ABSTRACT
The utilization of local food commodities such as corn and cassava with seaweed addition as a
dietary fiber source for producing artificial rice through extrusion technology is an alternative
for food diversification. The research was carried out to find out the best composition (rice,
corn, cassava, and seaweed) and temperature of extrusion process on making artificial rice and
the influence of dietary fibre on sensory properties and physicochemical. The composition of
rice, corn, and cassava in proportion of 1:3:1 with 20% seaweed, Eucheuma cottonii, addition
and temperature extruder of 90 °C were selected as the best product for artificial rice. The
sensory evaluation was 8.02±0.21 (SHRSOH¶V SUHIHUHQFH). In physicochemical properties, dietary
fiber significantly affected on low bulk density and starch digestibility. This condition is very
good for health especially in maintaining the stability of blood glucose in the body.
ABSTRAK
Pemanfaatan bahan pangan lokal seperti jagung dan singkong dengan penambahan
rumput laut sebagai sumber serat pangan dalam bentuk beras tiruan dengan teknologi ekstrusi
merupakan suatu alternatif diversifikasi pangan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan
komposisi yang tepat dalam pembuatan beras tiruan dengan penambahan rumput laut sebagai
sumber serat pangan serta pengaruh serat pangan terhadap sifat sensori dan fisikokimianya.
Komposisi beras terpilih yaitu beras, jagung, dan singkong perbandingan 1:3:1 dan penambahan
rumput laut E.cottonii 20% serta suhu mesin ekstruder 90 °C. Pada uji kesukaan memberikan
nilai 8,02±0,21 (sangat suka). Ditinjau dari sifat fisikokimianya, serat pangan berpengaruh nyata
terhadap densitas kamba dan daya cerna yang rendah. Hal ini sangat baik bagi kesehatan
terutama dalam menjaga kestabilan gula darah dalam tubuh.
Kata kunci: beras tiruan, komposisi, ekstrusi, rumput laut, serat pangan, suhu
perlu disusun dengan melibatkan semua degeneratif (Dewi et al., 2011), pengem-
pihak terkait. bangan beras analog dari bahan baku
Rumput laut mengandung serat tepung mocaf dan alginat yang sudah
yang memegang peranan penting bagi dikembangkan oleh Profesor Subagyo
kesehatan (Lee et al., 2013). Beberapa (BBP2HP, 2013) dan inovasi teknologi
penelitian telah membuktikan bahwa pengembangan beras analog dari tepung
rumput laut yang mengandung komponen mocaf dengan penambahan rumput laut
karagenan, alginat dan agar mempunyai E.cottonii yang dikembangkan oleh
pengaruh kuat dalam mencegah beberapa Kementerian Kelautan dan Perikanan
penyakit. Serat larut air dalam rumput laut (BBP2HP, 2013).
memiliki kandungan lebih tinggi Teknologi ekstrusi merupakan
dibandingkan dengan tanaman terestrial salah satu teknologi yang digunakan untuk
lainnya (sampai 55% berat kering) pembuatan beras tiruan. Ekstrusi adalah
terutama jenis Hypnea spp. dan Ulva suatu proses yang mengkombinasikan
lactuca. Serat larut air dapat mencegah beberapa proses meliputi pencampuran,
kanker kolon.Serat larut air E. cottonii pemasakan, pengadonan, penghancuran,
berperan menurunkan kolesterol darah, pencetakan dan pembentukan (Estiasih et
diabetes, penyakit hati dan kanker al., 2009). Komponen bahan pangan
(Mohamed et al., 2012). Penambahan dengan sifat fungsional yang berbeda
rumput laut sebagai sumber serat pangan dapat diolah menjadi produk ekstrusi.
mempengaruhi daya cerna pati dan Proses ekstrusi dapat menghasilkan
kandungan serat pangan dari beras tiruan produk pangan yang bersifat stabil dan
yang dihasilkan. Semakin tinggi bebas dari kontaminasi mikroba sehingga
persentase penambahan rumput laut dapat disimpan lama. Proses ekstrusi juga
sebagai sumber serat pangan, maka daya ditujukan untuk melengkapi nilai gizi
cerna pati akan semakin menurun bahan pangan. Karakteristik beras tiruan
(Faridah, 2005). Serat pangan mampu yang mirip dengan beras alami dapat
menyerap air dan mengikat glukosa, dicapai dengan mengontrol parameter-
sehingga mengurangi ketersediaan parameter kritis ekstrusi seperti komposisi
glukosa. Diet cukup serat juga bahan dan suhu ekstrusi. Keberhasilan
menyebabkan terjadinya kompleks teknologi ini akan memperluas peluang
karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna fortifikasi dengan menggunakan beras
pati berkurang. Keadaan tersebut mampu tiruan sebagai pembawa zat gizi, seperti
meredam kenaikan glukosa darah dan protein, vitamin dan mineral (Budi et al.,
menjadikannya tetap terkontrol (Santoso, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk
2011). menentukan komposisi yang tepat dalam
Rumput laut yang kaya akan serat pembuatan beras tiruan dengan
dapat ditambahkan ke dalam beras tiruan penambahan rumput laut sebagai sumber
dengan pencampuran sumber bahan serat pangan serta pengaruh serat pangan
pangan lokal seperti beras, jagung dan terhadap sifat sensori dan fisikokimianya.
singkong yang merupakan suatu hal yang
penting untuk dikaji lebih lanjut. II. METODE PENELITIAN
Penelitian mengenai beras tiruan dengan
penambahan rumput laut ini telah 2.1. Bahan Baku
dilakukan diantaranya penelitian Bahan baku yang digunakan untuk
pembuatan beras analog berbasis umbi pembuatan beras tiruan adalah rumput laut
garut dan tepung rumput laut sebagai E. cottonii dari Kepulauan Seribu, beras
pangan pokok alternatif penderita penyakit pera yang diperoleh dari pasar lokal,
198 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61
Setiawati et al.
jagung jenis Pionir, dan singkong segar berdasarkan komposisi yang sudah
yang diperoleh dari daerah Cibinong. ditetapkan kemudian dilakukan pencam-
Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk puran hingga homogen dengan penam-
analisis antara lain HCl 0,2N, bromocresol bahan air. Adonan dimasukkan ke dalam
green, H3BO3, metilen merah, K2SO4, ulir berjalan (screw conveyor) pada variasi
CuSO4.5H2O, H2SO4, H2O2 30%, NaOH, suhu yang sudah ditetapkan dalam
kloroform, amilosa murni, etanol, asam pengkomposisian. Faktor yang mempe-
asetat, iod, buffer Na-fosfat, dinitrosa- ngaruhi karakteristik beras adalah suhu
lisilat, maltosa murni, dan petroleum eter dan kadar air. Pada penelitian ini air
benzena. yang ditambahkan 50% v/b dari berat
Alat yang digunakan yaitu disc tepung (Budijanto et al., 2012). Kadar air
mill buatan lokal, ekstruder ulir tunggal ini mempengaruhi pembentukan ekstrudat
hasil perekayasaan Balai Besar Pengujian yang dihasilkan. Mesin ekstruder yang
Penerapan Hasil Perikanan, ayakan 60 digunakan adalah jenis mesin ekstrusi
mesh merk De dalal, oven merk Shellab, panas ulir tunggal dengan perlakuan 3
blender merk Miyako, timbangan analitik variasi suhu yaitu 70 °C, 80 °C dan 90 °C.
merk AND tipe GR-202, tungku Dari hasil tersebut akan didapatkan
pengabuan (furnace) merk Vulcan A-550, komposisi terpilih (dipilih lima
alat destruksi kejhdahl merk Gerhardt, alat komposisi) berdasarkan uji sensori
destilasi uap merk Velp Scientica UDK (kenampakan, bau, tekstur, dan rasa)
142, ekstraktor sochlet merk Electro- terhadap beras tiruan mentah atau pun
thermal, rotavapor merk Heidolph Instru- matang. Setelah didapatkan lima
ment Laborata 4000, spektrofotometer komposisi terpilih, maka dilakukan
merk Hach, serta peralatan gelas merk analisis fisikokimia yaitu rendemen,
Iwaki Pyrex. densitas kamba, amilosa, dan proksimat
(air, abu, protein, lemak dan karbohidrat)
2.2. Preparasi Bahan Baku sehingga didapatkan satu komposisi
Tahap preparasi rumput laut E. terpilih.
cottonii adalah pembersihan dari kotoran, Komposisi terpilih ditambahkan
pencucian dengan air tawar, perendaman rumput laut E. cottonii pada berbagai
selama satu malam, pencucian, penghan- konsentrasi yaitu 0,10, 20 dan 30% b/b.
curan hingga menjadi bubur rumput laut Persentase penambahan E. cottonii
(Wonggo, 2010). Bahan-bahan lain seperti berdasarkan rekomendasi dari American
beras pera, jagung dan singkong disiapkan Diabetes Association (ADA). Komposisi
dalam bentuk tepung. yang sudah ditambah rumput laut diproses
lebih lanjut menjadi beras tiruan dengan
2.3. Pengkomposisian dan Proses teknologi ekstrusi. Hasil yang didapat
Ekstrusi dianalisis sifat sensori (kenampakan,
Dilakukan pengkomposisan menja- warna, rasa dan bau) baik mentah atau pun
di 21 variasi terhadap tiga jenis sumber matang), rendemen, densitas kamba, daya
karbohidrat yaitu tepung beras, tepung cerna pati, proksimat dan serat pangan.
jagung dan tepung singkong (Tabel 1).
Proses pembuatan beras tiruan mengacu 2.4. Analisis Sensori
pada penelitian yang dilakukan Estiasih et Analisis sensori (pengujian dengan
al. (2009) meliputi beberapa tahap yaitu panca indera/ organoleptik) dilakukan
persiapan bahan, pencampuran, pengkon- dengan metode kuantitatif yaitu uji
disian dan pengeringan. Bahan-bahan kesukaan (hedonik) (Setyaningsih et al.,
disiapkan dalam bentuk tepung 2010).
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Juni 2014 199
Karakteristik Beras Tiruan dengan Penambahan Rumput Laut ...
Tabel 1. Komposisi tepung beras, tepung jagung dan tepung singkong serta
variasi suhu mesin ekstruder panas ulir tunggal.
Tepung Beras(bagian) 1 1 1 1 0 2 1
Tepung Jagung (bagian) 70 0 1 2 3 1 0 0
Tepung Singkong (bagian) 0 1 1 1 0 1 1
Komposisi Suhu (°C) F8 F9 F10 F11 F12 F13 F14
Tepung Beras (bagian) 1 1 1 1 0 2 1
Tepung Jagung (bagian) 80 0 1 2 3 1 0 0
Tepung Singkong (bagian) 0 1 1 1 0 1 1
Komposisi Suhu (°C) F15 F16 F17 F18 F19 F20 F21
Tepung Beras (bagian) 1 1 1 1 0 2 1
Tepung Jagung (bagian) 90 0 1 2 3 1 0 0
Tepung Singkong (bagian) 0 1 1 1 0 1 1
200 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61
Setiawati et al.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Juni 2014 201
Karakteristik Beras Tiruan dengan Penambahan Rumput Laut ...
Tabel 2. Hasil analisis uji kesukaan beras tiruan dengan penambahan rumput laut E.
Cottonii.
202 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61
Setiawati et al.
(%)
Keterangan: B=beras, J=jagung, S=singkong. Angka-angka dalam baris yang sama
diikuti huruf superscript berbeda (a,b,c,d) menunjukkan beda nyata pada
p<0,05.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Juni 2014 203
Karakteristik Beras Tiruan dengan Penambahan Rumput Laut ...
insulin sehingga sangat bermanfaat bagi adalah komposisi terpilih. Selain disukai
pasien diabetes mellitus. oleh panelis, secara fisikokimia, kompo-
Amilosa memiliki kemampuan sisi ini memiliki keunggulan dari sisi
membentuk ikatan hidrogen dengan air kesehatan. Komposisi terpilih kemudian
dan terdiri dari unit glukosa yang terikat ditambahkan rumput laut sebesar 10%,
GHQJDQ LNDWDQ .-1,4-glikosidik, jadi 20%, dan 30% dan diproses lebih lanjut
molekulnya merupakan rantai terbuka. dengan alat ekstruder menjadi beras
Akibatnya, amilosa bersifat mudah tiruan. Parameter yang diamati adalah
menyerap air dan melepaskannya atau sensori (kenampakan, rasa, bau, tekstur),
lebih cepat mengalami sineresis dan rendemen, densitas kamba, daya cerna
mengkristal, sehingga semakin tinggi pati, proksimat (air, abu, protein, lemak,
kandungan amilosa dalam beras tiruan karbohidrat) dan serat pangan.
maka kadar airnya semakin rendah Hasil uji kesukaan terhadap beras
(Thomas et al., 1997). tiruan dengan penampahan rumput laut E.
Kadar air merupakan faktor cottonii 20% memiliki tingkat kesukaan
penting dalam menentukan umur simpan tertinggi yaitu 8,02±0,21 (Tabel 4).
produk pangan. Nilai kadar air berats Proporsi rumput laut lebih dari 20%
tiruan tertinggi dihasilkan oleh kombinasi membentuk tekstur nasi yang terlalu
perlakuan beras:jagung:singkong=1:0:1 kenyal dan lengket sehingga lebih tidak
dan suhu ekstruder 90°C dengan nilai disukai panelis. Tingkat kesukaan panelis
sebesar 14,38% dan berbeda nyata dengan terhadap rasa beras tiruan menurun
kombinasi perlakuan lainnya. Nilai kadar dengan meningkatnya konsentrasi bubur
abu dan kadar lemak menunjukkan hasil rumput laut. Hal ini dapat terjadi karena
yang berbeda nyata (p<0.05) dengan nilai bubur rumput laut memiliki rasa yang
tertinggi pada komposisi beras:jagung: netral/hambar sehingga semakin tinggi
singkong=1:3:1 dan suhu ekstruder 90°C. penambahan bubur rumput laut
Hal ini disebabkan oleh komposisi menyebabkan rasa hambar yang
tersebut adalah campuran dari ketiga dihasilkan lebih dominan. Kesan panelis
sumber karbohidrat sehingga lebih kaya terhadap beras tiruan hasil penelitian
akan mineral dan lemak yang tinggi akibat adalah memiliki kenampakan yang lebih
penambahan tepung jagung yang lebih menarik dan warna yang lebih cerah, bau
dominan. Kadar protein dan karbohidrat dan rasa yang netral dan tekstur yang lebih
menunjukkan nilai yang bervariasi dengan mirip dengan beras pada umumnya,
nilai tertinggi berturut-turut sebesar 9.96% sedangkan beras tiruan komersil memiliki
dan 76.82% yang masing-masing tekstur yang hancur ketika dimasak.
dihasilkan pada perlakuan kombinasi
beras:jagung:singkong=1:0:1, suhu ekstru- 3.2.2. Analisis Fisikomia
der 90°C dan beras:jagung:singkong=2:0: Beras tiruan selanjutnya dianalisa
1, suhu ekstruder 90°C. untuk mengetahui karakteristik fisik dan
kimianya. Rendemen beras tiruan berkisar
3.2. Pengkomposisian Beras Tiruan antara 83,33±92,00% (Tabel 5). Beras
dengan Penambahan Rumput Laut tiruan dengan penambahan rumput laut E.
Eucheuma cottonii cottonii menunjukkan hasil yang berbeda
3.2.1. Analisis Sensori (Uji Kesukaan) nyata dengan kontrol. Penambahan
Pada tahap pengkomposisian beras rumput laut dapat membantu
tiruan yang berasal dari tiga jenis sumber memperlancar kerja mesin ekstruder
karbohidrat, komposisi beras:jagung: sehingga tidak banyak adonan yang
singkong=1:3:1 dan suhu ekstruder 90°C tertinggal dalam ulir dan die-nya.
204 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61
Setiawati et al.
Tabel 4. Analisis uji kesukaan beras tiruan dengan penambahan rumput laut E.
Cottonii.
Tabel 5. Hasil analisis fisikokimia beras tiruan dengan penambahan rumput laut E.
Cottonii.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Juni 2014 205
Karakteristik Beras Tiruan dengan Penambahan Rumput Laut ...
akan lebih lama dicerna. Nilai daya cerna tiruan rumput laut sebesar 300 ± 400
beras tiruan rumput laut pada penelitian g//hari maka asupan serat pangan sebesar
ini masih lebih rendah dibandingkan (21-28%) ± (28-32%) per hari. Kisaran
dengan penelitian yang dilakukan oleh serat pangan tersebut sudah memenuhi
Hasan et al. (2011) yang meneliti sifat standar asupan serat pangan harian.
fisikokimia oyek dan tiwul dari umbi Kadar air merupakan salah satu
garut, suweg dan singkong yang mencapai parameter penting yang sangat
kisaran 18,87 ± 28,75%. berpengaruh dalam proses penyimpanan
Rumput laut mengandung beras tiruan. Beras tiruan hasil penelitian
polisakarida dalam jumlah besar seperti ini mempunyai kadar air yang berkisar
karagenan yang terkandung dalam rumput antara 10,75 ± 12,01%. Standard Nasional
laut E. cottonii. Sebagian besar Indonesia (SNI) mensyaratkan kadar air
polisakarida ini tidak dicerna dalam maksimum beras giling adalah 14%. Hal
saluran pencernaan manusia dan kemudian ini berarti beras tiruan hasil penelitian
digunakan sebagai serat pangan. Daya sesuai dengan persyaratan SNI. Nilai
cerna yang rendah akan memperlambat kadar abu memberikan hasil yang berbeda
laju peningkatan glukosa darah sehingga nyata. Penambahan rumput laut
nilai indeks glikemiknya juga rendah. memberikan pengaruh terhadap nilai kadar
Disamping itu, serat larut air dalam abu. Hal ini diduga bahwa rumput laut
rumput laut memiliki efek-efek mengandung trace element terutama
hipoglikemik yang berkaitan dengan iodium. Kadar protein tidak memberikan
waktu transit dalam organ pencernaan hasil yang berbeda nyata dan berada pada
(Groff et al., 1999). Serat mampu kisaran 7,14 ± 8,54%. Hal ini berarti
menghambat pelepasan gula dari tepung adanya penambahan rumput laut tidak
dengan cara menyerap, mengikat dan mempengaruhi kadar protein beras tiruan
membungkus partikel-partikel tepung dan yang dihasilkan. Kadar lemak berada pada
segera mengeluarkannya keluar tubuh. Hal kisaran nilai 0,80 ± 1,75%. Rendahnya
ini menyebabkan ketersediaan gula nilai kadar lemak disebabkan oleh kadar
menurun sehingga akan mengurangi lemak rumput laut yang rendah yaitu
permintaan insulin dari pankreas dan sekitar 0,1 ± 0,2% (Depkes, 2005)
kondisi gula darah stabil (Lubis, 2009). sehingga tidak mempengaruhi kadar
Semakin tinggi penambahan rumput laut, lemak beras tiruan.
maka nilai serat pangan semakin besar.
Nilai serat pangan tertinggi yaitu beras IV. KESIMPULAN
tiruan dengan penambahan rumput laut E.
cottonii 30%. Rumput laut memiliki Komposisi beras tiruan terpilih
kandungan serat pangan 78,94% (Astawan adalah perbandingan beras, jagung dan
et al., 2004) dan asupan serat pangan yang singkong 1:3:1 dengan penambahan
dianjurkan untuk orang normal 20-38 rumput laut E. cottonii sebesar 20% pada
g/orang/hari (Kemenkes, 2013). Nilai suhu mesin ekstruder terbaik 90 °C.
serat pangan beras tiruan yang Penambahan rumput laut E. cottonii 20%
ditambahkan rumput laut menunjukkan berpengaruh secara bermakna terhadap
hasil yang berbeda nyata dibandingkan sifat sensori dan fisikokimia beras tiruan
dengan beras tiruan komersil dan kontrol. yang dihasilkan. Beras tiruan dengan
Kisaran nilai serat pangan beras tiruan penambahan rumput laut E. cottonii 20%
dengan penambahan rumput laut adalah memberikan kenampakan yang lebih
7,0 ± 8,0%, artinya jika rata-rata orang menarik dan warna yang lebih cerah, bau
mengkonsumsi karbohidrat dari beras dan rasa yang netral dan tekstur yang lebih
206 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61
Setiawati et al.
mirip dengan beras pada umumnya. Kadar 2008. Jakarta: Badan Standardisasi
serat pangan yang dikandung dari rumput Nasional. 9hlm.
laut mempengaruhi nilai densitas kamba Budijanto, S. dan Yuliyanti. 2012. Studi
dan daya cerna pati. Serat rumput laut persiapan tepung sorghum
mengandung polisakarida dalam jumlah (Sorghum bicolor L. Moench) dan
besar yang memiliki efek yang sangat baik aplikasinya pada pembuatan beras
terhadap kesehatan termasuk memiliki analog. J. Tek. Pertanian,
sifat hipoglikemik. Penambahan rumput 13(3):177-186.
laut E.cottonii dapat menurunkan densitas Budi, F.A., P. Hariyadi, S. Budijanto, dan
kamba dan daya cerna yang mampu D. Syah. 2013. Teknologi proses
menstabilkan kadar gula darah dalam ekstrusi membuat beras analog.
tubuh. [Review]. J. Pangan, 22(3):163-
274.
DAFTAR PUSTAKA [Depkes] Departemen Kesehatan RI.
2005. Daftar Komposisi Bahan
[ADA] American Diabetes Association. Makanan. Subdirektorat Gizi
2008. Nutrition recommendation Klinis. Departemen Kesehatan
and interventions for diabetes: a Indonesia. Jakarta. 39hlm.
position statement of the American Dewi, R.K. and A.R. Halim. 2011. Beras
Diabetes Association. Diabetes analog dari tepung umbi garut dan
Care, 31:61-78; doi:10.2337/dco8- tepung rumput laut sebagai pangan
s061. pokok alternatif penderita penyakit
[AOAC] Association of Official degeneratif. Program Kreativitas
Analytical Chemist. 2005. Official Mahasiswa. Institut Pertanian
methods of analysis of the Bogor. Bogor. 22hlm.
association of official analytical Estiasih, T. and Ahmadi. 2009. Teknologi
chemist 18th edition. Gaithersburg. pengolahan pangan. Penerbit Bumi
USA. 36-39pp. Aksara. 292hlm.
Asp, N.G., C.G. Johansson, H. Hallmer, Faridah, D.N. 2005. Sifat fisiko-kimia
and M. Siljestrom. 1983. Rapid tepung suweg (Amorphophallus
enzymic assay of insoluble and campanulatus B1.). J. Teknol. dan
soluble dietary fibre. J. Industri Pangan, 16(3):254-259.
Agricultural and Food Chem., Groff, J.L. and S.S. Gropper. 1999.
31(3): 476-482. Advanced nutrition and human
Astawan, M., S. Koswara, F. Herdiani. metabolism. 3rd edition.
2004. Pemanfaatan rumput laut Wadsworth. USA. 584p.
(Eucheuma cottonii) untuk Haryadi. 2008. Teknologi pengolahan
meningkatkan kadar iodium dan beras. Gajah Mada University
serat pangan pada selai dan dodol. Press. Yogyakarta. 239hlm.
J. Teknol. dan Industri Pangan, Hasan, V., S. Astuti, and Susilawati. 2011.
15(1):61-69. Indeks glikemik oyek dan tiwul
[BBP2HP] Balai Besar Pengujian dari umbi Garut (Marantha
Penerapan Hasil Perikanan. 2013. arundinaceae L.), suweg (Amor-
Inovasi penerapan teknologi phallus campanullatus BI) dan
penerapan rumput laut. Jakarta. singkong (Manihot atullisima). J.
135hlm. Tek. Industri dan Hasil
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. Pertanian,16(1):34-50.
2008. Beras giling. SNI 01-6128-
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 6, No. 1, Juni 2014 207
Karakteristik Beras Tiruan dengan Penambahan Rumput Laut ...
Hussain, S., F.M. Anjum, M.S. Butt, and Universitas Pangan dan Gizi. IPB.
M.A. Seikh. 2008. Chemical Bogor. 216hlm.
compositions and functional Ohtsubo, K., K. Suzuki, Y. Yasui, and T.
properties of flaxseed flour. J. Kasumi. 2005. Bio-functional
Agric., 24(4):649-653. components in the processed pre-
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. germinated brown rice by a twin-
2013. Peraturan Menteri Kesehatan screw extruder. J. Food
Republik Indonesia Nomor 75 Composition and Analysis, 18:303-
Tahun 2013 tentang angka 316.
kecukupan gizi yang dianjurkan Rimbawan dan A. Siagian. 2004. Indeks
bagi bangsa Indonesia. Kemen- glikemik pangan. Penerbit Swada-
terian Kesehatan Republik ya. Jakarta.124hlm.
Indonesia. Jakarta. 10hlm. Santoso, A. 2011. Serat pangan (dietary
[KKP] Kementerian Kelautan dan fiber) dan manfaatnya bagi
Perikanan. 2011. Kelautan dan kesehatan. J. Magistra, 75(23):35-
perikanan dalam angka. Pusat Data 40.
Statistik dan Informasi. Jakarta. Setyaningsih, D., A. Apriyantono, dan
30hlm. M.P. Sari. 2010. Analisis sensori
Lee, S.H., Y.J. Jeon. 2013. Anti-diabetic untuk industri pangan dan agro.
effects of brown algae derived IPB Press. Bogor. 177hlm.
phlorotannins, marine polyphenols Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1993.
through diverse mechanisms. Prinsip dan prosedur statistika:
[Manuscript]. suatu pendekatan biometrik. Edisi
doi:10.1016/j.fitote.2013.02.013. kedua. Sumantri, B. (penerjemah).
Liu, C., Y. Zhang, W. Liu, J. Wan, W. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Wang, L. Wu and N. Zuo. 2011. Pustaka Utama. 748hlm.
Preparation, physicochemical and Thomas, D.J. and W.A. Atwell. 1997.
texture properties of texturized rice Starches. Eagan Press Handbook
produce by improved extrusion Series. Minnesota. USA. 87p.
cooking technology. J. of Cereal Wardani, D.P., E. Liviawaty, dan
Sci., 54:473-480. Junianto. 2012. Fortifikasi tepung
Mohamed, S., S.N. Hashim, dan H.A tulang tuna sebagai sumber
Rahman. 2012. Seaweeds: a kalsium terhadap tingkat kesukaan
sustainable functional food for donat. J. Perikanan dan Kelautan,
complementary and alternative 3(4):41-50.
therapy. Trends in Food Science Wonggo, D. 2010. Penerimaan konsumen
and Technology, 23:83-96. terhadap selai rumput laut (Kappa-
Doi:10.1016/j.tifs.2011.09.001. phycus alvarezii). J. Perikanan dan
Muchtadi, D. 1989. Petunjuk laboratorium Kelautan, 6(1):51-53.
evaluasi nilai gizi pangan,
Departemen Pendidikan dan Diterima : 10 Mei 2014
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Direview : 20 Mei 2014
Pendidikan Tinggi Pusat Antar Disetujui : 28 Mei 2014
208 http://itk.fpik.ipb.ac.id/ej_itkt61