muhammad21152@mail.unpad.ac.id
3
Diterima: ; Disetujui:
Abstrak
Kata kunci:
Abstract
.
Keywords:
1. PENDAHULUAN
Tanaman talas berasal dari genus Colocasia yang termasuk
kedalam famili araceae merupakan salah satu tanaman umbi - umbian
minor yang dapat digunakan sebagai tanaman pangan (Moorthy dan
Pillai 1996). Talas mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Umbi,
pelepah daunnya banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan (tepung –
tepungan). Selain itu, umbi talas juga mengandung karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan mineral. Vitamin yang terkandung pada umbi talas
adalah vitamin A, B1 dan sedikit vitamin C (Muchtadi dan Sugiyono,
1992) . Talas merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang tinggi
yang memiliki peranan cukup baik, tidak hanya sebagai sumber bahan
pangan dan bahan baku industri tetapi juga untuk pakan ternak.
Kendala pengolahan talas sebagai bahan pangan adalah tingginya
kandungan oksalat sehingga memerlukan penanganan agar
kandungan oksalat pada talas dapat tereduksi. Salah satu cara untuk
mereduksi oksalat adalah dengan perendaman talas di dalam larutan
NaCl. Dengan tereduksinya kandungan oksalat pada talas maka akan
menghasilkan sumber pangan yang dapat dijadikan sebagai alternatif
pangan Indonesia (Marliana, 2011).
Tepung merupakan partikel padat yang berbentuk butiran
halus bahkan sangat halus tergantung pada pemakaiannya. Tepung
biasanya digunakan untuk bahan baku industri, keperluan penelitian,
maupun dipakai dalam kebutuhan rumah tangga, misalnya membuat
kue dan roti. Tepung dibuat dari berbagai jenis bahan nabati, yaitu dari
bangsa padi-padian, umbi-umbian, akar-akaran, atau sayuran yang
memiliki zat tepung atau pati atau kanji (Wibowo, 2012).
Talas memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai bahan
baku tepung-tepungan karena memiliki kandungan pati yang tinggi,
yaitu sekitar 70-80%. Tepung talas memiliki ukuran granula pati yang
kecil, yaitu sekitar 0.5-5 mikron (Koswara, 2010). Akan tetapi,
kandungan protein tepung talas yang sedikit yaitu 0,69% (Ridal,
2003)akan mempengaruhi karakteristik tepung talas. Selain
kandungan protein, kandungan lemak pada talas juga dapat
mempengaruhi aroma dan masa simpan talas. Tepung yang berkadar
lemak tinggi, tidak tahan lama cepat bau tengik akibat lemak yang
ada dalam bahan (Suarni dkk., 2006). Berdasarkan sifat kimia
tepung talas, beberapa diantaranya belum memenuhi Standar
Nasional Indonesia untuk tepung terigu. Salah satunya yaitu kadar abu,
kadar abu tepung talas yakni 1,28% (Ridal, 2003). Sehingga tidak
dapat memenuhi Mutu SNI (Standar Nasional Indonesia)
Modifikasi tepung adalah salah satu cara untuk memperbaiki
kualitas dari tepung talas biasa. Modifikasi tepung dapat dilakukan
dengan bermacam-macam cara, antara lain adalah modifikasi dengan
cara memanfaatkan enzim untuk mendapatkan mutu dan kualitas dari
tepung yang lebih baik. Modifikasi enzimatik dapat dilakukan
dengan menggunakan enzim α-amilase dari kecambah kacang hijau.
Kelebihan memanfaatkan bahan sumber enzim tersebut, karena
mengandung nutrisi yang tinggi dan anti oksidan yang bermanfaat
terhadap kesehatan dan bahan tepung termodifikasi yang dihasilkan
bebas dari residu kimia (Suarni dkk., 2007). Modifikasi umbi – umbian
yang diolah menjadi tepung biasanya disebut sebagai MOCAF (Modified
Cassana Flour). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu (Kurniati et al.,
2012) menyatakan bahwa tepung mocaf merupakan hasil pengolahan
dengan melakukan proses fermentasi dengan bakteri asam laktat.
Beberapa jenis Bakteri Asam Laktat menghasilkan bakteriosin seperti
peptide yaitu jenis protein, yang bersifat bakterisidal dan bakteriostatik.
(Aini, et al 2021). Bakteri asam laktat merupakan jenis bakteri yang
mampu menghasilkan asam laktat, hidrogen peroksida, antimikroba, dan
hasil metabolismelain yang memberikan pengaruh positif bagi tubuh.
Bakteri asam laktat diisolasi untuk menghasilkan antimikroba yang dapat
digunakan sebagai probiotik. Manfaat bagi kesehatan yang berkaitan
dengan bakteri asam laktat diantaranya, memperbaiki daya cerna laktosa
dan mengendalikan bakteri patogen dalam saluran pencernaan.
(Bachrudin et al., 2000) .
2. Metode
Metode yang digunakan yaitu metode eksperimental yang
dilakukan pada pati talas. Menurut Zulnaidi (2007: 17) mengungkapkan
bahwa metode eksperimen adalah prosedur penelitian yang dilakukan
untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih,
dengan mengendalikan pengaruh variabel yang lain. Metode ini
dilaksanakan dengan memberikan variabel bebas secara sengaja (bersifat
induse) kepada objek penelitian untuk diketahui akibatnya di dalam
variabel terikat.
3. ISI
3.1 Tepung Talas
Tepung talas berasal dari umbi tanaman talas, yang tumbuh di
berbagai wilayah dunia. Umbi talas diolah menjadi tepung melalui proses
pengeringan dan penggilingan, menghasilkan tepung halus. Tepung talas
seringkali dimanfaatkan dalam pembuatan beragam makanan, termasuk
kue, roti, keripik talas, dan hidangan lainnya. Dengan tekstur yang lembut
dan citarasa khas, tepung talas juga dianggap sebagai opsi yang cocok bagi
mereka yang menghindari gluten, karena talas alaminya bebas gluten.
Tidak hanya di dunia kuliner, tepung talas juga diterapkan dalam industri
lain seperti farmasi dan kosmetik. Beberapa orang memilih menggunakan
tepung talas sebagai alternatif tepung dalam berbagai resep makanan untuk
menciptakan variasi dalam rasa dan tekstur. perbandingan antara tepung
talas, tepung singkong, tapioka, dan jenis tepung lainnya dapat melibatkan
beberapa faktor, termasuk nutrisi, tekstur, rasa, dan penggunaan. Tepung
talas memiliki beberapa keunggulan seperti bebas dari gluten, rasa dan
aromanya khas, lalu tepung talas memiliki tekstur yang khas.
4. NaCL Pereduksi
5. HCL
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kecambah kacang hijau
sebanyak 400 gram, yang diperoleh melalui pembelian di pasar Mandalika.
Kecambah kacang hijau yang digunakan yaitu kecambah yang berumur 3 hari
karena kecambah tersebut memiliki aktivitas enzim terbanyak (Suarni, 2007).
3.3.12 Inkubasi
Proses inkubasi dilaksanakan sebanyak dua kali selama 24 jam pada 30°C.
Pelaksanaan inkubasi ini dilakukan dengan menggunakan alat inkubator yang
telah diatur pada suhu 30°C, dan waktu inkubasi total selama dua kali 24 jam.
3.3.13 Pengeringan
3.3.14 Pengayakan
30°C. Pelak
Gambar 1. Rancangan Tahapan Proses Pembuatan Tepung Talas Termodifikasi
Buleleng, P. K., 2015, Buleleng dalam Angka Tabel Statistik Perdagangan ICO
(Organisasi Kopi Internasional) 2018. Diakses dari
http://www.ico.org/trade_statistics.asp.