ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi terbaik ikan nila dan tepung kedelai dalam pembuatan
nugget. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
empat perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan terdiri dari NK1 = ikan nila : tepung kedelai (90:10), NK2 = ikan
nila : tepung kedelai (85:15), NK3 = ikan nila : tepung kedelai (80:20), dan NK4 = ikan nila : tepung kedelai (75:25).
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan duncan’s
new multiple range test (DNMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi ikan nila dan
tepung kedelai berpengaruh nyata terhadap analisis proksimat (air, abu, lemak, protein, karbohidrat, dan serat
kasar), angka lempeng total, dan penilaian sensori deskriptif seperti warna, aroma, rasa, dan tekstur serta
penilaian hedonik nugget juga dipengaruhi secara signifikan oleh kombinasi ini. Perlakuan terbaik adalah NK1 =
ikan nila : tepung kedelai (90:10) yang memenuhi syarat mutu nugget ikan (SNI 7758:2013) dengan kadar air
60,03%, abu 1,35%, lemak 4,27%, protein 11,14%, karbohidrat 18,08%, serat kasar 2,22%, dan angka lempeng
total 4,07 × 103 koloni/g. penilaian sensori nugget secara keseluruhan adalah warna putih, warna luar kuning
keemasan, beraroma ikan nila, berasa ikan nila (sesuai bahan baku yang khas), dan tekstur yang kenyal
ABSTRACT
This research aimed to get the best combination of tilapia fish and soybean flour in making nuggets. This
study was conducted experimentally using a completely randomized design with four treatments and four
replications. The treatments consisted of NK1 = tilapia fish : soybean flour (90:10), NK2 = tilapia fish :
soybean flour (85:15), NK3 = tilapia fish : soybean flour (80:20), and NK4 = tilapia fish : soybean flour
(75:25). Data obtained were analyzed using variance analysis and followed by Duncan’s new multiple range
test (DNMRT) at 5% level. The results showed that the combination of tilapia fish and soybean flour
significantly affected proximate analysis (water, ash, fat, protein, carbohydrate contents and crude fiber).
Total plate count and descriptive sensory assessment such as color, aroma, taste and texture, and hedonic
assessment of nugget are also significantly affected by this combination. The best treatment was NK1 = tilapia
fish: soybean flour (90:10), which had fulfilled the quality requirements of fish nuggets (SNI 7758-2013) with
60.03% moisture content, 1.36% ash, 4.27% fat, 11.14% protein, 18.08% carbohydrate content, 2.22% crude
fiber and 4.07 × 103 colony/g. The nugget’s overall sensory assessment was a white color, outside golden
yellow color, flavorful of tilapia fish aroma, the very taste of tilapia fish (according to typical raw materials),
and a chewy texture.
* Penulis Korespondensi:
E-mail: asri.simanjuntak88@gmail.com
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah bumbu (bawang merah, bawang putih, merica
analisis proksimat dan penilaian sensori. Analisis bubuk dan garam) yang sudah dihaluskan.
proksimat yang diuji adalah kadar air, kadar abu, Kemudian diaduk rata hingga adonan homogen.
kadar lemak, kadar protein, kadar karbohidrat, Adonan dituang ke dalam loyang dan dikukus
kadar serat kasar, dan angka lempeng total selama 30 menit pada suhu ± 100ºC
(ALT). Sedangkan penilaian sensori meliputi menggunakan dandang. Adonan yang telah padat
warna, aroma, rasa, tekstur (kekenyalan), dan kemudian diangkat dan didinginkan pada suhu
penilaian hedonik secara keseluruhan. ruang selama 10 menit, lalu adonan dikeluarkan
dari loyang dan dipotong dengan ukuran ± 3×1×1
Pelaksanaan Penelitian cm³. Adonan kemudian dicelupkan ke dalam
Pembuatan tepung kedelai yaitu terlebih putih telur dan dilumuri dengan tepung panir, lalu
dahulu kedelai disortasi, kemudian dilanjutkan disimpan di dalam freezer dengan suhu ± 3ºC
pada tahapan perendaman selama 8 jam. Proses selama 24 jam. Sebelum dilakukan proses
perendaman dilakukan dengan perbandingan penggorengan, nugget dikeluarkan dari dalam
kedelai : air = 1:3. Biji kedelai selanjutnya direbus freezer dan dibiarkan pada suhu ruang selama
selama ± 10 menit. Kemudian biji kedelai dicuci 15 menit. Minyak goreng kemudian dipanaskan
dan dilakukan pengupasan kulit ari. Selanjutnya dan nugget digoreng selama ± 1 menit dalam
dilakukan penirisan dan pengeringan di dalam keadaan terendam minyak hingga berwarna
oven pada suhu 60ºC selama 6-7 jam, kemudian kuning keemasan.
dilanjutkan dengan proses penghalusan
menggunakan blender. Tahapan terakhir yang Analisis Data
dilakukan yakni proses pengayakan Data yang diperoleh dianalisis secara
menggunakan ayakan berukuran 80 mesh. statistik menggunakan Analysis of Variance
Persiapan ikan nila yaitu ikan nila (Anova). Apabila F hitung > F tabel maka
dibuang sisik, isi perut, ekor, kepala, dan kulit ikan. dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan’s New
Setelah itu, ikan dicuci dengan air hingga bersih Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
lalu dibelah membujur (fillet) menggunakan pisau
tajam dan diambil daging ikannya. Daging ikan HASIL DAN PEMBAHASAN
dimasukkan ke dalam wadah lalu dilumatkan Analisis Proksimat
menggunakan blender dan dapat diperoleh daging Sidik ragam menunjukkan bahwa rasio
ikan nila lumat. ikan nila dan tepung kedelai pada penelitian ini
Pembuatan nugget yaitu daging ikan nila memberikan pengaruh nyata terhadap kadar air,
dan tepung kedelai yang telah disiapkan, dibagi kadar abu, kadar lemak, kadar protein, kadar
menjadi 16 bagian (4 perlakuan dan 4 ulangan) karbohidrat, kadar serat kasar, angka lempeng
berdasarkan rasio masing-masing perlakuan, total (ALT). Rata-rata pengujian yang dihasilkan
kemudian ditambahkan tapioka dan bumbu- setelah diuji lanjut DMRT pada taraf 5% disajikan
pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis proksimat
Kadar Angka
Kadar Kadar Kadar serat Lempeng
Kadar air Kadar
Perlakuan lemak Protein Karbohidrat kasar Total
(%) abu (%)
(%) (%) (%) (%) (Koloni/g)
Peningkatan kadar protein pada nugget serat kasar tepung kedelai yang lebih tinggi yaitu
dipengaruhi oleh penambahan tepung kedelai 5,57%.
yang semakin tinggi. Menurut Simbolon et al. Kadar serat juga dapat dipengaruhi oleh
(2016), bahwa penambahan tepung kedelai pada faktor lain, salah satunya yaitu kadar air.
nugget bertujuan untuk meningkatkan kandungan Muchtadi (2001) menyatakan bahwa serat
gizi nugget tersebut terutama kandungan makanan dapat mengikat air dalam bahan
proteinnya. Menurut Febriani (2015), kadar pangan, sehingga dengan menurunnya kadar air
protein ikan nila yaitu sebesar 18,70 g. maka kadar karbohidrat tidak tercerna akan
Sedangkan kadar protein pada tepung kedelai meningkat. Standar mutu nugget ikan (SNI 7758:
yaitu sebesar 35,9 g (Mahmud et al., 2018). 2013) tidak mencantumkan standar kadar serat
Kadar protein nugget ikan nila pada setiap kasar pada nugget sehingga kadar serat kasar
perlakuan telah memenuhi standar mutu nugget seluruh perlakuan dianggap sebagai nilai gizi
ikan (SNI 7758:2013) yaitu minimal 5%. tambahan dari nugget ikan.
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar Tabel 1 menunjukkan bahwa angka
karbohidrat nugget yang dihasilkan pada lempeng total (ALT) nugget yang dihasilkan
penelitian ini berkisar antara 18,08-22,33% dan pada penelitian ini berkisar antara 3,78×103 -
menunjukkan perbedaan yang nyata antar 4,07×103 koloni/g dan menunjukkan perbedaan
perlakuan. Kadar karbohidrat nugget mengalami yang tidak nyata antar perlakuan. Hasil yang
peningkatan seiring dengan semakin rendahnya berbeda tidak nyata disebabkan oleh proses
penggunaan daging ikan nila dan semakin pengolahan yang dilalui oleh nugget ikan nila dan
tingginya penggunaan tepung kedelai. Menurut tepung kedelai. Salah satu proses pengolahan
Febriani (2015), kadar karbohidrat pada daging yang dapat mempengaruhi angka lempeng total
ikan nila yaitu 0 g per 100 g bahan. Sedangkan (ALT) nugget yaitu proses pengukusan. Menurut
kadar karbohidrat pada tepung kedelai yaitu Shela (2016), pengukusan dapat mengurangi
sebesar 29,9 g per 100 g bahan (Mahmud et al., bahkan membunuh mikroorganisme pada
2018). nugget, hal ini disebabkan oleh penggunaan suhu
Perhitungan kadar karbohidrat pada yang tinggi saat proses pengukusan terjadi
penelitian ini menggunakan metode sehingga dapat menghambat pertumbuhan
carbohydrate by difference sehingga nilainya mikroorganisme. Kandungan yang terdapat pada
sangat bergantung pada nilai komponen zat gizi bahan baku juga dapat mempengaruhi angka
lainnya seperti kadar air, kadar abu, kadar lemak lempeng total (ALT) pada produk nugget, salah
dan kadar protein. Standar mutu nugget ikan satunya kandungan isoflavon pada kedelai.
(SNI 7758:2013) tidak mencantumkan standar Menurut Liputo et al. (2013), kandungan
kadar karbohidrat pada nugget ikan, sehingga isoflavon yang terdapat pada tempe berperan
kadar karbohidrat seluruh perlakuan dianggap dalam mengurangi pertumbuhan mikroba dalam
sebagai nilai gizi tambahan dari nugget ikan nila nugget.
dan tepung kedelai. Menurut Badan Standardisasi Nasional
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar serat Indonesia (BSN, 2013), batas cemaran mikroba
kasar nugget yang dihasilkan pada penelitian ini yang diperbolehkan pada nugget ikan adalah
berkisar antara 2,22-3,29% dan menunjukkan 5,0×104 koloni/g. Hal ini menunjukkan bahwa
perbedaan yang nyata antar perlakuan. Kadar angka lempeng total (ALT) pada penelitian ini
serat kasar nugget ikan nila dan tepung kedelai telah memenuhi standar mutu nugget ikan (SNI
mengalami peningkatan dengan semakin 7758-2013) yang tidak melebihi batas maksimum
rendahnya penggunaan daging ikan nila dan cemaran mikroba yaitu 5,0×10 4 koloni/g.
semakin tingginya penggunaan tepung kedelai. Kerusakan bahan pangan akibat mikroorganisme
Hasil analisis bahan baku menunjukkan bahwa ini dapat membahayakan manusia jika dikonsumsi
kadar serat kasar pada daging ikan nilai lebih secara langsung, karena dapat menimbulkan
rendah yaitu 0,50% dibandingkan dengan kadar penyakit pada tiap jaringan tubuh manusia.
Pemanfaatan bakteri asam laktat dalam Simanjuntak, E. A., R. Effendi dan Rahmayuni.
proses pembuatan tahu dan tempe untuk 2017. Kombinasi pati sagu dan modified
peningkatan kadar isoflavon, asam linoleat cassava flour (MOCAF) dalam
dan asam linolenat. Jurnal Kesehatan pembuatan nugget ikan gabus. JOM
Kusuma Husada. 4(2): 89–95. FAPERTA. 4(1): 1–15.
Permadi dan Dharmayanti. 2011. Modul Simbolon, M. V. T., U. Pato dan F. Restuhadi.
Pengolahan Ikan Nila. Sekolah Tinggi 2016. Kajian pembuatan nugget dari
Perikanan. Jakarta. jantung pisang dan tepung kedelai dengan
Prangdimurti, E., Z. F. R., dan N. S. Palupi. 2007. penambahan ikan gabus (Ophiocephalus
Modul E-Learning Evaluasi Nilai Gizi striatus). JOM FAPERTA. 3(1): 1–15.
Biologi Pangan. Departemen Ilmu dan Wibowo, A., F. Hamzah, dan V. S. Johan. 2014.
Teknologi Pangan. Institut Pertanian Bogor. Pemanfaatan wortel (Daucus carota L)
Bogo dalam meningkatkan mutu nugget tempe.
Shela, K. P. 2016. Kajian Jenis Bahan Pengisi Jurnal Sagu. 13(2): 27–34.
dan Lama Pengukusan Terhadap Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. M-
Karakteristik Nugget Ikan Nila. Skripsi, Brio Press. Bogor.
Universitas Pasundan. Bandung.