Anda di halaman 1dari 8

E-ISSN:2685-452X Journal of Tropical Animal Science and Technology, Januari 2022:4 (1): 74-81

DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v4i1.1330
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PENGIKAT YANG BERBEDA TERHADAP


DAYA IKAT AIR, KADAR AIR DAN KANDUNGAN SERAT KASAR
NUGGET AYAM

The Effect Use of Different Binding Materials on Water Holding Capacity, Water Content and Crude Fiber Content of
Chicken Nuggets

Alfonsus Liquori Taus*1, Paulus Klau Tahuk2 dan Kristoforus W. Kia3

1,2,3Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian Universitas


Timor,Kefamenanu, Nusa Tenggara Timur
*Coresponding Author: alfonzotaus@gmail.com
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya ikat air, kadar air dan kandungan serat kasar
nugget ayam yang dibuat menggunakan jenis tepung yang berbeda sebagai bahan pengikat. Penelitian
ini dilakukan di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Nusa Cendana Kupang selama 1
minggu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)dengan
3 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah P1 (pembuatan nugget dengan tepung
porang), P2 (pembuatan nugget dengan tepung tapioka), dan P3 (pembuatan nugget dengan tepung
terigu). Variabel yang diamati dalam penelitian ini meliputi daya ikat air, kadar air dan kandungan
serat kasar. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji Anova dan uji Duncan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa daya ikat air nugget ayam P1, P2, P3 berturut-turut adalah 36,956%,
34,621%, 32,756%. Kadar air nugget ayam ayam 64,17%, 59,95%, 57,71%. Kandungan serat kasar
nugget ayam 1.387%, 1.169%, dan 0.638%. Analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata terhadap daya ikat air nugget ayam, kadar air nugget ayam dan kandungan serat
kasar nugget ayam (P<0,05). Disimpulkan bahwa kadar air pada nugget ayam yang berbahan tepung
terigu dan tapioka sesuai dengan SNI, sedangkan pembuatan nugget dengan berbahan tepung porang
melebihi standar nasional Indonesia, namun tepung porang mempunyai kelebihan yang mampu
mengikat air lebih baik.

Kata Kunci: Nugget ayam, daya ikat air, kadar air dan kandungan serat kasar.

ABSTRACT

This study aims to determine the water holding capacity, moisture content and crude fiber
content of chicken nuggets made using different types of flour as a binder. This research was
conducted at the Laboratory of the Faculty of Animal Husbandry, Nusa Cendana University, Kupang
for 1 week. The method used in this study was a completely randomized design (CRD) with 3
treatments and 3 replications. The treatments were P1 (making nuggets with porang flour), P2
(making nuggets with tapioca flour), and P3 (making nuggets with wheat flour). The variables
observed in this study included water holding capacity, water content and crude fiber content. The
data obtained were analyzed using the Anova test and Duncan's test. The results of the study showed
that the water holding capacity of chicken nuggets P1, P2, P3 were 36.956%, 34.621%, 32.756%,
respectively. The water content of chicken nuggets was 64.17%, 59.95%, 57.71%, respectively. The
crude fiber content of chicken nuggets is 1.387%, 1.169%, and 0.638% respectively. The statistical
analysis showed that the treatment had a significant effect on the water holding capacity of chicken
nuggets, water content of chicken nuggets and crude fiber content of chicken nuggets (P<0.05). It was
concluded that the water content of chicken nuggets made from wheat flour and tapioca was in
accordance with SNI, while the production of nuggets made from porang flour exceeded the
Indonesian National Standard, but porang flour had the advantage of being able to bind water better.

Keywords: Chicken nuggets, water holding capacity, water content and crude fiber content.

J.Trop.Anim.Sci.Technology, Januari 2022 74


E-ISSN:2685-452X Journal of Tropical Animal Science and Technology, Januari 2022:4 (1): 74-81
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v4i1.1330
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST

PENDAHULUAN

Daging merupakan bahan pangan pembuatan nugget adalah tepung tapioka.


sumber protein hewani yang digemari oleh Tepung tapioka merupakan granula pati
masyarakat karena rasanya yang enak dan dari umbi ketela pohon yang kaya akan
kandungan proteinnya yang tinggi. Selain karbohidrat. Koswara (2013) manyatakan
itu, daging juga mengandung karbohidrat, bahwa tepung tapioka mengandung
lemak, mineral, fosfor, vitamin dan amilopektin yang tinggi sehingga
kalsium (Wijayanti, 2014). Seiring dengan mempunyai sifat tidak mudah
terus berkembangnya teknologi pangan, menggumpal, mempunyai daya lekat yang
perubahan pola konsumsi masyarakat pun tinggi tidak mudah pecah atau rusak, dan
terus terjadi. Masyarakat terutama di suhu gelatinisasinya relatif rendah antara
daerah perkotaan lebih memilih 52-64°C. Tepung dalam pembuatan
mengkonsumsi produk-produk pangan makanan berfungsi sebagai bahan pengisi
yang bersifat ready to eat dikarenakan dan pengikat untuk memperbaiki stabilitas
tingginya tingkat mobilitas masyarakat emulsi, menurunkan penyusutan akibat
setiap harinya. Produk ready to eat pemasakan, memberi warna yang terang,
merupakan produk pangan yang saat meningkatkan elastisitas produk,
sampai di tangan konsumen produk dapat membentuk tekstur yang padat dan
langsung dikonsumsi, contohnya adalah menarik air dari adonan. Akan tetapi bahan
nugget ayam. Nugget ayam adalah jenis nugget dari terigu saat ini masih di impor.
olahan daging yang digiling dan dibumbui, Selain itu, terigu mengandung gluten yang
kemudian diselimuti oleh perekat tepung, diketahui tidak dapat diterima oleh
dan digoreng setengah matang lalu penderita celliac disease, sehingga
dibekukan untuk mempertahankan dibutuhkan alternatif pengganti terigu
mutunya selama penyimpanan. Nugget yang memiliki karakteristik hampir sama
ayam merupakan salah satu produk hasil dengan terigu dan menggunakan produk
teknologi pengolahan daging yang bahan pangan lokal yang tersedia di
memiliki nilai gizi tinggi, dan harganya Indonesia.
terjangkau bila dibandingkan dengan Indonesia memiliki banyak sekali
produk olahan daging lainnya. Kandungan tanaman penghasil bahan pangan kaya pati
gizi nugget ayam terdiri dari protein, atau karbohidrat yaitu tanaman porang
lemak, karbohidrat, mineral dan memiliki yang kurang dimanfaatkan dan merupakan
kandungan gizi yang cukup lengkap dan sumber glukomanan yang dapat dijadikan
baik, namun nugget ayam mengandung bahan baku bahan pangan pokok. Selain
lemak yang tinggi dan serat yang rendah. itu umbi porang juga memiliki mineral
Formulasi nugget ayam meliputi tinggi yang penting bagi metabolisme
campuran daging ayam dan tepung terigu yaitu kalium, magnesium, dan fosfor.
yang menyusun kira-kira 84% dari total Pemanfaatan umbi porang menjadi tepung
adonan, 16% lainnya merupakan bumbu merupakan salah satu pilihan untuk
dan bahan lain; 1% garam, 0,6% bawang memudahkan penyimpanan serta
putih, 0,4 % lada hitam dan 14% air pengolahannya lebih lanjut, sehingga
(Bintoro, 2008). Menurut Li et al., (2006), tepung dari tanaman porang sangat
dalam membuat nugget diperlukan bahan potensial dikembangkan sebagai bahan
yang mengandung karbohidrat sebagai baku pembuatan nugget. Tepung porang
bahan pengikat agar bahan satu sama lain merupakan salah satu jenis tepung yang
saling terikat dalam satu adonan yang dapat digunakan sebagai alternatif
berguna untuk memperbaiki tekstur. Bahan pengganti tepung terigu sekaligus
pengikat yang biasanya digunakan dalam mendukung perkembangan produk pangan

J.Trop.Anim.Sci.Technology, Januari 2022 75


E-ISSN:2685-452X Journal of Tropical Animal Science and Technology, Januari 2022:4 (1): 74-81
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v4i1.1330
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST

lokal Indonesia. Menurut Widjanarko Penggunaan tepung porang


(2014), tepung porang mengandung 8,71% diharapkan dapat memperbaiki kualitas
air, 4,47% abu, 3,09% pati, 3,34% protein, dari nugget yang dibuat. Tujuan dari
2,98% lemak, 22,72% kalsium oksalat, dan penelitian ini adalah untuk mengetahui
43,98% glukomanan. Glukomanan seberapa besar pengaruh penggunaan
mempunyai kemampuan sebagai gelling bahan pengikat yang berbeda terhadap
agents yang mampu menggantikan fungsi daya ikat air, kadar air dan kandungan
sodium tripolyphosphate (STPP). serat kasar nugget ayam.

MATERI DAN METODE

Penelitan ini telah dilakukan di dua bentuk persegi empat berukuran 2,5 x 3
lokasi. Pembuatan produk nugget cm dengan tebal 1,5 cm, kemudian
dilakukan di Laboratorium Fakultas dibekukan dalam lemari pendingin; nugget
Pertanian Universitas Timor dan untuk yang telah dicetak, dikemas dan siap untuk
pengujian sampel nugget dilaksanakan di analisis
Laboratorium Kimia Pakan Universitas Rancangan penelitian yang
Nusa Cendana. Alat-alat yang diperlukan digunakan dalam penelitian ini adalah
untuk membuat nugget ayam antara lain, Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
penggiling daging, cawan alumunium, 3 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan
stopwatch, pisau, plastik, kompor, freezer, 1 menggunakan tepung porang, perlakuan
wajan dan alat masak lainnya. Alat-alat 2 menggunakan tepung tapioka, dan
untuk analisis kimia terdiri dari cawan perlakuan ke 3 menggunakan tepung terigu
porselin, penutup dan penjepit cawan, sebagai bahan pengikat. Variabel yang
cawan logam, oven, desikator, kondensor, diamati adalah daya ikat air (Muchtadi dan
hexane (pelarut lemak), erlemeyer, gelas Sugiyono, 1992). Kapasitas daya ikat air
ukur, kertas saring, alat ekstrak, soxlet nugget dapat ditentukan dengan metode
pipet, tanur listrik, tanur pengabuan sentrifus, yaitu: Nugget dimasukkan
(furnace), buret dan tabung reaksi. kedalam tabung sentrifus 50 ml yang telah
Bahan yang diperlukan untuk diketahui beratnya. Akuades sebanyak 10
membuat nugget ayam antara lain daging ml dimasukkan ke dalam tabung. Setelah
dada ayam potong, tepung porang, tepung itu, tabung sentrifus dengan kecepatan
tapioka, tepung terigu, gula, garam, 3000 rpm selama 20 menit. Cairan
bawang putih, merica, air, es batu minyak dipisahkan dari campuran dan diukur
goreng dan bumbu- bumbu yang volumenya. Kadar air (AOAC, 2002)
diperlukan lainnya. Bahan kimia untuk ditentukan dengan metode pengeringan
analisis antara lain larutan asam sulfat dan dinyatakan sebagai persen kehilangan
( ), natrium hidroksida (NaOH), berat bahan sebagai berikut: cawan
asam klorida (HCL), air ( O), asam borat porselin yang sudah bersih dikeringkan
( ), indikator BCG-MR, metil merah dalam oven selama 30 menit kemudian
dalam alkohol, metil biru dalam alkohol, cawan porselin didinginkan dalam
kloroform dan etanol. desikator kemudian ditimbang. Sampel
Prosedur pembuatan nagget ayam sebanyak 5 gram ditimbang kemudian
dengan urutan: Daging yang diinginkan dimasukkan ke dalam cawan porselin
dibersihkan terlebih dahulu; pemilihan kemudian dikeringkan dalam oven selama
daging yang segar pada bagian dada ayam; 4 jam dengan suhu 105°C sehingga
daging ayam digiling menggunakan diperoleh berat yang konstan. Setelah 4
penggiling, ditimbang dan dimasukkan ke jam cawan porselin dan sampel
dalam chopper. Adonan dicetak dengan

J.Trop.Anim.Sci.Technology, Januari 2022 76


E-ISSN:2685-452X Journal of Tropical Animal Science and Technology, Januari 2022:4 (1): 74-81
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v4i1.1330
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST

didinginkan dalam desikator kemudian ditambah kembali dengan 450 ml NaOH


ditimbang. Rumus kadar air adalah: kemudian dipanaskan selama 2 jam, dicuci
Kadar Air( ) kembali dengan air mengalir selama
Keterangan: A (berat cawan + sampel kurang lebih 5 menit untuk menghilangkan
awal; B (berat cawan + sampel akhir; C basa, kemudian dioven pada suhu 110°C
(berat sampel). selama 5 jam, lalu ditimbang.
Kandungan serat kasar dilakukan Penimbangan selanjutnya 1 jam sekali
dengan menggunakan fiber cap. Prinsip hingga berat residu konstan. Berat residu
analisis sesuai dengan Sudarrmaji (2003). merupakan berat serat kasar:
Serat kasar dapat dihitung dengan cara: Kandungan serat (%) = x 100 %
( )
bahan sampel dihaluskan dan dimasukan
ke tabung selongsong, kemudian ditambah Data pengamatan dianalisis
450 ml larutan dipanaskan selama menggunakan Analisis of variance
2 jam. Selongsong yang telah dipanaskan (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji
selama 2 jam kemudian dicuci diair jarak berganda Duncan apabila perlakukan
mengalir selama kurang lebih 5menit memberikan pengaruh yang nyata terhadap
untuk menghilangkan asam. Sampel variabel.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Daya Ikat Air mengikat air daging memegang peran yang
Daya ikat air adalah kemampuan sangat besar pada pembuatan produk
daging untuk mengikat air atau air yang nugget, misalnya, selama proses
ditambahkan selama ada pengaruh pemanasan, penggilingan, pencampuran
kekuatan dari luar. Daya ikat air daging bahan, atau dalam proses emulsifikasi
dipengaruhi oleh keadaan protein daging, menjadi produk nugget. Rataan kandungan
meskipun hanya kurang dari 5% air yang daya ikat air pada nugget ayam yang
berikatan langsung dengan gugus dibuat dari jenis tepung yang berbeda
hidrophyl dari protein daging (Bintoro, terlihat pada Tabel 1.
2008). Menurut Soeparno (2005), daya

Tabel 1. Rata-rata daya ikat air (DIA) nugget ayam dari jenis tepung berbeda (%)
Perlakuan
Ulangan P1 P2 P3

1 36,38 34,08 32,34


2 37,34 35,17 33,59
3 37,14 34,61 32,34
Jumlah 110,87 103,86 98,27
Rataan 36,96a 34,62b 32,76c
Keterangan: superskrip a, b, c pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Hasil uji daya ikat air nugget ayam penggunaan tepung porang yaitu 36,96%.
yang dibuat menggunakan jenis tepung Selanjutnya diikuti tepung tapioka yaitu
yang berbeda berkisar antara 32,339- 34,62% dan terendah pada penggunaan
37,341% dengan rataan 34,777%. Hasil tepung terigu yaitu 32,76%. Uji lanjut
analisis sidik ragam menunjukkan bahwa Jarak Berganda Duncan menunjukkan
perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05). bahwa penggunaan tepung porang
Daya ikat air nugget ayam tertinggi pada merupakan jenis tepung yang baik

J.Trop.Anim.Sci.Technology, Januari 2022 77


E-ISSN:2685-452X Journal of Tropical Animal Science and Technology, Januari 2022:4 (1): 74-81
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v4i1.1330
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST

digunakan dalam pembuatan nugget ayam, mempengaruhi sifat-sifat fisik, perubahan


karena didalam tepung porang kimia, enzimatis dan mikrobiologis bahan
mengandung glukomanan sehinggaga daya pangan. Rataan kadar air pada nugget
ikat air pada tepung porang lebih tinggi ayam yang dibuat dari jenis tepung yang
yaitu. Glukomanan pada tepung porang berbeda terlihat pada Tabel 2.
merupakan salah satu hidrogel yang Kadar air nugget ayam yang dibuat
mempunyai kemampuan mengikat air menggunakan jenis tepung yang berbeda
yang sangat besar dibandingkan tepung berkisar antara 57,07-64,56% dengan
terigu dan tapioka (Koroskenyi dan Mc rataan 60,61%. Analisis sidik ragam
Carthy, 2001). Menurut Widjanarko dan menunjukkan bahwa perlakuan
Mawarni (2015) dan Faridah et al., (2012), berpengaruh nyata terhadap kadar air
tepung porang mengandung glukomanan nugget ayam (P<0,05). Kadar air tertinggi
yang mempunyai kemampuan menyerap pada nugget ayam dihasilkan oleh nugget
air sampai 100 kali, semakin banyak berbahan pengikat tepung porang yaitu
penambahan tepung porang sebesar 64,17%, selanjutnya diikuti tepung
mengakibatkan semakin besar pula daya tapioka 56,95% dan terendah pada
ikat airnya lebih baik. Hal ini diperkuat penggunaan tepung terigu yaitu 57,71%.
juga Charoenrein et al., (2011) bahwa Hasil pengujian kadar air ini
tepung porang mengandung glukomanan menunjukkan bahwa nugget berbahan
yang merupakan serat larut air. pengikat tepung tapioka dan tepung terigu
Glukomanan memiliki kemampuan sesuai dengan standard yang dikeluarkan
menyerap air yang tinggi dibandingkan oleh SNI mengenai kadar air nugget,
serat pangan lainnya. sedangkan nugget berbahan pengikat
tepung porang memiliki kadar air yang
Kadar Air melebihi ambang batas kadar air.
Kadar air merupakan kunci dari Tingginya kadar air di dalam nugget
keberhasilan suatu proses pengolahan berbahan pengikat tepung porang dapat
bahan pangan. Kadar air yang baik adalah dikarenakan adanya kandungan
nilai kadar air yang yang telah ditetapkan glokomanan pada tepung porang. Wang
oleh SNI yaitu maksimum 60%. Kadar air dan Johnson (2005) menyatakan bahwa
tersebut akan sangat mempengaruhi mutu pada tepung porang banyak terkandung
nugget yang akan dihasilkan. Kadar air glukomanan yang merupakan serat yang
yang tinggi akan mengakibatkan larut dalam air. Keberadaan glukomanan
mudahnya mikroba (bakteri, kapang dan pada tepung porang dapat meningkatkan
khamir) untuk berkembang biak, sehingga daya ikat air, karena glukomanan
berbagai perubahan akan terjadi pada mempunyai kemampuan untuk mengikat
produk nugget tersebut. Menurut Buckle et air yang tinggi (Tang dan Wang, 2008).
al., (2009), kadar air dalam bahan Kandungan glukomanan pada tepung
makanan ikut menentukan kesegaran dan porang yaitu sebesar 51,15% (Widjanarko
daya awet makanan tersebut. Kadar air dan Mawarni, 2015). Menurut Harmayani
sangat penting sekali dalam menentukan et al., (2014), daya ikat air glukomanan (g
daya awet dari bahan pangan karena air/ g glukomanan yaitu sebesar 34,50.

J.Trop.Anim.Sci.Technology, Januari 2022 78


E-ISSN:2685-452X Journal of Tropical Animal Science and Technology, Januari 2022:4 (1): 74-81
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v4i1.1330
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST

Tabel 2. Rata-rata kadar air nugget ayam dari jenis tepung berbeda (%)
Perlakuan
Ulangan P1 P2 P3

1 63,83 59,94 57,29


2 64,56 60,13 58,77
3 64,14 59,79 57,07
Jumlah 192,53 179,86 173,13
Rataan 64,17a 59,95b 57,71c
Keterangan: superskrip a, b, c pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Kandungan Serat Kasar Nugget Ayam mengalami perubahan karena serat kasar
Serat kasar adalah salah satu jenis hanya mampu terdegradasi oleh asam kuat
polisakarida atau sering disebut sebagai dan basa kuat selama 30 menit.
karbohidrat komplek. Serat kasar ini Kandungan utama pada serat kasar adalah
mempunyai rantai kimiawi panjang selulosa. Pada proses pencernaan, selulosa
sehingga sukar untuk dicerna oleh enzim tidak dicerna. Selulosa menyediakan bahan
dan saluran pencernaan manusia meskipun kasar pada pangan yang membantu
ada beberapa yang dapat dicerna oleh memelihara daya gerak dan seluruh
bakteri dalam usus. Serat kasar yang tidak kesehatan pencernaan. Hasil kandungan
dicerna akan dikeluarkan dalam bentuk serat kasar nugget ayam yang dibuat
feses atau zat sisa (Nurhidayati, 2006). menggunakan jenis tepung berbeda
Rataan kandungan serat kasar pada nugget berkisar antara 0,58-1,52% dengan rataan
ayam yang dibuat dari jenis tepung yang 1,06%. Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. kandungan serat kasar nugget ayam
Suhardjo et al., (2006) menyatakan tertinggi pada P1 yaitu sebesar 1,39%
bahwa serat kasar yang terkandung dalam dengan penambahan 30 g tepung porang,
nugget ayam dapat dijadikan indeks diikuti P2 sebesar 1,17% dengan
kandungan serat pangan dalam nugget penambahan 30 g tepung tapioka dan P3
ayam. Pada dasarnya kandungan serat sebesar 0,64% dengan penambahan 30 g
pangan lebih tinggi dari serat kasar. tepung terigu.
Selama proses pemanasan serat kasar tidak

Tabel 3. Rata-rata kandungan serat kasar nugget ayam dari jenis tepung berbeda (%)
Perlakuan
Ulangan P1 P2 P3
1 1,287 1,185 0,661
2 1,520 1,263 0,678
3 1,356 1,061 0,577
Jumlah 4,163 3,509 1,961
a b
Rataan 1.39 1.17 0.64c
Keterangan: superskrip a, b, c pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)

Hasil analisis sidik ragam yang terbaik karena tepung porang


menunjukkan bahwa perlakuan memiliki kandungan serat kasar yang
berpengaruh nyata (P<0,05). Uji Duncan paling tinggi. Serat pangan memiliki
menunjukkan bahwa nugget ayam yang banyak manfaat bagi tubuh terutama dalam
dibuat menggunakan jenis tepung porang mencegah berbagai penyakit, meskipun

J.Trop.Anim.Sci.Technology, Januari 2022 79


E-ISSN:2685-452X Journal of Tropical Animal Science and Technology, Januari 2022:4 (1): 74-81
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v4i1.1330
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST

komponen ini belum dimasukkan sebagai makan, dan menghambat laju pencernaan
zat gizi (Piliang dan Djojosoebagio, 1996). makanan. Akibatnya energi yang masuk
Makanan kaya serat juga dapat dalam tubuh lebih efisien, sehingga tidak
memperlambat proses penyerapan energi berubah menjadi lemak. Serat juga
lebih lama. Hal itu disebabkan makanan meningkatkan ekskresi lemak, sehingga
kaya serat meningkatkan intensitas dapat membantu mengurangi berat badan.
pengunyahan, memperlambat proses

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini sedangkan nugget berbahan tepung porang


adalah kadar air pada nugget ayam yang melebihi SNI dan mempunyai kelebihan
berbahan tepung terigu dan tapioka sesuai mampu mengikat air lebih baik.
dengan Standar Nasional Indonesia,

DAFTAR PUSTAKA

AOAC. 2002. Offical Methods of Koroskenyi, B and Mc Carthy. 2001.


Analysis. 16th Ed. AOAC Int., Synthesis of acetylated konjac
Washington, D.C. glucomannan and effect of degree of
Bintoro, V. P. 2008. Teknologi acetylation on water absorbency.
Pengolahan Daging dan Analisis Biomacromolecules, 2(3): 824-826.
Produk. Universitas Diponegoro, Koswara, S. 2013. Teknologi Pengolahan
Semarang. Umbi-umbian: Pengolahan Umbi
Buckle, K. A., R. A. Edward, G. H. Fleet Porang. Modul. Institute Pertanian
dan M. Wotton. 2009. Ilmu Pangan. Bogor.
Universitas Indonesia Press, Jakarta. Li, B., B. J. Xie and J. F. Kennedy. 2006.
(Diterjemahkan oleh Hari Purnomo Studies on the molecular
dan Adiono). chainmorphology of konjac
Charoenrein, S., O. Tatirat, K. Rengsutthi glucomannan. Carbohydrate
and M. Thongngam. 2011. Effect of Polymers. 64: 510‒515.
konjac glucomannan on syneresis, Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu
textural properties and the Pengetahuan Bahan Pangan.
microstructure of frozen rice starch Departemen Pendidikan dan
gels. Carbohydrate polymers, 83(1): Kebudayaan. Direktorat Jenderal
291-296. Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Faridah, A., S. B. Widjanarko, A. Sutrisno, Universitas Pangan dan Gizi. Institut
dan B. Susilo. 2012. Optimasi Pertanian Bogor. Bogor.
produksi tepung porang dari chip Nurhidayati, S. 2006. Kajian Pengaruh
porang secara mekanis dengan Gula Aren dan Lama Fermentasi
metode permukaan respons. Jurnal Terhadap Kualitas Nata De Soya. J.
Teknik Industri, 13(2): 158-166. Matematika, Saint dan Teknolog,
Harmayani, E., V. Aprilia, V., Y. 7(3): 40‐47.
Mansono. 2014. Characterization of Piliang, W. G dan S. Djojosoebagio. 1996.
glucomannan from amorphophallus Fisiologi Nutrisi. Edisi Kedua.
ocophyllus and its prebiotic activity Universitas Press. Jakarta.
in vivo. Jurnal Carbohydrate
Polymer, 112: 475-479.

J.Trop.Anim.Sci.Technology, Januari 2022 80


E-ISSN:2685-452X Journal of Tropical Animal Science and Technology, Januari 2022:4 (1): 74-81
DOI: https://doi.org/10.32938/jtast.v4i1.1330
https://jurnal.unimor.ac.id/JTAST

Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi kimia tepung porang. Fakultas


Daging. Gadjah Mada University Teknologi Pertanian, Universitas
Press, Yogyakarta. Brawijaya. Malang. Jurnal Pangan
Tang J., and J. Wang. 2008. Method and dan Agroindustri, 1(1): 23-28.
composition of making pasta with Widjanarko, S., dan R. Mawarni. 2015.
konjac flour as a main ingtredient. Penggilingan metode ball mill
Patent US No. US2008/02927696 dengan pemurnian kimia terhadap
A1. http:/www freepatentsonline. penurunan oksalat tepung porang.
com/ y2008/0220136/.html. Diakses Jurnal pangan dan agroindustri, 3
1 Agustus 2020. (2): 572-581.
Wang, W. dan A. Johnson. 2006. Konjac Wijayanti, D. 2014. Uji kadar protein dan
introduction. http://cybercolloids.net/ organoleptik daging sapi rebus yang
information/technical-articles/ dilunakkan dengan sari buah nanas
introduction-conjac. [9 Agustus (Ananas comosus). Skripsi. Fakultas
2020] Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Widjanarko. 2014. Pengaruh lama Universitas Muhammadiyah,
penggilingan tepung porang Surakarta.
(Amorphophallus Muelleri Blume) Sudarmadji, S. 2003. Mikrobiologi
dengan metode ball mill (Cylone Pangan. PAU Pangan dan Gizi
separator) terhadap sifat fisik dan UGM. Yogyakarta

J.Trop.Anim.Sci.Technology, Januari 2022 81

Anda mungkin juga menyukai