan standar
mutu merupakan acuan bahwa suatu produk tersebut memiliki kualitas yang baik
dan aman bagi konsumen. Para produsen abon disarankan membuat produk abon
dengan memenuhi Standar Industri Indonesia (SII).
Faktor-faktor yang mempengaruhi standar mutu abon antara lain : kadar
air yang berpengaruh terhadap daya simpan dan keawetan abon, kadar abu yang
menurunkan derajat penerimaan dari konsumen, kadar protein yang sebagai
petunjuk beberapa jumlah daging ikan yang digunakan untuk abon.
METODOLOGI
Praktikum tentang proses pembuatan abon ikan bandeng
(Chanos chanos) dilakukan di laboratorium TPHP Jurusan
Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa. Pada tanggal 28 September 2015 pukul 13.00-15.00
WIB.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu pisau,
nampan, baskom atau wadah, penggorengan, sodet, saringan,
timbangan elektrik, alat tulis, kukusan, spinner dan kompor gas.
Sedangkan untuk bahan menggunakan 1 kilogram ikan bandeng
segar yang telah dibersihkan, minyak goreng secukupnya, sereh
2%, daun salam 2%, garam untuk pengukusan 2% dan untuk
bumbu 2%, gula pasir 20%, gula merah 5%, ketumbar 1%,
lengkuas 1%, bawang merah 6%, bawang putih 3%, kunyit sesuai
dengan perlakuan masing-masing kelompok yaitu pada kelompok
2 sebanyak 0,5% dan beberapa buah irisan jeruk nipis untuk
menghilangkan bau amis pada ikan bandeng.
Dalam prosedur kerja pembuatan abon ikan bandeng yaitu
pertama siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, bersihkan
serta siangi ikan dari sisik dan jeroan, kemudian cuci ikan sampai
bersih, siapkan kukusan yang telah diberi air lalu kukus ikan
selama 15 menit, setelah matang ambil ikan dan cabikan dari
duri yang ada pada daging ikan tersebut, campurkan daging ikan
dengan bumbu yang telah disediakan, goreng daging 20 menit
tunggu sampai daging berubah warna menjadi matang
kecoklatan, kemudian dilakukan pengepresan yaitu untuk
memisahkan daging ikan dengan minyak yang tercampur, lalu
dilakukan pengemasan dan uji organoleptik oleh para praktikan
sebagai panelis.
Pengukusan 15 menit
Pencabikan daging
Penggorengan 20 menit
Pengepresan
Pengemasan
Uji organoleptik
DAFTAR PUSTAKA
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil
Pertanian. Pembuatan Abon. Jakarta. Departemen
Perindustrian, 1982. hal. 1-4.
Winarno, F.G. 1994. Kimia Pangan dan Gizi. P.T. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
LAMPIRAN
Berat awal
Rumus rendemen : x 100
Berat akhir
Berat awal 1000
Kelompok 1 : x 100 = x 100 = 33%
Berat akhir 330