Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Gizi Ikani Ke-5

Jumat, 08 April 2016

PEMBUATAN NUGGET IKAN LELE (Clarias sp.)


Riska Ayu Nuryahya
4443130741
Kelompok 4

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2016
Abstrak
Nugget merupakan salah satu bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu
produk yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked),
kemudian dibekukan. Nugget dikonsumsi setelah proses penggorengan rendam
(deep fat frying). Nugget dibuat dari daging giling yang diberi bumbu, dicampur
bahan pengikat, kemudian dicetak membentuk tertentu, dikukus, dipotong dan
dilumuri perekat tepung (batter) dan diselimuti tepung roti (breading). Praktikum
tentang pembuatan ikan lele (Clarias sp.) dilaksanakan di Laboratorium TPHP
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pada
tanggal 08 April 2016 pukul 13.00-15.00 WIB dengan tujuan untuk mengevaluasi
nilai uji organoleptik nugget ikan lele (Clarias sp.). Dari hasil yang diperoleh
untuk hasil terbaik nugget dengan parameter-parameter yang dikhususkan dimiliki
oleh kelompok 5. Setelah diuji dengan aplikasi SPSS dan uji duncan bahwa
formulasi dan metode yang dilakukan masing-masing kelompok tidak
berpengaruh nyata untuk setiap parameternya.
Kata Kunci : Ikan lele (Clarias sp.), Nugget, Parameter

PENDAHULUAN
Berbagai produk olahan daging seperti bakso, nugget, dendeng, sosis, abon
dan lain-lain merupakan produk olahan hasil perikanan yang memiliki peran
penting dalam pengindustrian olahan perikanan, perlu dipikirkan suatu teknologi
yang dapat memperbaiki penanganan pasca panen dan dapat menganekaragamkan
hasil olahan dari ikan. Alternatif penanganan ikan yang hingga kini masih
dilakukan secara tradisional ataupun modern adalah olahan nugget.
Bahan pangan hewani memiliki karakteristik yang membedakan dengan
bahan pangan nabati. Bahan pangan hewani memiliki daya simpan yang jauh
lebih pendek dibanding bahan pangan nabati bila dalam keadaan segar (kecuali
telur). Pendeknya daya simpan ini terkait dengan struktur jaringan hasil hewani
dimana bahan pangan hewani tidak memiliki jaringan pelindung yang kuat dan
kokoh sebagaimana pada hasil tanaman. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan
lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.
Karakteristik masing-masing bahan pangan hewani sangat spesifik sehingga
tidak bisa digeneralisasi. Sifat pada daging sangatlah berbeda dengan sifat telur.
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging giling
yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan tepung
berbumbu (battered dan braded). Nugget dikonsumsi setelah proses
penggorengan rendam (deep fat frying). Nugget dibuat dari daging giling yang
diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak membentuk tertentu,
dikukus, dipotong dan dilumuri perekat tepung (batter) dan diselimuti tepung roti
(breading). Nugget digoreng setengah matang dan dibekukan untuk
mempertahankan mutunya selama penyimpanan. Nugget merupakan salah satu
bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu produk yang telah mengalami
pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian dibekukan. Produk
beku siap saji ini hanya memerlukan waktu penggorengan selama 1 menit pada
suhu 150 C. Tekstur nugget tergantung dari bahan asalnya.
Adapun tujuan dari praktikum Gizi Ikani ini, yaitu untuk mengevaluasi nilai
uji organoleptik nugget ikan lele (Clarias sp.)

TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Lele termasuk dalam jenis ikan air tawar dengan ciri-ciri tubuh yang
memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak memiliki sisik, mulut besar, warna
kelabu sampai hitam. Di sekitar mulut terdapat bagian nasal, maksila, mandibula
luar dan mandibula dalam, masing-masing terdapat sepasang kumis. Hanya kumis
bagian mandibula yang dapat digerakkan untuk meraba makanannya. Adapun
klasifikasi dari ikan lele, yaitu :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidae
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias sp.
Protein yang terdapat dalam ikan merupakan protein yang amat penting dan
istimewa karena bukan hanya berfungsi sebagai penambah jumlah protein
konsumsi tetapi juga sebagai pelengkap mutu protein dalam pola makan. Ikan lele
selain mengandung gizi yang penting seperti protein juga mengandung asam
amino esensial. Nilai gizi dari ikan lele tersebut berupa rotein 17.7%, lemak 4,8%,
mineral 1,2%, karbohidrat 0,3% dan air 76%. Selain itu jika dibandingkan dengan
bahan pangan dari daging merah (red meat) seperti daging sapi dan ayam,
kandungan gizi dalam ikan lele lebih sehat karena selain berprotein tinggi juga
rendah akan lemak dan kolesterol. Sebagai contoh dalam 100 gram ikan lele
mempunyai kandungan protein 20% sedangkan kandungan lemaknya hanya 2
gram, jauh lebih rendah dibandingkan daging sapi sebesar 14 gram apalagi daging
ayam 25 gram (Warta Pasar Ikan, 2009).
Menurut Moedjiharto (2002), nugget adalah produk olahan yang
menggunakan teknologi restrukturisasi dengan memanfaatkan potongan daging
yang relatif kecil dan tidak beraturan kemudian melekatkannya kembali menjadi
ukuran yang lebih besar dibantu bahan pengikat. Lebih lanjut Manulang dan
Tanoto (1995) mendefinisikan nugget sebagai suatu bentuk produk olahan daging
yang merupakan bentuk emulsi minyak dalam air.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan produk ini dititikberatkan pada
kemampuan mengikat antara partikel daging dan bahan-bahan lain yang
ditambahkan (Rahardjo et al., 1995). Proses pembuatan nugget menurut Gozali et
al. (2001), meliputi tahap pencampuran adonan, pencetakan adonan dan
pengukusan. Selanjutnya nugget kukus diiris dalam bentuk potongan empat
persegi dan dilapisi dengan bahan pelapis dan digoreng.

METODOLOGI
Praktikum tentang pembuatan ikan lele (Clarias sp.)
dilaksanakan di Laboratorium TPHP Jurusan Perikanan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pada tanggal 08
April 2016 pukul 13.00-15.00 WIB.
Alat yang digunakan pada praktikum yaitu penggorengan,
sodet, loyang, piring, mangkok, cobek, nampan, kompor gas,
kukusan, sendok, pisau, plastik, baskom, timbangan elektrik,
serbet dan alat tulis. Sedangkan untuk bahan yang digunakan
yaitu daging ikan lele yang telah dihaluskan, susu cair sebanyak
75 ml, bawang bombay 18 gram, bawang putih 3 gram, merica
bubuk 2 gram, garam 6 gram, butter mix, margarin 1 sendok
makan, telur 1 butir dan dipisahkan antara putih dan kuning
telurnya. Dalam pembuatan nugget ikan lele ini dilakukan 3
perlakuan yang berbeda, diantaranya yaitu dengan penambahan
bahan roti tawar, tepung meizena dan tepung tapioka dengan
takaran masing-masing bahan sebanyak 65 gram.
Untuk prosedur kerja pembuatan nugget ikan lele terlebih
dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, siangi
ikan lele tersebut dengan memisahkan antara isi perut, sisik
serta insang. Cuci bersih ikan yang telah disiangi, finlet ikan
dengan tujuan untuk pengambilan daging ikan saja yang akan
digunakan sebagai bahan baku, bahan tambahan yang telah
disiapkan sesuai dengan perlakuan masing-masing kelompok
dicampur dan diaduk hingga homogen, kemudian tambahkan
garam, tumis bumbu dengan menggunakan margarin sampai
harum, setelah daging ikan tersebut dicampurkan adonan bumbu
yang telah ditumis cetak adonan dan kukus selama 15 menit,
setelah matang potong nugget tersebut menjadi kecil-kecil,
celupkan nugget pada putih telur sebagai perekat tepung roti,
simpan nugget pada suhu dingin, goreng nugget hingga matang
dengan api kecil, nugget ikan siap untuk diuji organoleptik oleh
para panelis dengan tingkat kesukaan masing-masing panelis
menggunakan kertas nilai uji hedonik.

Ikan disiangi (bagian isi


perut, sisik dan insang)

Cuci ikan
Finlet ikan/pengambilan
daging ikan

Butter mix campur dengan


susu, aduk hingga

Tambahkan daging ikan +


garam pada tempat

Tumbis bumbu dengan


mentega

Pencetakan dengan loyang

Kukus hingga matang 15


menit

Pencelupan putih telur +


tepung roti

Goreng nugget hingga


matang

Uji Organoleptik

Gambar 1. Diagram Alir Nugget Ikan Lele (Clarias sp.)


HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka
didapatkan hasil sebagai berikut :
5
4 3.15 3.19 3.15 3 3.23 3.19
3
2
1
Rata-Rata Nilai Hedonik

Penambahan Perlakuan Nugget Ikan Lele

Gambar 2. Hasil Uji Organoleptik Nugget Ikan Lele Parameter Aroma


Aroma dari makanan yang sedang berada di mulut
ditangkap oleh indra penciuman melalui saluran yang
menghubungkan antar mulut dan hidung. Jumlah komponen
volatil yang dilepaskan oleh suatu produk dipengaruhi oleh suhu
dan komponen alaminya. Makanan yang dibawa ke mulut
dirasakan oleh indera perasa dan bau yang kemudian dilanjutkan
diterima dan diartikan oleh otak.
Berdasarkan grafik diatas dapat dibahas bahwa hasil uji
organoleptik terhadap parameter aroma sesuai dengan tingkat
kesukaan panelis, memiliki hasil perlakuan yang paling tinggi
yaitu pada kelompok 5, 3 dan 6 dengan pembuatan nugget ikan
lele yang menggunakan bahan tambahan tepung tapioka untuk
kelompok 5 dan 6, sedangkan kelompok 3 menggunakan tepung
meizena sebagai butter mix pada adonan nugget ikan lele
tersebut sebanyak 65 gram dengan nilai yang didapatkan yaitu
sebesar 3,23 dan 3,19. Sedangkan yang terendah yaitu pada
kelompok 4 pembuatan nugget ikan lele dengan bahan
tambahan tepung meizena 65 gram dengan nilai sebesar 3.
Berdasarkan uji organoleptik pada tabel ANOVA nugget ikan
lele diketahui data tersebut tidak berpengaruh nyata, karena
(P>0,05) sehingga tidak dilakukan uji lanjut atau uji duncan pada
nilai parameter aroma nugget ikan lele (Clarias sp.).
5
4 3.07 3.3 3.5 3.15 3.61 3.34
3
2
1
Rata-Rata Nilai Hedonik

Penambahan Perlakuan Nugget Ikan Lele

Gambar 3. Hasil Uji Organoleptik Nugget Ikan Lele Parameter Warna


Warna merupakan salah satu parameter selain cita rasa,
tekstur dan nilai nutrisi yang menentukan persepsi konsumen
terhadap suatu bahan pangan. Preferensi konsumen sering kali
ditentukan berdasarkan penampakan luar suatu produk pangan.
Warna pangan yang cerah memberikan daya tarik yang lebih
terhadap konsumen. Warna pada produk pangan memiliki
beberapa fungsi antara lain sebagai indikator kematangan,
terutama untuk produk pangan segar seperti buah-buahan,
sebagai indikator kesegaran misalnya pada produk sayuran dan
daging dan sebagai indikator kesempurnaan proses pengolahan
pangan misalnya pada proses penggorengan, timbulnya warna
coklat sering kali dijadikan sebagai indikator akhir kematangan
produk pangan.
Berdasarkan grafik diatas dapat dibahas bahwa hasil uji
organoleptik terhadap parameter warna sesuai dengan tingkat
kesukaan panelis, memiliki hasil perlakuan yang paling tinggi
yaitu pada kelompok 5 dan 3 dengan pembuatan nugget ikan
lele yang menggunakan bahan tambahan tepung tapioka untuk
kelompok 5 dan tepung meizena kelompok 3 sebagai butter mix
pada adonan nugget ikan lele tersebut sebanyak 65 gram
dengan nilai yang didapatkan yaitu sebesar 3,61 dan 3,5.
Sedangkan yang terendah yaitu pada kelompok 1 pembuatan
nugget ikan lele dengan bahan tambahan roti tawar 65 gram
dengan nilai sebesar 3,07.
Berdasarkan uji organoleptik pada tabel ANOVA nugget ikan
lele diketahui data tersebut tidak berpengaruh nyata, karena
(P>0,05) sehingga tidak dilakukan uji lanjut atau uji duncan pada
nilai parameter warna nugget ikan lele (Clarias sp.).
5
4 3.26 3 3.463.383.533.46
3
2
1
Rata-Rata Nilai Hedonik

Penambahan Perlakuan Nugget Ikan Lele

Gambar 4. Hasil Uji Organoleptik Nugget Ikan Lele Parameter Tekstur


Tekstur termasuk salah satu faktor yang dapat menentukan
tingkat penerimaan konsumen terhadap produk kerupuk.
Berkurangnya tingkat kerenyahan merupakan tanda bahwa
produk kerupuk tersebut telah mengalami kerusakan (Muchtadi,
1989). Menurut Purnomo (1995), tekstur merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen terhadap suatu
produk pangan. Tekstur merupakan segi penting dari mutu
makanan, kadang-kadang lebih penting dari pada aroma, rasa
dan warna dimana keadaan tekstur sangat mempengaruhi citra
makanan. Pengamatan tekstur pada kerupuk rumput laut sangat
penting dilakukan. Hal ini disebabkan karena tekstur merupakan
salah satu hal yang membedakan kerupuk rumput laut dengan
produk perikanan lainya yaitu berupa serat-serat yang lembut.
Tekstur kerupuk sangat berpengaruh terhadap produk akhir yang
dihasilkan dan menentukan tingkat kesukaan kosumen terhadap
produk tersebut.
Berdasarkan grafik diatas dapat dibahas bahwa hasil uji
organoleptik terhadap parameter tekstur sesuai dengan tingkat
kesukaan panelis, memiliki hasil perlakuan yang paling tinggi
yaitu pada kelompok 5 dan 6 dengan pembuatan nugget ikan
lele yang menggunakan bahan tambahan tepung tapioka sebagai
butter mix pada adonan nugget ikan lele tersebut sebanyak 65
gram dengan nilai yang didapatkan yaitu sebesar 3,53 dan 3,46.
Sedangkan yang terendah yaitu pada kelompok 2 pembuatan
nugget ikan lele dengan bahan tambahan roti tawar 65 gram
dengan nilai sebesar 3.
Berdasarkan uji organoleptik pada tabel ANOVA nugget ikan
lele diketahui data tersebut tidak berpengaruh nyata, karena
(P>0,05) sehingga tidak dilakukan uji lanjut atau uji duncan pada
nilai parameter teksktur nugget ikan lele (Clarias sp.).

5 3.653.34 3.5 3.38


4 3.343.26
3
2
1
Rata-Rata Nilai Hedonik

Penambahan Perlakuan Nugget Ikan Lele


Gambar 5. Hasil Uji Organoleptik Nugget Ikan Lele Parameter Rasa
Rasa ialah sesuatu yang diterima oleh lidah. Dalam
pengindraan cecapan dibagi empat cecapan utama yaitu manis,
pahit, asam dan asin serta ada tambahan respon bila dilakukan
modifikasi (Zuhra, 2006). Untuk parameter rasa dipengaruhi oleh
beberapa komponen yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan
interaksi dengan komponen rasa yang lain. Kenaikan temperatur
akan menaikkan rangsangan pada rasa manis tetapi akan
menurunkan rangsangan pada rasa asin dan pahit.
Berdasarkan grafik diatas dapat dibahas bahwa hasil uji
organoleptik terhadap parameter rasa sesuai dengan tingkat
kesukaan panelis, memiliki hasil perlakuan yang paling tinggi
yaitu pada kelompok 3 dan 5 dengan pembuatan nugget ikan
lele yang menggunakan bahan tambahan tepung meizena untuk
kelompok 3 dan tepung tapioka untuk kelompok 5 sebagai butter
mix pada adonan nugget ikan lele tersebut sebanyak 65 gram
dengan nilai yang didapatkan yaitu sebesar 3,65 dan 3,5.
Sedangkan yang terendah yaitu pada kelompok 2 pembuatan
nugget ikan lele dengan bahan tambahan roti tawar 65 gram
dengan nilai sebesar 3,26.
Berdasarkan uji organoleptik pada tabel ANOVA nugget ikan
lele diketahui data tersebut tidak berpengaruh nyata, karena
(P>0,05) sehingga tidak dilakukan uji lanjut atau uji duncan pada
nilai parameter rasa nugget ikan lele (Clarias sp.).
Tabel 1. Analisi Usaha Nugget Ikan Lele Kelompok 4, yaitu :
No. Nama Bahan Formulasi Total
1 Ikan Lele 500 gr Rp.12.500
2 Susu Cair 75 gr Rp. 1.000
3 Bawang Bombay 18 gr Rp. 5.00
4 Bawang Putih 3 gr Rp. 5.00
5 Merica 2 gr Rp. 1.000
6 Garam 6 gr Rp. 500
7 Margarin 1 sdm Rp. 500
8 Telur 1 butir Rp. 1.500
9 Panir 200 gr Rp. 2.500
10 Butter Mix 100 gr Rp. 2.000
11 Gas - Rp. 4.000
12 Tepung meizena 65 gr Rp. 1.500
13 Minyak 250 gr Rp. 3.000
Total Rp. 31.000

Nilai Penjualan : Rendemen x Harga


: 3 bungkus x Rp. 12.000 = Rp. 36.000
Biaya Tetap : Rp. 4.500 (Air, listrik, tenaga, kerja)
Biaya tetap
BEP : Biaya tidak tetap
1
Penjualan

Rp . 4.500
Rp . 4.500
= Rp . 31.000 = = 32.142,8457
1 0,14
Rp . 36.000

= 32.143 = Rp.
32.000
Keuntungan : Hasil penjualan - Modal
= Rp. 36.000 Rp. 32.000
= Rp. 4.000
Dengan demikian, jumlah total biaya tidak tetapnya
diketahui sebesar Rp.31.000, sedangkan nilai penjualan
didapatkan memproduksi 3 bungkus dengan harga jual Rp.
12.000/bungkus didapatkan Rp. 36.000. Untuk biaya tetap
berkisar Rp. 4.500 sehingga didapatkan nilai BEP atau modal
yang dikeluarkan keseluruhannya sebesar Rp. 32.000. Jadi untuk
mengetahui produksi pengolahan nugget ikan lele tersebut
mengalami keuntungan atau rugi yaitu, hasil penjualan dikurangi
nilai modal (Rp. 36.000 Rp. 32.000 = Rp. 4.000) berarti
penjualan nugget ikan lele tersebut mendapatkan keuntungan
sebesar Rp. 4.000.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data yang telah diperoleh maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa, evaluasi dari nilai uji organoleptik nugget ikan lele
(Clarias sp.) dengan menggunakan bahan butter mix yang berbeda sesuai dengan
perlakuan kelompok, panelis lebih dominan menyukai nugget ikan lele dengan
bahan tambahan tepung tapioka dibanding dengan menggunakan bahan tambahan
lainnya. Namun tidak semua yang ditambahkan bahan tepung tapioka memiliki
nilai unggul, ada beberapa tambahan bahan selain tepung tapioka yaitu
menggunakan roti tawar dan tepung meizena sehingga dapat dikatakan
penambahan bahan butter mix tidak berpengaruh nyata terhadap pembuatan
nugget ikan lele tersebut.
Praktikum yang dilakukan sudah sangat baik dan sesuai
dengan prosedur yang ditentukan, pemberian alat dan bahan
juga sudah lebih baik sehingga tidak berebut baik untuk
penggunaan alat dan penimbangan bahan. Semoga kedepannya
dapat lebih tertib dan lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Gozali, T., A.D. Sutrisno, D. Ernida. 2001. Pengaruh Waktu


Pengukusan dan Perbandingan jamur Tiram terhadap
Karakteristik Nugget jamur Tiram Putih (Plyeroyus florida).
Makalah Seminar Nasional Teknologi Pangan Semarang. 9-10
Oktober 2001. Buku A. Perhimpunan Teknologi Pangan dan
Rekayasa. Semarang.

Muchtadi, T.R. 1989. Penyimpanan dan Pengemasan Kerupuk


Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi. Bogor: Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor.

Rahardjo, S., D.R. Dexter, R.C. Worfel, J.N. Sofos, M.B. Solomon,
G.W. Shults and G.R. Schmidt. 1995. Quality Characteristic
of Restructured Beef Steak Manufactured by Various
Techniques. J. Food. Sci., 60(1), 68-71.

Purnomo, H. 1995. Aktivitas Air dan Peranannya Dalam


Pengawetan Pangan.UI-Press. Jakarta.
Zura, C. F. 2006. Cita Rasa (Flavor). Departemen Kimia FMIPA.
Universitas Sumatera Utara. Medan

LAMPIRAN

Gambar 6. Alat dan Bahan yang Gambar 7. Proses penyiangan


bahan
akan digunakan

Gambar 8. Proses pengadukan Gambar 9. Proses


pencampuran dan
kuning telur pengadukan bahan
Gambar 10. Pencetakan adonan nugget Gambar 11. Proses
perebusan adonan
nugget

Gambar 12. Adonan yang telah matang Gambar 13. Pemberian


kuning telur
dipotong kecil-kecil dan tepung roti
Gambar 14. Penimbangan nilai Gambar 15. Nugget
ikan lele dikemas
rendemen nugget dan siap digoreng

ANOVA

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Aroma Between Groups ,846 5 ,169 ,297 ,914

Within Groups 85,462 150 ,570

Total 86,308 155


Warna Between Groups 5,359 5 1,072 1,687 ,141
Within Groups 95,308 150 ,635
Total 100,667 155
Tekstur Between Groups 4,955 5 ,991 1,604 ,162
Within Groups 92,654 150 ,618
Total 97,609 155
Rasa Between Groups 2,494 5 ,499 ,876 ,499

Within Groups 85,423 150 ,569

Total 87,917 155

Aroma

Subset for alpha


= 0.05

Nugget_Ikan_Lele N 1

Tepung Maizena 26 3,0000


Roti Tawar 26 3,1538
Tepung Maizena 26 3,1538
Roti Tawar 26 3,1923
Tepung Tapioka 26 3,1923
Tepung Tapioka 26 3,2308
Sig. ,345

Warna

1 2

Roti Tawar 26 3,0769


Tepung Maizena 26 3,1538 3,1538
Roti Tawar 26 3,3077 3,3077
Tepung Tapioka 26 3,3462 3,3462
Tepung Maizena 26 3,5000 3,5000
Tepung Tapioka 26 3,6154
Sig. ,090 ,064

Tekstur

Subset for alpha = 0.05

Nugget_Ikan_Lele N 1 2

Roti Tawar 26 3,0000


Roti Tawar 26 3,2692 3,2692
Tepung Maizena 26 3,3846 3,3846
Tepung Maizena 26 3,4615 3,4615
Tepung Tapioka 26 3,4615 3,4615
Tepung Tapioka 26 3,5385
Sig. ,060 ,280

Rasa

Subset for alpha


= 0.05

Nugget_Ikan_Lele N 1

Roti Tawar 26 3,2692


Roti Tawar 26 3,3462
Tepung Maizena 26 3,3462
Tepung Tapioka 26 3,3846
Tepung Tapioka 26 3,5000
Tepung Maizena 26 3,6538
Sig. ,111

Anda mungkin juga menyukai