Anda di halaman 1dari 26

DIVERSIFIKASI DAN PENGOLAHAN HASIL

SAMPING PERIKANAN
Perencanaan Produk Dan Bisnis
Dendeng Ikan Ibu Siti
Jl. Kiuju No.44 Kaujon Kidul Serang Banten

Disusun oleh :
Kelompok 1
Perikanan 7 A
Agung Nugroho 4443132494
Anwar Suandi 4443130684
Fanny Yahmar Ubaidillah 4443140404
Faizal Dwi Nurohman 4443130992
Rima Sri Yulianti 4443130894
Riska Ayu Nuryahya 4443130741
Suherty 4443130
Ubaidillah 444

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami atas nama kelompok 1 panjatkan ke


Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
observasi mata kuliah Diversifikasi dan Pengolahan Hasil
Samping Perikanan ini tepat pada waktunya. Makalah ini
membahas tentang observasi perencanaan produk dan bisnis
home industri dendeng Ibu Siti yang bertempat Jl. Kiuju No.44
Kaujon Kidul Serang Banten.
Dalam penyusunan makalah observasi ini, kami banyak
mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan
dari berbagai pihak dan beberapa sumber tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat
balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat di harapkan untuk
penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.

Serang, 17 November 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................2
BAB II
ISI..................................................................................................3
2.1 Deskripsi Bahan Baku........................................................3
2.1.1 Ikan Belanak................................................................3
2.1.2 Ikan Mujair..............................................................4
2.2 Deskripsi Poduk.................................................................5
2.3 Kandungan Gizi Produk......................................................6
2.4 Proses Pengolahan.............................................................6
2.5 Daya Awet Produk...........................................................10
2.6 Atribut Produk..................................................................10
2.7 Distribusi Produk.............................................................11
2.8 Produk Life Cycle.............................................................11
2.9 Analisis SWOT..................................................................11
BAB III
KESIMPULAN................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi
masyarakat, mudah didapat dan harganya murah adalah ikan.
Namun, ikan cepat mengalami proses pembusukan. Oleh sebab
itu, masyarakat perlu mengetahui cara mengolahan ikan yang
baik dan benar. Untuk mendaptakan hasil olahan yang bermutu
tinggi diperlukan perlakuan yang baik selama proses pengolahan,
seperti menjaga kebersihan bahan dan peralatan yang
digunakan, menggunakan ikan yang masih segar, serta garam
yang bersih. Manfaat mengkonsumsi ikan sudah banyak
diketahui orang karena ikan merupakan makanan utama dalam
lauk sehari-hari yang memberikan efek awet muda dan harapan
untuk hidup lebih tinggi dari negara yang lain. Pengolahan ikan
dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang
mengkonsumsi ikan lebih banyak (Margono et al., 1993).
Ikan merupakan bahan baku yang sangat mudah rusak,
sehingga diperlukan pengolahan yang baik untuk
memperpanjang masa simpan. Kegiatan pengolahan hasil
perikanan merupakan aktivitas penting dalam kegiatan bisnis
perikanan. Di samping untuk memanfaatkan ikan yang kurang
digemari masyarakat, kegiatan pengolahan juga berperan dalam
diversifikasi produk olahan ikan. Dengan adanya diversifikasi
produk olahan, memungkinkan adanya pengembangan produk
baru yang lebih diminati masyarakat, sehingga dapat
meningkatkan nilai tambah produk olahan ikan terebut. Selama
ini kegiatan pengolahan hasil perikanan pada umumnya
dilakukan dengan berbekal keterampilan seadanya (Bahar,
2006).
Salah satu bentuk pengolahan ikan yang dapat
meningkatkan nilai tambah adalah dendeng ikan, yang bisa
dibuat dari ikan utuh, fillet daging ikan, dan daging lumat. Prinsip
pembuatan dendeng adalah subtitusi air dari bahan dengan
rempah-rempah sebagai bahan pengawet. Sedangkan untuk
memperpanjang daya awet sebagian air dari bahan dihilangkan
dengan proses pengeringan dengan tujuan untuk mengurangi
kadar air dalam bahan pangan sampai sangat rendah sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menyebabkan kerusakan bahan pangan dan memperpanjang
daya simpannya. Untuk mengolah ikan menjadi dendeng
diperlukan komposisi yang tepat. Peningkatan kualitas
penerimaan konsumen terhadap tekstur dan mutu merupakan
hal penting yang berpengaruh terhadap produk yang dihasilkan.
Pengolahan ikan patin menjadi dendeng lumat ikan patin,
diharapkan menghasilkan produk makanan yang bergizi tinggi
dan menambah daya tarik konsumen untuk mengkonsumsi
olahan dari ikan (Astawan, 2007).
Industri rumah tangga sebagai industri kecil di pedesaan
dapat dianggap sebagai respon terhadap berbagai perubahan
struktur ekonomi pedesaan. Pada saat penyempitan lahan terjadi
di mana-mana dan kesempatan kerja semakin terbatas, industri
rumah tangga kemudian memberikan alternatif pekerjaan dan
pendapatan sebagai tambahan yang diperoleh dari sektor
pertanian.
Dendeng Ibu Siti merupakan komoditas hasil olahan dari
bahan baku ikan mujair dan ikan belanak yang di usahakan di Jl.
Kiuju No.44 Kaujon Kidul Serang Banten. Berdasarkan hal
tersebut, sangat penting untuk diformulasikan strategi
pengembangan usaha dendeng Ibu Siti di Kaujon Kidul Serang.
Dalam kaitannya dengan upaya pengembangan usaha kecil,
rencana strategis sangat dibutuhkan mengingat usaha kecil
harus mampu merespon berbagai perubahan pada lingkungan
yang seringkali tidak dapat diperkirakan. Untuk itu harus selalu
dilakukan penelaahan agar usaha kecil dengan segala kekuatan
yang dimiliki mampu mengambil keuntungan dari peluang yang
ada, mampu meminimalkan kelemahan yang dimiliki, serta
mampu menghadapi tantangan yang ada.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah dari hasil observasi
mata kuliah Diversifikasi dan Pengolahan Hasil Samping
Perikanan yaitu untuk mengetahui proses pembuatan dendeng
ikan, nilai gizi, daya awet, pemasaran serta mengidentifikasi
faktor sistematis kekuatan, peluang, kelemahan dan ancaman
terhadap produk dendeng Ibu Siti yang bertempat Jl. Kiuju No.44
Kaujon Kidul Serang Banten.

BAB II
ISI

2.1 Deskripsi Bahan Baku


Diantara jenis-jenis ikan lainnya, pembuatan dendeng ikan
Ibu Siti lebih dominan menggunakan jenis ikan air laut yaitu ikan
belanak (Mugil dussumieri) dan ikan air tawar yaitu ikan mujair
(Oreochromis mossambicus), karena menurut Ibu Siti kedua ikan
tersebut lebih mudah dalam menyerap bumbu dendeng sehingga
cita rasa dari produk dendeng tersebut lebih terasa.
2.1.1 Ikan Belanak
Ikan belanak diklasifikan ke dalam :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Mugiliformes
Family : Mugilidae
Genus : Mugil
Spesies : Mugil dussumieri

Gambar 1. Ikan belanak (Mugil dussumieri)

Belanak adalah sejenis ikan laut tropis dan subtropis


yang bentuknya hampir menyerupai ikan bandeng. Dalam
bahasa Inggris dikenal sebagai blue-spot mullet atau blue-
tail mullet. Ikan ini terdistribusi pada semua perairan
terutama di daerah estuari (coastal) dan laut di daerah
tropis dan subtropis yaitu di Indo-Pacific, Filipina, dan Laut
Cina Selatan, hingga Australia. Ikan belanak merupakan
jenis ikan pelagis (benthopelagic) yang bersifat katadromus
hidup di perairan tawar seperti sungai, estuari, dan laut
dengan kedalaman sampai 120 meter, temperatur antara 8-
240C. Estuaria adalah perairan muara semi tertutup yang
merupakan tempat pencampuran antara air sungai dan air
laut.

2.1.2 Ikan Mujair


Klasifikasi ilmiah Ikan Mujair :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis mossambicus

Gambar 2. Ikan mujair (Oreochromis mossambicus)

Ikan Mujair adalah ikan air tawar yang masih berkerabat


dekat dengan saudara dengan ikan nila. Bersama ikan
manfish atau angelfish, ikan discus, ikan lohan dan ikan
oscar, ikan mujair dan ikan nila tergabung dalam keluarga
Cichlid. Nama ilmiah Ikan Mujair adalah Oreochromis
mossambicus, dalam bahasa Inggris dikenal sebagai
Mozambique tilapia, atau kadang-kadang secara tidak tepat
disebut "Java tilapia". Ikan ini pertama kali ditemukan oleh
Mbah Mujair di muara Sungai Serang pantai selatan Blitar
Jawa Timur pada tahun 1939. Sebelum menjadi ikan jenis
baru atau Mujair, awal mula ikan ini adalah ikan laut yang
hidup di air asin. Kemudian karena usaha Mbah Moedjair
ikan ini pun bisa hidup di air tawar, karena itulah ikan ini
diberi nama Ikan Mujair sesuai penemunya Mbah Mujair.

2.2 Deskripsi Poduk


Produk dendeng yang dibuat oleh Ibu Siti secara turun
menurun, hingga mencapai belasan generasi merupakan produk
inti yang memenuhi kebutuhan serta keinginan dari para
konsumen. Sifat produk dendeng yaitu bahan makanan semi
basah yang biasanya terbuat dari daging atau ikan, berbentuk
tipis dan lebar, dibumbui dan dikeringkan. Dendeng dapat
dimakan tanpa rehidrasi dan tidak memberikan rasa kering pada
produk. Dendeng ikan adalah jenis makanan awetan yang dibuat
dengan cara pengeringan dengan menambah garam, gula, dan
bahan lain untuk memperoleh rasa yang diinginkan (Esti dan
Sediadi, 2000).
Dendeng ikan manis merupakan hasil pengolahan dan
pengawetan dengan cara penggeringan serta penambahan
bumbu-bumbu tertentu, sehingga mempunyai rasa yang khas
dengan tekstur yang empuk. Dendeng ikan dapat dibuat dengan
rasa manis ataupun asin. Pada pembuatan dendeng ikan manis
pemakaian gula pasir atau gula merah berkisar antara 15-20%.
Jenis-jenis ikan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
dendeng ikan manis benyak sekali, tergantumg dari kondisi
perikanan setempat. Hampir semua jenis ikan dari berbagai
perairan dapat dibuat menjadi dendeng, kecuali ikan yang terlalu

banyak mengandung lemak. Selain kesegaran dan mutu daging,


bumbu merupakan faktor kunci yang menentukan kualitas dan
daya terima dendeng (Margono,1993).
Gambar 3. Dendeng Hasil Produksi Ibu Siti
Proses pembautan produk dendeng Ibu Siti pada umumnya
saja dengan pembuatan dendeng lainnya, bahannya
menggunakan bumbu garam, gula, Iengkuas, ketumbar, dan
bawang merah. Kadang-kadang ada juga yang menambahkan
lada dan bawang putih. Gula yang ditambahkan dapat berupa
gula merah maupun gula pasir. Campuran bumbu berguna untuk
menambah aroma, cita rasa, dan untuk memperpanjang daya
awet. Beberapa jenis rempah telah diketahui mempunyai daya
antimikroba. Ketumbar dapat menimbulkan bau sedap dan rasa
pedas yang gurih, sehingga bau tidak sedap pada dendeng dapat
dihilangkan. Bawang putih dapat menimbulkan rangsangan
tajam dan memacu selera makan. Gula menambah rasa manis
dan kelezatan, mengurangi rasa asin berlebihan akibat
penambahan garam, memperbaiki aroma dan tekstur daging.
Gula juga berfungsi melunakkan produk dengan mengurangi
penguapan (Effendi, 1979)
Dendeng tergolong dalam bahan makanan semi basah
(intermediate moisture food), yaitu bahan pangan yang
mempunyai kadar air tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu
rendah, yaitu antara 15-50 persen. Kadar air tersebut dapat
dicapai melalui proses pengeringan daging yang telah dibumbui.
Pengeringan dendeng dapat dilakukan dengan bantuan sinar
matahari atau dengan menggunakan alat pengering buatan
(artificial drying). Dibandingkan dengan pengeringan secara
alami, pada pengeringan buatan, hasil yang diperoleh menjadi
lebih bersih karena terhindar dari kontaminasi (serangga, debu,
dip dan proses dapat dikontrol dengan baik (tidak tergantung
kepada keadaan cuaca) Pada pengeringan dendeng, terik
matahari atau suhu alat pengering tidak boleh terlalu panas
karena permukaan dendeng akan menjadi retak-retak.
Sebaliknya, bila sinar matahari kurang panas dan tidak terus-
menerus akan menyebabkan kapang mudah tumbuh (Effendi,
1979).

2.3 Kandungan Gizi Produk


Produk dendeng ikan Ibu Siti cukup memiliki beberapa
kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu sebesar 582
kilokalori, protein 68,3 gram, karbohidrat 37,2 gram, lemak 15,2
gram, kalsium 3258 miligram, fosfor 1699 miligram, dan zat besi
4,3 miligram. Selain itu di dalam produk dendeng khususnya
dengan bahan baku ikan mujair juga terkandung vitamin A
sebanyak 50 IU, vitamin B1 0,27 miligram. Hasil tersebut
didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram dendeng
Ikan Mujair, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 100%.

2.4 Proses Pengolahan


Proses pengolahan pada dendeng ikan Ibu Siti menggunakan
bahan baku ikan mujair dan ikan belanak pada umumnya sama
seperti pembuatan dendeng lainnya, yaitu :
a. Penyortiran
Ikan yang telah diterima kemudian dimasukkan kedalam
tempat atau baskom yang telah diberi es kemudian ikan disortir
dipisahkan menurut ukuran dan tingkat kesegarannya ikan. Ikan
yang telah rusak lebih dari 60% atau tidak segar harus
dipisahkan, karena hal ini dapat mempengaruhi hasil dari produk
akhir. Mutu dan kualitas produk sangat ditentukan oleh tingkat
kesegaran dari bahan mentah itu sendiri, oleh karena itu bahan
mentah harus disortir terlebih dahulu sebelum penyiangan atau
proses selanjutnya. Penyortiran dapat dilakukan dengan cara
manual yaitu dengan menggunakan indera manusia.
b. Penimbangan
Setelah ikan disortir kemudian ikan ditimbang yang
bertujuan untuk menghitung jumlah rendemen ikan yang akan
diolah sehingga diketahui berapa berat bahan mentah yang utuh
dengan berat hasil akhir produk yang setelah diolah beratnya
berkurang. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan alat
timbang neraca.
c. Penyiangan
Sebelum melakukan penyiangan pekerjaan pertama adalah
melakukan pencucian terhadap ikan yang diterima kemudian
memisahkan ikan- ikan yang mutunya kurang baik. Penyiangan
dilakukan dengan membuang sisik, dan bagian yang lainnya
seperti kepala (jika perlu), sirip dan ekor. Ikan yang belum
dibuang insang dan isi perutnya segera dibuang begitu pula
dengan siripnya dan darahnya harus benar-benar bersih.
1. Penyiangan dilakukan dengan cepat dan teliti,
2. Sisik, sirip dan insang dibuang sampai bersih,
3. Sisik, sirip dan Insang ditampung dalam wadah- wadah
yang tidak bocor,
4. Ikan dicuci sebersih mungkin dengan air untuk
menghilangkan darah dan lendir. Untuk isi perut
dibuang pada saat pembentukan dan selanjutnya
dilakukan pencucian.
d. Pembentukan dan pencucian
Setelah dilakukan penyiangan terhadap sisik, sirip dan
kepala kemudian dilanjutkan dengan pembentukan yaitu dengan
membelah bagian dari pungung hingga pangkal ekor ikan sampai
membentuk kupu-kupu (butterfly), atau dengan membuang duri
punggung sampai mendekati ekor (fillet). Kemudian ikan yang
telah dibentuk butterfly dicuci. Pencucian bertujuan untuk
membersihkan ikan dari bahan atau senyawa yang mencemari
ikan beserta lendir, bakteri permukaan, organisme pembusuk,
dan sebagainya (Moeljanto, 1992).
e. Perendaman larutan garam
Larutan garam dibuat 20% atau sesuai dengan banyaknya
bahan atau ikan yang ada, perendaman dilakukan didalam
baskom atau tempat penampung kemudian ikan yang telah
dibentuk atau disayat tersebut kemudian dimasukkan kedalam
larutan garam (20%) dan direndam, selama 15-30 menit.
Penggaraman akan mempengaruhi terhadap tingkat keasinan
produk serta membantu menghilangkan sisa-sisa darah ataupun
kotoran yang masih melekat juga dapat menngurangi aktivitas
bakteri, hasil penggaraman ditiriskan beberapa menit, ikan siap
untuk dibacem.
Gambar 4. Proses Pengolahan Dendeng Ikan Ibu Siti
f. Pembaceman
Dendeng ikan yang telah difilet atau dibentuk dan telah
direndam larutan garam segera ditaburi bumbu yang telah
disiapkan. Sebelum dilakukan pembaceman maka dipersiapkan
bumbu-bumbu dengan formula, untuk mengolah 2 kg ikan untuk
ikan layang 1 kg dan ikan mujair 1 kg diperlukan komposisi
bumbu sebagai berikut:
1. Gula : 0,6 %
2. Garam : 0,12%
3. Asam jawa : 0,15%
4. Ketumbar : 0,045%
5. Laos : 0,075%
6. Jahe : 0,015%
7. B. putih : 0,03%
8. B. merah : 0,045%
9. Cabe merah : 0,5%
Pembaceman ikan biasa dilakukan pada siang/petang hari
dan dinihari pagi-pagi pada hari berikutnya, lamanya 12-16 jam,
ikan hasil penggaraman yang sudah ditiriskan sisa-sisa airnya
ditata dalam bak plastik sampai merata menutupi alas bak
dengan bagian yang tidak berkulit menghadap ke atas, kemudian
ditaburi bumbu dan gula . Berikutnya ditata lagi ikan seperti
diatas sampai menutup ikan yang telah diberi gula dan bumbu,
demikian seterusnya berlapis-lapis ikan dan gula campur bumbu
dan lapisan teratas adalah gula campur bumbu, serta diberi
penutup.
Gambar 5. Tempat Pengeringan Dendeng Ikan Ibu Siti
g. Pengeringan
Ikan hasil pembaceman ditata diatas kere penjemuran dengan
bagian yang tidak berkulit menghadap ke atas untuk dendeng
bumbu setelah ikan hasil pembaceman ditata di atas kere
penjemuran ditaburi ketumbar halus atau bumbu
dipermukaannya.
Lama penjemuran sekitar 12 jam, jika harinya panas terik yakni 8
jam hari pertama dan 4 jam hari yang berikutnya. Dua jam
sebelum dikemas, agar tidak menimbulkan air kondensasi
selama distribusi dan pemasaran. Pengeringan dapat dilakukan
dengan menggunakan mechanical dryer, elektrika dryer dan
dapat dengan sinar matahari langsung.
h. Pengemasan
Setelah dendeng sudah kering maka segera lakukan
pengemasan yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat
pengemas plastik, plastik yang digunakan yaitu berbentuk mika
yang berbahan dasar polypropylene (PP) dan poly ethylene (PE).
i. Penyimpanan
Setelah dikemas dendeng maka dapat dilakukan langkah
penyimpanan dendeng dapat disimpan pada suhu rendah
(chilled) ataupun pada suhu kamar atau ruangan.
Gambar 6. Penyimpadan Dendeng Dalam Suhu Ruang
2.5 Daya Awet Produk
Ibu Siti melakukan proses pengeringan yang maksimal dan
sesuai pada produk dendeng tersebut, karena akan sangat
mempengaruhi kualitas dendeng yang dihasilkan. Pengeringan
yang bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan pangan
sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
yang dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan dan
memperpanjang daya simpannya. Daya simpan atau daya awet
pada produk dendeng ikan ini dapat mencapai 1 sampai dengan
2 bulan. Namun, jika produk dendeng tersebut tidak habis terjual
maka segera dilakukan proses bumbu baru.

2.6 Atribut Produk


Atribut produk merupakan sesuatu yang melekat pada suatu
produk. Atribut produk memegang peran yang sangat vital,
karena atribut produk merupakan salah satu faktor yang
dijadikan bahan pertimbangan oleh konsumen ketika akan
membeli produk tersebut.
Hasil observasi yang didapatkan untuk atribut yang
berwujud (tangible) yaitu :
Desain produk : Berbentuk fillet butterfly atau ikan
utuh
Nama produk dan merk dagang : Dendeng Kaujon Ibu Siti
Tipe produk : Dendeng (Sapi, Ikan dan Paru)
Bungkus atau kemasan : Masih menggunakan plastik mika
Sedangkan untuk atribut yang tidak berwujud (intangible)
dengan menggunakan nama yang sudah terkenal yaitu Dendeng
Ibu Siti.

2.7 Distribusi Produk


Sasaran dari usaha home industri dendeng Ibu Siti yang
berada di Jl. Kiuju No.44 Kaujon Kidul Serang Banten yaitu
kepada semua kalangan mulai dari masyarakat menengah ke
bawah sampai menengah ke atas, anak-anak, orang dewasa
sampai orang tua. Namun distribusi produk tersebut masih
mencangkup disekitar wilayah serang.

2.8 Produk Life Cycle


Pada tahap pertumbuhan produk dendeng Ibu Siti pada
tahap pengenalannya dilakukan dengan cara promosi dari mulut
kemulut. Teknik promosi dari mulut kemulut merupakan sebuah
presentasi lansung ke konsumen dimana produk kita bisa
jelaskan apa keuntungan, harga, bahan yang dipakai, dan
sebagainnya, terutama kaum ibu-ibu yang merasa kesusahan
dalam menghadapi semua bahan pokok yang melonjak naik.
Dengan memberikan beberapa sampel yang dibagikan secara
cuma-cuma. Alasan kenapa menggunakan teknik mulut kemulut
merupakan penyebaran informasi yang sangat cepat sekali
terutama komplek perumahan yang padat penduduk.
Untuk tahap pertumbuhan, produk dendeng Ibu Siti ini
diperbaiki dari segi cita rasanya yang menjadi lebih manis,
kemudian mengganti bahan baku dendeng ikan tersebut pada
daging yang mudah menyerap bumbu olahannya. Ibu Siti dalam
melakukan proses pembuatan dendeng ikan juga pernah
mengalami tahap kejenuhan karena keadaan cuaca yang tidak
mendukung untuk penjemuran dendeng dan stok bahan baku
yang kosong, sehingga Ibu Siti tidak melakukan produksi.
2.9 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah suatu teknik untuk menentukan
keberhasilan usaha, adapun analisis SWOT antara lain adalah :
a. Kekuatan :
Lokasi yang strategis untuk usaha dan ramai.
Bahan baku yang digunakan mudah didapatkan.
Makanan 100% halal.
Dapat sertikat sebagai pegangan usaha.
Mempuyai karyawan yang diandalkan dalam usaha.
Rasa dan tekstur produk disukai oleh konsumen.
Hubungan dengan pemasok bahan baku terjalin dengan
baik.
b. Kesempatan atau peluang :
Harga makanan tradisional terjangkau.
Daya beli makanan tradisional masih diminati.
Tersedianya banyak bahan baku.
Keadaan perekonomian yang semakin membaik.
c. Kelemahan :
Belum memiliki cabang.
Penerapan sanitasi dan higienis kurang diperhatikan.
Pemasaran masih dalam skala kecil.
Kemasan kurang menarik.
Masih kurangnya kegiatan promosi.
Modal terbatas karena menggunakan modal sendiri.
Tidak adanya pencatatan laporan keuangan.
d. Ancaman :
Akan ada usaha yang sejenis yang akan maju.
Minat konsumen yang kurang pada makanan tradisional.
Kenaikan harga BBM.
Proses pengeringan yang hanya mengandalkan sinar
matahari dan tidak menggunakan oven pemanas.
Semakin meningkatnya pesaing dari produk pengganti.
Berdasarkan analisis diatas maka akan disimpulkan bahwa,
dengan menggunakan kekuatan dan kesempatan yang ada kita
dapat membuat startegi WO, degan menggunakan kekuatan dan
ancaman kita dapat menggunakan strategi ST, dan
menggunakan kelemahan dan ancaman kita dapat membuat
strategi WT.
Tabel 1. Matriks SWOT Usaha Dendeng Ikan Ibu Siti
Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Faktor Internal dan -Lokasi yang strategis -Belum memiliki


Faktor Eksternal untuk usaha dan ramai. cabang.
-Bahan baku yang -Penerapan sanitasi
digunakan mudah dan higienis kurang
didapatkan. diperhatikan.
-Makanan 100% halal. -Pemasaran masih
-Dapat sertikat sebagai dalam skala kecil.
pegangan usaha. -Kemasan kurang
-Mempuyai karyawan menarik.
yang diandalkan dalam -Masih kurangnya
usaha. kegiatan promosi.
-Rasa dan tekstur -Modal terbatas karena
produk disukai oleh menggunakan modal
konsumen. sendiri.
-Hubungan dengan -Tidak adanya
pemasok bahan baku pencatatan laporan
terjalin dengan baik. keuangan.

Peluang (O) Strategi S-O Strategi W-O


- -Harga makanan -Mempertahankan -Aktif melakukan
tradisional terjangkau. kualitas produk untuk kegiatan promosi.
-Daya beli makanan
menarik pelanggan. -Melakukan kerjasama
tradisional masih
-Melakukan produksi dengan lembaga
diminati.
secara kontinyu. keuangan dalam
-Tersedianya banyak
-Mempertahankan dan peminjaman modal
bahan baku.
-Keadaan meningkatkan untuk pengembangan
perekonomian yang kerjasama dengan usaha.
semakin membaik. pemasok bahan baku. -Menambah jaringan
-Pengembangan sumber distribusi melalui kerja
daya manusia sama dengan agen-
agen baru

Ancaman (T) Strategi S-T Strategi W-T


-Akan ada usaha yang
-Melakukan diversifikasi -Melakukan evaluasi
sejenis yang akan
produk. terhadap kinerja usaha
maju.
-Meningkatkan loyalitas saat ini dan mulai
-Minat konsumen yang
konsumen menyusun rencana
kurang pada makanan
serta target usaha ke
tradisional.
-Kenaikan harga BBM. depan.
-Proses pengeringan
-Meningkatkan
yang hanya
penggunaan tekhnolgi.
mengandalkan sinar
-Meningkatkan
matahari dan tidak
kualiatas produk.
menggunakan oven
pemanas.
-Semakin
meningkatnya pesaing
dari produk pengganti.

BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan observasi yang kelompok kami lakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa proses pembuatan dendeng ikan
yang Ibu Siti lakukan sama halnya dengan pembuatan dendeng
lainnya, nilai gizi yang terdapat pada dendeng tersebut juga
cukup untuk kebutuhan tubuh konsumen, daya awet pada produk
dendeng tersebut dapat mencapai 1 sampai 2 bulan, pemasaran
produk dendeng Ibu Siti masih dalam sekitar wilayah Banten,
serta identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal dihasilkan
peluang utama usaha dendeng Ibu Siti yang bertempat Jl. Kiuju
No.44 Kaujon Kidul Serang Banten yaitu perubahan pola
konsumsi masyarakat dan dendeng ikan, serta bahan baku yang
mudah di dapat, ancaman utama yang harus dihindari oleh
usaha dendeng ikan Ibu Siti yaitu kenaikan harga BBM dan
proses pengeringan yang hanya mengandalkan sinar matahari
serta tidak menggunakan oven pemanas. Identifikasi terhdap
faktor-faktor internal dihasilkan kekuatan utama yang saat ini
dimiliki usaha dendeng ikan Ibu Siti yaitu lokasi usaha.
DAFTAR PUSTAKA

Astawan, Made. 2007. Pengantar Teknologi perikanan. Gramedia.


Jakarta.

Bahar,H. 2006. Sumberdaya Perikanan Indonesia. Galia


Indonesia. Jakarta.

Effendi, M.I. 1979. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Tama.


Yogyakarta.

Esti. Sediadi, A. 2000. Dendeng Ikan. Kantor Deputi Menristek


Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu dan
Teknologi, Jakarta. http://www.warintek. ristek.go.id.

Margono,Tri, Detty Suryati,Sri Hartinah. 1993. Dendeng ikan.


Kantor deputi. Menegristek bidang penyalahgunaan dan
pemasyarakatan ilmu pengetajuan dan teknologi.

Muljoharjo. 1992. Universitas Indonesia. Jakarta. 614.


LAMPIRAN
Gambar 7. Piagam Penghargaan Gambar 8. Sertifikat
Produksi

dendeng Ibu Siti Pangan Industri


Rumah Tangga
Gambar 9. Sertifikat Halal Gambar 10.
Sertifikat Badan POM

RI
Gambar 11. Tempat Pengolahan Gambar 12.
Lokasi home industri
dendeng ikan Ibu Siti dendeng Ibu Siti
di
Jl. Kiuju No.44
Kaujon Kidul
Serang - Banten

Gambar 13. Foto bersama Gambar 14. Foto bersama


Gambar 15. Tempat pengemasan Gambar 16. Proses
wawancara

Gambar 17. Tempat penjemuran Gambar 18. Proses


pengolahan
dendeng ikan Ibu Siti ikan (pada saat
observasi tidak
sedang
produksi)

Anda mungkin juga menyukai