Mikrobiologi Perairan
Hari, Tanggal : Rabu, 20 Mei 2015
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
ABSTRAK
Pengukuran kuantitatif populasi mikroba dalam suatu
sampel dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan atau tujuan
lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam suatu sampel
tersebut. Ada berbagai macam cara untuk mengukur jumlah sel
antara lain dengan hitungan mikroskopis langsung (direct
microscopis count) dan hitungan tidak langsung (indirect count)
dengan hitungan cawan, baik dengan metode penyebaran
maupun metode penuangan. Praktikum yang dilakukan pada hari
rabu, tanggal 20 Mei 2015 mulai pukul 13.00-15.00 WIB,
bertempat di laboraturium teknologi pengolahan hasil perikanan
(TPHP) Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa bertujuan agar praktikan dapat mempelajari
cara melakukan pengenceran serial dan menentukan jumlah
bakteri dalam suatu sampel dengan metode hitungan cawan.
Berdasarkan hasil dari metode hitungan cawan pada penelitian
di atas menggunakan suatu standar yang disebut dengan
Standart Plate Counts (SPC). Standar tersebut adalah cawan
yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni
antara 30-300, namun jumlah koloni yang tumbuh terlalu padat
pada pengenceran (10-5) sehingga pengenceran untuk sampel
ini terlalu sedikit, karena pada pengenceran (10-5) jumlah koloni
yang hidup masih berjumlah lebih dari 300.
Kata Kunci : Hitungan cawan, Jumlah koloni, Pengenceran
ABSTRACT
Quantitative measurements of microbial populations in a
sample taken to determine the quality of materials or other
purposes based on the number of microbes present in the
sample. There are various ways to measure the number of cells
such as by direct microscopic count (direct microscopis count)
and count indirectly (indirect count) with a cup count, either by
the method of dissemination and the casting method. Lab work
done on Wednesday, dated May 20, 2015 starting at 1 p.m. to
15:00 pm, at the laboratory fish processing technology (TPHP)
Department of Fisheries, Faculty of Agriculture, University of
Sultan Ageng Tirtayasa intended that the practitioner can learn
how to perform serial dilutions and determine the amount of
bacteria in a sample cup count method. Based on the results of
the cup count method on the above study using a standard
called the Standard Plate Counts (SPC). The standard is chosen
and calculated the cup containing the number of colonies is
between 30-300, but the number of colonies that grow too dense
on dilution (10-5) so that the dilution of the sample is too little,
because the dilution (10-5) the number of colonies that life is still
number more than 300.
Keywords : Counts saucer, Dilution, Number of colonies,
PENDAHULUAN
Bakteri merupakan mikro uniseluler. Pada umumnya bakteri tidak
mempunyai klorofil. Ada beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksualnya
secara pembelahan. Bakteri tersebar luas di alam, di dalam tanah, di atmosfer, di
dalam endapan-endapan lumpur, di dalam lumpur laut, dalam air, pada sumber air
panas, di daerah antartika, dalam tubuh manusia, hewan, dan tanaman. Jumlah
bakteri tergantung pada keadaan sekitar. Misalnya, jumlah bakteri di dalam tanah
tergantung jenis dan tingkat kesuburan tanah (Hidayat, et al., 2006).
Menurut Waluyo (2007), pengamatan bakteri dapat dilakukan secara
individual, satu per satu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila
bakteri yang ditumbuhkan di dalam medium yang tidak cair, maka akan terjadi
suatu kelompok yang dinamakan koloni. Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap
spesies, dan bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu.
Pengukuran kuantitatif populasi mikroba dalam suatu
sampel dilakukan untuk mengetahui kualitas bahan atau tujuan
lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam suatu sampel
tersebut. Ada berbagai macam cara untuk mengukur jumlah sel
antara lain dengan hitungan mikroskopis langsung (direct
microscopis count) dan hitungan tidak langsung (indirect count)
dengan hitungan cawan, baik dengan metode penyebaran
maupun metode penuangan.
Pada perhitungan langsung, sampel ditaruh di suatu ruang
hitung (hemasitometer) dan jumlah sel dapat ditentukan secara
langsung dengan bantuan mikroskop. Keuntungan metode ini
adalah pelaksanaannya cepat dan tidak memerlukan banyak
peralatan, namun kelemahannya ialah tidak membedakan sel-sel
yang hidup dari yang mati sehingga hasil yang diperoleh adalah
jumlah total sel yang ada di dalam populasi. Kelemahan lain ialah
sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti
bakteri karena ketebalan hemasitometer tidak memungkinkan
digunakan lensa obyektif celup minyak. Dalam akuakultur,
hemasitometer banyak digunakan untuk menghitung sel-sel
fitoplankton seperti Chlorella atau Skeletonema.
Untuk perhitungan tidak langsung dengan hitungan cawan
didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel yang dapat hidup
akan berkembang menjadi satu koloni. Untuk memenuhi
persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk perhitungan
koloni adalah yang mengandung antara 30-300 koloni. Karena
jumlah mikroorganisme dalam suatu sampel tidak diketahui
sebelumnya, maka untuk memperoleh sekurang-kurangnya satu
cawan yang mengandung koloni dalam jumlah yang memenuhi
syarat tersebut harus dilakukan sederetan pengenceran dan
pencawanan. Jumlah sel bakteri pada suatu sampel diketahui
dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada media
tersebut dikalikan dengan faktor pengencernya dengan satuan
coloni forming unit (cfu/ml atau cfu/gram).
Adapun dilakukannya praktikum kali ini yaitu agar
mahasiswa dapat mempelajari cara melakukan pengenceran
serial dan menentukan jumlah bakteri dalam suatu sampel
dengan metode hitungan cawan.
METODOLOGI
Praktikum pada bahasan perhitungan bakteri dengan
metode hitungan cawan dilakukan pada hari rabu, tanggal 20 Mei
2015 mulai pukul 13.00-15.00 WIB. Bertempat di laboraturium
teknologi pengolahan hasil perikanan (TPHP) Jurusan Perikanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu terdiri
dari bunsen (pembakar spirtus), cawan petri, batang penyebar,
botol penyemprot, pipet ukur, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
alumunium foil dan alat tulis. Sedangkan untuk bahan
menggunakan larutan fisiologis, air selokan, dan biakan bakteri
dengan medium TSA dalam bentuk agar.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam menjalankan
praktikum yaitu semprotkan larutan alkohol pada tangan
praktikan dan sekitar meja praktikum, ini bertujuan agar tempat
percobaan tetap steril dan terhindar dari kontaminasi bakteri
lainnya. Setelah alat dan bahan disiapkan, lakukan pengenceran
serial sampel suspensi bakteri secara aseptik 1 ml lalu masukan
kedalam tabung reaksi 9 ml pertama (10 -1) dan homogenkan.
Ambil sampel secara aseptik dengan pipet ukur 1 ml dari tabung
pengencer pertama dan masukkan ke dalam tabung pengencer
kedua (10-2) dan seterusnya untuk tabung-tabung pengencer
selanjutnya. Kemudian masukan sampel tersebut ke dalam
cawan petri yang berisi biakan bakteri pada media agar dengan
menggunakan pipet ukur, sebarkan dengan batang penyebar.
Tutup rapat cawan petri tersebut dengan menggunakan
alumunium foil harus sangat dekat dengan bunsen yang menyala
supaya tidak terjadi kontaminan, inkubasikan selama 24 jam
pada suhu ruang, kemudian hitung jumlah koloni yang tumbuh
(30-300) dan kalikan dengan faktor pengencernya.
Ambil 1 ml suspensi bakteri
Bentuk-L
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Nur. Masdiana C. Padaga, Sri Suhartini. 2006.
Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Offset.
Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
LAMPIRAN
bunsen
siap diinkubasikan