2 : 27-34
ISSN 1412-4424
ABSTRACT
The purpose of this study was to obtain the best tempeh nugget with the addition of carrot in term of nutrient
content, fiber level and organoleptic test. This study used a Complete Randomized Design (CRD) with four
treatments and four replications treatment. The treatments were TW1 (90% tempeh : 10% carrot), TW2 (80%
tempeh : 20% carrot), TW3 (70% tempeh : 30% carrot), TW4 (60% tempeh : 40% carrot). Data obtained were
treated by the analysis of variance followed by Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) at the level of 5%.
The results show that the ratio of tempeh and carrot in each treatment significantly affected to the moisture,
fiber, ash and protein content, taste hedonic, texture but did not significantly affected to color, flavor and
overall assessment. The best treatments in this research was TW4, with moisture content of 52,73%; protein
content 13,37% that meet the quality standard of chicken nugget (SNI 01-6683-2002). The ash content
1,53% and fiber content 3,12% was quite higher than those of standard.
masyarakat yang masih rendah terhadap tempe wortel terbaik dari segi kandungan gizi, serat dan
dan menganggap tempe sebagai bahan makanan organoleptik.
bagi masyarakat yang tingkat sosialnya rendah.
Selain itu, tempe termasuk golongan bahan BAHAN DAN METODE
makanan yang mudah rusak.Untuk Bahan baku yang digunakan untuk
meningkatkan daya simpan, penganekaragaman pembuatan nugget adalah tempe yang diperoleh
pangan, serta ketertarikan konsumen perlu dari pabrik tempe di Kubang, wortel yang
dilakukan upaya pengolahan tempe. Salah diperoleh dari petani di daerah Bukit Tinggi,
satunya dengan cara mengolah menjadi nugget. tepung tapioka (15%), tepung roti, susu bubuk
Nugget tempe diharapkan mampu meningkatkan skim (5%), garam (1%), bawang putih bubuk
nilai gizi terutama kandungan protein, namun (4,5%), bawang merah (3,5%), merica bubuk
secara keseluruhan masih belum disukai. (0,3%), gula pasir (0,7%), telur, minyak goreng
Penelitian sebelumnya oleh Adiningsih (2012) ± 2 liter, mentega dan air. Bahan analisis yang
menunjukkan bahwa rata-rata kandungan digunakan adalah H2SO4 1,2%, NaOH 3,25%,
protein nugget tempe yang dihasilkan tinggi yaitu K2SO4 10%, aquades mendidih, alkohol 95%,
berkisar antara 12,93-14,15 (% bb), namun Selenium, H 2SO 4, NaOH 40%, H 3BO 3 4%,
tingkat kesukaan panelis terhadap nugget tempe Indikator Metil Merah, HCl 0,1N.
secara keseluruhan adalah agak suka. Untuk Alat-alat yang digunakan selama
meningkatkan kesukaan terhadap nugget pembuatan nugget diantaranya timbangan
tempeserta melengkapi kandungan seratnya analitik, pisau, gilingan, talenan, nampan, plastik,
maka perlu dilakukan penambahan wortel. sarung tangan plastik, alat pengukus,
Wortel memiliki warna jingga yang menarik, rasa penggorengan, loyang, kompor, baskom plastik,
yang manis, aroma khas wortel yang segar panci, parutan buah, thermometer, peralatan
sehingga dapat menutupi warna, rasa dan aroma masak, kertas label dan alat tulis. Alat yang
khas pada tempe yang timbul pada saat digunakan untuk analisis diantaranya cawan
fermentasi. Warna jingga pada wortel porselen, desikator, oven, tanur, spatula,
menunjukkan mengandung â-karoten sebagai erlenmeyer, beaker glass, gelas ukur, corong,
sumber antioksidan alami, serat pangan, tokoferol, pipet tetes, kertas saring, loyang, penjepit, labu
asam askorbat, dan á-tokoferol (Ali dkk., 2003). kjeldahl, buret dan labu destilasi.
Tekstur umbi wortel juga sangat baik (renyah), Penelitian dilaksanakan secara
tidak telalu keras dan tidak terlalu lembek juga eksperimen dengan menggunakan Rancangan
berasa agak manis(Malasari, 2005). Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, 4 kali
Wortel tergolong memiliki kandungan ulangan sehingga diperoleh 16 kombinasi
serat yang tinggi, yaitu 4 g per 100 g bahan perlakuan. Perlakuan tersebut adalah TW1
(Rusilanti dan Kusharto, 2007). Serat wortel (Tempe 90%:wortel 10%), TW 2 (Tempe
memiliki total (TDF) yang tinggi sebesar 46,95% 80%:wortel 20%),TW 3 (Tempe 70%:wortel
bk, dengan IDF 41,29% bk dan SDF 5,66% bk 30%), TW 4 (Tempe 60%:wortel 40%).
sehingga wortel termasuk sayuran dengan serat Parameter yang diamati adalah kadar air, kadar
tidak larut yang tinggi (Muchtadi, 1998 dalam serat, kadar abu, kadar protein, uji organoleptik
Muchtadi, 2001). Serat tidak larut berperan deskriptif dan hedonik. Data hasil pengamatan
penting dalam pencegahan disfungsi alat proksimat dan organoleptik hedonik dianalisis
pencernaan (Almatzier, 2001). Dengan dengan analisis ragam (ANOVA), sedangkan
keunggulan dan potensi yang dimiliki bahan dasar organoleptik deskriptif dianalisis dengan
nugget, memungkinkan bahan-bahan tersebut principal component analysis (PCA).
dapat digunakan dalam pembuatan nugget yang
memiliki kandungan gizi yang baik untuk Persiapan Bahan Baku
kesehatan serta daya terima masyarakat yang Tahap awal penelitian adalah tahap
positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk persiapan bahan baku. Tempe yang digunakan
memperoleh nugget tempe dengan penambahan adalah tempe kedelai berbungkus daun pisang.
Awal dalam pembuatan nugget tempeadalah dikeluarkan dari loyang dan dipotong dengan
mengukus tempe pada suhu 65oC-68oC selama ukuran 3x1x1 cm. Nugget yang sudah dipotong-
30 menit, lalu tempe didinginkan dan digiling. potong kemudian dilumuri dengan butter yang
Selanjutnya, wortel dicuci bersih dan terdiri dari air, telur, dan tepung tapioka.
diblanching selama 5 detik dengan suhu 92oC Selanjutnya digulingkan pada tepung roti sampai
kemudian didinginkan, diparut dan diperas agar permukaan nugget tertutup sempurna.
volume airnya berkurang. Selanjutnya nugget di simpan dalam frezzer
dengan suhu 3oC selama 30 menit yang bertujuan
Pembuatan Nugget untuk merekatkan batter nugget dan tepung roti,
Tempe giling dan parutan wortel lalu digoreng selama 2–3 menit dalam keadaan
dicampur dan ditambah dengan bahan pendukung terendam minyak (deep frying) hingga berwarna
seperti: susu bubuk skim, bawang putih bubuk, kuning kecoklatan. Pembuatan nuggetmengacu
bawang merah, merica bubuk, gula pasir, tepung pada Permatasari (2012) dan Afrisanti (2010)
tapioka dan garam lalu diaduk hingga rata. dengan modifikasi
Adonan dituang ke dalam loyang yang telah
diolesi dengan mentega. Adonan dikukus selama HASIL DAN PEMBAHASAN
45 menit pada suhu 65oC-70oC kemudian angkat Analisis Proksimat
dan dinginkan pada suhu ruang selama 10 menit. Parameter yang dianalisis adalah kadar air,
Selanjutnya pendinginan kedalam refrigerator kadar serat, kadar abu dan kadar protein. Rata-
dengan suhu 10oC selama 15 menit. Adonan rata penilaian analisis proksimat dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar air, maksimal 60%. Selain komposisi yang berbeda,
kadar serat, kadar abu dan kadar protein berbeda kadar air juga dipengaruhi oleh serat dalam wortel
nyata pada masing-masing perlakuan. Perbedaan karena serat memiliki daya serap air yang tinggi,
dari keempat perlakuan disebabkan oleh semakin tinggi kadar serat yang dihasilkan
penggunaan komposisi bahan dasar yang semakin tinggi pula kadar air yang dihasilkan.
berbeda. Perbedaan komposisi memberikan efek Menurut Tala (2009) serat pangan memiliki daya
nyata terhadap hasil proksimat. Menurut serap air yang tinggi, karena ukuran polimernya
Sudarmadji dkk. (2007) komponen yang terdapat besar, strukturnya kompleks dan banyak
didalam suatu bahan memiliki sifat yang spesifik mengandung gugus hidroksil sehingga mampu
terhadap perlakuan tertentu dan bahan tersebut menyerap air dalam jumlah yang besar.
juga masih akan terpengaruh terhadap perlakuan Rata-rata kadar serat berkisar antara
yang lain. 1,28%-3,12%. Kadar serat nugget yang
Rata-rata kadar air berkisar antara dihasilkan umumnya mengalami kenaikan dari
43,78%-52,73%. Kadar air yang dihasilkan masing-masing perlakuan, hal ini menunjukkan
keempat perlakuan sudah memenuhi standar bahwa semakin bertambahnya komposisi wortel
mutu nugget ayam (SNI 01-6683-2002) yaitu dan berkurangnya komposisi tempe pada
perlakuan nugget maka kadar serat yang mutu nugget ayam (SNI 01-6683-2002) yaitu
dihasilkan semakin tinggi. Jumlah komposisi minimal 12%. Nugget tempe kombinasi 10%
tempe yang tinggi menghasilkan kadar serat yang wortel (TW1) memiliki kandungan protein lebih
lebih rendah dibandingkan dengan jumlah tinggi daripada nugget tempe lainnya dan nugget
komposisi wortel yang tinggi. Perbedaan ini tempe kombinasi 40% wortel (TW4) memiliki
dipengaruhi oleh kadar serat masing-masing kandungan protein terendah. Tempe memiliki
bahan dasar. Tempe memiliki kandungan serat kandungan protein 20,8% (Mahmud dkk., 2008)
sebanyak 1,4% (Mahmud dkk., 2008), sedangkan menyumbangkan kadar protein cukup besar pada
wortel memiliki serat sebanyak 4% (Rusilanti dan nugget tempe kombinasi 10% wortel (TW1) bila
Kusharto, 2007). Serat tidak larut pada tempe dibandingkan dengan wortel yang kandungan
dan wortel termasuk dalam golongan polisakarida proteinnya sebesar 1% (Mahmud dkk., 2008).
(selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin). Jumlah komposisi tempe yang tinggi
Polisakarida tersebut tidak dapat dicerna oleh menghasilkan kadar protein yang lebih tinggi
tubuh, tetapi merupakan serat pangan (Dietary dibandingkan dengan jumlah komposisi wortel
fiber) yang dapat menstimulasi enzim yang tinggi. Kadar protein terendah adalah
pencernaan (Winarno, 2008). Konsumsi serat 13,37%. Hal tersebut tidak mempengaruhi mutu
pangan khususnya serat pangan tidak larut air nugget tempe kombinasi wortel karena
bermanfaat dalam mengatasi sembelit dan berdasarkan SNI nugget ayam kadar protein
mencegah penyakit diabetes, minimal 12% bb, sehingga protein pada nugget
hiperkolesterolemia, serta penyakit degeneratif tempe kombinasi wortel masih dapat diterima.
lainnya (Kusharto, 2006). Nilai protein nugget tidak hanya dominan
Rata-rata kadar abu berkisar antara diperoleh dari tempe bahkan dari bahan lainnya
1,75%-1,53%. Kadar abu nugget yang seperti susu bubuk skim yang cukup tinggi protein.
dihasilkan mengalami penurunan, hal ini
disebabkan karena jumlah penggunaan bahan Organoleptik Deskriptif
dasar yang berbeda. Semakin bertambahnya Metode uji organoleptik deskriptif yang
jumlah komposisi tempe dan berkurangnya digunakan dalam penelitian ini adalah metode
komposisi wortel yang digunakan maka akan Quantitative Descriptive Analysis (QDA)
meningkatkan kadar abu nugget. Jumlah dimana panelis semi terlatih mengukur intensitas
komposisi tempe yang tinggi menghasilkan kadar atribut-atribut flavor yang terdapat di dalam
abu yang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah sampel secara individual menggunakan skala
komposisi wortel yang tinggi. Perbedaan ini garis tidak terstruktur.Penelitian ini dilakukan
disebabkan oleh kandungan abu yang terdapat dengan bantuan 40 orang panelis terbaik yang
pada tempe lebih tinggi dibandingkan abu yang lolos dari seleksi pre-screeningdari 60 orang
terdapat pada wortel. Menurut Mahmud dkk. mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian yang telah
(2008) kadar abu pada tempe sebesar 1,6% lulus dari uji rasa dasar, ambang rangsang, sertas
sedangkan kadar abu pada wortel sebesar 0,6%. pembedaan. Selanjutnya, panelis diminta untuk
Menurut Sudarmaji dkk. (2007) Abu adalah sisa mengidentifikasi atribut yang ditemukan dalam
hasil pembakaran suatu bahan organik. Kadar sampel nugget secara acak. Hasil yang didapat
abu suatu bahan berhubugan dengan kandungan adalah adanya atribut kekenyalan, kelengketan,
mineral-mineral yang terdapat di dalam bahan kekuningan, berasa tempe, beraroma tempe dan
tersebut. Andarwulan dkk. (2011) menambahkan kehalusan. Hasil rata-rata uji QDA beberapa
kadar abu suatu bahan menunjukkan kandungan atribut deskriptif nugget tempe dapat diamati
mineral, kemurnian dan kebersihan suatu bahan pada Tabel 2.
yang dihasilkan.
Rata-rata kadar protein berkisar antara
16,14%-13,37%. Kadar protein yang dihasilkan
dari keempat perlakuan sudah memenuhi standar
Perlakuan
Atribut
TW1 TW2 TW3 TW4
Kehalusan 4,50 4,85 5,85 5,00
Kelengketan 5,00 5,45 4,85 4,55
Kekuningan 4,20 5,65 6,00 7,85
Berasa tempe 6,30 6,30 5,4 5,40
Beraroma tempe 6,05 5,75 5,35 4,95
Kekenyalan 5,60 6,05 5,85 4,95
yang sama, sehingga nugget tempe penambahan sejalan dengan Chin dkk. (2004) dalam
10% wortel (TW1) dapat dibedakan dengan jenis Adiningsih (2012), kekerasan produk berkurang
nugget yang lain berdasarkan berasa tempe dan dengan meningkatnya kadar air pada bahan
beraroma tempenya. Intensitas berasa tempe dan Menurut Winarno (2008) air merupakan
beraroma tempe yang dominan pada nugget ini komponen penting dalam bahan pangan karena
dikarenakan pada komposisinya menggunakan air dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur
tempe yang lebih banyak daripada nugget lainnya serta cita rasa makanan.
sehingga atribut berasa tempe dan beraroma Pada nugget tempe penambahan 40%
tempe lebih kuat terasa. Astuti (2009) wortel (TW4) dicirikan (dominan) dengan atribut
mengatakan terbentuknya aroma dan rasa yang kekuningan karena berada pada kuadran yang
khas pada tempe disebabkan degradasi sama, sehingga nugget tempe penambahan 40%
komponen-komponen dalam tempe selama wortel (TW4) dapat dibedakan dengan jenis
berlangsungnya proses fermentasi. nugget yang lain berdasarkan kekuningannya.
Pada nugget tempe penambahan 20% Intensitas kekuningan yang terdapat pada nugget
wortel (TW2) dicirikan (dominan) dengan atribut ini memang paling dominan dibandingkan dengan
kelengketan dan kekenyalan karena berada pada nugget lain dikarenakan pada komposisinya
kuadran yang sama, sehingga nugget tempe menggunakan wortel yang lebih banyak daripada
penambahan 20% wortel (TW2) dapat dibedakan nugget lainnya sehingga atribut kekuningan lebih
dengan jenis nugget yang lain berdasarkan kuat terasa. Warna merah kekuningan hingga
atribut kelengketan dan kekenyalannya. merah jingga yang berasal dari wortel
Intensitas kelengketan dan kekenyalan yang disebabkan oleh kandungan â-karotennya.
dominan pada nugget ini dikarenakan pada Menurut Ikawati (2005) warna jingga pada
komposisinya masih menggunakan tempe yang wortel menunjukkan mengandung karotenoid
cukup banyak dan tempe memiliki tekstur yang yang tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai
lengket juga agak kenyal sehingga atribut pewarna pangan alami. Karoten pada wortel juga
kelengketan dan kekenyalan lebih kuat terasa. berperan sebagai prekursor vitamin A sehingga
Pada nugget tempe penambahan 30% wortel memberi nilai tambah penggunaan wortel sebagai
(TW 3) dicirikan (dominan) dengan atribut bahan pewama alami.
kehalusan karena berada pada kuadran yang
sama, sehingga nugget tempe penambahan 30% Organoleptik Hedonik
wortel (TW3) dapat dibedakan dengan jenis Penilaian uji hedonik bertujuan untuk
nugget yang lain berdasarkan atribut mengetahui tingkat kesukaan panelis. Uji hedonik
kehalusannya. Intensitas kehalusan ini meminta panelis mengemukakan responnya
dipengaruhi oleh kandungan air yang cukup tinggi terhadap produk yang disajikan dengan skala
seiring penambahan wortel yang juga meningkat hedonik.Penilaian sensori meliputi rasa, aroma,
sehingga atribut kehalusan lebih kuat tekstur, warna, dan penilaian keseluruhan. Rata-
terasa.Kandungan air mempengaruhi tekstur rata skor penilaian panelis secara hedonik dapat
nugget yang dihasilkan, semakin tinggi kadar air dilihat pada Tabel 3.
maka tekstur semakin halus dan lunak. Hal ini
Malasari. 2005. Sifat fisik dan organoleptik Syamsir, E. 2006. Panduan Praktikum
nugget ayam dengan penambahan wortel Pengolahan Pangan. Departemen Ilmu
(Daucuscarota L.,). Skripsi. Fakultas dan Teknologi Pangan. Fateta Institut
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Pertanian Bogor. Bogor.
Bogor. Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 2007.
Meilgaard, M., G. V. Civille and B. T. Carr. 1999. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan
Sensory Evaluation Techniques. CRC dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Press. New York. Tala, Z. Z. 2009.Manfaat Serat Bagi Kesahatan.
Muchtadi, D. 2001. Sayuran sebagai sumber Departemen Ilmu Gizi. Fakultas
serat pangan untuk mencegah timbulnya Kedokteran. Universitas Sumatra Utara.
penyakit degeneratif.Jurnal Teknologi dan Widiyani, R. 2013. Penderita Hipertensi Harus
Industri Pangan, volume 12: 61-71 Batasi Daging. http://health. kompas.com/
Permatasari, P. K. 2012. Nugget tempe dengan read/2013/10/15/0947267/
substitusi ikan mujair sebagai alternatif Penderita.Hipertensi.Harus.Batasi.Daging.
makanan sumber protein, serat, dan Diakses pada tanggal 30 Oktober 2013.
rendah lemak. Skripsi. Program Studi Ilmu Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi.
Gizi. Fakultas Kedokteran. Universitas Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Diponegoro. Semarang.
Rusilanti dan C. M. Kusharto. 2007. Sehat
dengan Makanan Berserat. Agromedia
Pustaka. Jakarta Selatan.