I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Beras
lokal Indonesia sangat melimpah. Namun, hingga saat ini beras lokal belum
lokal (Hariyadi, 2010). Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi beras
tertinggi di dunia, hal ini disebabkan karena beras telah menjadi budaya yang
tidak dapat dipisahkan dari penduduk Indonesia. Produksi beras di Indonesia pada
tahun 2018 mencapai angka 32,42 juta ton beras (Badan Pusat Statistik, 2018).
2018 mencapai 285,10 ribu ton (Badan Pusat Statistik Sulawesi Tenggara, 2018).
Kebutuhan akan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan selalu meningkat tiap
jenis beras lokal organik salah satunya yaitu beras hitam kultivar Wakombe. Beras
hitam (Oryza sativa L. Indica) adalah salah satu varietas lokal yang mempunyai
perikarp, aleuron, dan endosperma yang berwarna merah pekat dan ungu kebiruan
hemiselulosa yang cukup tinggi, sekitar 7,5 % dan 5,8 % (Nurhidajah et al.,
2018). Khasiat yang dimiliki beras hitam bagi kesehatan yaitu meningkatkan daya
tahan tubuh, memperbaiki kerusakan sel hati, mencegah gangguan fungsi ginjal,
2
2017).
dari negara lain (Syaifullah, 2013). Kepala Badan Ketahanan Pangan, Kementrian
pengembangan tepung bisa jadi kunci diversifikasi pangan lokal. Dalam rangka
Tepung beras hitam adalah alternatif pengolahan setengah jadi dari beras
hitam (Oryza sativa L. Indica) yang dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi
berbagai macam produk dengan kandungan gizi yang baik. Menurut hasil
penelitian Artaty (2001), tepung beras hitam memiliki kandungan zat gizi meliputi
kadar air 13,1121 %, kadar abu 1,9859 %, kadar protein 8,5103 %, kadar lemak
sifat yang hampir mirip dengan tepung terigu dalam hal rasa dan kemampun
menyerap air, tetapi kemampuan dalam menahan gas secara keseluruhan sangat
beras hitam juga bersifat rapuh, kasar dan kurang mengembang. Hal tersebut
dalam produk olahan pangan tertentu. Kelemahan produk pangan berbasis serealia
3
kompleks yang sulit dicerna. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
memperbaiki nilai cerna dari protein dan karbohidrat yang merupakan komponan
utama penyusun komoditas tersebut adalah dengan proses fermentasi sereal oleh
mikroba (Rukmi et al., 2006). Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu modifikasi
karakteristik dan sifat fisikokimia tepung beras hitam dapat dimodifikasi melalui
2016). Cho et al. (2019) melaporkan bahwa tepung beras yang difermentasi
menurunkan kadar abu dari tepung beras. Bakteri asam laktat adalah kelompok
bakteri yang menghasilkan asam laktat sebagai produk utama dari fermentasi
menyebabkan produk roti lebih bervolume dan memiliki crumb lebih lembut. Hal
laktat (BAL) yang dihasilkan dari fermentasi air cucian beras merah diperoleh 4
isolat unggul diantaranya SBM.3D dan SBM.4A sebagai agensia probiotik, dipilih
berdasarkan kemampuan degradasi pati dan kasein yang cukup besar serta
memiliki kemampuan tumbuh pada pH rendah. Bakteri asam laktat yang tumbuh
dinding sel pati, sehingga terjadi pembebasan granula pati. Hal ini akan
viskositas, swelling power dan indeks kelarutan dalam air (IKA) (Reddy et al.,
paling rendah yaitu 6,20, nilai swelling power paling tinggi yaitu 8,30 g/g serta
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka pada penelitian ini akan
asam laktak (BAL) SBM.3D yang telah diisolasi oleh Adnan (2018) hasil
fermentasi air cucian beras merah kultivar Wakawondu yang diharapkan dapat
hitam Wakombe?
3. Perlakuan interaksi atau mandiri apa saja yang memberi pengaruh terbaik
Wakombe?
2. Menghasilkan produk olahan dari tepung beras hitam kultivar Wakombe yang
bermutu.
Beras hitam merupakan salah satu jenis beras yang ada di dunia, di
samping beras putih, beras cokelat, dan beras merah. Beras hitam mulai populer
karena secara alami atau melalui proses tertentu mengandung satu atau lebih
kesehatan. Khasiat yang dimiliki beras hitam lebih baik dibandingkan beras merah
atau beras warna lain yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki
kerusakan sel hati, mencegah gangguan fungsi ginjal, mencegah kanker atau
dalam darah, dan mencegah anemia. Beras hitam memiliki kandungan antosianin
tinggi yang terletak pada lapisan perikarp yang memberikan warna ungu gelap
dikenal dengan beras hitam kultivar Wakombe. Perbedaan nama beras hitam
tersebut diduga disebabkan oleh keragaman warna berasnya, dari hitam cerah
sampai hitam pekat dan terjadi sebagai akibat adanya perbedaan kandungan
banyak, antara lain Cempo Ireng, Wojalaka, Manggarai. Beras hitam di Indonesia,
Indica. Beras hitam sendiri memiliki flavour yang berbeda dengan beras lainnya,
sedangkan flavour merupakan salah satu penentu mutu beras. Bila dimasak, nasi
beras hitam warnanya menjadi pekat dengan rasa dan aroma yang khas (Hartati,
2014). Gambar beras hitam kultivar Wakombe dapat dilihat pada Gambar 1.
yang mengandung pigmen antosianin utama yaitu cyanidin dan peonidin sebagai
tinggi yang terletak pada lapisan perikarp yang memberikan warna ungu gelap
(Ryu et al., 1998). Antosianin telah diakui sebagai bahan pangan fungsional
dan dapat memutus reaksi berantai radikal bebas. Beras hitam merupakan varietas
lokal yang mengandung pigmen yang paling baik dibandingkan beras putih atau
beras warna yang lain. Antosianin sebagai antioksidan yang mempunyai efek
jawab terhadap warna merah, ungu, dan biru pada bahan makanan. Selain itu,
vitamin B kompleks, dan senyawa fenolik (Mangiri, et al., 2010). Beras hitam
masing sebesar 7,5% dan 5,8 % (Imas et al., 2013). Kandungan gizi dan
komposisi kimia beras hitam (Oryza sativa L. Indica) dapat dilihat pada Tabel 1.
Menurut sejarah, beras hitam hanya dikonsumsi oleh raja-raja di China dan
Indonesia sehingga dikenal dengan sebutan forbidden rice, karena beras hitam
pokok dan juga sebagai obat yang manjur (Guo et al., 2007). Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa beras hitam (Oryza sativa L. Indica) merupakan salah satu
terutama antosianin dan fenol (Hartati, 2014). Senyawa fenol ini memiliki
aktifitas antioksidan yang sangat kuat dan telah diteliti dapat menekan
10
perkembangan sel kanker. Salah satu senyawa fenol pada bekatul adalah
polikosanol yang dapat menurunkan kolesterol sama efektifnya dengan obat statin
(Zakaria, 2010).
Tepung beras adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau
alternatif bahan dasar dari tepung komposit dan terdiri atas karbohidrat, lemak,
protein, mineral dan vitamin. Tepung beras adalah produk setengah jadi untuk
bahan baku industri lebih lanjut. Beras hitam dapat diolah menjadi tepung beras
hitam untuk membuka peluang pemanfaatan yang lebih luas sehingga manfaatnya
juga dapat diperoleh. Tepung beras organik hitam perlu pengemasan untuk
mengalami penurunan mutu, hal tersebut dikarenakan faktor eksternal dan internal
(Liamantoro et al., 2015). Komposisi kimia tepung beras hitam dapat dilihat pada
Tabel 2.
partikelnya, yaitu butir halus (>10 mesh), tepung kasar atau bubuk (40 mesh),
tepung agak halus (65-80 mesh), dan tepung halus (≥ 100 mesh) (Hubeis 1984).
Spesifik persyaratan mutu tepung beras menurut SNI 3549 : 2009 dapat dilihat
pada Tabel 3.
mempunyai sifat fungsional yang baik. Jenis pati yang berbeda akan memiliki
12
sifat yang berbeda dalam pengolahan bahan makanan tersebut. Sifat-sifat ini dapat
(mengentalkan) dan gelling (pembentuk gel) dari pati merupakan sifat yang
penting dan dapat memberikan karakteristik sensori produk yang lebih baik
(Prayuda, 2019).
Sebagian besar butir beras terdiri dari karbohidrat jenis pati. Pati beras
tersusun dari dua polimer karbohidrat, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa
adalah pati dengan struktur kimia tidak bercabang dan merupakan fraksi yang
larut dalam air, sedangkan amilopektin adalah pati dengan struktur kimia
bercabang, tidak larut air, dan cenderung bersifat lengket dibandingkan dengan
golongan pati ini berpengaruh terhadap penentuan warna beras (transparan atau
tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Berdasarkan kandungan
amilosanya, beras dibagi menjadi empat bagian yaitu beras ketan (1-2 %), beras
beramilosa rendah (9-20 %), beras beramilosa sedang (20-25 %) dan beras
Asal kata fermentasi sebenarnya berasal dari bahasa latin yaitu ferfere
yang berarti mendidih. Kata tersebut digunakan karena menggambarkan aksi ragi
bakteri) yang bertujuan mengawetkan dan mengubah tekstur (Yanti dan Dali,
senyawa dengan berat molekul yang lebih sederhana (Dewi dan Aziz, 2011).
namun, menyebabkan penurunan sifat fisik seperti aroma dan cita rasa (Pusparai
Fermentasi asam laktat dapat terjadi sebagai akibat aktivitas bakteri asam
laktat (BAL) yang dibedakan menjadi dua kelompok yaitu bakteri asam laktat
fisiokimia dan fungsional tepung beras. Penggunaan mikrob pada tepung tepung
Perubahan yang terjadi antara lain kadar amilosa, dan derajat polimerisasi
2016).
pembentukan struktur globular dan lamelar. Perubahan struktur pati dari kristalin
serta menurunkan suhu gelatinisasi pati. Pada proses fermentasi, mikroba yang
dinding sel singkong sehingga terjadi pelepasan granula pati yang dapat
(Prayuda, 2019).
15
sifat yang diinginkan adalah memiliki viskositas yang stabil pada suhu tinggi dan
rendah, daya tahan terhadap mekanis yang baik serta daya pengental yang tahan
disamping produk produk lainnya. Bakteri ini banyak terdapat pada bahan
makanan baik mentah maupun olahan. Pada umumnya bakteri asam laktat
ditemukan pada makanan fermentasi (Indriati, et al., 2018). Menurut Ray & Field
(1992) bakteri asam laktat yang berasal dari pangan merupakan agen
biopreservatif yang unik, penggunaannya dari waktu ke waktu terbukti aman dan
Ciri-ciri bakteri asam laktat secara umum adalah selnya bereaksi positif
membentuk spora dan fermentasi glukosa akan dihasilkan asam Iaktat. Tipe
di samping asam laktat ada asam organik lainnya seperti asetat, gas CO2, dan
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram positif, tidak
berspora, berbentuk bulat atau batang dan dapat mengubah karbohidrat menjadi
asam laktat (Korhenen, 2010). Asam laktat yang dihasilkan bakteri asam laktat
(BAL) dapat memberikan efek bakterisidal untuk bakteri lain karena dapat
lain termasuk bakteri pembusuk akan terhambat. BAL secara luas digunakan
sebagai stater untuk fermentasi minuman, daging dan sayuran. BAL berperan
dalam perubahan tekstur, aroma, warna, dan kualitas nutrisi produk fermentasi
(Yunenshi, 2011).
substrat dikenal sebagai bakteri asam laktat amilolitik. Aktivitas bakteri asam
produk, untuk memproduksi asam laktat, enzim spesifik, dan senyawa aromatik.
pati secara langsung menjadi asam laktat. Hal ini disebabkan fermentasi dengan
oleh mikroorganisme. Degradasi pati oleh BAL terjadi karena sumber karbon
ekstraseluler. Enzim ini memecah ikatan polimer pati menjadi lebih pendek,
polisakarida dengan rantai yang lebih pendek, sehingga uji iodin yang dilakukan
17
dengan hasil penggunaan iodin untuk mewarnai amilosa menunjukkan warna biru
polimer amilosa terputus menjadi lebih pendek maka terjadi perubahan ikatan
kompleks dengan iodin sehingga warna menjadi lebih muda, merah, atau coklat
dan selanjutnya mengubahnya menjadi asam laktat yang akan terimbibisi dalam
tepung, dan ketika tepung tersebut diolah akan dapat menghasilkan aroma dan
citra rasa khas (Pusparani dan Yuwono, 2014). Hal ini juga akan menyebabkan
swelling power, dan indeks kelarutan dalam air (IKA) (Subagio, 2009).
2.1.6. Bakteri Asam Laktat (BAL) Asal Air Cucian Beras Merah Wakawondu
kegiatan rumah tangga yaitu dari pencucian beras. Selama ini cucian beras belum
banyak dimanfaatkan dan biasanya hanya dibuang begitu saja, padahal di dalam
air cucian beras masih mengandung senyawa organik seperti karbohidrat dan
selulosa, 10 fosfor dan vitamin serta bisa menjadi perantara terbentuknya hormon
yogurt, hal ini didasari pemikiran bahwa limbah air cucian beras ini memenuhi
18
cukup memadai. Air cucian beras terdapat kandungan laktosa yang merupakan
nutrisi utama bagi pertumbuhan bakteri asam laktat selama proses fermentasi
(Leko et al., 2018). Oleh karena itu saat ini air cucian beras sudah mulai
2011).
dihasilkan dari fermentasi air cucian beras merah diperoleh 4 isolat unggul
degradasi pati dan kasein yang cukup besar serta memiliki kemampuan tumbuh
pada pH rendah. Isolat BAL asal air cucian beras merah Wakawondu dapat dilihat
pada Gambar 4.
Hasil uji hidrolisis pati menunjukkan bahwa isolat bakteri asam laktat yang
dihasilkan dari fermentasi air cucian beras merah yaitu isolat BAL SBM.3D
bereaksi positif terhadap uji hidrolisis pati yang artinya isolat tersebut dapat
19
menghasilkan enzim amilase. Hal ini ditandai dengan terbentuknya zona bening
disekitar koloni BAL setelah beberapa saat ditambahkan larutan iodin. Rata- rata
sehingga setiap lapisan permukaan molekulnya dapat menyerap air atau larut dan
bereaksi dengan bahan lain, dan kondisinya tidak dapat kembali seperti semula.
memecah ikatan pati menjadi bentuk lebih sederhana yang mudah larut. (Uhi,
2006).
Suhu gelatinisasi ini diawali dengan pembengkakan yang irreversible granula pati
dalam air panas dan diakhiri pada waktu telah kehilangan sifat kristalnya
(McCready, 1970 ). Selanjutnya dikatakan fase proses gelatinisasi diawali saat air
nya dan bila suhu tetap naik maka molekul-molekul pati terdifusi keluar granula.
Berbagai macam tepung atau pati memberikan sifat yang berbeda pada
bahan makanan. Tepung beras membentuk tekstur yang lembut, tetapi tidak
lengket saat dimasak. Pati beras memberikan tampilan opaque atau tidak bening
dibutuhkan tepung beras untuk tergelatinisasi sempurna yaitu pada 9,97 menit
20
dengan suhu 85,39 ºC. Tepung beras memiliki waktu terlama untuk mencapai
viskositas puncak dibandingkan tepung ketan, tepung tapioka dan tepung terigu.
Akan tetapi, tepung ini memiliki nilai viskositas tertinggi pada fase suhu rendah.
khususnya industri pangan seperti pemakaian bahan mentah, proses produksi dan
alat yang terdiri dari orang atau kelompok orang yang menilai sifat atau mutu
benda berdasarkan kesan subyektif. Orang yang menjadi anggota di dalam panel
dalam penilaian organolpetik, yaitu: (1) panel pencicip perorangan; (2) panel
pencicip terbatas; (3) panel terlatih; (4) panel tidak terlatih; (5) panel agak terlatih;
yang ada pada produk. Hal ini dilakukan karena uji panelis terhadap parameter
lain seperti rasa, aroma, warna, dan tekstur menghasilkan nilai yang berbeda-beda
2.1.6.1. Warna
Warna merupakan faktor penentu mutu bahan pangan yang mudah untuk
diamati.Warna dapat menjadi suatu indikasi mutu dari bahan pangan. Bahan
pangan apa bila memiliki warna yang tidak sedap untuk dipandang atau memberi
kesan memiliki mutu yang buruk akan mempengaruhi kesan konsumen. Penilaian
parameter warna dapat dilakukan dengan cara melihat dengan indra mata.
sebelum faktor lain diperhatikan secara visual faktor warna tampil lebih dulu
produk bernilai gizi tinggi, rasa enak dan tekstur yang baik namun jika warna
tidak menarik maka akan menyebabkan produk tersebut kurang diminati. Syarat
mutu tepung beras berdasarkan SNI 3549-2009 bahwa warna tepung beras yang
baik adalah putih, khas tepung beras (Badan Standarisasi Nasional, 2009).
2.1.6.2. Aroma
senyawa volatil yang tercium oleh syaraf yang berada di rongga hidung ketika
sensasi kelezatan yang kemudian dapat mempengaruhi daya terima panelis atau
penilaian dan kualitas suatu bahan pangan, seseorang yang menghadapi makanan
baru, maka selain bentuk dan warna, bau atau aroma akan menjadi perhatian
22
utamanya, sesudah bau diterima maka penentuan selanjutnya adalah cita rasa
pada tepung tidak boleh tercium bau asing atau aroma tidak normal.
2.1.6.3. Tekstur
Tekstur dan kosistensi bahan akan mempengaruhi cita rasa suatu bahan,
perubahan tekstur dan viskositas bahan dapat mengubah rasa dan bau yang timbul,
karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rasa terhadap sel alfaktori dan
kelenjar air liur, semakin kental suatu bahan penerimaan terhadap intensitas rasa,
bau dan rasa semakin berkurang. Tekstur merupakan ciri suatu bahan sebagai
akibat perpaduan dari beberapa sifat fisik yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah
dan unsur-unsur pembentukan bahan yang dapat dirasakan oleh indera peraba dan
perasa, termasuk indera mulut dan penglihatan (Midayanto dan Yuwono, 2014).
Menurut SNI 3549-2009 tekstur atau bentuk pada tepung adalah berbentuk serbuk
halus.
pangan lokal beras organik salah satunya yaitu beras hitam kultivar Wakombe
yang dapat diolah menjadi tepung. Tepung beras memiliki sifat yang hampir mirip
dengan tepung terigu dalam hal rasa dan kemampun menyerap air, tetapi
et al., 2015). Produk yang dihasilkan dari tepung beras juga bersifat rapuh, kasar
yang belum memanfaatkan tepung beras hitam karena karakteristik tepung beras
23
yang masih terbatas penggunaannya dalam produk olahan pangan tertentu. Oleh
karena itu, perlu dilakukan suatu modifikasi pati untuk memperbaiki karakteristik
2013).
bakteri asam laktat (BAL) bertujuan untuk mengubah karakteristik tepung yang
dihasilkan. Bakteri asam laktat (BAL) yang tumbuh menghasilkan asam laktat
serta enzim pektinolitik dan selulolitik yang dapat menghancurkan dinding sel
beras sedemikian rupa sehingga terjadi pelepasan granula pati. Enzim dan asam
organik yang dihasilkan bakteri asam laktat akan mendegradasi sebagian pati
fermentasi menggunakan bakteri asam laktat (BAL) SBM.3D yang telah diisolasi
oleh Adnan (2018) hasil fermentasi air cucian beras merah kultivar Wakawondu
24
dengan kualitas tepung yang lebih baik. Bagan kerangka pikir penelitian dapat
Masalah
Kelemahan aplikasi Tepung Pemanfaatan untuk prmbuatan
beras karena karakteristik produk olahan pangan menjadi
yang kurang menguntungkan terbatas.
Solusi
Modifikasi melalui fermentasi
Fermentasi menggunakan Pemanfaatan beras hitam
BAL SBM.3D asal cucian kultivar Wakombe
beras merah Wakawondu
2.3. Hipotesis
3. Minimal terdapat satu perlakuan interkasi atau mandiri lama fermentasi dan
hitam Wakombe.
Bahan yang akan digunakan terdiri atas beras hitam kultivar Wakombe,
Bakteri Asam Laktat isolat SBM.3D, dan media pertumbuhan BAL Man Ragosa
Peralatan yang akan digunakan terdiri atas alat analisis dan alat
pengolahan. Alat analisis yaitu alat instrument yang meliputi spektrofotometri Uv-
Vis, soxhlet, tanur. Alat glass yang meliputi cawan petri, pipet tetes, mikro pipet,
pengolahan yaitu laminar air flow, autoclave, inkubator, sentrifuge, oven, shaker
waterbath, hot plate, desikator, timbangan analitik, blender, lampu bunsen, jarum
faktorial dari dua faktor. Faktor pertama adalah lama fermentasi yang terdiri dari 3
taraf, yaitu: 24 jam (A1), 48 jam (A2) dan 72 jam (A3). Faktor kedua adalah
variasi konsentrasi isolat BAL SBM.3D yang terdiri dari 3 optical density (OD)
27
yaitu OD 0,5 (D1), OD 0,75 (D2), OD 1,0 (D3), sehingga diperoleh 9 kombinasi
pada Lampiran 1.
Proses pembuatan media MRS (Man rogosa and Sharpe) agar dilakukan
autoclave. Setelah disterilisasi media dituangkan pada cawan petri yang telah
(UV). Proses tersebut dilakukan di dalam meja laminar dan ditunggu hingga
dingin atau hingga media MRS-Agar mengeras. Setelah itu dapat dilakukan
tunggal yang tumbuh mencirikan BAL diisolasi dan digores ulang pada media
menggunakan air mengalir. Setelah beras hitam bersih, ditiriskan hingga setengah
secara terpisah dengan tiga perlakuan konsentrasi yang berbeda (OD 0,50 ; 0,75
dan 1,00). Suspensi inokulum BAL SBM.3D diinokulasi ke 100 g beras hitam
kultivar Wakombe yang berada pada toples kaca dengan volume 10%. Bahan yang
telah diberi perlakuan inokulum BAL difermentasi pada suhu ruang dengan 3 taraf
perlakuan lama fermentasi yang berbeda yaitu selama 24 jam, 48 jam dan 72 jam
beras dikeluarkan dari inkubator dan dicuci dengan air steril untuk menghentikan
proses fermentasi dan bahan siap diproses lebih lanjut. Proses fermentasi
selama 24 jam, 48 jam dan 72 jam sesuai perlakuan. Pertama-tama beras hitam
dicuci hingga bersih menggunakan air steril, kemudian ditiriskan dan dikeringkan
ayakan 100 mesh sehingga mendapatkan tepung beras hitam Wakombe berukuran
seragam (Lampiran 4). Tepung beras hitam yang diperoleh dianalisis karakteristik
29
dibutuhkan oleh larutan tepung beras hitam yang telah mencapai titik maksimum
untuk mengalir dari alat viskometer Oswald sampai mencapai titik henti.
larutan sampel yang digunakan tepung terigu yang diberi perlakuan sama seperti
tabung sentrifuse dengan bobot kering sampel. Sedangkan indeks kelarutan dalam
air (IKA) merupakan prsentase bobot pati yang larut dalam air (Lampiran 5).
Sampel diletakkan pada plat aluminium yang memiliki dua sisi. Sampel
tersebut kemudian dilapisi dengan lapisan emas dengan keadaan vakum untuk
mikroskop elektron scanning (SEM Philips XL30) dan gambar diambil pada
gravimetri (AOAC, 2005) (Lampiran 7), kadar abu menggunakan metode thermo
Biuret (AOAC, 2005) (Lampiran 9), kadar lemak menggunakan metode ekstrasi
soxhlet (AOAC, 2005) (Lampiran 10), kadar serat kasar (AOAC, 2005) (Lampiran
tekstur. Pengujian ini berdasarkan pada pemberian skor panelis terhadap mutu dari
segi warna, aroma dan tekstur. Pengujian menggunakan 20 orang panelis tidak
terlatih (Lampiran 13 dan 14). Skor penilaian diberikan pada Tabel 3 dan 4.
31
meliputi penilaian warna, aroma dan tekstur oleh 30 orang panelis. Analisis
fisikokimia meliputi viskositas, swelling power, indeks kelarutan air dan pH, serta
analisis proksimat meliputi kadar air (Lampiran 7), kadar abu (Lampiran 8), kadar
protein (Lampiran 9), kadar lemak (Lampiran 10), serat kasar (Lampiran 11), dan
fisikokimia tepung dianalisis dengan uji ragam Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Apabila dari hasil analisis ragam menunjukkan nilai F hitung > F tabel α = 0,05
dengan uji berbanding ganda Duncan dengan taraf kepercayaan 95% untuk
32
mengetahui nyata respon yang berbeda nyata atau tidak berbeda nyata. Analisis
data sifat fisikokimia produk tepung ubi kayu manis modifikasi dihitung
SBM.3D yaitu:
1) Beras hitam kultivar Wakombe merupakan salah satu kultivar dari 22 jenis
padi lokal organik yang dapat dijumpai diseluruh wilayah Kabupaten Buton
antosianin tinggi.
2) Tepung beras hitam adalah tepung yang berasal dari penggilingan beras dan
pati. BAL SBM.3D merupakan hasil isolasi dari fermentasi air cucian beras
koloni BAL berbentuk bulat dan elips yang berwarna putih, kecil, dan tepian
yang jelas dengan zona jernih yang terbentuk di sekeliling koloni. BAL
isolat SBM.3D.
dan pH.
6) Analisis proksimat adalah suatu metode analisis yang terdiri dari kadar air,
kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar serat kasar dan kadar glukosa.
7) Uji organoleptik terdiri dari uji hedonik dan deskriptif. Uji organoleptik
hedonik merupakan uji yang didasarkan penilaian kesukaan panelis dari segi
DAFTAR PUSTAKA
Adnan NS. An enz a2018. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat (BAL)
dari Fermentasi Air Cucian Beras Merah (Oryza nivara). Skripsi. Fakultas
Pertanian, Universitas Halu Oleo. Kendari.
Annisa I. 2015. Perbedaan Kualitas Egg Roll Berbahan Dasar Tepung Beras
Merah Varietas Oryza Glaberrima Dengan Penerapan Metode Penepungan
Yang Berbeda. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Badan Pusat Statistik Nasional. 2018. Ringkasan Eksekutif Luas Panen dan
Produksi Beras di Indonesia 2018. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara.2018. Luas Panen dan Produksi
Padi di Sulawesi Tenggara 2018. Sulawesi Tenggara.
Bukhari. 2013. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik dan Air Cucian Beras
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terung (Solanum melongena L.)
Jurnal Sains Riset. 3(1):45-50.
Chethana SH, Pratap B, Roy S,Jaiswal A, Shruthi SD, Vedamurthy AB. 2011.
Bioetanol Production from Rice Water Waste : A Low Cost Motor Fuel.
Article Pharmacologyonline. 3(12):5-13
Cho SH, Lee BH, Euna JB. 2019. Physicochemical Properties of Dry and
Semiwet-nilled Rice Flours after Fermentationby Lactobacillus
Amylovorus. Journal of Cereal Science.(85):15-19.
Indrasari SD, Purwani EY, Wibowo P, Jumali. 2010. Glycemic Indices Of Some
Rice Varieties. Indonesian Journal of Agriculture. 3(1):9-16.
Latifah, Nurismanto R, Putra FA. 2008. Penggunaan Tepung Beras Hitam dan
Gliserol Monostearat pada Pembuatan Roti Tawar. Jurnal Teknologi
Pangan. 2(1). 2-3.
Leko A, Lawalata VN, Nendissa SJ. 2018. Kajian Penambahan Konsentrasi Susu
Skim Terhadap Mutu Minuman Yogurt dari Limbah Air Cucian Beras
Lokal. Jurnal Teknologi Pertanian. 7(2): 49-55
Marcon MJA, Vieira MA, Santo K, De Simas KN, Amboni, Amante ER. 2006.
The Effect of Fermentation on Cassava Starch Microstructure. Journal Of
Food Process Engineering. 29: 362–372.
McCready RM. 1970. Starch and Dextrin. In: Joslyn M. A. Editor Method in Food
Analysis. Academic Press, New York.
Nurhidajah, Ulvie YNS, Suyanto A. 2018. Karakteristik Fisik Dan Kimia Beras
Hitam Dengan Variasi Metode Pengolahan. Jurnal Nasional Unimus.
1(1):217-218.
Pusparani T dan Yuwono SS. 2014. Pengaruh Fermentasi Alami pada Chips Ubi
Jalar (Ipomoea Batatas) terhadap Sifat Fisik Tepung Ubi Jalar. Jurnal
Pangan dan Agroindustri . 2(4):137-147.
Prayuda DA. 2019. Fermentasi Pada Tepung Beras Dan Tepung Jagung
Menggunakan Bakteri Bacillus Subtilis Dan Streptococcus Thermophilus
Terhadap Karakteristik Roti Mani. Skripsi. Universitas Pasundan. Bandung.
Ryu, SN, Park SZ, Ho CT. 1998. High Performance Liquid Chroomatoghrapic
determination of Anthocyanin Pigments in Some Varietes of Black Rice.
Journal of Food and Drug Analysis. (6):1710-1715.
Uhi HT. 2006. Pemanfaatan Gelatin Tepung Sagu (Metroxylon sago) sebagai
Bahan Pakan Ternak Ruminansia (Utilization of Sago (Metroxylon sago)
Gelatin as Feed Ruminant). Jurnal Ilmu Ternak. 6(2): 108 – 111.
Yanti WID, Dali FA. 2013. Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Yang Diisolasi
Selama Fermentasi Bakasang. JPHPI. 16(2).
Zikira S. 2019. Pengaruh Penambahan BAL (Bakteri Asam Laktat) Asal Air
Cucian Beras Merah Wakawondu pada Pembuatan Tepung Ubi Kano
(Dioscorea Rotundata) Terhadap Fisikokimia dan Organoleptik Cookies.
Skripsi. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan. Fakultas Pertanian.
Universitas Halu Oleo : Kendari.
38
Keterangan:
Proses Penepungan
Proses
Penuangan media pada cawan petri steril dilakukan di
dalam laminar
air flow
Pemadatan media dengan menyalakan
lampu UV (t=30 menit)
Penirisan
Penirisan
telah mencapai titik maksimum untuk mengalir dari alat viscometer Oswald
sampai mencapai titik henti. Semua peroses tersebut dihitung waktu yang
dibutuhkan oleh larutan tepung beras hitam untuk mengalir dari alat
sebagai pembanding uji larutan sampel yang digunakan tepung terigu yang
telah diketahui bobotnya (B). Cawan petri dikeringkan di dalam oven suhu
merupakan rasio antara bobot endapan tertinggal dalam tabung sentrifuse (D)
dengan bobot kering sampel. Sedangkan indeks kelarutan dalam air (IKA)
Perhitungan:
D
Swelling power= (g/g)
A
C-B
Indeks kelarutan dalam air (%) = X 100%
A
44
sebagai bobot awal. Sampel dalam cawan dikeringkan dalam oven pada
suhu 105oC selama 3-5 jam. Setelah proses pengeringan, cawan berisi sampel
diperoleh bobot tetap (selisih dua penimbangan berturut-turut kurang dari 0,2
Perhitungan:
W3-W2
Kadar air (%) = W2-W1 X 100%
diketahui bobotnya. Sampel dioven pada suhu 105oC hingga diperoleh bahan
kering, kemudian dipijarkan dalam tanur pada suhu 600oC selama 6 jam
Bobot Abu
Kadar abu(%)= X 100
Bobot Sampel (%)
100%
Kadar abu bahan kering (%)= X % Abu
Bahan Kering (%)
47
aquades dalam labu takar 500 mL, kemudian ditambahkan 150 mL NaOH
10% sambil diaduk dan ditambahkan aquades hingga volumenya 500 mL.
Dari larutan standar dipipet 0,2, 0,4, 0,6, 0,8 dan 1 mL. Masing-
protein sampel.
48
a
Kadar Protein(%) = X 100%
b
Keterangan: a = bobotprotein
100
Kadar protein (% bk) = X Kadar Protein (bb)
100-kadar air
49
dengan kapas bebas lemak. Kertas saring yang berisi sampel dimasukkan
100 ml dan dilakukan reflux sampai pelarut yang turun kelab lemak berwarna
jernih. Pelarut yang ada dilabu lemak didestilasi dan ditampung. Kemudian
labu lemak yang berisi hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu
100
Kadar bahan kering (%)= X Kadar lemak (bb)
100-kadar air
50
105˚C hingga bobotnya konstan, sampel yang sudah kering dihaluskan dan
menggunakan corong buchner yang berisi kertas saring tak berabu yang telah
etanol 95%. Kertas saring beserta isinya diangkat dan dikeringkan di dalam oven
pada suhu 105˚C hingga bobot konstan, didinginkan dalam deksikator kemudian
ditimbang.
Bobot residu yang diperoleh merupakan bobot serat kasar dapat dihitung
dengan rumus:
Bobot serat kasar
Kadar seratkasar(% X 100%
Bobot awal sampel
51
a. Penyiapan Reagen
dalam aquades hingga volume 250 ml. Reagen Nelson B dibuat dengan cara
25 bagian Reagen Nelson A dan 1 bagian Reagen Nelson B pada saat akan
digunakan.
dilarutkan dengan aquades dalam labu takar 100 ml hingga diperoleh larutan
konsentrasi 20, 40, 60, 80 dan 100 ppm. Disiapkan tabung reaksi dan masing-
masing diisi dengan 1 mL larutan glukosa standar serta 1 tabung reaksi lain diisi
Selanjutnya semua tabung didinginkan dalam gelas piala yang berisi air dingin
beras putih 2% (b/v) dengan volume sampel 100 ml dan diekstraksi dengan
oven suhu 40°C untuk menguapkan alkohol yang tertinggal setelah dingin
ditambahkan + 0,5 gram CaCO3 dan disaring, apabila larutan keruh selanjutnya
selanjutnya sama pada prosedur kurva standar, tetapi larutan glukosa diganti
dengan larutan sampel. Jika larutan terlalu pekat maka diambil 1 ml larutan
y = ax+b
Penentuan bobot glukosa (mg) = konsentrasi sampel (mg/L) x fp* x V sampel (L)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑙𝑢𝑘𝑜𝑠𝑎
Kadar glukosa (%) = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙(%) 𝑋 100
Nama Panelis :
Hari/Tanggal :
Usia :
Petunjuk :
Amatilah tepung sesuai dengan kode sampel di bawah ini. Nyatakan pendapat
anda terhadap karakteristik organoleptiknya meliputi warna, aroma, dan tekstur
dengan memberikan skor!
Uji Hedonik
No Kode Sampel
Warna Aroma Tekstur Keseluruhan
1
2
3
4
5
Nama Panelis :
Hari/Tanggal :
Usia :
Petunjuk :
Amatilah tepung sesuai dengan kode sampel di bawah ini. Nyatakan pendapat
anda terhadap karakteristik organoleptiknya meliputi warna, aroma, dan tekstur
dengan memberikan skor!
Penilaian Penilaian
Kriteria Penilaian Aroma
Warna Tekstur
1
2
3
4
5
Keterangan :
Penilaian warna : 5 = Sangat putih
4 = Putih
3 = Putih kekuningan
2 = Putih kecokelatan
1 = Cokelat