Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA IKAN LELE

(Clarias sp.) DAN FIELDTRIP BALAI LAYANAN


USAHA PRODUKSI PERIKANAN BUDIDAYA
KARAWANG

Riska Ayu Nuryahya


4443130741
Perikanan 4 A
1

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015

ABSTRAK
Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan dapat
dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan
padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif mudah dikuasai
oleh masyarakat. Dengan telah dikenalnya teknologi budidaya
lele pada lahan kering (menggunakan kolam terpal), masyarakat
dapat memulai usaha budidaya ikan lele dengan modal yang
tidak begitu besar, teknologi budidayanya sederhana dan waktu
pemeliharaannya relatif singkat. Kelebihan dari pembuatan
kolam dari terpal antara lain tidak membutuhkan biaya yang
mahal dan bahan-bahan pembuatannya mudah diperoleh. Pada
praktikum budidaya ikan lele dilakukan di Laboratorium
Budidaya Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa yang mulai dilaksanakan pada 18 Mei
2015 dan awal pemberian pakan sampai dengan pengambilan
smaple (sampling) tanggal 11 Juni 2015. Sedangkan untuk
praktikum lapangan (fieldtrip) dilakukan pada hari senin tanggal
15 Juni 2015 bertempat di Balai Layanan Usaha Produksi
Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang yang berlokasi di Ds.
Pusaka Jaya Utara Rt.01/04 Kec. Cilebar Kab. Karawang Jawa
Barat. Pada praktikum pembudidayaan yang dilakukan, pada
kolam 1 tidak mendapatkan ikan yang mati hal ini sepertinya
karena ikan lele sangat tahan terhadap kondisi perairan seburuk
apapun, ikan lele lebih tahan dengan kondisi perairan yang kotor
atau buruk tetapi mempengaruhi pertumbuhannya, seperti yang
telah dilakukan sampling berat dan panjang ikan yang
bermacam-macam. Di BLUPPB Karawang, terdapat berbagai
macam budidaya air tawar, air laut, dan air payau.
Kata Kunci : Budidaya, Kolam terpal, Kondisi perairan
ABSTRACT
Catfish farming developed rapidly due can be cultivated on
land and water resources are limited with high stocking density,
relatively easy cultivation technology controlled by society. With
the known technology catfish farming on dry land (using the pool
tarp), the public can begin catfish farming with capital that is not
so great, simple production technologies and maintenance time
is relatively short. The advantages of making a pool of tarpaulin,
among others, does not require the expensive cost of
manufacture and materials easily obtained. In the lab catfish
farming is done in Laboratory Aquaculture Department of
Fisheries, Faculty of Agriculture, University of Sultan Agung
Tirtayasa which commenced on May 18, 2015 and the beginning
of feeding up to making smaple (sampling) dated June 11, 2015.
As for the field work (field trip) is performed on Monday, June 15,
2015 located in the Central Business Services Aquaculture
Production (BLUPPB) Karawang located in Ds. Jaya Utara heritage
RT.01 / 04 district. Cilebar Kab. Karawang, West Java. In the lab
cultivation is done, the pool one does not get a dead fish it
seems as catfish are very resistant to any bad water conditions,
more resistant catfish with dirty water conditions or bad but
affect its growth, as it has done the heavy sampling and length
of the fish are manifold. The BLUPPB Karawang, there are various
kinds of aquaculture fresh water, sea water and brackish water.
Keywords : Aquaculture, Swimming tarpaulins, Water conditions

PENDAHULUAN
Kebutuhan masyarakat terhadap ikan yang saat ini
cenderung meningkat membuat ikan lele sebagai salah satu
pilihan ikan konsumsi yang banyak diminati masyarakat karena
selain mudah didapat dan harganya relatif terjangkau untuk
segala kalangan. Menurut KKP (2011), produksi ikan lele tahun
2011 ditargetkan sebesar 639.300 ton. Nilai tersebut meningkat
sebesar 36,26% dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 469.173
ton dan pada tahun 2013 menargetkan produksi ikan lele
sebesar 1,1 juta ton. Menurut Food and Agriculture Organisation
(FAO) (2009), melaporkan bahwa produksi ikan lele terus
mengalami peningkatan sekitar 769.936 ton tahun 2007 menjadi
berkisar 2,3 juta ton tahun 2008, sedangkan pada tahun 2010
diperkirakan mencapai 2,5 juta ton. Konsumsi ikan lele yang
semakin meningkat berpengaruh terhadap ketersediaan ikan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, oleh karena itu perlu
diadakan usaha budidaya yang berkesinambungan dalam
berbagai aspek. Ketersediaan benih yang bermutu dan waktu
budidaya yang relatif pendek merupakan pilihan yang harus
dicapai oleh para petani budidaya ikan lele, sehingga dapat
memenuhi permintaan konsumen.
Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia
memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi
maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan air tawar seperti
Lele Sangkuriang memiliki permintaan cukup tinggi yaitu
mencapai 500.000 ekor/minggu di pasar domestik (Lele
Dramaga, 2010).
Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan
budidaya yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan
hidup ikan budidaya. Pakan pada kegiatan budidaya umumnya
adalah pakan komersial yang menghabiskan sekitar 60-70% dari
total biaya produksi yang dikeluarkan. Hal inilah yang
menyebabkan pentingnya pakan sehingga perlu dilakukan
penelitian untuk memperbaiki nilai nutrisi pakan yaitu dengan
penambahan probiotik.
Ikan Lele merupakan keluarga catfish, yang termasuk
dalam jenis ini diantaranya yaitu lele lokal, lele dumbo, lele
sangkuriang dan lele phyton. Lele banyak terdapat di perairan
umum seperti sungai, rawa, waduk, dan genangan air lainnya.
Bentuk tubuh lele adalah gilig (silindris) memanjang, berkepala
gepeng meruncing, dan di dekat mulutnya ditumbuhi dengan 4
pasang kumis yang kaku memanjang. Kulit tubuh lele licin, tidak
bersisik, dan berwarna kehitaman.
Lele termasuk hewan nocturnal, atau lebih aktif mencari
makan di malam hari. Ikan inimudah dibudidayakan di mana
saja, dapat hidup di ketinggian lebih dari 1.000 m dpl dengan
kondisi suhu 20-32 C, pH 6,5-8, dan kandungan oksigen 3 ppm.
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan airtawar yangsudah
dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia.
Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan dapat
dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan
padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif mudah dikuasai
oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah dan modal usaha
yang dibutuhkan relatif rendah. Kelebihan dari pembuatan kolam
dari terpal antara lain tidak membutuhkan biaya yang mahal dan
bahan-bahan pembuatannya mudah diperoleh. Dengan telah
dikenalnya teknologi budidaya lele pada lahan kering
(menggunakan kolam terpal), masyarakat dapat memulai usaha
budidaya ikan lele dengan modal yang tidak begitu besar,
teknologi budidayanya sederhana dan waktu pemeliharaannya
relatif singkat.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui cara budidaya ikan
lele (Clarias sp.) yang baik dan benar dan untuk mengetahui
budidaya apa saja yang dikembangkan di Balai Layanan Usaha
Produksi Perikanan Budidaya Karawang.

METODOLOGI
Praktikum mata kuliah budidaya perikanan tentang
Budidaya Ikan Lele (Clarias sp.) dikolam terpal ini dilakukan di
Laboratorium Budidaya Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa yang mulai dilaksanakan pada 18 Mei 2015 dan
awal pemberian pakan sampai dengan pengambilan smaple (sampling) tanggal 11
Juni 2015. Sedangkan untuk praktikum lapangan (fieldtrip)
dilakukan pada hari senin tanggal 15 Juni 2015, berkumpul di
kampus pada pukul 01.00 WIB dan 8 jam perjalanan menuju
Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB)
Karawang yang berlokasi di Ds. Pusaka Jaya Utara Rt.01/04 Kec.
Cilebar Kab. Karawang Jawa Barat.
Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum budidaya
ikan lele yaitu untuk pembuatan kolam terpal dengan palu,
gergaji, bambu, paku, kayu, dan terpal. Sedangkan bahan yang
digunakan untuk budidaya ikan lele yaitu bibit ikan lele, air,
kotoran kambing dan pakan.
Hal pertama yang dilakukan pada pembudidayaan ikan lele
yaitu pembersihan dan pembuatan kolam terpal untuk tempat
hidup ikan lele tersebut. Pertama siapkan alat dan bahan yang
diperlukan, potong kayu sepanjang 1 meter untuk tiang
penyangga dan tancapkan ke tanah dengan ketinggian diatas
permukaan tanah 0,5 meter, potong papan sepanjang 4 meter
dan 2 meter, pasang papan dengan cara menempelkannya
kepada kayu yang telah ditancapkan tadi kemudian pasang paku
agar kuat, lakukan hal tersebut kesetiap sisi dari bangunan kolam
terpal, pasang terpal yang telah disiapkan sampai menutupi
papan yang telah kita pasang tadinya, kemudian pasang paku
disetiap pinggiran terpal agar tidak mudah jatuh dan tetap dapat
menahan air untuk keluar, isi kolam tersebut dengan air tetapi
sisakan 30 cm dari permukaan kolam dan biarkan hingga
beberapa hari. Setelah seminggu, masukkan kotoran kambing
yang sudah dibungkus dalam karung, hal ini bertujuan untuk
menumbuhkan plankton-plankton sebagai bahan pakan alami
ikan lele, masukkan bibit ikan lele ke dalam kolam terpal, setelah
bibit telah dewasa berikan pakan secukupnya setiap hari secara
teratur.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hasil Pengamatan Panjang dan Berat Ikan Lele

No Berat ikan (gr) Panjang ikan


(cm)
1 8 10,5
2 9 9
3 6 10
4 13 8
5 7 12
6 9 8,5
7 15 9,5
8 15 9,2
9 15 8,8
10 11 8
11 8 9,5
12 8 10,5
13 7 7,3
14 8 9,1
15 6 8,6
16 6 9,3
17 3 11
18 4 11,5
19 7 12
20 5 9,3
Rata-rata 170 191,6

Perhitungan :
Biomassa awal = Rata-rata berat ikan x populasi
= 3,125 x 209
= 653,125 gr
Biomassa akhir = Rata-rata berat ikan x populasi
= 8,5 x 209
= 1776,5 g
Perhitungan SR dengan menggunakan rumus Effendie (1997), yaitu :
Nt
SR = No x 100%
209
= 209 x 100 %

=100%
Laju pertumbuahn spesifik (SGR) dihitung dengan menggunakan rumus dari
Zonneveld et al.,(1991) :
lnWt ln Wo
SGR = t x 100%

ln1776,5 x ln 653,125
= 30 x100%

7,4826,481
= 30 x100%

= 1,001 x 100%
=100,1 %
Hasil budidaya ikan lele adalah sebagai berikut :
Berdasarkan data yang telah diporoleh maka dapat dibahas bahwa pada
praktikum pembudidayaan yang dilakukan, pada kolam 1 tidak mendapatkan ikan
yang mati hal ini sepertinya karena ikan lele sangat tahan terhadap kondisi
perairan seburuk apapun berbeda halnya dengan ikan lainnya yang peka terhadap
kandungan nitrit, oksigen terlarut (DO), suhu dan lainnya yang kemungkinan bisa
menimbulkan kematian, berbeda halnya dengan jenis ikan lain ikan lele lebih
tahan dengan kondisi perairan yang kotor atau buruk tetapi mempengaruhi
pertumbuhannya, seperti yang telah dilakukan sampling berat dan panjang ikan
bermacam-macam adapun pertumbuhan ikan lele yang terbesar dan ikan dengan
pertumbuhan terkecil namun didapatkan ada ikan dengan berat terkecil,
kemungkinan berat yang kecil ini terjadi karena kondisi perairan yang kurang
baik, kami kurang memperhatikan kondisi perairan hanya pengecekan yang kami
lakukan pada perairan yaitu dengan mengukur pH atau derajat keasaman dan suhu
perairan untuk kecerahan kami tidak melakukan karena sangat sulit untuk
melakukannya dikolam pembesaran.
Hasil untuk kunjungan ke BLUPPB Karawang adalah sebagai berikut :
Di BLUPPB Karawang, terdapat berbagai macam budidaya air tawar, air
laut, dan air payau. Untuk kunjungan ini hanya melihat budidaya air tawar (ikan
nila dan ikan lele), budidaya air laut (ikan kerapu dan ikan bawal) dan bagian
laboratorium BLUPPB Karawang.
Laboratorium Penguji Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya
Karawang (Lab BLUPPB) merupakan laboratorium level II + PCR yang berada
pada lingkup Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. Lab. BLUPPB terdiri dari tiga bagian spesialisasi yaitu Kesehatan Ikan,
Kualitas Lingkungan serta Nutrisi. Adapun fungsi dari Lab. BLUPPB yaitu untuk
kegiatan perekayasaan Kesehatan Ikan dan lingkungan, untuk aplikasi vaksin dan
imunostimulan, untuk pelatihan bagi staf/personil laboratorium, untuk sosialisasi
penerapan manajemen sistem mutu laboratorium, untuk kegiatan monitoring dan
surveilans, serta untuk pelayanan analisa penyakit ikan, kualitas air dan nutrisi.
Budidaya ikan air tawar
Kolam budidaya air tawar berada di Blok J, di Blok J ini terdapat 38
kolam, yang terdiri dari kolam pembenihan dan juga kolam pembesaran.
1. Budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus)
Untuk pembenihan dan pembesaran ikan nila disiapkan kolam dengan luas
1.500 m2, dan kedalamannya 1 meter. Alat dan bahan yang digunakan untuk
pembenihan dan pembesarannya yaitu kolam, jaring, plastik HDPE, kincir air,
pakan, ikan nila, dan alat-alat lainnya. Langkah pertama yang harus disiapkan
untuk pemijahan ini yaitu kolam pemijahan tersebut harus dibasmi tersebut hama
nya sampai steril, kemudian diisi dengan air. Selanjunya adalah pemasukan
indukan jantan dan betina dengan ukuran seragam, Untuk proses reproduksi ini,
disiapkan ikan nila dengan ciri-ciri nya yaitu kelaminnya sudah merah, dan
beratnya kisaran 300 gram. Untuk pemijahan ikan nila perbandingannya yaitu
betina 4 dan jantan 1 (4:1), didalam kolam ada 2 pak yang berisi betina 400 dan
jantan 100. Dalam pemijahan tersebut dapat menghasilkan sebanyak 400.000
ekor. Setelah 10 hari maka akan keluar larva ikan nila, dan kemudian larva
dipindahkan ke kolam lain untuk di besarkan.
Pemberian pakan untuk ikan nila ini dilakukan setiap hari yaitu 2 kali
sehari pada pukul 08.00 WIB dan pukul 17.00 WIB. Pakan yang digunakan yaitu
pakan dengan ukuran 3-4. Perhitungan pemberian pakan pada setiap harinya
sekitar 6%-10%. Tingkat kehidupan pada 1 kolam mencapai 60%. Penjualan
benih ikan yang ukuran size 100 (7-9 cm) dijual dengan harga Rp. 250,-
tergantung pesanan dari buyer. Untuk pemamenan pembesaran, langkah pertama
yaitu mengurangi air dalam kolam tersebut, kemudian ikan dijaring untuk
dipindahkan pada kolam pembesaran. Setelah 1 bulan hingga 40 hari ikan sudah
dapat dipijahkan kembali.Spesien ikan nila yang di produksi ada 3 jenis yaitu ikan
nila sultana, ikan nila nirwana dan ikan nila salina, namun di kolam ini hanya
difokuskan pada pembenihan dan pembesaran ikan Nila Sultana.
2. Budidaya ikan lele (Clarias sp.)
Untuk proses budidaya ikan lele, digunakan ikan lele sangkuriang. Ikan
lele terdiri dari pembenihan 1 dari mulai memijah sampai 15 hari dan pemijahan 2
dari ukuran 15 hari sampai besar. Asal indukan untuk ikan lele ini yaitu dari lele
sukabumi dan lele masamo (Gana) ditandai dengan kepalanya agak bulat. Ikan
lele yang sudah siap di panen yaitu ikan lele ukuran 7-9 dalam satu kilo. Penyakit
yang terdapat dalam budidaya ikan lele ini yaitu aeromonas. Di blok J ini juga
terdapat kolam Polikultur antara ikan nila dengan ikan lele. Ikan yang difokuskan
akan berada di dalam jaring seperti keramba jaring apung, dan ikan sampingannya
akan diletakkan di luar jaring.
Budidaya air laut
Untuk kolam budidaya air laut terletak di blok F. Di blok F ini terdapat
kolam budidaya ikan bawal bintang, ikan kerapu hybrid Cantrang (ikan kerapu
macan, dan kerapu kertang), ikan kerapu hybrid Cantik (ikan kerapu macan dan
ikan kerapu batik), dan kolam budidaya udang vannamei. Kolam budidaya air laut
ini mempunyai salinitas 20-30 ppt.
1. Budidaya ikan bawal bintang
Untuk kolam budidaya ikan bawal bintang yaitu di keramba jaring tancap
dengan luasnya 1 petak berukuran 5000 m2. Kapasitas untuk satu kolam ini bisa
mencapai 2 ton. Kedalamannya yaitu 1,2 meter. Untuk kedalama airnya yaitu 1
meter. Ikan bawal bintang ini dalam 6 bulan sudah bisa dipanen, ukurannya yaitu
4 ons. Pemberian makan bawal bintang full pelet dan dibutuhkan tenaga kerja
sebanyak 4 orang untuk pengurusan dari pembenihan hingga pembesaran. Bawal
bintang harganya Rp. 80.000,- / Kg. Bawal bintang dipanen dalam keadaan hidup.
Pengirimannya ke jakarta dan biasanya buyernya yang datang sendiri ke lokasi
untuk melihat kualitasnya juga.
2. Budidaya ikan kerapu Cantrang
Untuk ikan kerapu cantrang (Hibrid kerapu macan dengan kerapu
kertang), pendederannya dilakukan di karamba jaring tancap, untuk pendederan
kerapu cantrang ini SR (Survival Rate) nya bisa mencapai 90 % jika tidak ada
hama atau penyakit. Pertumbuhannya dalam 6 bulan sudah menghasilkan 4 ons.
Benih ikan kerapu ini didatangkan dari daerah Situbondo dan Bali. Setelah
dilakukan pendederan, selanjutnya dilakukan grading untuk ditebar, penebaran
lepas ukuran 8-10 cm di kolam dengan petakan 1500 m2, dalam satu kolam
petakan terdapat 4000 ekor. Ikan kerapu cantrang ini mempunyai kelemahan yaitu
mudah stres. Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk penanganan budidaya ikan
kerapu adalah 5 orang. Hasil panen ikan kerapu cantrang keadaan hidup.
3. Budidaya ikan kerapu Cantik
Untuk kolam budidaya ikan kerapu Cantik (Hybrid ikan kerapu macan dan
ikan kerapu batik), dalam pendederan sampai pembesaran sama saja dengan ikan
kerapu cantrang. Pendederannya dilakukan di keramba jaring tancap, tapi ikan
kerapu cantik dapat di panen dalam satu tahun, dan SR (Survival Rate) nya hanya
mencapai 60-70 %, dikarenakan ikan kerapu Hybrid Cantik ini mempunyai
kelemahan yaitu mempunyai sifat kanibalisme, dan pada saat kanibalisme tersebut
dua-duanya akan mati secara bersamaan. Hasil panen ikan kerapu cantik keadaan
hidup.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan, bahwa
untuk ikan lele mampu bertahan terhadap kondisi perairan yang keruh namun
mempengaruhi pertumbuhan ikan lele yang seharusnya tumbuh dengan baik atau
normal tetapi pertumbuhannya tidak normal hal ini adalah akibat dari keadaan
perairan yang keruh, pertumbuhan ikan lele juga dapat di pengaruhi mutu dan
jumlah makanan tiap hari, pertumbuhan ikan lele ada yang cepat ada juga yang
tertinggal gejala ini disebabkan oleh adanya persaingan dalam memperoleh
makan adakalanya mahasiswa telat karena ada kuliah sehingga kemungkinan ikan
saat diberi makan sangat bersaing atau juga bisa karena ikan lele bersifat karnifor
jadi saling memakan. Dan pada BLUPPB Karawang, terdapat berbagai macam
budidaya air tawar, air laut, dan air payau. Untuk budidaya air tawar terdapat ikan
nila dan ikan lele, budidaya air laut seperti ikan kerapu dan ikan bawal.
Untuk pemberian pakan ikan lele sebaiknya benar-benar diberi tepat pada
waktunya, karena sifat ikan lele yaitu karnifor atau pemakan daging dan juga bisa
memakan sesamanya sehingga memicu kejadian makan memakan juga dapat
menimbulkan peertumbuhan yang lambat dan kurang baik.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R., Subandiyono., Arini,E, 2013. Pengaruh Pengunaan Papain terhadap
Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias
Gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology. 1: 136-
143.

Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah (DKPD), 2010. Petunjuk Teknis


Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila. Dinas Kelautan dan Perikanan.
Sulawesi Tengah. 2 hlm.

Kordi, K., M. G.H, 2009. Budidaya Perairan. Buku kedua. PT Citra Aditya Bakti.
Bandung. 445-446, 464-465.

Lele Dramaga. 2010. Budidaya Lele Sangkuriang. http//www.leledramaga. com.


24 Juni 2015.

Sumanatadinata, Komar. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan Di Indonesia.


Bogor: PT.Sastra Hudaya.

LAMPIRAN
Gambar 1. Pengurasan dan Gambar 2. Pemindahan ikan lele
pembersihan kolam

Gambar 3. Pembuatan tiang Gambar 4. Pemasangan terpal


penyangga kolam

Gambar 5. Pengisian air pada Gambar 6. Pengukuran


panjang
kolam terpal ikan lele

Gambar 7. Laboratorium BLUPPB


Karawang

Rumus :
Biomassa awal = Rata-rata berat ikan x populasi
Biomassa akhir = Rata-rata berat ikan x populasi
Nt
SR = No x 100%

lnWt ln Wo
SGR = t x 100%

Anda mungkin juga menyukai