Anda di halaman 1dari 8

SAGU, September 2014 Vol. 13 No.

2 : 27-34
ISSN 1412-4424

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota L.) DALAM MENINGKATKAN


MUTU NUGGET TEMPE

[UTILIZATION OF CARROT(Daucus carotaL.) TO IMPROVE THE QUALITY


TEMPEH NUGGET]

ADI WIBOWO*, FAIZAH HAMZAH, DAN VONNY SETIARIES JOHAN

Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau

ABSTRACT
The purpose of this study was to obtain the best tempeh nugget with the addition of carrot in term of nutrient
content, fiber level and organoleptic test. This study used a Complete Randomized Design (CRD) with four
treatments and four replications treatment. The treatments were TW1 (90% tempeh : 10% carrot), TW2 (80%
tempeh : 20% carrot), TW3 (70% tempeh : 30% carrot), TW4 (60% tempeh : 40% carrot). Data obtained were
treated by the analysis of variance followed by Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) at the level of 5%.
The results show that the ratio of tempeh and carrot in each treatment significantly affected to the moisture,
fiber, ash and protein content, taste hedonic, texture but did not significantly affected to color, flavor and
overall assessment. The best treatments in this research was TW4, with moisture content of 52,73%; protein
content 13,37% that meet the quality standard of chicken nugget (SNI 01-6683-2002). The ash content
1,53% and fiber content 3,12% was quite higher than those of standard.

Key words: Nugget, Tempeh, carrot, fiber

PENDAHULUAN praktis. Produk nuggetyang ada di pasaran


Pada era globalisasi sekarang ini, biasanya berupa nugget ayam, daging sapi, dan
manusia dituntut untuk menjadi lebih praktis dan ikan, namun umumnya nugget ayam populer
lebih efisien dalam menjalankan kehidupannya dikalangan masyarakat.
terutama masyarakat perkotaan atau menengah Daging ayam memiliki kandungan lemak
ke atas. Salah satu dampaknya adalah dan kolesterol yang tinggi,sehingga bagi penderita
perubahan pola konsumsi pangan. Saat ini hipertensi perlu membatasi konsumsinya.Daging
mayarakat lebih cenderung mengkonsumsi ayam memiliki kadar kolesterol yang hampir
makanan praktis ataupun siap saji (ready to eat) samadengan kambing, ataupun sapi(Widiyani,
yang cenderung tinggi lemak jenuh, gula, dan 2013). Kandungan kolesterol tertinggi dalam
rendah serat. Konsumsi fast foodmulai menjadi daging ayam terdapat di bagian dada (breast).
kebiasaan di masyarakat karena jenis makanan Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah
tersebut mudah diperoleh dan dapat disajikan dengan memanfaatkansumber pangan nabati
dengan cepat.Salah satu produk makanan siap lokal seperti tempe yang memiliki kandungan
saji yang populer beredar di masyarakat adalah protein yang tinggi dan lemak yang rendah.
nugget. Kandungan zat gizi dalam 100 g tempe kedelai
Nugget merupakan salah satu produk adalah air 55,3 g; energi 201 kkal; protein 20,8 g;
pangan cepat saji yang saat ini dikenal baik oleh lemak 8,8 g; karbohidrat 13,5 g; dan serat 1,4 g
masyarakat. Seperti sosis, burger, pizza, hotdog (Mahmud dkk., 2008).
dan corned, nugget telah menjadi salah satu Dilihat dari kandungan gizi diatas,tempe
pilihan masyarakat sebagai produk pangan yang merupakan sumber gizi yang baik, tetapi ada
beberapa masalah dalam pemanfaatan tempe
*Korespondensi penulis: Email: muyajenk @ gmail.com sebagai bahan pangan yaitu pandangan

Sagu 13 (2): 2014 27


Pemanfaatan Wortel (Daucus carota L.) Dalam Meningkatkan Mutu Nugget Tempe

masyarakat yang masih rendah terhadap tempe wortel terbaik dari segi kandungan gizi, serat dan
dan menganggap tempe sebagai bahan makanan organoleptik.
bagi masyarakat yang tingkat sosialnya rendah.
Selain itu, tempe termasuk golongan bahan BAHAN DAN METODE
makanan yang mudah rusak.Untuk Bahan baku yang digunakan untuk
meningkatkan daya simpan, penganekaragaman pembuatan nugget adalah tempe yang diperoleh
pangan, serta ketertarikan konsumen perlu dari pabrik tempe di Kubang, wortel yang
dilakukan upaya pengolahan tempe. Salah diperoleh dari petani di daerah Bukit Tinggi,
satunya dengan cara mengolah menjadi nugget. tepung tapioka (15%), tepung roti, susu bubuk
Nugget tempe diharapkan mampu meningkatkan skim (5%), garam (1%), bawang putih bubuk
nilai gizi terutama kandungan protein, namun (4,5%), bawang merah (3,5%), merica bubuk
secara keseluruhan masih belum disukai. (0,3%), gula pasir (0,7%), telur, minyak goreng
Penelitian sebelumnya oleh Adiningsih (2012) ± 2 liter, mentega dan air. Bahan analisis yang
menunjukkan bahwa rata-rata kandungan digunakan adalah H2SO4 1,2%, NaOH 3,25%,
protein nugget tempe yang dihasilkan tinggi yaitu K2SO4 10%, aquades mendidih, alkohol 95%,
berkisar antara 12,93-14,15 (% bb), namun Selenium, H 2SO 4, NaOH 40%, H 3BO 3 4%,
tingkat kesukaan panelis terhadap nugget tempe Indikator Metil Merah, HCl 0,1N.
secara keseluruhan adalah agak suka. Untuk Alat-alat yang digunakan selama
meningkatkan kesukaan terhadap nugget pembuatan nugget diantaranya timbangan
tempeserta melengkapi kandungan seratnya analitik, pisau, gilingan, talenan, nampan, plastik,
maka perlu dilakukan penambahan wortel. sarung tangan plastik, alat pengukus,
Wortel memiliki warna jingga yang menarik, rasa penggorengan, loyang, kompor, baskom plastik,
yang manis, aroma khas wortel yang segar panci, parutan buah, thermometer, peralatan
sehingga dapat menutupi warna, rasa dan aroma masak, kertas label dan alat tulis. Alat yang
khas pada tempe yang timbul pada saat digunakan untuk analisis diantaranya cawan
fermentasi. Warna jingga pada wortel porselen, desikator, oven, tanur, spatula,
menunjukkan mengandung â-karoten sebagai erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, corong,
sumber antioksidan alami, serat pangan, tokoferol, pipet tetes, kertas saring, loyang, penjepit, labu
asam askorbat, dan á-tokoferol (Ali dkk., 2003). kjeldahl, buret dan labu destilasi.
Tekstur umbi wortel juga sangat baik (renyah), Penelitian dilaksanakan secara
tidak telalu keras dan tidak terlalu lembek juga eksperimen dengan menggunakan Rancangan
berasa agak manis(Malasari, 2005). Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, 4 kali
Wortel tergolong memiliki kandungan ulangan sehingga diperoleh 16 kombinasi
serat yang tinggi, yaitu 4 g per 100 g bahan perlakuan. Perlakuan tersebut adalah TW1
(Rusilanti dan Kusharto, 2007). Serat wortel (Tempe 90%:wortel 10%), TW 2 (Tempe
memiliki total (TDF) yang tinggi sebesar 46,95% 80%:wortel 20%),TW 3 (Tempe 70%:wortel
bk, dengan IDF 41,29% bk dan SDF 5,66% bk 30%), TW 4 (Tempe 60%:wortel 40%).
sehingga wortel termasuk sayuran dengan serat Parameter yang diamati adalah kadar air, kadar
tidak larut yang tinggi (Muchtadi, 1998 dalam serat, kadar abu, kadar protein, uji organoleptik
Muchtadi, 2001). Serat tidak larut berperan deskriptif dan hedonik. Data hasil pengamatan
penting dalam pencegahan disfungsi alat proksimat dan organoleptik hedonik dianalisis
pencernaan (Almatzier, 2001). Dengan dengan analisis ragam (ANOVA), sedangkan
keunggulan dan potensi yang dimiliki bahan dasar organoleptik deskriptif dianalisis dengan
nugget, memungkinkan bahan-bahan tersebut principal component analysis (PCA).
dapat digunakan dalam pembuatan nugget yang
memiliki kandungan gizi yang baik untuk Persiapan Bahan Baku
kesehatan serta daya terima masyarakat yang Tahap awal penelitian adalah tahap
positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk persiapan bahan baku. Tempe yang digunakan
memperoleh nugget tempe dengan penambahan adalah tempe kedelai berbungkus daun pisang.

28 Sagu 13 (2): 2014


ADI WIBOWO, FAIZAH HAMZAH DAN VONNY SETIARIES JOHAN

Awal dalam pembuatan nugget tempeadalah dikeluarkan dari loyang dan dipotong dengan
mengukus tempe pada suhu 65oC-68oC selama ukuran 3x1x1 cm. Nugget yang sudah dipotong-
30 menit, lalu tempe didinginkan dan digiling. potong kemudian dilumuri dengan butter yang
Selanjutnya, wortel dicuci bersih dan terdiri dari air, telur, dan tepung tapioka.
diblanching selama 5 detik dengan suhu 92oC Selanjutnya digulingkan pada tepung roti sampai
kemudian didinginkan, diparut dan diperas agar permukaan nugget tertutup sempurna.
volume airnya berkurang. Selanjutnya nugget di simpan dalam frezzer
dengan suhu 3oC selama 30 menit yang bertujuan
Pembuatan Nugget untuk merekatkan batter nugget dan tepung roti,
Tempe giling dan parutan wortel lalu digoreng selama 2–3 menit dalam keadaan
dicampur dan ditambah dengan bahan pendukung terendam minyak (deep frying) hingga berwarna
seperti: susu bubuk skim, bawang putih bubuk, kuning kecoklatan. Pembuatan nuggetmengacu
bawang merah, merica bubuk, gula pasir, tepung pada Permatasari (2012) dan Afrisanti (2010)
tapioka dan garam lalu diaduk hingga rata. dengan modifikasi
Adonan dituang ke dalam loyang yang telah
diolesi dengan mentega. Adonan dikukus selama HASIL DAN PEMBAHASAN
45 menit pada suhu 65oC-70oC kemudian angkat Analisis Proksimat
dan dinginkan pada suhu ruang selama 10 menit. Parameter yang dianalisis adalah kadar air,
Selanjutnya pendinginan kedalam refrigerator kadar serat, kadar abu dan kadar protein. Rata-
dengan suhu 10oC selama 15 menit. Adonan rata penilaian analisis proksimat dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata penilaian analisis proksimat


Rata-rata
Perlakuan
Kadar Air Kadar Serat Kadar Abu Kadar Protein
TW1 (Tempe 90%, Wortel 10%) 43,78a 1,28a 1,75d 16,14d
b b c
TW2 (Tempe 80%, Wortel 20%) 46,96 1,86 1,68 15,15c
c c b
TW3 (Tempe 70%, Wortel 30%) 49,92 2,40 1,60 14,34b
d d a
TW4 (Tempe 60%, Wortel 40%) 52,73 3,12 1,53 13,37a
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda, berbeda nyata menurut uji DNMRT pada
taraf 5%

Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar air, maksimal 60%. Selain komposisi yang berbeda,
kadar serat, kadar abu dan kadar protein berbeda kadar air juga dipengaruhi oleh serat dalam wortel
nyata pada masing-masing perlakuan. Perbedaan karena serat memiliki daya serap air yang tinggi,
dari keempat perlakuan disebabkan oleh semakin tinggi kadar serat yang dihasilkan
penggunaan komposisi bahan dasar yang semakin tinggi pula kadar air yang dihasilkan.
berbeda. Perbedaan komposisi memberikan efek Menurut Tala (2009) serat pangan memiliki daya
nyata terhadap hasil proksimat. Menurut serap air yang tinggi, karena ukuran polimernya
Sudarmadji dkk. (2007) komponen yang terdapat besar, strukturnya kompleks dan banyak
didalam suatu bahan memiliki sifat yang spesifik mengandung gugus hidroksil sehingga mampu
terhadap perlakuan tertentu dan bahan tersebut menyerap air dalam jumlah yang besar.
juga masih akan terpengaruh terhadap perlakuan Rata-rata kadar serat berkisar antara
yang lain. 1,28%-3,12%. Kadar serat nugget yang
Rata-rata kadar air berkisar antara dihasilkan umumnya mengalami kenaikan dari
43,78%-52,73%. Kadar air yang dihasilkan masing-masing perlakuan, hal ini menunjukkan
keempat perlakuan sudah memenuhi standar bahwa semakin bertambahnya komposisi wortel
mutu nugget ayam (SNI 01-6683-2002) yaitu dan berkurangnya komposisi tempe pada

Sagu 13 (2): 2014 29


Pemanfaatan Wortel (Daucus carota L.) Dalam Meningkatkan Mutu Nugget Tempe

perlakuan nugget maka kadar serat yang mutu nugget ayam (SNI 01-6683-2002) yaitu
dihasilkan semakin tinggi. Jumlah komposisi minimal 12%. Nugget tempe kombinasi 10%
tempe yang tinggi menghasilkan kadar serat yang wortel (TW1) memiliki kandungan protein lebih
lebih rendah dibandingkan dengan jumlah tinggi daripada nugget tempe lainnya dan nugget
komposisi wortel yang tinggi. Perbedaan ini tempe kombinasi 40% wortel (TW4) memiliki
dipengaruhi oleh kadar serat masing-masing kandungan protein terendah. Tempe memiliki
bahan dasar. Tempe memiliki kandungan serat kandungan protein 20,8% (Mahmud dkk., 2008)
sebanyak 1,4% (Mahmud dkk., 2008), sedangkan menyumbangkan kadar protein cukup besar pada
wortel memiliki serat sebanyak 4% (Rusilanti dan nugget tempe kombinasi 10% wortel (TW1) bila
Kusharto, 2007). Serat tidak larut pada tempe dibandingkan dengan wortel yang kandungan
dan wortel termasuk dalam golongan polisakarida proteinnya sebesar 1% (Mahmud dkk., 2008).
(selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin). Jumlah komposisi tempe yang tinggi
Polisakarida tersebut tidak dapat dicerna oleh menghasilkan kadar protein yang lebih tinggi
tubuh, tetapi merupakan serat pangan (Dietary dibandingkan dengan jumlah komposisi wortel
fiber) yang dapat menstimulasi enzim yang tinggi. Kadar protein terendah adalah
pencernaan (Winarno, 2008). Konsumsi serat 13,37%. Hal tersebut tidak mempengaruhi mutu
pangan khususnya serat pangan tidak larut air nugget tempe kombinasi wortel karena
bermanfaat dalam mengatasi sembelit dan berdasarkan SNI nugget ayam kadar protein
mencegah penyakit diabetes, minimal 12% bb, sehingga protein pada nugget
hiperkolesterolemia, serta penyakit degeneratif tempe kombinasi wortel masih dapat diterima.
lainnya (Kusharto, 2006). Nilai protein nugget tidak hanya dominan
Rata-rata kadar abu berkisar antara diperoleh dari tempe bahkan dari bahan lainnya
1,75%-1,53%. Kadar abu nugget yang seperti susu bubuk skim yang cukup tinggi protein.
dihasilkan mengalami penurunan, hal ini
disebabkan karena jumlah penggunaan bahan Organoleptik Deskriptif
dasar yang berbeda. Semakin bertambahnya Metode uji organoleptik deskriptif yang
jumlah komposisi tempe dan berkurangnya digunakan dalam penelitian ini adalah metode
komposisi wortel yang digunakan maka akan Quantitative Descriptive Analysis (QDA)
meningkatkan kadar abu nugget. Jumlah dimana panelis semi terlatih mengukur intensitas
komposisi tempe yang tinggi menghasilkan kadar atribut-atribut flavor yang terdapat di dalam
abu yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah sampel secara individual menggunakan skala
komposisi wortel yang tinggi. Perbedaan ini garis tidak terstruktur.Penelitian ini dilakukan
disebabkan oleh kandungan abu yang terdapat dengan bantuan 40 orang panelis terbaik yang
pada tempe lebih tinggi dibandingkan abu yang lolos dari seleksi pre-screeningdari 60 orang
terdapat pada wortel. Menurut Mahmud dkk. mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian yang telah
(2008) kadar abu pada tempe sebesar 1,6% lulus dari uji rasa dasar, ambang rangsang, sertas
sedangkan kadar abu pada wortel sebesar 0,6%. pembedaan. Selanjutnya, panelis diminta untuk
Menurut Sudarmaji dkk. (2007) Abu adalah sisa mengidentifikasi atribut yang ditemukan dalam
hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar sampel nugget secara acak. Hasil yang didapat
abu suatu bahan berhubugan dengan kandungan adalah adanya atribut kekenyalan, kelengketan,
mineral-mineral yang terdapat di dalam bahan kekuningan, berasa tempe, beraroma tempe dan
tersebut. Andarwulan dkk. (2011) menambahkan kehalusan. Hasil rata-rata uji QDA beberapa
kadar abu suatu bahan menunjukkan kandungan atribut deskriptif nugget tempe dapat diamati
mineral, kemurnian dan kebersihan suatu bahan pada Tabel 2.
yang dihasilkan.
Rata-rata kadar protein berkisar antara
16,14%-13,37%. Kadar protein yang dihasilkan
dari keempat perlakuan sudah memenuhi standar

30 Sagu 13 (2): 2014


ADI WIBOWO, FAIZAH HAMZAH DAN VONNY SETIARIES JOHAN

Tabel 2. Rata-rata hasil uji QDA beberapa atribut nugget

Perlakuan
Atribut
TW1 TW2 TW3 TW4
Kehalusan 4,50 4,85 5,85 5,00
Kelengketan 5,00 5,45 4,85 4,55
Kekuningan 4,20 5,65 6,00 7,85
Berasa tempe 6,30 6,30 5,4 5,40
Beraroma tempe 6,05 5,75 5,35 4,95
Kekenyalan 5,60 6,05 5,85 4,95

Hasil rata-rata uji QDA yang terdapat


pada Tabel 2 merupakan nilai rata-rata penilaian
40 orang panelis semi terlatih, dengan nilai 0
menyatakan intensitas terendah dan nilai 10
menyatakan intensitas tertinggi. Data uji QDA
pada penelitian ini kemudian diolah menggunakan
Principal Component Analysis (PCA) atau
analisis komponen utama. PCA akan menjelaskan
hal-hal yang tidak dapat dijelaskan oleh QDA,
yaitu relasi antar sampel nugget berdasarkan
atribut-atribut yang ada. Analisis menggunakan
Principal Component Analysis (PCA)
dilakukan dengan melakukan plotting data hasil
QDA pada grafik biplot.Grafik biplot adalah grafik
yang menyajikan berbagai karakteristik dari
beberapa objek secara bersama-sama dalam satu Gambar 1. Grafik biplot beberapa atribut nugget
grafik. Berdasarkan grafik biplot, dapat diketahui
karakteristik yang dominan dan lemah pada Berdasarkan grafik 1, hasil pengolahan
produk. Berdasarkan grafik biplot juga dapat data dengan menggunakan PCA menunjukkan
dilihat kesamaan karakteristik yang dimiliki bahwa komponen utama pertama (F1) mampu
sampel.Menurut Meilgaard dkk. (1999) metode menerangkan keragaman data sebesar 69,80%
statistik yang dapat mengidentifikasi suatu sedangkan F2 mampu menerangkan keragaman
keragamandinamakan principal component, data sebesar 22,06%, sehingga keragaman kedua
dimana dijelaskan jumlah keragaman dari yang komponen utama pada grafik biplot adalah
terbesar hingga jumlah keragaman terkecil yang sebesar 91,86%. Hasil analisis PCA pada
tersembunyi. Analisis ini dapat menjelaskan Gambar 1 menunjukkan keempat jenis nugget
sebanyak 75% - 90% dari total keragaman dalam tersebar ke dalam empat kuadran. Kuadran
data yang mempunyai 25 sampai 30 variabel pertama terdiri dari nugget tempe dengan
hanya dengan dua sampai tiga principal penambahan wortel 10% (TW1), kuadran kedua
component. Hasil analisis PCA dapat dilihat pada terdapat nugget tempe dengan penambahan
Gambar 1. wortel 20% (TW2), kuadran ketiga terdapat
nugget tempe dengan penambahan wortel 30%
(TW3) dan kuadran keempat terdapat nugget
tempe dengan penambahan wortel 40% (TW4).
Berdasarkan Gambar 1, nugget tempe
penambahan 10% wortel (TW 1) dicirikan
(dominan) dengan atribut berasa tempe dan
beraroma tempe karena berada pada kuadran

Sagu 13 (2): 2014 31


Pemanfaatan Wortel (Daucus carota L.) Dalam Meningkatkan Mutu Nugget Tempe

yang sama, sehingga nugget tempe penambahan sejalan dengan Chin dkk. (2004) dalam
10% wortel (TW1) dapat dibedakan dengan jenis Adiningsih (2012), kekerasan produk berkurang
nugget yang lain berdasarkan berasa tempe dan dengan meningkatnya kadar air pada bahan
beraroma tempenya. Intensitas berasa tempe dan Menurut Winarno (2008) air merupakan
beraroma tempe yang dominan pada nugget ini komponen penting dalam bahan pangan karena
dikarenakan pada komposisinya menggunakan air dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur
tempe yang lebih banyak daripada nugget lainnya serta cita rasa makanan.
sehingga atribut berasa tempe dan beraroma Pada nugget tempe penambahan 40%
tempe lebih kuat terasa. Astuti (2009) wortel (TW4) dicirikan (dominan) dengan atribut
mengatakan terbentuknya aroma dan rasa yang kekuningan karena berada pada kuadran yang
khas pada tempe disebabkan degradasi sama, sehingga nugget tempe penambahan 40%
komponen-komponen dalam tempe selama wortel (TW4) dapat dibedakan dengan jenis
berlangsungnya proses fermentasi. nugget yang lain berdasarkan kekuningannya.
Pada nugget tempe penambahan 20% Intensitas kekuningan yang terdapat pada nugget
wortel (TW2) dicirikan (dominan) dengan atribut ini memang paling dominan dibandingkan dengan
kelengketan dan kekenyalan karena berada pada nugget lain dikarenakan pada komposisinya
kuadran yang sama, sehingga nugget tempe menggunakan wortel yang lebih banyak daripada
penambahan 20% wortel (TW2) dapat dibedakan nugget lainnya sehingga atribut kekuningan lebih
dengan jenis nugget yang lain berdasarkan kuat terasa. Warna merah kekuningan hingga
atribut kelengketan dan kekenyalannya. merah jingga yang berasal dari wortel
Intensitas kelengketan dan kekenyalan yang disebabkan oleh kandungan â-karotennya.
dominan pada nugget ini dikarenakan pada Menurut Ikawati (2005) warna jingga pada
komposisinya masih menggunakan tempe yang wortel menunjukkan mengandung karotenoid
cukup banyak dan tempe memiliki tekstur yang yang tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai
lengket juga agak kenyal sehingga atribut pewarna pangan alami. Karoten pada wortel juga
kelengketan dan kekenyalan lebih kuat terasa. berperan sebagai prekursor vitamin A sehingga
Pada nugget tempe penambahan 30% wortel memberi nilai tambah penggunaan wortel sebagai
(TW 3) dicirikan (dominan) dengan atribut bahan pewama alami.
kehalusan karena berada pada kuadran yang
sama, sehingga nugget tempe penambahan 30% Organoleptik Hedonik
wortel (TW3) dapat dibedakan dengan jenis Penilaian uji hedonik bertujuan untuk
nugget yang lain berdasarkan atribut mengetahui tingkat kesukaan panelis. Uji hedonik
kehalusannya. Intensitas kehalusan ini meminta panelis mengemukakan responnya
dipengaruhi oleh kandungan air yang cukup tinggi terhadap produk yang disajikan dengan skala
seiring penambahan wortel yang juga meningkat hedonik.Penilaian sensori meliputi rasa, aroma,
sehingga atribut kehalusan lebih kuat tekstur, warna, dan penilaian keseluruhan. Rata-
terasa.Kandungan air mempengaruhi tekstur rata skor penilaian panelis secara hedonik dapat
nugget yang dihasilkan, semakin tinggi kadar air dilihat pada Tabel 3.
maka tekstur semakin halus dan lunak. Hal ini

Tabel 3. Rata-rata skor penilaian panelis secara hedonik


Rata-rata
Perlakuan
Warna Aroma Rasa Tekstur
TW1 (Tempe 90%, Wortel 10%) 3,18 3,33 3,05a 3,05a 3,58
bc
TW2 (Tempe 80%, Wortel 20%) 3,55 3,48 3,68 3,45b 3,68
TW3 (Tempe 70%, Wortel 30%) 3,68 3,60 3,58b 3,25ab 3,80
TW4 (Tempe 60%, Wortel 40%) 3,63 3,78 4,05c 3,55b 3,98
Ket : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda, berbeda nyata menurut uji DNMRT pada
taraf 5%

32 Sagu 13 (2): 2014


ADI WIBOWO, FAIZAH HAMZAH DAN VONNY SETIARIES JOHAN

Tabel 3 menunjukkan bahwa rasa, hedonik tekstur dan berpengaruh tidak


organoleptik secara hedonik untuk rasa dan nyata terhadap hedonik warna, aroma serta
tekstur berbeda nyata pada masing-masing penilaian keseluruhan.
perlakuan. Perbedaan komposisi nugget 2. Berdasarkan dari hasil analisis kimia dan
memberikan pengaruh nyata terhadap rasa dan penilaian organoleptik, maka nugget terbaik
tekstur secara hedonik. Perlakuan memberikan dari keempat perlakuan adalah nugget tempe
kesan rasa yang spesifik karena rasa keempat penambahan 40% wortel (TW4). Nugget ini
nugget memiliki rasa yang berbeda seiring memiliki kadar air (52,73%), kadar protein
penambahan wortel. Semakin tinggi penggunaan (13,37%) yang sudah memenuhi standar mutu
wortel memberikan kesan rasa khas wortel yang nugget ayam (SNI 01-6683-2002), kadar abu
manis dan dapat menutupi rasa tempe yang agak (1,53%), kadar serat (3,12%) yang cukup
pahit. Meningkatnya wortel juga memberikan tinggi dan dari segi penilaian organoleptik dapat
dampak peningkatan kadar air, sehingga tekstur diterima oleh panelis.
menjadi halus dan lunak(kurang keras). Sejalan
dengan pernyataan Chin dkk. (2004) dalam DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih (2012), kekerasan produk berkurang Adiningsih, N.R. 2012. Evaluasi kualitas nuget
dengan meningkatnya kadar air pada bahan. Hal tempe dari berbagai varietas kedelai.
ini dapat mempengaruhi tingkat kesukaan panelis. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Sedangkan hedonik untuk warna, aroma, dan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
keseluruhan berbeda tidak nyata pada masing- Afrisanti, D. W. 2010. Kualitas kimia dan
masing perlakuan. Perbedaan penambahan organoleptik nugget daging kelinci dengan
wortel setiap perlakuan memberikan dampak penambahan tepung tempe. Skripsi.
warna dan aroma yang berbeda, tetapi terbukti Program Studi Peternakan. Fakultas
tidak mempengaruhi kesukaan panelis terhadap Pertanian. Universitas Sebelas Maret.
warna dan aroma nugget yang dihasilkan. Hal Surakarta.
ini disebabkan warna gelap dan aroma tajam Almatzier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT.
khas pada tempe dapat tertutupi oleh wortel, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
sehingga tidak mempengaruhi minat dan Andarwulan, N., F. Kusnandardan D. Herawati.
kesukaan panelis terhadap produk nugget. Wortel 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat.
memiliki warna jingga yang menarik dan aroma Jakarta.
segar khas wortel. Ali dkk. (2003) menyatakan Astuti, N. P. 2009. Sifat Organoleptik Tempe
bahwa warna jingga pada wortel menunjukkan yang Dibungkus Plastik, Daun Pisang
mengandung â-karoten sebagai sumber dan Daun Jati. Karya Tulis Ilmiah.
antioksidan alami, serat pangan, tokoferol, asam Program Studi Diploma III. Fakultas
askorbat, dan á-tokoferol. Ilmu Kesehatan Universitas
Secara keseluruhan masing-masing Muhammadiyah. Surakarta.
perlakuan tidak memberikan perbedaan rasa BSN [Badan Standarisasi Nasional]. 2002. SNI
suka yang signifikan oleh panelis, meskipun 01-6683-2002. Nugget Ayam (Chicken
dengan penambahan wortel yang berbeda. Hasil nugget). Badan Standardisasi Nasional
tersebut menunjukkan bahwa nugget yang Indonesia.Jakata.
dihasilkan dapat diterima oleh panelis baik dari Kusharto, C. M. 2006. Serat makanan dan
segi warna, aroma, rasa, dan tekstur. Secara peranannya bagi kesehatan. Jurnal Gizi dan
umum tingkat kesukaan terhadap suatu produk Pangan, volume 1(2): 45-54.
adalah relatif. Mahmud, Mien K., Hermana, N. A. Zulfianto,
R. R. Apriyantono, S.Ngadiarti, B.
KESIMPULAN Hartati,Bernadus, Tinexcelly. 2008. Tabel
1. Penambahan wortel dalam pembuatan nugget Komposisi Pangan Indonesia. Kompas
tempe berpengaruh nyata terhadap kadar air, Gramedia. Jakarta.
kadar serat, kadar abu, kadar protein, hedonik

Sagu 13 (2): 2014 33


Pemanfaatan Wortel (Daucus carota L.) Dalam Meningkatkan Mutu Nugget Tempe

Malasari. 2005. Sifat fisik dan organoleptik Syamsir, E. 2006. Panduan Praktikum
nugget ayam dengan penambahan wortel Pengolahan Pangan. Departemen Ilmu
(Daucuscarota L.,). Skripsi. Fakultas dan Teknologi Pangan. Fateta Institut
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pertanian Bogor. Bogor.
Bogor. Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2007.
Meilgaard, M., G. V. Civille and B. T. Carr. 1999. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
Sensory Evaluation Techniques. CRC dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Press. New York. Tala, Z. Z. 2009.Manfaat Serat Bagi Kesahatan.
Muchtadi, D. 2001. Sayuran sebagai sumber Departemen Ilmu Gizi. Fakultas
serat pangan untuk mencegah timbulnya Kedokteran. Universitas Sumatra Utara.
penyakit degeneratif.Jurnal Teknologi dan Widiyani, R. 2013. Penderita Hipertensi Harus
Industri Pangan, volume 12: 61-71 Batasi Daging. http://health. kompas.com/
Permatasari, P. K. 2012. Nugget tempe dengan read/2013/10/15/0947267/
substitusi ikan mujair sebagai alternatif Penderita.Hipertensi.Harus.Batasi.Daging.
makanan sumber protein, serat, dan Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.
rendah lemak. Skripsi. Program Studi Ilmu Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi.
Gizi. Fakultas Kedokteran. Universitas Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Diponegoro. Semarang.
Rusilanti dan C. M. Kusharto. 2007. Sehat
dengan Makanan Berserat. Agromedia
Pustaka. Jakarta Selatan.

34 Sagu 13 (2): 2014

Anda mungkin juga menyukai