Anda di halaman 1dari 9

Print [ISSN: 1412-4424]

Online [ISSN : 2716-4365]


SAGU Journal – Agri. Sci. Tech., September, 2020, Vol. 19 : No. 2 [Hal 1-9] https://sagu.ejournal.unri.ac.id

PEMBUATAN NUGGET IKAN NILA DENGAN PENAMBAHAN


TEPUNG KEDELAI

PRODUCTION OF NUGGET FROM TILAPIA FISH WITH ADDITION


OF SOYBEAN FLOUR

ASRI TARIDA SIMANJUNTAK* DAN USMAN PATO

Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian


Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Kode Pos 28293, Pekanbaru

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi terbaik ikan nila dan tepung kedelai dalam pembuatan
nugget. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan terdiri dari NK1 = ikan nila : tepung kedelai (90:10), NK2 = ikan
nila : tepung kedelai (85:15), NK3 = ikan nila : tepung kedelai (80:20), dan NK4 = ikan nila : tepung kedelai (75:25).
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan duncan’s
new multiple range test (DNMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ikan nila dan
tepung kedelai berpengaruh nyata terhadap analisis proksimat (air, abu, lemak, protein, karbohidrat, dan serat
kasar), angka lempeng total, dan penilaian sensori deskriptif seperti warna, aroma, rasa, dan tekstur serta
penilaian hedonik nugget juga dipengaruhi secara signifikan oleh kombinasi ini. Perlakuan terbaik adalah NK1 =
ikan nila : tepung kedelai (90:10) yang memenuhi syarat mutu nugget ikan (SNI 7758:2013) dengan kadar air
60,03%, abu 1,35%, lemak 4,27%, protein 11,14%, karbohidrat 18,08%, serat kasar 2,22%, dan angka lempeng
total 4,07 × 103 koloni/g. penilaian sensori nugget secara keseluruhan adalah warna putih, warna luar kuning
keemasan, beraroma ikan nila, berasa ikan nila (sesuai bahan baku yang khas), dan tekstur yang kenyal

Kata Kunci: Nugget, ikan nila, tepung kedelai

ABSTRACT
This research aimed to get the best combination of tilapia fish and soybean flour in making nuggets. This
study was conducted experimentally using a completely randomized design with four treatments and four
replications. The treatments consisted of NK1 = tilapia fish : soybean flour (90:10), NK2 = tilapia fish :
soybean flour (85:15), NK3 = tilapia fish : soybean flour (80:20), and NK4 = tilapia fish : soybean flour
(75:25). Data obtained were analyzed using variance analysis and followed by Duncan’s new multiple range
test (DNMRT) at 5% level. The results showed that the combination of tilapia fish and soybean flour
significantly affected proximate analysis (water, ash, fat, protein, carbohydrate contents and crude fiber).
Total plate count and descriptive sensory assessment such as color, aroma, taste and texture, and hedonic
assessment of nugget are also significantly affected by this combination. The best treatment was NK1 = tilapia
fish: soybean flour (90:10), which had fulfilled the quality requirements of fish nuggets (SNI 7758-2013) with
60.03% moisture content, 1.36% ash, 4.27% fat, 11.14% protein, 18.08% carbohydrate content, 2.22% crude
fiber and 4.07 × 103 colony/g. The nugget’s overall sensory assessment was a white color, outside golden
yellow color, flavorful of tilapia fish aroma, the very taste of tilapia fish (according to typical raw materials),
and a chewy texture.

Keywords: Nuggets, tilapia fish, soybean flour

* Penulis Korespondensi:
E-mail: asri.simanjuntak88@gmail.com

[SAGU Journal: Agricultural Science and Technology] 1


ASRI TARIDA SIMANJUNTAK DAN USMAN PATO

PENDAHULUAN karakteristik mutu dan sensori nugget sehingga


Nugget termasuk salah satu makanan menjadi makanan yang mengandung nilai gizi.
cepat saji (fast food) yang sangat digemari oleh
kalangan masyarakat luas baik anak-anak TUJUAN PENELITIAN
maupun orang dewasa. Biasanya nugget yang Penelitian ini bertujuan untuk
sering beredar di pasaran adalah nugget dengan mendapatkan rasio terbaik dari penggunaan
bahan baku daging ayam. Penggunaan daging daging ikan nila dan tepung kedelai dalam
ayam dapat meningkatkan resiko terjadinya pembuatan nugget dengan karakteristik kimia
penyakit jantung koroner, karena daging ayam dan sensori terbaik.
memiliki kandungan lemak dan kolesterol yang
tinggi. Pembuatan nugget juga dapat BAHAN DAN METODE PENELITIAN
menggunakan bahan baku ikan, salah satu ikan Bahan yang digunakan untuk pembuatan
yang dapat digunakan adalah ikan nila. nugget adalah ikan nila kedelai varietas
Ikan nila termasuk sumber protein Anjasmoro, tapioka merek Rose Brand, tepung
hewani rendah kolesterol dengan kandungan gizi panir merek Manna Panko, garam, bawang
18,7 g protein dan 1 g lemak per 100 g bahan putih, bawang merah, merica bubuk, putih telur,
(Permadi dan Dharmayanti, 2011). Ikan nila minyak goreng, es batu, dan air. Bahan yang
memiliki rasa yang tawar sehingga mudah untuk digunakan untuk analisis adalah N-heksan,
diolah menjadi produk olahan ikan seperti nugget. selenium reagen, H 2SO 4 9,8%, H 3BO 3 1%,
Penggunaan ikan nila dalam pembuatan nugget NaOH 40%, K2SO4 10%, metil merah 0,2%,
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif NaCl, H2SO4 0,05 N, kertas saring, akuades,
penganekaragaman produk olahan ikan. Selain plate count agar (PCA), koran, plastik, kapas,
kandungan gizi yang terdapat pada ikan, tubuh aluminium foil.
juga membutuhkan senyawa antioksidan yang Alat-alat yang digunakan untuk
dapat menurunkan resiko berbagai penyakit pembuatan nugget adalah pisau, baskom,
degeneratif. Salah satu senyawa antioksidan yang freezer, blender, panci, kompor, talenan, loyang,
dapat ditambahkan adalah senyawa isoflavon. ayakan 80 mesh, dan timbangan. Alat-alat yang
Kandungan isoflavon banyak terdapat pada digunakan untuk analisis kimia adalah timbangan
tanaman Leguminoceae, khususnya pada analitik, oven, cawan porselen, tanur, desikator,
tanaman kedelai. Kandungan isoflavon pada labu ukur, gelas ukur, beaker glass, pendingin
kedelai bervariasi antara 128-380 mg per 100 g balik, pipet tetes, erlenmeyer, spatula, hockey
(Murni et al., 2013). Isoflavon yang terdapat stick, jarum ose, tabung reaksi, cawan petri,
dalam kedelai dapat menurunkan resiko penyakit lampu bunsen, hot plate stirrer, autoklaf,
jantung koroner karena berfungsi sebagai termometer, automatic mixer, penjepit, soxhlet,
antioksidan dan dapat menghambat oksidasi low labu kjeldahl. Alat-alat yang digunakan untuk
density lipoprotein (LDL). Kedelai juga analisis sensori adalah nampan, piring kecil, kertas
memiliki kandungan serat yang sangat dibutuhkan label, alat tulis, booth dan kamera.
oleh tubuh. Menurut Mahmud et al. (2018),
komposisi gizi kedelai terdiri dari air 9,0 g, protein Metode Penelitian
35,9 g, serat 5,8 g, lemak 20,6 g, dan karbohidrat Penelitian dilaksanakan secara
29,9 g per 100 g bahan. Kedelai terlebih dahulu eksperimen dengan menggunakan Rancangan
diolah menjadi tepung sebagai bahan baku dalam Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan
pembuatan nugget. Melihat potensi tersebut, 4 kali ulangan sehingga diperoleh 16 unit
maka tepung kedelai dapat digunakan untuk percobaan dengan rasio perlakuan ikan nila (N)
meningkatkan kandungan isoflavon, protein dan dan tepung kedelai (K), NK1: ikan nila dan tepung
serat pada pembuatan nugget. kedelai (90:10), NK2: ikan nila dan tepung kedelai
Berdasarkan uraian tersebut diharapkan (85:15), NK3: ikan nila dan tepung kedelai (80:20),
kombinasi antara ikan nila dengan tepung kedelai NK4: ikan nila dan tepung kedelai (75:25).
dalam pembuatan nugget dapat meningkatkan

2 [SAGU Journal: Agricultural Science and Technology]


Pembuatan Nugget Ikan Nila Dengan Penambahan Tepung Kedelai

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah bumbu (bawang merah, bawang putih, merica
analisis proksimat dan penilaian sensori. Analisis bubuk dan garam) yang sudah dihaluskan.
proksimat yang diuji adalah kadar air, kadar abu, Kemudian diaduk rata hingga adonan homogen.
kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, Adonan dituang ke dalam loyang dan dikukus
kadar serat kasar, dan angka lempeng total selama 30 menit pada suhu ± 100ºC
(ALT). Sedangkan penilaian sensori meliputi menggunakan dandang. Adonan yang telah padat
warna, aroma, rasa, tekstur (kekenyalan), dan kemudian diangkat dan didinginkan pada suhu
penilaian hedonik secara keseluruhan. ruang selama 10 menit, lalu adonan dikeluarkan
dari loyang dan dipotong dengan ukuran ± 3×1×1
Pelaksanaan Penelitian cm³. Adonan kemudian dicelupkan ke dalam
Pembuatan tepung kedelai yaitu terlebih putih telur dan dilumuri dengan tepung panir, lalu
dahulu kedelai disortasi, kemudian dilanjutkan disimpan di dalam freezer dengan suhu ± 3ºC
pada tahapan perendaman selama 8 jam. Proses selama 24 jam. Sebelum dilakukan proses
perendaman dilakukan dengan perbandingan penggorengan, nugget dikeluarkan dari dalam
kedelai : air = 1:3. Biji kedelai selanjutnya direbus freezer dan dibiarkan pada suhu ruang selama
selama ± 10 menit. Kemudian biji kedelai dicuci 15 menit. Minyak goreng kemudian dipanaskan
dan dilakukan pengupasan kulit ari. Selanjutnya dan nugget digoreng selama ± 1 menit dalam
dilakukan penirisan dan pengeringan di dalam keadaan terendam minyak hingga berwarna
oven pada suhu 60ºC selama 6-7 jam, kemudian kuning keemasan.
dilanjutkan dengan proses penghalusan
menggunakan blender. Tahapan terakhir yang Analisis Data
dilakukan yakni proses pengayakan Data yang diperoleh dianalisis secara
menggunakan ayakan berukuran 80 mesh. statistik menggunakan Analysis of Variance
Persiapan ikan nila yaitu ikan nila (Anova). Apabila F hitung > F tabel maka
dibuang sisik, isi perut, ekor, kepala, dan kulit ikan. dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s New
Setelah itu, ikan dicuci dengan air hingga bersih Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
lalu dibelah membujur (fillet) menggunakan pisau
tajam dan diambil daging ikannya. Daging ikan HASIL DAN PEMBAHASAN
dimasukkan ke dalam wadah lalu dilumatkan Analisis Proksimat
menggunakan blender dan dapat diperoleh daging Sidik ragam menunjukkan bahwa rasio
ikan nila lumat. ikan nila dan tepung kedelai pada penelitian ini
Pembuatan nugget yaitu daging ikan nila memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air,
dan tepung kedelai yang telah disiapkan, dibagi kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar
menjadi 16 bagian (4 perlakuan dan 4 ulangan) karbohidrat, kadar serat kasar, angka lempeng
berdasarkan rasio masing-masing perlakuan, total (ALT). Rata-rata pengujian yang dihasilkan
kemudian ditambahkan tapioka dan bumbu- setelah diuji lanjut DMRT pada taraf 5% disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis proksimat
Kadar Angka
Kadar Kadar Kadar serat Lempeng
Kadar air Kadar
Perlakuan lemak Protein Karbohidrat kasar Total
(%) abu (%)
(%) (%) (%) (%) (Koloni/g)

NK1 60,03a 1,36a 4,27a 11,14 a 18,08a 2,22a 4,07 × 103


NK2 59,12b 1,46b 5,05b 13,21b 19,27b 2,58b 3,96 × 103
c c c c c c
NK3 58,27 1,56 5,44 14,22 20,06 2,92 3,89 × 103
d d d d d d
NK4 57,18 1,65 6,12 15,08 22,33 3,29 3,78 × 103
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata menurut DNMRT pada taraf 5%

[SAGU Journal: Agricultural Science and Technology] 3


ASRI TARIDA SIMANJUNTAK DAN USMAN PATO

Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar air Bahan-bahan yang digunakan dalam


nugget yang dihasilkan pada penelitian ini pembuatan nugget akan mempengaruhi nilai
berkisar antara 57,18-60,13% dan menunjukkan kadar abu yang dihasilkan. Febriani (2015)
perbedaan yang nyata antar perlakuan. Kadar menyatakan bahwa mineral yang terkandung
air nugget mengalami penurunan seiring dengan pada daging ikan nila yaitu kalsium 96 mg, fosfor
semakin rendahnya penggunaan daging ikan nila 29 mg, dan besi 1,50 mg dalam 100 g bahan.
dan semakin tingginya penggunaan tepung Sedangkan menurut Mahmud et al. (2018)
kedelai. Perbedaan tingkat kadar air nugget tepung kedelai memiliki kandungan mineral
disebabkan oleh tingkat kadar air pada bahan kalsium 195 mg, fosfor 544 mg, besi 8,4 mg, dan
baku, yaitu daging ikan nila dan tepung kedelai. natrium 52 mg dalam 100 g bahan. Berdasarkan
Hasil analisis kadar air pada bahan baku yang hasil analisis kadar abu nugget ikan nila pada
telah dilakukan menunjukkan bahwa kadar air setiap perlakuan telah memenuhi standar mutu
daging ikan nila yang diperoleh yaitu 77,41% nugget ikan (SNI 7758:2013) yaitu maksimal
sedangkan kadar air tepung kedelai yaitu 9,15%. 2,5%.
Proses pengolahan yang dilakukan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar
pembuatan nugget dapat mempengaruhi kadar lemak nugget yang dihasilkan pada penelitian ini
air nugget yang dihasilkan, salah satunya yaitu berkisar antara 4,27-6,12% dan menunjukkan
proses pengukusan. Simbolon et al. (2016) perbedaan yang nyata antar perlakuan. Kadar
menyatakan bahwa proses pengukusan dengan lemak nugget semakin meningkat dengan
menggunakan uap panas cenderung semakin rendahnya penggunaan daging ikan nila
meningkatkan kadar air pada bahan pangan. dan semakin tingginya penggunaan tepung
Peningkatan kadar air pada proses pengukusan kedelai. Berdasarkan analisis bahan baku yang
dapat disebabkan oleh kandungan gizi yang telah dilakukan, kadar lemak yang terdapat pada
terdapat pada bahan baku seperti protein. daging ikan nila lebih rendah yaitu 1,03% jika
Linawati (2006) menyatakan bahwa daya ikat dibandingkan dengan kadar lemak tepung kedelai
air dipengaruhi oleh protein miofibril dan yang lebih tinggi yaitu 19,62%.
sarkoplasma dengan salah satu faktor yang Penggunaan tepung kedelai yang
mempengaruhinya yaitu suhu. Suhu yang digunakan pada penelitian ini dapat meningkatkan
digunakan pada proses pengukusan kadar lemak nugget yang dihasilkan. Eni et al.
menyebabkan air terperangkap dalam jaringan (2017) menyatakan bahwa peningkatan kadar
sehingga daya ikat air semakin meningkat lemak nugget ikan kakap putih disebabkan oleh
(Andarwulan et al., 2011). Berdasarkan hasil kandungan lemak dari tepung kedelai yang tinggi
analisis kadar air nugget pada setiap perlakuan seiring dengan bertambahnya jumlah tepung
telah memenuhi standar mutu nugget ikan (SNI kedelai yang ditambahkan (0-35%). Kadar lemak
7758:2013) yaitu maksimal 60%. nugget ikan nila pada setiap perlakuan telah
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar abu memenuhi standar mutu nugget ikan (SNI
nugget yang dihasilkan pada penelitian ini 7758:2013) yaitu maksimal 15%.
berkisar antara 1,36-1,65% dan menunjukkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar
perbedaan yang nyata antar perlakuan. Kadar protein nugget yang dihasilkan pada penelitian
abu pada nugget meningkat dengan semakin ini berkisar antara 11,14-15,08% dan
rendahnya penggunaan daging ikan nila dan menunjukkan perbedaan yang nyata antar
semakin tingginya penggunaan tepung kedelai. perlakuan. Kadar protein nugget mengalami
Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan abu peningkatan seiring dengan semakin rendahnya
pada tepung kedelai. Berdasarkan analisis bahan penggunaan daging ikan nila dan semakin
baku yang telah dilakukan tepung kedelai tingginya penggunaan tepung kedelai. Hal ini
memiliki kadar abu lebih tinggi yaitu 3,87% disebabkan oleh kadar protein pada daging ikan
dibandingkan dengan kadar abu daging ikan nila nila lebih rendah yaitu 15,95% dibandingkan
yaitu 0,97%. dengan kadar protein tepung kedelai yaitu
27,42%.

4 [SAGU Journal: Agricultural Science and Technology]


Pembuatan Nugget Ikan Nila Dengan Penambahan Tepung Kedelai

Peningkatan kadar protein pada nugget serat kasar tepung kedelai yang lebih tinggi yaitu
dipengaruhi oleh penambahan tepung kedelai 5,57%.
yang semakin tinggi. Menurut Simbolon et al. Kadar serat juga dapat dipengaruhi oleh
(2016), bahwa penambahan tepung kedelai pada faktor lain, salah satunya yaitu kadar air.
nugget bertujuan untuk meningkatkan kandungan Muchtadi (2001) menyatakan bahwa serat
gizi nugget tersebut terutama kandungan makanan dapat mengikat air dalam bahan
proteinnya. Menurut Febriani (2015), kadar pangan, sehingga dengan menurunnya kadar air
protein ikan nila yaitu sebesar 18,70 g. maka kadar karbohidrat tidak tercerna akan
Sedangkan kadar protein pada tepung kedelai meningkat. Standar mutu nugget ikan (SNI 7758:
yaitu sebesar 35,9 g (Mahmud et al., 2018). 2013) tidak mencantumkan standar kadar serat
Kadar protein nugget ikan nila pada setiap kasar pada nugget sehingga kadar serat kasar
perlakuan telah memenuhi standar mutu nugget seluruh perlakuan dianggap sebagai nilai gizi
ikan (SNI 7758:2013) yaitu minimal 5%. tambahan dari nugget ikan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar Tabel 1 menunjukkan bahwa angka
karbohidrat nugget yang dihasilkan pada lempeng total (ALT) nugget yang dihasilkan
penelitian ini berkisar antara 18,08-22,33% dan pada penelitian ini berkisar antara 3,78×103 -
menunjukkan perbedaan yang nyata antar 4,07×103 koloni/g dan menunjukkan perbedaan
perlakuan. Kadar karbohidrat nugget mengalami yang tidak nyata antar perlakuan. Hasil yang
peningkatan seiring dengan semakin rendahnya berbeda tidak nyata disebabkan oleh proses
penggunaan daging ikan nila dan semakin pengolahan yang dilalui oleh nugget ikan nila dan
tingginya penggunaan tepung kedelai. Menurut tepung kedelai. Salah satu proses pengolahan
Febriani (2015), kadar karbohidrat pada daging yang dapat mempengaruhi angka lempeng total
ikan nila yaitu 0 g per 100 g bahan. Sedangkan (ALT) nugget yaitu proses pengukusan. Menurut
kadar karbohidrat pada tepung kedelai yaitu Shela (2016), pengukusan dapat mengurangi
sebesar 29,9 g per 100 g bahan (Mahmud et al., bahkan membunuh mikroorganisme pada
2018). nugget, hal ini disebabkan oleh penggunaan suhu
Perhitungan kadar karbohidrat pada yang tinggi saat proses pengukusan terjadi
penelitian ini menggunakan metode sehingga dapat menghambat pertumbuhan
carbohydrate by difference sehingga nilainya mikroorganisme. Kandungan yang terdapat pada
sangat bergantung pada nilai komponen zat gizi bahan baku juga dapat mempengaruhi angka
lainnya seperti kadar air, kadar abu, kadar lemak lempeng total (ALT) pada produk nugget, salah
dan kadar protein. Standar mutu nugget ikan satunya kandungan isoflavon pada kedelai.
(SNI 7758:2013) tidak mencantumkan standar Menurut Liputo et al. (2013), kandungan
kadar karbohidrat pada nugget ikan, sehingga isoflavon yang terdapat pada tempe berperan
kadar karbohidrat seluruh perlakuan dianggap dalam mengurangi pertumbuhan mikroba dalam
sebagai nilai gizi tambahan dari nugget ikan nila nugget.
dan tepung kedelai. Menurut Badan Standardisasi Nasional
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar serat Indonesia (BSN, 2013), batas cemaran mikroba
kasar nugget yang dihasilkan pada penelitian ini yang diperbolehkan pada nugget ikan adalah
berkisar antara 2,22-3,29% dan menunjukkan 5,0×104 koloni/g. Hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan yang nyata antar perlakuan. Kadar angka lempeng total (ALT) pada penelitian ini
serat kasar nugget ikan nila dan tepung kedelai telah memenuhi standar mutu nugget ikan (SNI
mengalami peningkatan dengan semakin 7758-2013) yang tidak melebihi batas maksimum
rendahnya penggunaan daging ikan nila dan cemaran mikroba yaitu 5,0×10 4 koloni/g.
semakin tingginya penggunaan tepung kedelai. Kerusakan bahan pangan akibat mikroorganisme
Hasil analisis bahan baku menunjukkan bahwa ini dapat membahayakan manusia jika dikonsumsi
kadar serat kasar pada daging ikan nilai lebih secara langsung, karena dapat menimbulkan
rendah yaitu 0,50% dibandingkan dengan kadar penyakit pada tiap jaringan tubuh manusia.

[SAGU Journal: Agricultural Science and Technology] 5


ASRI TARIDA SIMANJUNTAK DAN USMAN PATO

Penilaian Sensori kesukaan terhadap produk nugget yang


Penilaian sensori dilakukan untuk dihasilkan. Data penilaian sensori nugget yang
melihat tanggapan panelis dalam dihasilkan dapat dilihat pada tabel 2.
mendeskripsikan dan menyatakan tingkat

Tabel 2. Penilaian sensori nugget


Perlakuan
Parameter pengamatan
NK1 NK2 NK3 NK4
Uji sensori secara deskriptif
Warna
-Warna Dalam 2,43a 2,97b 3,47c 3,77c
-Warna Luar 1,93 2,33 2,30 2,43
Aroma 1,83a 2,23b 2,60b 3,00c
Rasa 1,90a 2,23a 2,60b 3,03c
Tekstur (Kekenyalan) 2,37a 2,87b 3,03b 3,43c
Uji hedonik secara keseluruhan 2,06a 2,22b 2,50c 2,79d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang
nyata menurut DNMRT pada taraf 5%.
Skor deskriptif : warna dalam: 1. Sangat Putih; 2. Putih; 3. Putih Keabuan; 4. Abu-abu; 5. Sangat abu-abu. warna
luar: 1. Kuning; 2. Kuning keemasan; 3. Kuning Kecoklatan. 4. Agak Coklat; 5. Coklat. aroma: 1.
Sangat beraroma ikan nila; 2. Beraroma ikan nila; 3. Sedikit beraroma ikan nila dan tepung kedelai;
4. Beraroma tepung kedelai; 5. Sangat beraroma tepung kedelai. rasa : 1. Sangat berasa ikan nila;
2. Berasa ikan nila; 3. Sedikit berasa ikan nila dan tepung kedelai; 4. Berasa tepung kedelai; 5.
Sangat berasa tepung kedelai. tekstur (kekenyalan) : 1. Sangat Kenyal; 2. Kenyal; 3. Agak kenyal;
4. Agak Keras; 5. Keras.
Skor hedonik : 1. Sangat suka; 2. Suka; 3. Agak suka; 4. Tidak suka; 5. Sangat tidak suka.

Warna warna luar nugget pada perlakuan NK1 berbeda


Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata tidak nyata terhadap perlakuan NK2, NK3 dan
hasil penilaian panelis secara deskriptif terhadap NK4 dengan skor rata-rata berkisar antara 1,93
warna dalam nugget pada perlakuan NK 1 - 2,43 (kuning keemasan). Penggunaan tepung
berbeda nyata terhadap perlakuan NK2, NK3 panir sebagai bahan pelapis nugget ikan yang
dan NK4, namun pada perlakuan NK3 berbeda berwarna kuning dapat mempengaruhi warna
tidak nyata terhadap perlakuan NK4 dengan skor luar nugget yang dihasilkan. Menurut Leo dan
rata-rata berkisar antara 2,43 - 3,77 (putih sampai Nollet (2007), tingkat intensitas warna pada suatu
abu-abu). Semakin sedikit penggunaan daging produk dipengaruhi oleh lama penggorengan,
ikan nila dan semakin banyak penggunaan tepung suhu, dan komposisi kimia yang terdapat pada
kedelai maka warna dalam nugget yang permukaan luar bahan dari bahan pangan. Faktor
dihasilkan semakin keabuan. Hal ini disebabkan lain yang mempengaruhi warna pada nugget
oleh daging ikan nila yang memiliki warna putih yaitu kandungan protein yang memiliki sifat
keabuan, sedangkan tepung kedelai memiliki fungsional yang dapat mempengaruhi
warna putih kekuningan. Sehingga pada proses karakteristik dari warna nugget tersebut. Protein
pencampuran daging ikan nila yang berwarna yang terkandung pada daging yang cukup tinggi
putih keabuan dengan tepung kedelai yang mempengaruhi terjadinya reaksi pencoklatan
berwarna putih menghasilkan warna putih (Maillard) pada nugget selama proses
keabuan. penggorengan (Prangdimurti et al., 2007).
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata
hasil penilaian panelis secara deskriptif terhadap

6 [SAGU Journal: Agricultural Science and Technology]


Pembuatan Nugget Ikan Nila Dengan Penambahan Tepung Kedelai

Aroma denaturasi protein yang menyebabkan keluarnya


Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata senyawa-senyawa yang bersifat volatil
hasil penilaian panelis secara deskriptif terhadap (Winarno, 2008).
aroma nugget pada perlakuan NK 1 berbeda Rasa ikan yang terdapat pada nugget
nyata terhadap perlakuan NK2, NK3 dan NK4, cenderung menurun seiring dengan
namun pada perlakuan NK2 berbeda tidak nyata bertambahnya rasio tepung kedelai. Rasa yang
terhadap perlakuan NK3 dengan skor rata-rata terbentuk pada pembuatan nugget juga
berkisar antara 1,83 - 3,00 (beraroma ikan nila dipengaruhi oleh penambahan garam dan bumbu-
hingga sedikit beraroma ikan nila dan tepung bumbu selama proses pengolahan. Erawaty
kedelai). Kandungan yang terdapat pada daging (2001) menyatakan bahwa bumbu-bumbu
ikan nila menimbulkan aroma yang khas pada merupakan bahan yang sengaja ditambahkan dan
nugget. Menurut Simanjuntak et al. (2017), bertujuan untuk meningkatkan konsistensi, cita
bahwa ikan mengandung hidrogen disulfida, metil rasa serta membentuk tekstur dan rupa produk.
merkaptan, dan dimetil sulfida yang menimbulkan Pada penelitian ini bahan tambahan yang
aroma ikan pada nugget. Dalam penelitian ini digunakan sama untuk semua perlakuan.
aroma amis dari ikan sedikit berkurang dengan
adanya penambahan tepung kedelai dan bahan Tekstur (Kekenyalan)
tambahan lainnya pada proses pengolahan. Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata
Adanya aroma tepung kedelai yang terdapat hasil penilaian panelis secara deskriptif terhadap
pada nugget ikan dikarenakan tepung kedelai tekstur nugget pada perlakuan NK1 berbeda
memiliki bau yang khas yaitu bau langu. nyata terhadap perlakuan NK2, NK3 dan NK4,
Esvandiari et al. (2010) menyatakan bahwa pada namun pada perlakuan NK2 berbeda tidak nyata
kedelai terdapat bau langu yang ditimbulkan oleh terhadap perlakuan NK3 dengan skor rata-rata
enzim lipoksigenase yang ada dalam biji kedelai. berkisar antara 2,37 - 3,43 (kenyal hingga agak
Enzim tersebut bereaksi dengan lemak dan kenyal). Salah satu faktor yang dapat
menghasilkan suatu senyawa organik yaitu etil- mempengaruhi tekstur nugget yaitu kadar air
fenil-keton. Bahan pendukung seperti bawang pada bahan baku nugget. Semakin rendah kadar
merah, bawang putih, dan lada dapat mengurangi air pada bahan baku maka akan menurunkan
aroma amis pada ikan tetapi tidak dapat menutupi kekenyalan pada tekstur nugget. Bintoro (2008)
aroma langu yang dihasilkan tepung kedelai. menyatakan bahwa tekstur pada nugget
terbentuk karena adanya matriks tiga dimensi,
Rasa yaitu terjadi ikatan silang antara protein miofibril
Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata pada ikan dan pati/karbohidrat sehingga
hasil penilaian panelis secara deskriptif terhadap membentuk jembatan disulfida yang berperan
rasa nugget pada perlakuan NK 1 dan NK 2 dalam pembentukan gel sehingga membentuk
berbeda nyata terhadap perlakuan NK 3 dan tekstur nugget yang kenyal dan kokoh akibat
NK4, namun pada perlakuan NK1 berbeda tidak adanya pemanasan.
nyata terhadap perlakuan NK2 dengan skor rata- Tekstur juga dipengaruhi oleh kadar
rata berkisar antara 1,90 - 3,03 (berasa ikan nila serat yang terdapat pada tepung kedelai yang
hingga sedikit berasa ikan nila dan tepung memiliki kemampuan dalam mengikat air. Wibowo
kedelai). Adanya enzim lipoksigenase pada et al. (2014) menyatakan bahwa serat memiliki
tepung kedelai dapat mengurangi rasa amis pada daya serap yang tinggi, sehingga semakin tinggi
daging ikan nila, sehingga semakin banyak kadar serat maka semakin tinggi pula kadar air
penambahan tepung kedelai maka nugget yang yang dihasilkan. Kadar serat yang semakin tinggi
dihasilkan akan semakin berasa tepung kedelai. pada produk nugget menyebabkan kadar air juga
Proses pengukusan dapat mempengaruhi cita semakin tinggi sehingga kekenyalan nugget akan
rasa pada nugget yang dihasilkan, dimana semakin berkurang.
pemasakan daging ikan mengalami proses

[SAGU Journal: Agricultural Science and Technology] 7


ASRI TARIDA SIMANJUNTAK DAN USMAN PATO

Penilaian hedonik keseluruhan Jurnal Sains dan Teknologi Pangan.


Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata 2(3): 615–630.
penilaian hedonik secara keseluruhan berkisar Erawaty, S. 2001. Pengaruh Pemberian Tepung
antara 2,06 - 2,79 (suka hingga agak suka) dan Susu sebagai Bahan Pengikat terhadap
menunjukkan perbedaan yang nyata antar Kualitas Nugget Angsa. Skripsi. Universitas
perlakuan. Tingkat kesukaan panelis secara Sumatera Utara. Medan.
keseluruhan berbeda-beda terhadap produk Esvandiari, M., H. Sholihin, dan A. Suryatna.
karena masing-masing panelis memiliki selera 2010. Studi kinerja adsorpsi arang aktif-
berbeda. Secara keseluruhan panelis lebih bentonit pada aroma susu kedelai. Jurnal
menyukai perlakuan NK1 = daging ikan nila : Sains dan Teknologi Kimia. 1(2): 135–
tepung kedelai (90:10). 149.
Febriani, M. S. 2015. Pengaruh Penambahan
KESIMPULAN Ekstrak Jahe (Zingiberaceae officinale)
Rasio daging ikan nila dan tepung dalam Edible Coating terhadap Mutu
kedelai berpengaruh nyata terhadap kadar air, Fillet Ikan Nila (Oreochromis niloticus, L)
kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar pada Penyimpanan Suhu Ruang. Skripsi.
karbohidrat, kadar serat kasar, dan angka Universitas Muhammadiyah Malang.
lempeng total (ALT), serta uji sensori secara Malang.
deskriptif dan hedonik terhadap warna, aroma, Leo, M., dan L. Nollet. 2007. Handbook of Meat
rasa, tekstur, dan penilaian secara keseluruhan. Poultry and Seafood Quality. Blackwell
Perlakuan terbaik yaitu NK1 = daging ikan nila : Publishing Jhon Wiley and Sons, Inc. New
tepung kedelai (90:10) yang telah memenuhi York.
persyaratan mutu nugget ikan (SNI 7758:2013), Linawati. 2006. Kadar protein kolagen dan
dan diperoleh kadar air sebesar 60,03%, kadar hubungannya dengan kualitas daging sapi
abu 1,36%, kadar lemak 4,27%, kadar protein PO. Laporan Penelitian. Universitas Gadjah
11,14%, kadar karbohidrat 18,08%, kadar serat mada. Yogyakarta.
kasar 2,22% serta angka lempeng total 4,07 × Liputo, S. A., S. Berhimpon dan F. Fatimah.
10 3 koloni/g. Penilaian sensori secara 2013. Pengaruh penambahan tempe
keseluruhan yaitu warna dalam putih, warna luar terhadap tingkat kesukaan dan daya
kuning keemasan, beraroma ikan nila, berasa ikan simpan nugget ikan nike (Awaous
nila, dan tekstur yang kenyal serta penilaian melanocephalus). Jurnal Ilmu dan
hedonik yang disukai oleh panelis. Teknologi Pangan. 1(1): 7-15.
Mahmud, M. K., Hermana, Nazarina, M. S, N.
DAFTAR PUSTAKA A. Zulfianto, Muhayatun, . B. Jahari, D.
Andarwulan, N., F. Kusnandar dan D. Herawati. Permaesih, F. Ernawati, Rugayah, Haryono,
2011. Analisis Pangan. PT. Dian Rakyat. S. Prihatini, I. Raswanti, R. Rahmawati, D.
Jakarta. Santi, Y. Permanasari, U. Fahmida, A.
Bintoro, V. P. 2008. Teknologi Pengolahan Daging Sulaeman, N. Andarwulan, Atmarita,
dan Analisis Produk. Universitas Almasyhuri, N. Nurjanah, N. Ikka, G.
Diponegoro. Semarang. Sianturi, E. Prihastono, L. Marliana. 2018.
Badan Standardisasi Nasional. 2013. Naget Ikan. Tabel Komposisi Pangan Indonesia.
SNI 7758:2013. Badan Standardisasi Direktorat Jenderal Kesehatan
Nasional. Jakarta. Masyarakat. Jakarta.
Eni, W., L. Karimun, dan K. T. Isamu. 2017. Muchtadi, D. 2001. Prinsip Teknologi Pangan
Pengaruh formulasi tepung kedelai dan Sumber Protein. Penerbit Alfabeta.
tepung tapioka terhadap karakteristik Bandung.
organoleptik dan nilai gizi nugget ikan Murni, I., E. Reftiana, A. Puji, A. S. Harti,
kakap putih (Lates calcarifer, Bloch). Estuningsih, dan H. N. Kusumawati. 2013.

8 [SAGU Journal: Agricultural Science and Technology]


Pembuatan Nugget Ikan Nila Dengan Penambahan Tepung Kedelai

Pemanfaatan bakteri asam laktat dalam Simanjuntak, E. A., R. Effendi dan Rahmayuni.
proses pembuatan tahu dan tempe untuk 2017. Kombinasi pati sagu dan modified
peningkatan kadar isoflavon, asam linoleat cassava flour (MOCAF) dalam
dan asam linolenat. Jurnal Kesehatan pembuatan nugget ikan gabus. JOM
Kusuma Husada. 4(2): 89–95. FAPERTA. 4(1): 1–15.
Permadi dan Dharmayanti. 2011. Modul Simbolon, M. V. T., U. Pato dan F. Restuhadi.
Pengolahan Ikan Nila. Sekolah Tinggi 2016. Kajian pembuatan nugget dari
Perikanan. Jakarta. jantung pisang dan tepung kedelai dengan
Prangdimurti, E., Z. F. R., dan N. S. Palupi. 2007. penambahan ikan gabus (Ophiocephalus
Modul E-Learning Evaluasi Nilai Gizi striatus). JOM FAPERTA. 3(1): 1–15.
Biologi Pangan. Departemen Ilmu dan Wibowo, A., F. Hamzah, dan V. S. Johan. 2014.
Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor. Pemanfaatan wortel (Daucus carota L)
Bogo dalam meningkatkan mutu nugget tempe.
Shela, K. P. 2016. Kajian Jenis Bahan Pengisi Jurnal Sagu. 13(2): 27–34.
dan Lama Pengukusan Terhadap Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. M-
Karakteristik Nugget Ikan Nila. Skripsi, Brio Press. Bogor.
Universitas Pasundan. Bandung.

[SAGU Journal: Agricultural Science and Technology] 9

Anda mungkin juga menyukai