Anda di halaman 1dari 9

Praktikum Ke 7 Mata Kuliah :

Mikrobiologi Perairan
Hari, Tanggal : Rabu, 13 Mei 2015

PENGARUH FITOFARMAKA TERHADAP


PERTUMBUHAN BAKTERI

Riska Ayu Nuryahya


4443130741
Perikanan 4 A
4

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015

ABSTRAK
Penggunaan fitofarmaka atau tumbuh-tumbuhan alami
sebagai pencegahan atau pengobatan alternatif ternyata sudah
banyak digunakan sebelumnya. Bahan alami ini selain memiliki
efek yang baik juga memiliki sifat ramah lingkungan. Banyak
sekali berbagai tanaman obat yang biasa digunakan sebagai
pengganti antibiotik salah satunya adalah daun sirih (Piper
betle). Praktikum yang dilakukan pada hari rabu, tanggal 13 Mei
2015 mulai pukul 13.00-15.00 WIB, bertempat di laboraturium
teknologi pengolahan hasil perikanan (TPHP) Jurusan Perikanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa bertujuan
agar praktikan dapat mengamati pengaruh berbagai bahan
antimikroba terhadap viabilitas bakteri. Dengan menggunakan
larutan fisiologis dan berbagai tanaman-tanaman obat alami
sebagai pengganti antibiotik. Larutan ekstrak daun sirih berhasil
membentuk zona bening yang lebih panjang dibandingkan
dengan tanaman lainnya dan memiliki data yang sangat efektif
sebagai pengganti dari antibiotik dalam pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit, karena tanaman sirih
mempunyai kandungan kimia yang penting untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam daun sirih
mengandung senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin
dan flavonoid.
Kata Kunci : Antibiotik, Daun sirih, Tanaman fitofarmaka
ABSTRACT
Fitofarmaka or use natural herbs as a preventive or
alternative medicine was already used before. The natural
ingredients in addition to having a good effect also has
environmentally friendly nature. Lots of various medicinal plants
commonly used as a substitute for antibiotics one of which is the
betel leaf (Piper betle). Lab work done on Wednesday, dated May
13, 2015 starting at 1 p.m. to 15:00 pm, at the laboratory fish
processing technology (TPHP) Department of Fisheries, Faculty of
Agriculture, University of Sultan Ageng Tirtayasa intended that
the practitioner can observe the effects of various antimicrobial
agents against bacterial viability. By using a physiological
solution and a wide range of natural medicinal plants as a
substitute for antibiotics. Betel leaf extract solution successfully
establish a clear zone longer than the other plants and has a
highly effective data in lieu of antibiotics in the prevention and
treatment of disease, because the betel plant has chemical
constituents that are essential to cure various diseases. In betel
leaves contain phytochemical compounds alkoloid, saponins,
tannins and flavonoids.
Keywords : Antibiotics, Betel leaves, Plants fitofarmaka

PENDAHULUAN
Kegiatan akuakultur dalam praktek banyak mengalami
kendala-kendala, salah satunya adalah kendala penyebab
kegagalan budidaya ikan yaitu melalui penyakit. Berbagai usaha
telah dilakukan untuk mengatasi masalah penyakit tersebut.
Penanganannya mulai dari menciptakan lingkungan yang
optimal, karantina, vaksinasi, disinfeksi wabah hingga
menggunakan antibiotik. Akan tetapi jika menggunakan
antibiotik ini mempunyai efek yang buruk terhadap
kelangsungan hidup organisme akuakultur yaitu terjadi resistensi
pada organisme tersebut, serta menyebabkan pencemaran
lingkungan.
Untuk itu perlu adanya penanggulangan penyakit dengan
bahan pengganti alternatif yang alami yaitu dengan
menggunakan tanaman obat atau biasa disebut dengan
fitofarmaka. Penggunaan fitofarmaka atau tumbuh-tumbuhan
sebagai pencegahan atau pengobatan alternatif ternyata sudah
banyak digunakan sebelumnya. Bahan alami ini selain memiliki
efek yang baik juga memiliki sifat ramah lingkungan. Banyak
berbagai tanaman obat yang biasa digunakan sebagai pengganti
antibiotik, contohnya yaitu bawang putih (Allium sativum),
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa), daun sirih (Piper betle),
paci-paci (Leucas levendulaefolia), jambu biji (Psidium guajava),
mengkudu (Morinda citrifolia), dan meniran (Phyllantus niruri).
Dari ketujuh tanaman obat tersebut belum dapat diketahui mana
yang paling efektif sebagai pengganti antibiotik dalam
pencegahan serta pengobatan penyakit, untuk itu perlu diadakan
penelitian untuk mengetahuinya.
Adapun dilakukannya praktikum kali ini yaitu agar
mahasiswa dapat memahami pengaruh berbagai bahan
antimikroba terhadap viabilitas bakteri.

METODOLOGI
Praktikum dengan pembahasan pengaruh fitofarmaka
terhadap pertumbuhan bakteri dilakukan pada hari rabu, tanggal
13 Mei 2015 mulai pukul 13.00-15.00 WIB. Bertempat di
laboraturium teknologi pengolahan hasil perikanan (TPHP)
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu terdiri
dari bunsen (pembakar spirtus), cawan petri, spidol, batang
penyebar, botol penyemprot, pipet ukur, pinset, kertas saring
steril, alumunium foil dan alat tulis. Sedangkan untuk bahan
menggunakan larutan fisiologis, larutan ekstrak kunyit, larutan
ekstrak kulit manggis, larutan ekstrak daun sirih, larutan ekstrak
bawang putih, larutan ekstrak bawang merah, larutan ekstrak
jahe, air budidaya dan biakan bakteri dengan medium TSA dalam
bentuk agar.
Hal pertama yang harus dilakukan dalam menjalankan
praktikum yaitu semprotkan larutan alkohol pada tangan
praktikan dan sekitar meja praktikum, ini bertujuan agar tempat
percobaan tetap steril dan terhindar dari kontaminasi bakteri
lainnya. Bagi media agar menjadi 4 kuadran dengan
menggambarkan kuadran di bawah cawan petri. Tumbuk dan
haluskan daun sirih kemudian ambil ekstraknya. Setelah alat dan
bahan disiapkan, ambil 0,1 ml suspensi bakteri, teteskan pada
media TSA dan kemudian ratakan dengan menggunakan batang
penyebar. Nyalakan bunsen, bakar pinset yang akan digunakan,
ambil kertas saring dengan pinset satu per satu. Celupkan kertas
saring 1 ke dalam larutan fisiologis dan letakkan di tengah-
tengan bagian kuadran pada media agar, celupkan kertas saring
2 ke dalam larutan ekstrak daun sirih dan letakkan pada bagian
kuadran I, ulangi kegiatan yang sama sampai pada kuadran ke IV
untuk jenis larutan yang sama. Setelah itu bungkus rapat cawan
petri menggunakan alumunium foil dan inkubasikan selama 24
jam.
Prosedur kerja dalam praktikum pengaruh fitofarmaka
terhadap pertumbuhan bakteri, sebagai berikut :
Ambil 0,1 suspensi bakteri

Teteskan pada media agar, sebarkan dengan batang penyebar

Celupkan kertas steril 1 pada larutan fiologis


Letakkan pada bagian tengah media agar

Celupkan kertas steril 2 pada larutan ekstrak daun sirih

Letakkan pada bagian kuadran I media agar

Ulangi langkah tersebut sampai pada kuadran IV untuk larutan


yang sama

Inkubasikan selama 24 jam

Amati dan ukur zona bening yang timbul

Gambar 1. Diagram Alir

HASIL DAN PEMBAHASAN


Adapun hasil dari pengamatan pada pengaruh fitofarmaka
terhadap pertumbuhan bakteri berdasarkan larutan ekstrak dari
masing-masing kelompok, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengaruh Fitofarmaka Terhadap Pertumbuhan
Bakteri
N Kelomp Bahan Larutan Kwadran (Cm)
o. ok Fitofarma Fisiologi
ka s (Cm) 1 2 3 4
1 1 Bawang - 0,6 0,7 0,9 0,6
Putih
2 2 Bawang 0,8 0,7 0,7 0,7 0,8
Merah
3 3 Kunyit 0,7 0,7 0,7 0,6 0,6
4 4 Daun Sirih 1,8 1,4 2,0 1,3 2,0
5 5 Jahe 0,6 0,7 0,7 0,8 0,6
6 6 Kulit 0,6 0,9 1,7 1,9 0,5
Manggis
Berdasarkan hasil dari masing-masing kelompok tersebut
dapat diketahui bahwa larutan ekstrak fitofarmaka merupakan
tumbuhan alami yang berkhasiat untuk pengobatan penyakit.
Beberapa tanaman obat yang dapat dikatakan sebagai
fitofarmaka adalah tanaman yang mengandung senyawa bersifat
bakterisidal (pembunuh bakteri), dan bakteristatik (penghambat
pertumbuhan bakteri). Banyak keuntungan dari penggunaan
fitofarmaka diantaranya yaitu fitofarmaka menjadi bahan alami
pengganti antibiotik untuk pengendali penyakit yang disebabkan
bakteri, fitofarmaka merupakan bahan ramah lingkungan, mudah
hancur, dan tidak menimbulkan residu pada ikan dan manusia.
Bahan fitofarmaka juga mudah diperoleh dan tersedia cukup
banyak dan tanaman fitofarmaka harganya ekonomis dan sangat
murah.
Pada kelompok 4 menggunakan bahan baku tanaman
fitofarmaka daun sirih (Piper betle). Daun sirih ini termasuk
dalam tanaman obat fitofarmaka, dalam pengujianpun larutan
ekstrak daun sirih berhasil membentuk zona bening yang lebih
panjang dibandingkan dengan kelompok lainnya dan memiliki
data yang sangat efektif sebagai pengganti dari antibiotik dalam
pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit, karena tanaman
sirih mempunyai kandungan kimia yang penting untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Dalam daun sirih terkandung
senyawa fitokimia yakni alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid.
Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah
adalah minyak atsiri, hidroksikavicol, kavicol, kavibetol,
allylprokatekol, karvakrol, eugenol, p-cymene, cineole,
caryofelen, kadimen estragol, ter-penena, dan fenil propada.
Karena banyaknya kandungan zat atau senyawa kimia
bermanfaat inilah, daun sirih merah memiliki manfaat yang
sangat luas sebagai bahan obat. Karvakrol bersifat desinfektan,
anti jamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada
bau mulut dan keputihan pada wanita. Eugenol dapat digunakan
untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan tanin dapat digunakan
untuk mengobati sakit perut.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan data yang telah diperoleh untuk praktikum
pengaruh fitofarmaka terhadap pertumbuhan bakteri, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa tanaman fitofarmaka merupakan
tanaman alami yang sangat berpengaruh terhadap pengobatan
penyakit dan sebagai pengganti antibiotik. Beberapa tanaman
obat yang dapat dikatakan sebagai fitofarmaka adalah tanaman
yang mengandung senyawa bakterisidal. Yang merupakan
tanaman fitofarmaka yaitu seperti bawang putih (Allium
sativum), bawang merah, mahkota dewa (Phaleria macrocarpa),
daun sirih (Piper betle), paci-paci (Leucas levendulaefolia), jambu
biji (Psidium guajava), mengkudu (Morinda citrifolia), jahe, kulit
manggis, dan meniran (Phyllantus niruri) tetapi berdasarkan uji
coba tersebut yang paling efektif sebagai pengganti antibiotik
adalah tanaman daun sirih. Hal tersebut dikarenakan tanaman
sirih mempunyai kandungan kimia yang penting untuk
menyembuhkan berbagai penyakit, senyawa yang terkandung
yakni alkoloid, saponin, tanin dan flavonoid.
Materi yang diberikan sudah sangat jelas dan praktikum
telah berjalan dengan lancar sesuai prosedur yang ditentukan,
namun masih ada beberapa yang harus dikoreksi seperti alat-alat
praktikum seharusnya diperbanyak dan untuk praktikan yang
ribut, asleb dapat memberikan hukuman atau memberikan tugas
supaya praktikum dapat berjalan dengan tenang. Dan untuk
pemberitahuan preparat sebaiknya tidak mendadak.

DAFTAR PUSTAKA
Adisoemarto, S. 1984. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Gelora Aksara
Pratama Erlangga.
Ditjen Bina Produksi Hortikultura. 2004. Produksi, Luas Panen dan
Produktivitas Buah-buahan, Sayuran, Tanaman Hias, dan
Tanaman Obat Tahun 2003. Deptan. RI. Jakarta.
Marta Novia, Gia. 2009. Pengaruh Bahan Antimikroba Terhadap
Viabilitas
Bakteri. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Novita Sari, Dian. 2011. Pengaruh Bahan Antimikroba Terhadap
Pertumbuhan
Bakteri. Bogor: Institut Pertanian Bogor

LAMPIRAN

Gambar 1. Alat dan bahan Gambar 2. Air budidaya

Gambar 3. Biakan bakteri dan Gambar 4. Pemberian


suspensi
alat yang digunakan bakteri
Gambar 5. Mensterilkan pinset Gambar 6. Pemberian
kertas
agar steril steril pada cawan

Gambar 7. Biakan bakteri


yang siap diinkubasikan

Anda mungkin juga menyukai