Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum

Biokimia

Kamis, 09 April 2015

UJI KUALITATIF KANDUNGAN FORMALIN PADA


IKAN SEGAR DAN PRODUK PERIKANAN
Riska Ayu Nuryahya

4443130741

JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2015

Abstrak

Formaldehid adalah larutan yang tidak berwarna dan


baunya sangat menusuk. Formalin adalah larutan formaldehid
37% dalam air apabila diencerkan dinamai formalin dan harus
dinyatakan kadarnya. Formalin sebenarnya bukan merupakan
bahan tambahan makanan, bahkan merupakan zat yang tidak
boleh ditambahkan pada makanan. Formalin sangat berbahaya
jika dihirup, mengenai kulit dan tertelan. Jika dikonsumsi dalam
jangka panjang maka formadehid dapat merusak hati, ginjal,
limpa, pankreas dan lain-lain. Tapi efek dari bahan pangan
berformalin baru bisa terasa beberapa tahun kemudian.
Praktikum yang dilakukan pada tanggal 09 Apri 2015 di
laboratorium TPHP, membahas tentang uji kualitatif kandungan
formalin pada ikan segar dan produk olahan ikan dengan tujuan
mahasiswa dapat mengetahui kandungan formalin secara
kualitatif pada ikan segar dan produk olahan ikan dari pasar Rau.
Yang memiliki hasil berbeda-beda, beberapa ada yang positif (+),
sangat positif (+ +) dan sangat positif sekali (+ + +)
mengandung bahan pengawet formalin dan berbahaya untuk
dikonsumsi. Tetapi tidak semua sampel mengadung formalin,
ada yang hanya tereduksi oleh larutan PK sehingga produk
tersebut bisa dikatakan aman untuk dikonsumsi oleh
masyarakat.

Kata Kunci : Formalin, Ikan Segar, Produk Olahan Ikan, Uji


Kualitatif
PENDAHULUAN
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang
banyak dikonsumsi masyarakat, mudah didapat, dan harganya
murah. Namun ikan cepat mengalami proses pembusukan
karena memiliki kadar air yang cukup tinggi. Oleh sebab itu
pengawetan ikan perlu diketahui oleh semua masyarakat. Tetapi
sekarang ini banyak masyarakat yang menyalahgunakan bahan
kimia untuk mengawetkan ikan dan juga produk olahannya, salah
satunya seperti formalin.
Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini
adalah salah satu zat tambahan makanan yang dilarang.
Meskipun sebagian banyak orang sudah mengetahui terutama
produsen bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai
pengawet, namun penggunaannya bukannya menurun tetapi
malah semakin meningkat dengan alasan harganya yang relatif
murah dibanding pengawet yang tidak dilarang.
Formalin sebenarnya bukan merupakan bahan tambahan
makanan, bahkan merupakan zat yang tidak boleh ditambahkan
pada makanan. Memang orang yang mengkonsumsi bahan
pangan seperti tahu, mie, bakso, ayam, ikan dan bahkan
permen, yang berformalin dalam beberapa kali saja belum
merasakan akibatnya.
Kini formalin sudah sangat umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Disektor industri sebenarnya formalin
sangat banyak manfaatnya seperti untuk pembersih lantai,
kapal, gudang-gudang, pakaian, pembasmi lalat dan berbagai
serangga. Lemahnya perhatian pemerintah kita, karena selain
digunakan dalam sektor industri, formalin juga disalahgunakan
untuk keperluan lain seperti pengawetan makanan yang sangat
tidak baik apabila dikonsumsi oleh tubuh manusia salah satunya
pada pengawetan ikan segar dan produk olahannya. Formalin
sangat berbahaya jika dihirup, mengenai kulit dan tertelan. Jika
dikonsumsi dalam jangka panjang maka formadehid dapat
merusak hati, ginjal, limpa, pancreas dan lain-lain. Tapi efek dari
bahan pangan berformalin baru bisa terasa beberapa tahun
kemudian.
Pada prakikum kali ini, dilakukan uji kualitatif kandungan
formalin pada ikan segar dan produk olahan ikan dengan tujuan
mahasiswa dapat mengetahui kandungan formalin secara
kualitatif pada ikan segar dan produk olahan ikan dari pasar Rau.
Untuk sampel yang digunakan menggunakan beberapa ikan
segar seperti ikan kembung (Rastrelliger sp.), ikan bandeng
(Chanos chanos) dan ikan bawal (Pampus argenteus). Sedangkan
untuk produk olahan ikan menggunakan sampel cumi asin, bakso
ikan dan otak-otak yang dijual di pasar Rau.

TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan pengawet pada bahan makanan sampai ini
masih banyak dijumpai. Terutama penggunaan formalin sebagai
pengawet bahan makanan seperti tahu, bakso, kerupuk, ikan
kering, ikan laut yang pada umumnya dapat menyebabkan
keracunan pada tubuh manusia. berdasarkan beberapa
penelitian disimpulkan bahwa formalin tergolong sebagai
karsinogen, yaitu senyawa yang dapat menyebabkan timbulnya
kanker, oleh karena itu senyawa formalin tidak boleh digunakan
dalam makanan maupun minuman (Elmatris,2007).
Formaldehid adalah larutan yang tidak berwarna dan
baunya sangat menusuk. Formalin adalah larutan formaldehid
37% dalam air apabila diencerkan dinamai formalin dan harus
dinyatakan kadarnya, misalnya formalin yang diencerkan dengan
air yang sama volumenya, dinamai larutan formalin 50%, berarti
kadar formaldehidnya 18,5% dengan demikian pemakaian istilah
larutan formalin harus dinyatakan kadarnya, misalnya larutan
formalin 50%, larutan formalin 25% dan sebagainya.
Identifikasi keberadaan formaldehida pada bahan pangan,
termasuk ikan dapat dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Jika pada uji kualitatif hasilnya positif maka akan dilanjutkan
dengan pengujian secara kuantitatif memakai spektrofotometer.
Pada uji kualitatif produk yang akan mengandung formalin akan
ditunjukan dengan berubahnya warna air dan bening menjadi
merah muda hingga ungu. Semakin ungu berarti kadar formalin
makin tinggi (Hastuti, 2010).
Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir
saluran pencernaan dan saluran pernafasan. Di dalam tubuh
cepat teroksidasi membentuk asam format terutama di dalam
organ hati dan sel darah merah. Pemakaian pada makanan dapat
mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia, yaitu rasa sakit
perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi
susunan syaraf atau kegagalan peredaran darah (Effendi, 2009).

METODOLOGI
Praktikum tentang pengujian kualitatif kandungan formalin
pada ikan segar dan produk olahan ikan dilakukan di
laboratorium TPHP Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pada tanggal 08 April 2015
pukul 15.30-17.30 WIB.
Alat yang digunakan pada praktikum yaitu berupa tabung
reaksi dan rak tabung reaksi, saringan, wadah atau piring,
sendok, pisau, timbangan elektrik, pipet ukur, ruber bulp,
kompor, talenan, panci dan alat tulis. Sedangkan untuk bahan
menggunakan beberapa sampel ikan segar yaitu ikan kembung,
ikan bandeng, ikan bawal merah, ikan tongkol, ikan payus, dan
ikan patin. Dan untuk produk olahan ikan yaitu ada bakso ikan,
cumi asin, otak-otak, pempek, dan teri nasi. Kemudian ada
larutan PK, Antalin dan air panas.
Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan, sambil
menunggu rebusan air mendidih, potong sampel yang akan
diteliti kecil-kecil dan timbang dua bagian. Bagian pertama 10
gram sedangkan bagian pertama hanya 1 gram lalu haluskan
sampai menjadi ampas dengan menggunakan campuran 20 ml
air panas. Ambil ampas atau ekstrak sampel yang akan diteliti
sebanyak 2,5 ml dengan pipet ukur ke dalam tabung reaksi. Pada
tabung pertama yang telah berisi sampel dicampurkan dengan 5
ml larutan PK lalu homogenkan dan tunggu 10 menit sampai
berubah warna, untuk tabung kedua diteteskan dengan cairan
antilin sebanyak 2-3 tetes dan homogenkan sampai berubah
warna, kemudian catat waktu dan hasil.
10 gram sampel + 20 ml air panas

Ambil ekstrak sebanyak 2,5 ml

Teteskan antilin (Al-a 2 tetes, Al-b 2 tetes)

Tunggu 10 menit dan amati perubahan warna

1 gram sampel + 5 ml PK

Tunggu perubahan warna

Catat waktu
Gambar 1. Diagram alir

HASIL DAN PEMBAHAN


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan
hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil data uji kualitatif kandungan formalin pada ikan
segar
Kandungan Formalin
No. Ikan segar
Antilin PK
1. Ikan kembung + Positif
2. Ikan Bandeng + Positif
3. Ikan Bawal Merah +++ Positif
4. Ikan Tongkol + +
5. Ikan Payus +++ +
6. Ikan Patin + +

Tabel 2. Hasil data uji kualitatif kandungan formalin pada produk


olahan ikan
Kandungan Formalin
No. Produk Perikanan
Antilin PK
1. Otak-otak - Positif
2. Cumi Asin ++ Positif
3. Bakso Ikan - Positif
4. Teri Nasi ++++ +
5. Pempek _ +
6. Bakso Ikan _ +
Dari data yang telah diperoleh, dapat dibahas bahwa uji
kualitatif kandungan formalin pada ikan kembung, ikan bandeng,
ikan tongkol dan ikan patin memiliki hasil yang positif (+)
mengandung bahan pengawet formalin. Sedangkan untuk ikan
bawal merah dan ikan payus memiliki hasil yang sangat positif
(+ +) mengandung bahan pengawet formalin.
Kemudian untuk uji kualitatif pada produk olahan ikan
didapatkan hasil yang berbeda dengan uji kualitatif pada ikan
segar. Pada produk bakso ikan, pempek dan otak-otak
didapatkan hasil yang positif (+) pada campuran larutan PK dan
negatif (-) pada campuran tetesan antilin, hal ini dikarenakan
bukan mengandung bahan formalin melainkan pada saat
penghomogenan ekstrak dengan larutan PK, kedua mekanisme
cairan tersebut bersatu sehingga warna dari ekstrak produk
olahan ikan tersebut tereduksi oleh warna larutan PK yang
mengakibatkan menjadi positif dan berubah warna. Sedangkan
untuk produk cumi asin memiliki hasil yang sangat positif (+ +)
mengandung bahan pengawet formalin, dan produk teri nasi
didapatkan hasil yang sangat positif sekali (+ + +) mengandung
bahan pengawet formalin.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, hasil
pengujian secara kualitatif kandungan formalin pada ikan segar
dan produk olahan ikan ada beberapa yang positif (+), sangat
positif (+ +) dan sangat positif sekali (+ + +) mengandung
bahan pengawet formalin dan berbahaya untuk dikonsumsi.
Tetapi tidak semua sampel mengadung formalin, ada yang hanya
tereduksi oleh larutan PK sehingga produk tersebut bisa
dikatakan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Praktikum yang dilakukan sudah sangat baik dan sesuai
dengan prosedur yang ditentukan, hanya saja saat pemberian
materi terlalu cepat dan kurang jelas sehingga harus
memberikan materi dua kali karena belum langsung dipahami
oleh praktikan.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto. E dan E. Liviawati. 1989. Pengawetan dan Pengolahan


Ikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti.(2005). Dasar-Dasar


Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia-Press

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka


Pelajar. Yogyakarta
Suhartini S dan N Hidayat. 2005. Olahan Ikan Segar. Surabaya:
Penerbit Trubus Agrisarana.

LAMPIRAN

Gambar 1. Bakso ikan 1 gram Gambar 2. Bakso ikan 10


gram

Gambar 3. Cincangan bakso ikan Gambar 4. Pengambilan


ekstrak
10 gram bakso ikan
Gambar 5. Pemasukan sampel Gambar 6. Perubahan
warna
1 gram pada tabung reaksi saat penghomogenan
sampel

Gambar 7. Tabung dan rak reaksi Gambar 8. Larutan PK

Gambar 9. Antilin Gambar 10. Pengambilan


ekstrak
sampel dengan pipet tetes
Gambar 11. Pengambilan sampel
Dengan pipet ukur dan ruber bulp

Anda mungkin juga menyukai