Anda di halaman 1dari 9

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Rekayasa Kimia & Lingkungan

Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan


Vol. 9, No. 1, hal. 36- 44, 2012
ISSN 1412-5064

Pengaruh Kondisi Operasi Alat Pengering Semprot Terhadap


Kualitas Susu Bubuk Jagung

Zuhra, Sofyana, Cut Erlina


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Jl Tgk Syech Abdurrauf
No. 7, Banda Aceh 23111
E-mail: zuhra_74@yahoo.com

Abstract
Drying method is one of techniques used in food preservation. This method usually means
reducing water content which is the best contiditon for microorganism growth. Higher water
content also causes some enzyms needed for food decomposition cannot work well. This
research aims to produce corn milk powder and to study some variables effecting on quality of
corn milk powder. Hopefully the results can provide some information and produce good
quality of corn milk powder. The drying process was carried out with batch process where the
material was put into spray dryer and the process was allowed for the given period of time.
Heat was added by direct contact to the material. The pressures of the chamber were 2, 4, 6
and 8 bars and the temperatures were 100, 150, 200 and 250 0C. The best results of the
research of protein, fat and water contents were 25.86 %, 18.34%, and 6.14%, recpectively.

Keywords: atomizer pressure, cornmilk powder, spray dryer, temperature

1. Pendahuluan dikembangkan sebagai bahan baku dalam


proses pembuatan susu. Minuman ini dapat
Jagung merupakan salah satu bahan memulihkan energi dalam waktu cepat dan
makanan dasar yang dapat diolah menjadi menjaga kesehatan mata, hati, lambung
produk lain yang memiliki nilai gizi dan usus serta diyakini sebagai minuman bebas
ekonomi yang lebih tinggi dan juga kolesterol dan dapat diminum oleh penderita
merupakan salah satu tanaman pangan penyakit diabetes karena mengandung gula
dunia yang terpenting, selain gandum dan murni.
padi. Jagung merupakan sumber karbohidrat
utama di Amerika Tengah dan Selatan, dan Jagung manis dikenal juga dengan nama
menjadi alternatif sumber pangan di Amerika sweetcorn mempunyai nilai gizi yang
Serikat. Penduduk di beberapa daerah di berbeda dengan jagung biasa. Menurut
Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI
Tenggara) juga menggunakan jagung seba- (2001), kandungan zat gizi sweet corn dan
gai pangan pokok. Selain sebagai sumber jagung biasa tiap 100 gram berat yang dapat
karbohidrat yang dihasilkan dari buah dimakan adalah sebagai berikut: karbohidrat
jagung, jagung juga ditanam sebagai pakan dalam biji jagung mengandung gula
ternak (hijauan maupun tongkolnya), bahan pereduksi (glukosa dan fruktosa), sukrosa,
baku minyak goreng (dari biji), bahan baku polisakarida dan pati. Gula yang disimpan
pembuatan tepung (dari biji, dikenal dengan dalam biji sweet corn adalah sukrosa yang
istilah tepung jagung atau maizena), dan dapat mencapai jumlah 11%. Koswara
bahan baku industri (dari tepung biji dan (1992) kadar gula pada endosperm sweet
tepung tongkolnya). Tongkol jagung yang corn sebesar 5-6%, kadar pati 10-11%
kaya akan pentosa dipakai sebagai bahan sedangkan pada jagung biasa hanya 2-3%
baku pembuatan furfural. Jagung yang telah atau setengah dari kadar gula sweet corn.
direkayasa genetika juga sekarang ditanam
sebagai penghasil bahan farmasi. Sebagaimana halnya susu sapi, susu jagung
juga mengandung kadar air yang tinggi,
Susu kedelai sudah lebih dahulu dikenal sehingga mudah mendapatkan gangguan
dalam masyarakat, namun susu jagung mikroorganisme yang mengakibatkan susu
merupakan suatu hal yang baru. Jagung ini tidak dapat disimpan lama. Untuk
manis (Zea mays saccharata) kini semakin mengatasi hal ini maka perlu diupayakan
dikenal dan dikonsumsi oleh masyarakat. suatu teknologi yang dapat mengolah susu
Jagung manis digunakan sebagai bahan baku jagung dalam bentuk cair menjadi susu
jagung bakar, sayur mayur, dan juga mulai bubuk agar dapat disimpan lama.
Zuhra dkk / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 37

Tabel 1. Komposisi kimia jagung per 100 gram dioperasikan alat pengering semprot atau
Komponen Kadar spray dryer.
Air (%) 72,20
Protein (g) 1,92 Alat pengeringan spray dryer merupakan
Lemak (g) 1,00 salah satu jenis alat pengering yang
Karbohidrat 22,80 dioperasikan secara kontinyu. Pengeringan
Besi (mg) 0,70 semprot merupakan pengeringan yang dapat
Kalsium (mg) 3,00 mengubah umpan dari keadaan fluida
menjadi butiran–butiran dan kemudian
Vitamin C (mg) 12,00 diubah lagi menjadi partikel-partikel kering
Vitamin A (IU) 400,00 melalui penyemprotan secara terus menerus
Fosfor 111,00 dalam media pengering panas.
Niacin (mg) 1,70
Earle (1969) menyatakan bahwa alat
Riboflavin (mg) 0,12 pengering semprot dapat digunakan untuk
Thiamin (mg) 0,25 mengeringkan larutan kental. Larutan
Sumber : Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan disemprotkan dengan kecepatan tinggi
Republik Indonesia (2001) secara sentrifugal sehingga zat cair akan
menguap segera karena kontak permukaan
yang besar dengan udara kering bersuhu
Susu cair dapat diubah menjadi susu bubuk
tinggi. Di dalam sebuah pengering semprot,
melalui proses pengeringan. Winarno (1997)
bahan cair atau bahan padat disemprotkan
mengatakan bahwa pertumbuhan
dalam bentuk tebaran halus ke dalam aliran
mikroorganisme dapat dicegah jika bahan
panas, proses pengeringan terjadi dengan
pangan berada dalam bentuk kering atau
sangat cepat, sehingga proses ini sangat
kadar air dan aktifitas air sampai batas
berguna untuk berbagai bahan yang akan
tertentu, sehingga bahan pangan tersebut
mengalami kerusakan bila dipanasi selama
dapat disimpan dalam waktu lama. Untuk
waktu yang lama. Produk yang dihasilkan
mengubah susu cair menjadi susu bubuk
oleh pengering semprot dapat berupa bubuk,
diperlukan suatu teknologi untuk
butiran-butiran atau gumpalan. Hal ini
mengurangi kadar air dalam susu cair.
tergantung dari sifat fisik dan kimia bahan
Teknologi pengolahan bahan makanan yang
yang dikeringkan, kondisi dan desain dari
berhubungan dengan pengurangan kadar air
alat pengering semprot yang digunakan.
adalah teknologi pengeringan. Pengeringan
Gambar 1 menunjukkan sketsa umum dari
terhadap susu jagung akan menghasilkan
peralatan spray dryer.
susu jagung dalam bentuk bubuk (cornmilk
powder). Produk susu bubuk tersebut
Pada pengering semprot terdapat tiga
memiliki daya larut yang tinggi sehingga
elemen utama yang berperan penting dalam
akan cepat larut dalam air atau yang disebut
proses pengeringan susu yaitu atomizer,
instan. Produk instan memiliki ukuran
ruang pengering dan sistem pengumpul
partikel yang seragam, rongga antar partikel
partikel yang telah kering. Pengering
ini menyebabkan densitas curah (bulk
semprot terdiri empat tahap proses, yaitu:
density) lebih rendah dibandingkan produk-
(1) atomisasi bahan atau penyemprotan
produk bentuk tepung lainnya, sehingga
bahan melalui sebuah alat penyemprot, (2)
memiliki daya larut yang tinggi. Syarat mutu
kontak antara partikel basah dengan udara
untuk susu bubuk yang telah ditetapkan
panas, (3) penguapan air dari partikel basah
berdasarkan Standar Nasional Indonesia
dan (4) pemisah partikel kering dari udara.
(SNI) adalah kadar protein minimal 25%,
Keuntungan-keuntungan dari pengering
lemak 3%, karbohidrat 35%, abu maksimum
semprot adalah sebagai berikut:
6% dan kandungan air maksimum 4% (
1. Spesiasi produk tetap konstan
Tabel 2).
pada keseluruhan pengering saat
pengeringan berlangsung konstan.
Pengeringan susu jagung pada mulanya
2. Merupakan operasi yang kontinyu,
dilakukan dengan menggunakan alat
mudah serta dapat dikendalikan dengan
pengering yang disebut dengan drum dryer.
kontrol otomatis.
Seiring dengen perkembangan teknologi,
3. Rancangan pengering yang mempunyai
drum dryer sudah agak jarang digunakan
batasan penggunaan yang luas yaitu
sebagai alat pengering susu disebabkan oleh
dapat diaplikasi untuk material yang
kapasitas produksi yang rendah, kualitas
sensitif terhadap panas, material tak
susu bubuk yang dihasilkan kurang baik,
tahan panas, korosif, dan abrasi.
serta biaya operasi yang cukup tinggi.
Sebagai penggantinya, saat ini telah banyak
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat 2.2 Pembuatan Susu Bubuk Jagung
susu bubuk dari jagung dan mempelajari
variabel-variabel yang berpengaruh terhadap Jagung yang telah disortasi, direndam dalam
karakteristik proses pembuatan, pemben- larutan NaHCO3 0,25-0,5%, dan perendaman
tukan dan kualitas produk susu jagung. Hasil dilakukan selama 30 menit kemudian
penelitian ini diharapkan dapat memberikan ditiriskan dan dididihkan selama 20 menit.
informasi dan menghasilkan produk susu Jagung dibilas, kemudian direbus selama 30
bubuk yang berkualitas baik dan dapat menit untuk melunakkan jagung. Jagung
diterapkan pada skala industri. digiling dengan blender dan ditambahkan air
panas yang temperaturnya 80-100°C dengan
2. Metodologi perbandingan 15:1. Bubur jagung yang telah
diencerkan, selanjutnya disaring dengan
2.1 Alat dan Bahan menggunakan kain kassa yang pori-porinya
halus agar diperoleh susu jagung yang
ukuran partikelnya kecil sehingga tidak ada
Peralatan yang digunakan adalah Spray
endapan. Filtrat yang dihasilkan berupa susu
Dryer, timbangan digital, gelas ukur, jagung mentah kemudian dipanaskan sampai
saringan kain, corong, oven listrik, cawan mendidih, setelah mendidih, api dikecilkan
porselin, blender, labu kjeldal. dan dibiarkan dalam api kecil selama 20
menit. Larutan ini ditambahkan CMC untuk
Bahan yang digunakan berupa jagung, mencegah terjadinya endapan pada susu
NaHCO3 (Natrium Hidrokarbonat), CMC jagung dengan kadar CMC yang
ditambahkan sebanyak 100 mg per liter susu
(Carbon Methyl Cellulosa), CuSO4, Na2SO4,
jagung atau 1 sendok teh CMC untuk 50 liter
H2SO4,aquades, NaOH, H3BO4. susu jagung.

Tabel 2. Syarat mutu susu bubuk (SNI susu bubuk)

Susu Bubuk Susu Bubuk


No Kriteria Uji Satuan
berlemak Tanpa lemak
1. Keadaan Normal Normal
1.1 Bau Normal Normal
1.2 Warna dan Rasa Normal Normal
2. Air % b/b Maks 4,0 Maks 4,0
3. Abu % b/b Maks 6,0 Maks 9,0
4. Protein (N  6,37),%b/b Min 25,0 Min 35,0
5. Lemak % b/b Min 26,0 Min 1,5
6. Laktosa % b/b Min 35,0 Min 47,0
7. Pati Tidak ternyata Tidak ternyata
8. Cemaran Logam mg/kg Maks 0,3 Maks 0,3
9. 8.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 20,0 Maks 20,0
8.2 Tembaga (W) mg/kg Maks 40,0 Maks 40,0
8.3 Seng (Zn) mg/kg Maks 40,0 Maks 40,0
8.4 Timah (Sn) mg/kg Maks 0,03 Maks 0,03
8.5 Raksa (Hg) mg/kg Maks 0,1 Maks 0,1
10. Arsen mg/kg - -
11. Cemaran Mikroba
10.1 Angka kapang total Koloni/g Min 5  105 Min 5  105
10.2 Bakteri coliform
10.3 E.coli APM/g Min 1  102 Min 1  102
10.4 Salmonella APM/g <3 <3
10.5 S.aureus APM/g Negatif/100g Nagatif/100g
Koloni/25 g Maks 1  102 Maks 1  102
Sumber: SNI, 1992
Zuhra dkk / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 39

Peralatan spray dryer dihidupkan, suhu dan dipanaskan pada suhu 100-1050C.
pemanas divariasikan 100, 150, 200, 250°C Setelah 8 jam, dikeluarkan dan didinginkan
dan tekanan atomizer diatur menjadi 2, 4, 6 di dalam desikator. Kemudian ditimbang
dan 8 bar. Suhu keluaran chamber ditunggu sampai beratnya konstan.
sampai konstan, kemudian suhu ini dicatat.
Perhitungan dengan rumus :
Selanjutnya sebanyak 500 ml dari cairan
susu jagung tersebut dimasukkan ke dalam
botol umpan pada spray dryer yang telah
diatur bukaannya sebesar 20%. Setelah a  b  c   b
umpan habis, peralatan spray dryer
% Kadar air   100%
a
dimatikan. Produk yang terbentuk pada botol
pengumpul produk kemudian ditimbang. dimana:
Produk yang tersisa dalam chamber digerus a = berat cawan + sampel sebelum
dan ditimbang juga. Prosedur kerja di atas dipanaskan (g)
diulangi untuk setiap variabel percobaan. b = berat kertas kering
c = berat cawan + sampel setelah
2.3 Penentuan Kadar Air, Protein, dan pemanasan (g)
Lemak
Kandungan protein pada susu bubuk dapat
Kadar air yang terkandung dapat ditentukan ditentukan dengan menggunakan metode
dengan melihat selisih berat bahan sebelum Kjeldahl, yaitu dengan cara destruksi,
dan sesudah pemanasan. Wadah berupa destilasi, dan titrasi. Susu bubuk sebanyak
cawan porselen dipanaskan dalam oven pada 0,5 gram dimasukkan dalam labu Kjeldahl
suhu 100-150C selama 1 jam. Kemudian kemudian ditambahkan 0,5 - 0,7 gram
cawan porselen diangkat dan didinginkan CuSO4 dan 1 gram Na2SO4 sebagai
dalam desikator, lalu ditimbang sampai katalisator dan ditambahkan 10 ml H2SO4
beratnya konstan. Susu bubuk yang pekat. Labu ini dipanaskan di dalam lemari
dihasilkan dimasukkan ke dalam cawan asam dan penambahan suhu dilakukan
porselen, lalu ditimbang. Kemudian bahan secara perlahan.
dan cawan porselin dimasukan dalam oven

Keterangan:
1. Tangki umpan 7. Dispenser udara
2. Penyaring umpan 8. Ruang Pengering
3. Pompa umpan 9. Cyclone
4. Atomizer 10. Pembuang udara
5. Pemanas udara 11. Penyaring udara
6. Pompa udara

Gambar 1. Alat pengering spray dryer (Filkova dan Mujumdar, 1995)


Pensortiran

Perendaman Air + NaHCO3


Perbandingan 3:1

Ditiriskan

Dididihkan ± 20 menit

Dibilas dan direbus selama 30


menit Spray dryer

Produk instant
Diblender

Ditimbang
Bubur jagung

Disaring Analisis kadar air, protein, lemak


dalam produk

Filter jagung dipanaskan sampai


mendidih ± 20 menit

Gambar 2. Skema pembuatan susu bubuk jagung dengan spray dryer

Larutan akan nampak berwarna kehijauan


dan semua larut. Tahap selanjutnya labu VxNx 0,014 x6,38
Kjeldahl didinginkan kemudian ditambahkan % Protein = x100%
100 ml aqudest dan 50 ml NaOH 40% serta Y
batu didih. Labu ini kemudian dipasangkan dimana : V = Volume titrasi (ml)
ke alat distilasi dan dioperasikan pada suhu N = Normalitas H2SO4 (N)
sedang. Hasil penyulingan ditampung dalam 0,014 = Konstanta
erlenmeyer yang berisi 100 ml H3BO4 dengan
6,38 = Faktor Protein
penambahan indikator methyl red. Proses
destilasi ini dibiarkan berlangsung sampai Y = Berat sampel (g)
volume larutan dalam labu Kejhdal tinggal
sepertiga bagian dari volume awal. Hasil Lemak merupakan bahan organik yang larut
destilasi dititrasi dengan menggunakan dalam pelarut organik. Metode penentuan
H2SO4 0,1 N. Volume titran yang digunakan kadar lemak juga mengikuti kaedah yang
dicatat tepat pada saat terjadi perubahan telah ditentukan di dalam Apriyantoro, 1989.
warna. Lemak tersebut dapat diekstraksi
menggunakan pelarut organik, dan kadar
Perhitungan: lemak ditentukan secara gravimetri. Susu
Zuhra dkk / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 41

bubuk dibungkus dengan kertas saring yang Tabel 3. Analisis awal kandungan air, protein dan
telah ditimbang beratnya sampai konstan. lemak pada susu jagung cair
Bungkusan susu bubuk ini dimasukkan ke
Susu Jagung Cair
dalam sokhlet. Labu diisikan dengan eter No Komposisi
(%)
dengan volume sekitar setengah bagian dari
volume labu. Proses ekstraksi berlangsung 1 Air 93,12
dalam jangkauan suhu 40-60C. Proses ini 2 Protein 2,90
dihentikan apabila eter di dalam sokhlet 3 Lemak 1,43
sudah jernih. Kertas saring yang berisi susu
bubuk diangkat dan dikeringkan di dalam
3.1 Jumlah Produk Susu Bubuk Jagung
oven pada suhu 100-110C selama satu jam.
Sampel kemudian dikeluarkan dan
didinginkan di dalam desikator kemudian Hubungan antara temperatur udara
ditimbang beratnya sampai konstan. pengering dan tekanan atomizer terhadap
jumlah produk susu bubuk jagung dapat
Perhitungan: dilihat pada Gambar 4. Semakin
meningkatnya temperatur udara pengering
B  (C  A) dan tekanan atomizer, maka produk susu
% Kadar Lemak = x100%
B bubuk jagung yang terbentuk semakin
banyak. Fenomena ini cukup beralasan
dimana: A = berat kertas saring (g) karena dengan meningkatnya temperatur
udara pengering dan tekanan atomizer akan
B = berat bahan awal (g)
mempercepat proses penguapan air dari
C = a + b setelah oven (g)
droplet basah, sehingga droplet mengering
sebelum mencapai dinding chamber spray
3. Hasil dan Pembahasan dryer.

Keberhasilan suatu spray dryer dapat dilihat 3.2 Kandungan Kadar Air, Protein dan
dari pengurangan kandungan air ke tingkat Lemak
butiran (droplet) tidak lengket sebelum
mencapai dinding chamber spray dryer atau Pengeringan susu bubuk jagung merupakan
dengan kata lain semua umpan (cair) dapat suatu proses yang melibatkan proses
diubah menjadi bubuk (Romeo, 1991). Tabel perpindahan panas dan perpindahan massa.
Perpindahan panas terjadi dari media
3 memperlihatkan nilai perhitungan awal
pemanas (udara) ke cairan susu. Seiring
kandungan air, protein dan lemak pada susu dengan berpindahnya panas tersebut terjadi
jagung cair . pula perpindahan massa cairan ke udara.
Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa
perpindahan massa tersebut adalah
berkurangnya kadar air dari susu jagung cair
sehingga akan menjadi susu jagung yang
berbentuk bubuk (cornmilk powder).

Standar kadar air yang terkandung dalam


susu jagung cair adalah 93,3% (USDA,
1998). Kadar air ini akan berkurang akibat
dari terjadinya proses perpindahan panas
dan perpindahan massa. Berkurangnya
kadar air tersebut ditunjukkan pada Gambar
5. Gambar tersebut memperlihatkan
penurunan kadar air seiring dengan
meningkatnya temperatur udara pengering
Gambar 3. Susu bubuk jagung dari 100 - 250°C, yang diakibatkan oleh
semakin banyaknya air berpindah ke udara.
Produk susu bubuk jagung yang diperoleh Gambar 5 juga memperlihatkan penurunan
berwarna kuning muda seperti terlihat pada kadar air pada berbagai tekanan yang
Gambar 3. Secara umum, semua produk diberikan pada atomizer. Tujuan dari
susu bubuk jagung yang dihasilkan dalam penurunan kadar air pada susu cair ini
penelitian ini berwarna krem kekuningan. adalah untuk menghentikan aktifitas
Warna dari produk susu bubuk jagung enzimatis oleh mikroorganisme yang sering
dipengaruhi oleh tingkat kematangan dari terjadi pada susu cair.
jagung dan proses pengolahan.
Satu gram lemak dapat menghasilkan energi
14 sebesar 9 kkal, sedangkan satu gram
2 bar karbohidrat hanya menghasilkan energi
sebesar 4 kkal (Winarno,1989). Kandungan
Berat produk (gram)

4 bar
12
6 bar lemak yang terdapat pada susu jagung
8 bar
10
adalah sebesar 1,91% (USDA,1998). Pada
penelitian ini, kadar lemak pada susu jagung
cair diperoleh sebesar 1,43%. Setelah susu
8
jagung cair tersebut mengalami proses
pengeringan, kadar lemak yang ada di
6
dalamnya mengalami perubahan. Perubahan
kadar lemak dalam susu jagung tersebut
4 diperlihatkan pada Gambar 6.

2 Dari gambar terlihat bahwa perlakuan


50 100 150 200 250 300
O
pengering pada susu jagung meningkatkan
Temperatur Udara Pengering ( C) kadar lemak yang terkandung di dalamnya.
Kadar tersebut bervariasi antara 13,6 –
Gambar 4. Hubungan antara temperatur udara 18,5%. Secara keseluruhan kadar lemak
pengering dan tekanan atomizer terhadap jumlah tersebut terlihat meningkat dari temperatur
produk susu jagung. udara pengering 100 - 200°C, dan
mengalami penurunan pada temperatur
14 250°C (kecuali pada tekanan atomizer 4
bar). Meningkatnya kadar lemak dengan
12 temperatur udara pengering 100 - 200°C
dapat disebabkan oleh penurunan kadar air
Kadar Air (%)

10 yang terkandung dalam susu jagung


sehingga persentase kadar lemak
8 meningkat. Sedangkan penurunan kadar
lemak pada pengeringan dengan temperatur
2 bar
6 4 bar
udara pengering 250°C dapat terjadi sebagai
6 bar akibat dari rusaknya lemak akibat
4 8 bar temperatur pengeringan yang relatif tinggi.
Lemak merupakan suatu senyawa yang
2 terbentuk sebagai hasil dari reaksi
50 100 150 200 250 300 esterifikasi antara gliserol dengan asam
Temperatur Udara Pengering ( C)
O lemak. Pemberian panas yang tinggi pada
lemak akan mengakibatkan terputusnya
ikatan-ikatan rangkap pada lemak, sehingga
Gambar 5. Hubungan antara temperatur udara
lemak tersebut akan terdekomposisi menjadi
pengering dan tekanan atomizer terhadap kadar
gliserol dan asam lemak.
air susu bubuk jagung
Gambar 6 juga memperlihatkan bahwa pada
Nonhebel dan Moss (1971) telah temperatur 250°C untuk semua tekanan
memberikan suatu hubungan antara
atomizer kadar lemak menurun. Hal ini
pengaruh tekanan atomizer terhadap
diameter butiran susu (droplet size). Pada menunjukkan bahwa tekanan atomizer
tekanan atomizer yang tinggi akan memiliki pengaruh terhadap kadar lemak
menyebabkan putaran atomizer lebih pada pembuatan susu bubuk jagung. Pada
kencang, sehingga cairan susu yang tekanan udara pengabut 6 bar, butiran yang
disemprotkan dari tangki umpan memiliki terbentuk relatif besar, sehingga luas
ukuran butiran yang lebih kecil. Permukaan permukaan kontak kecil. Akibatnya kadar air
butiran yang kecil akan menyebabkan
masih tinggi sehingga lemak mulai
kandungan air di dalam butiran lebih mudah
menguap, sehingga jumlah air yang mengalami dekomposisi pada temperatur
diuapkan lebih banyak. Sedangkan pada 250°C. Pada tekanan 6 bar, kadar air dalam
tekanan atomizer yang rendah terbentuk susu sedikit sehingga kadar lemak tinggi,
butiran yang lebih besar sehingga kadar akan tetapi akibat pengaruh panas pada
airnya masih cukup tinggi. proses pengeringan menyebabkan lemak
mulai terdekomposisi pada temperatur
Lemak merupakan sumber energi yang lebih
200°C. Sedangkan pada tekanan 8 bar,
efektif bila dibandingkan dengan karbohidrat.
ukuran butiran susu yang terbentuk lebih
Zuhra dkk / Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 9 No. 1 43

kecil sehingga kadar air paling sedikit, jagung cair diperoleh sebesar 2,90%.
namun hal ini mengakibatkan lemak mudah Gambar 7 menunjukkan kadar protein yang
terdekomposisi sebagai hasil dari pemanasan terdapat dalam susu jagung bubuk.
pada suhu tinggi, sehingga terlihat kadar
lemaknya lebih sedikit dibandingkan dengan Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
kadar lemak pada tekanan 6 bar. kadar protein yang diperoleh berkisar antara
20 19,2% - 25,6%. Kadar protein tersebut
meningkat seiring dengan meningkatnya
temperatur udara pengering dan tekanan
16 atomizer. Kadar protein yang terbanyak
Kadar Lemak (%)

diperoleh pada tekanan atomizer 8 bar dan


12 temperatur 200°C. Kemudian pada
temperatur 250°C dan tekanan 8 bar kadar
protein terlihat menurun dari 24,40%
2 bar
8
4 bar
menjadi 23,2%. Hasil ini menunjukkan
6 bar bahwa temperatur dan tekanan yang terlalu
8 bar
tinggi dapat menyebabkan terjadinya
4
perubahan terhadap struktur molekul
50 100 150 200 250 300 protein, sehingga kadarnya berkurang.
O Perubahan struktur molekul protein tersebut
Temperatur Udara Pengering ( C)
dikenal dengan istilah denaturasi. Winarno
(1989) telah menjelaskan bahwa denaturasi
Gambar 6. Hubungan temperatur udara penge-
protein dapat terjadi akibat perubahan
ring dan tekanan atomizer terhadap
kadar lemak. panas, perubahan pH serta penambahan zat-
zat kimia. Kualitas produk merupakan suatu
30
hal yang sangat menentukan layak tidaknya
produk tersebut dikonsumsi oleh konsumen.
Dari penelitian ini, perolehan hasil kualitas
Kadar Protein (%)

25
produk susu jagung bubuk ditunjukkan pada
Tabel 4.
20
Tabel 4. Perbandingan kadar air, protein dan
lemak susu jagung penelitian dan susu
2 bar standar (dalam % berat)
15 4 bar
6 bar No. Komposisi Standar
8 bar (% berat) Susu Cair1 Susu Bubuk2
10 1. Air 93,27 5,00
50 100 150 200 250 300
O 2. Protein 2,75 27,8
Temperatur Udara Pengering ( C)
3. Lemak 1,91 26,5

Gambar 7. Hubungan temperatur udara penge- Hasil Penelitian


ring dan tekanan atomizer 1. Air 93,12 6,14
terhadap kadar protein.
2. Protein 2,9 24,4

Protein merupakan suatu zat makanan yang 3. Lemak 1,43 18,54


sangat penting bagi tubuh manusia, karena Sumber: 1
USDA, 1998; 2
Herrington, 1985.
di samping berfungsi sebagai bahan bakar di
dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat Tabel 4 menjelaskan bahwa susu bubuk hasil
pembangun dan pengatur. Protein penelitian memiliki kualitas kadar air dan
merupakan sumber asam-asam amino yang protein yang hampir mendekati standar susu
mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N bubuk, sedangkan untuk kadar lemak
yang tidak dimiliki oleh lemak. Kadar protein terlihat masih berada di bawah standar yang
yang terdapat dalam susu jagung cair adalah ditetapkan. Walaupun kadar lemak dari hasil
sebesar 2,75% (USDA, 1998). Sedangkan penelitian masih di bawah standar, namun
pada penelitian ini, kadar protein pada susu secara keseluruhan menunjukkan bahwa
hasil penelitian berada dalam range yang tekanan 6 bar yaitu sebesar 18,44% dan
tidak terlalu jauh dengan standar yang kadar protein meningkat dengan
ditetapkan. Hal ini juga karena dalam meningkatnya temperatur sampai 200°C
pengeringan bahan makanan dapat terjadi dan tekanan sampai 8 bar yaitu sebesar
perubahan terhadap sifat maupun struktur 24,4%.
kimia bahan makanan tersebut. Di sini juga
terlihat bahwa kadar karbohidrat, protein Daftar Pustaka
dan lemak untuk susu sapi dan susu bubuk Buclke, K. A. Fleet, G. H., Wotton, M. (1997)
jagung tidak berbeda jauh. Hanya saja, Ilmu Pangan, UI Press, Jakarta
kandungan air dan protein pada susu bubuk Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI,
jagung dari hasil penelitian sedikit lebih (2001) Daftar Komposisi Bahan
tinggi dibandingkan dengan susu sapi. Makanan, Penerbit Bhratara, Jakarta
Earle, R. L. (1969) Satuan Operasi dalam
Pengolahan Pangan, Penerbit PT.
Untuk menghindari terjadinya kerusakan
Sastra Hudaya, IPB, Bandung
pada bahan makanan akibat proses Filkova, I. dan Mujumdar, A. S. (1995)
pengeringan yang tiba-tiba, maka sebelum Industrial Spray Drying System In
dilakukan proses pengeringan biasanya Handbook of Industrial Drying, Volume
dilakukan pengolahan awal terhadap bahan I, New York, USA.
makanan tersebut. Herrington (1985) Herrington, B. L. (1985) Milk and Milk
Processing. Mc graw-Hill Book Co, New
menyarankan untuk memberikan perlakuan
York, USA.
awal berupa penguapan atau pemanasan Gamman, P. M. dan Sherington, K. B.
awal terhadap susu yang akan dikeringkan. (1992) Ilmu Pangan (Pengantar
Pemberian pemanasan awal tersebut Ilmu Pangan Nutrisi dan
bertujuan untuk merusak aktifitas mikroba Mikrobiologi), Edisi Kedua, Gajah
dan enzim, mencegah kerusakan struktur Mada University Press, Yogyakarta.
kimia susu, serta dapat meningkatkan Goula, A. M. dan Adamopoulus (2004) Spray
Dryer of Tomato Pulp in Dehumidified
kapasitas alat pengering. Piseckly (1995)
Air II. The Effect on Powder
menyarankan agar pemanasan awal tersebut Properties, Journal of Food
dilakukan pada temperatur 60-80°C. Engineering.
Geankoplis, C. J. (1983) Transport Processes
4. Kesimpulan and Unit Operations, Allyn and Bacon
Inc, Boston, USA.
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat Koswara, S. (1992) Teknologi Pengolahan
Kedelai, Pustaka Sinar Harapan,
diambil beberapa kesimpulan bahwa
Jakarta
pengeringan susu jagung dengan Moore, J.G. (1992) Drum Dryer, Handbook
menggunakan alat pengering spray dryer of Industrial Drting, Volume I, Editor:
dapat mencapai hasil yang mendekati Mujumdar, A. S., 1995, Marcel Dekker
standar susu bubuk jagung. Temperatur Inc, New York, USA.
udara pengering dan tekanan atomizer Mc. Cabe, dkk. (1999) Operasi Teknik Kimia
Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
sangatbberpengaruh terhadap pembentukan
Osepchuk, J. M. (1995) Milk and Milk
susu bubuk jagung, dimana jumlah susu Products, Vol. 13, Mc Graw-Hill Book
bubuk jagung yang berkualitas baik Co., New York.
terbentuk pada temperatur 250°C dan Piseckly, J. (1995) Evaporation and Spray
tekanan 8 bar. Temperatur udara pengering drying in the Dairy Industry, dalam
dan tekanan atomizer berpengaruh terhadap Handbook of Industrial Drying, Volume
kualitas produk susu bubuk yang terbentuk 1, Editor: Mujumdar, A.S., 1995,
Marcel Dekker Inc., New York, USA
dimana kadar air susu bubuk menurun
SNI (1992) Cara Uji Makanan dan
dengan meningkatnya temperatur udara Minuman. Standar Nasional
pengering dan tekanan atomizer, kadar air Indonesia, Departemen Perindustrian
terendah terjadi pada temperatur 250°C dan Indonesia, Jakarta.
tekanan 8 bar yaitu sebesar 6,14%. Winarno, F. G. (1997) Kimia Pangan dan
Sedangkan kadar lemak meningkat dengan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,
meningkatnya temperatur sampai 200°C dan Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai