Oleh :
ROYANDO CIBRO
NIM. 2106110572
Asisten:
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
membantu berbagai proses biokimiawi yang terjadi dalam tubuh. Sumber gizi
yang penting dalam tubuh diantaranya yaitu protein dan vitamin C (Fadliya et al.,
menjadi masalah gizi di Indonesia. Harga susu sapi yang tinggi dan tidak
terjangkau oleh masyarakat diduga menjadi penyebab utamanya. Salah satu upaya
Kedelai (Glycine max L.) merupakan bahan pangan sumber zat gizi bermutu
tinggi sebagai sumber protein sebesar 40 %, lemak sebesar 20% dan zat gizi
lainnya. Salah satu produk olahan dari kedelai adalah susu kedelai. Susu kedelai
merupakan minuman bernilai gizi tinggi sebagai sumber protein, vitamin B dan
Susu kedelai dapat menjadi alternatif pengganti susu sapi bagi orang yang
alergi dan tidak menyukai susu sapi atau bagi mereka yang tidak dapat
menjangkau harga susu sapi yang mahal karena susu kedelai harganya lebih
murah jika dibandingkan dengan susu hewani, serta susu kedelai memiliki nilai
gizi yang baik dan cocok untuk dikonsumsi untuk semua golongan usia. Salah
satu faktor yang mempengaruhi penerimaan konsumen terhadap susu kedelai yaitu
bau langu (beany flavour). Bau langu ini disebabkan karena adanya bau khas dari
kedelai itu sendiri, selain itu juga adanya kerja enzim lipoksigenase yang terdapat
pada biji kedelai terutama pada waktu pengolahan susu kedelai (Picauly et
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
al.,2015). Salah satu alternatif untuk mengatasi masalah ini yaitu mengetahui
perbandingan penambahan kedelai dan air yang tepat pada proses pengolahan
susu kedelai. Penambahan air pada kedelai dapat diserap pati sehingga akan
penggilingan dengan air panas dan pemanasan susu kedelai juga dapat
mengurangi aroma langu dan rasa off-flavor pada susu kedelai, namun juga
enzim oleh karena terputusnya ikatan-ikatan yang menunjang struktur dan protein
(Romualdo et al., 2013). Protein memiliki berat molekul sekitar lima ribu hingga
al., 2020). Salah satu penyebab denaturasi protein adalah suhu. Sebagian
besar protein mengalami denaturasi yang lambat pada suhu tubuh yang dapat
terjadi dalam waktu setengah hari atau bahkan tahunan. Fermentasi merupakan
salah satu upaya yang telah dilakukan dan telah terbukti dapat meningkatkan nilai
gizi pada saat dikonsumsi dan memperbaiki akseptabilitas susu kedelai (Nisa et
susu kedelai.
1.2 Tujuan
kedelai.
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kedelai
dalam rangka perbaikan gizi masyarakat, karena merupakan sumber protein nabati
yang relatif murah bila dibandingkan sumber protein lainnya seperti daging, susu,
dan ikan. Kadar protein biji kedelai lebih kurang 35%, karbohidrat 35%, dan
lemak 15%. Di samping itu, kedelai juga mengandung mineral seperti kalsium,
fosfor, besi, vitamin A dan B (Rohmah dan Saputro, 2016). Kacang kedelai
merupakan tanaman pangan yang bisa diolah menjadi berbagai olahan, seperti
tahu, tempe, dan susu kedelai. Saat ini kedelai memiliki peran dalam memenuhi
kebutuhan protein nabati. Hasil yang didapatkan dari tiap tahun relatif cukup baik,
namun peningkatan hasil masih terasa lambat (Agung dan Rahayu, 2014).
sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi
kesehatan dan murah harganya. Selain sebagai produk makanan, kedelai juga
digunakan sebagai bahan baku industri, bahan penyegar bahkan limbah dari
olahan kedelai dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak (Riawati et al., 2016).
Berikut merupakan gambar kacang kedelai yang dapat diolah menjadi beberapa
produk pangan.
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Gambar 1. Kacang kedelai (Waliyansyah, 2020)
Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil
ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang
hampir sama dengan susu sapi sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai
pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi terhadap protein hewani. Susu
Selain itu susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat
2013). Susu kedelai mempunyai gizi yang hampir setara dengan susu sapi,
intolerance dan penderita alergi terhadap protein susu sapi (Sawitri, 2013).
Kandungan asam lemak susu kedelai sebagian besar adalah asam lemak tidak
jenuh dengan kadar asam linolenat 5 – 10%, asam linoleat 43–56%, asam oleat 15
– 33 % dan asam lemak jenuh 26% (Sawitri, 2013). Kelebihan dari susu kedelai
adalah tidak mengandung laktosa sehingga susu ini cocok untuk dikonsumsi
laktase dalam tubuhnya sehingga orang tersebut tidak dapat mencerna makanan
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
yang berlemak. Untuk meningkatkan kandungan gizinya, susu kedelai dapat
diperkaya dengan vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh Menurut Suprapti
(2015), proses yang dilakukan dalam tahap pengolahan kedelai menjadi susu
2.3 Gula
merupakan salah satu pemanis yang umum dikonsumsi masyarakat (Anisa, 2012).
bidang makanan, selain sebagai pemanis, gula juga digunakan sebagai stabilizer
dan pengawet. Menurut Darwin (2013), gula adalah suatu karbohidrat sederhana
karena dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi
dari tebu. Namun ada juga bahan dasar pembuatan gula yang lain, seperti air
bunga kelapa, aren, palem, kelapa atau lontar. Gula sendiri mengandung sukrosa
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Gula memiliki rumus molekul C12H22O11 dan berbentuk kristal dengan ukuran
(Turmala et al., 2013). Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi
Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis untuk makanan atau
minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan
enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula, atau aren (Anisa, 2012).
Gula merupakan hal paling banyak digunakan dan memegang peranan penting
dari gula untuk pemanis misalnya untuk makanan kue, biskuit, roti, martabak
manis dan sebagainya (Naufalin et al., 2013). Berikut merupakan gambar gula
2.4 Protein
Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu Protos yang memiliki makna “paling
utama”. Protein merupakan salah satu kelompok dari bahan makronutrien (nutrisi
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
yang dibutuhkan dalam jumlah banyak), tidak seperti bahan makronutien lain
(Anissa dan Dewi, 2021). Fungsi dari protein sendiri yaitu sebagai zat utama
merupakan zat utama pembentuk sel-sel tubuh dan digunakan sebagai sumber
energi jika karbohidrat dan lemak didalam tubuh berkurang (Azhar, 2016). Protein
dapat dijadikan sumber energi jika terdapat organisme yang kekurangan energi.
(Fosfor), dan Fe (Besi) (Azhar, 2016). Terdapat beberapa fungsi lain dari protein
yaitu sebagai sumber utama energi selain karbohidrat dan lemak, sebagai zat
Protein hewani merupakan protein yang bersumber dari hewan. Contoh makanan
yang mengandung unsur protein diantaranya yaitu daging, ikan, ayam, telur, susu,
ikan, kerang dan lain-lain. Sedangkan sumber protein nabati merupakan protein
merupakan sumber protein nabati yang memiliki mutu atau nilai tertinggi, protein
amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida (Probosari, 2019). Protein dalam
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
makanan nabati terlindung oleh dinding sel yang terdiri atas selulosa sehingga
daya cerna sumber protein nabati pada umumnya lebih rendah dibandingkan
dengan sumber protein hewani. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
al., 2019). Selain itu proses pencernaan protein juga dapat memicu pelepasan
hormon (kolesistokinin) yang dapat meningkatkan rasa kenyang. Oleh karena itu
protein merupakan makronutrien yang memiliki efek rasa kenyang yang lebih
mempunyai susunan asam amino yang mirip susu sapi sehingga dapat dijadikan
pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi (lactose intolerance) atau bagi
mereka yang tidak menyukai susu sapi (Qin et al., 2022). Berikut merupakan
Hasil olahan biji kedelai (susu kedelai) apabila dibuat dengan cara yang
penyebab off-flavor (penyimpan cita rasa dan aroma) pada produk olahan kedelai
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
yang berasal dari kandungan senyawa anti gizi dalam kedelai (Maulidiya et al.,
asam fitat, dan oligosakarida penyebab flatulensi (timbulnya gas dalam perut
sehingga menghasilkan susu kedelai dengan mutu terbaik dan aman untuk
sulit dilakukan (Purwanti, 2018). Untuk memperoleh susu kedelai yang baik atau
enak dan layak untuk konsumsi harus bebas dari bau dan rasa langu, bebas
menggumpal). Rasa langu memang bau dan rasa khas kedelai dan kacang-
Rasa dan bau langu ditimbulkan oleh kerja enzim lipsigenase dalam kedelai
yang bereaksi dengan lemak pada saat dilakukan proses penggilingan, yang
(Purwanti, 2018). Bau dan rasa langu tersebut dapat dihilangkan dengan cara
dilakukan, antara lain dengan cara: (a) pada penggilingan kedelai digunakan air
panas (suhu 80 – 1000C) atau (b) merendam kedelai dalam air panas selama 10–15
direndam dalam air atau larutan NaHCO3 (0,5%) selama 8 – 12 jam, yang diikuti
Hasil olahan susu kedelai mengandung bahan padat yang dapat larut maupun tidak
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
dapat larut dalam air. Bahan-bahan tersebut pada mulanya tercampur merata,
tetapi jika dibiarkan akan mengendap. Susu kedelai yang mengandung endapan di
bagian bawahnya tidak disukai konsumen, meskipun sebenarnya tidak rusak. Agar
susu kedelai stabil atau tidak terjadi pengendapan, dapat dilakukan antara lain
menggiling kedelai dengan air panas dan penyimpanan dilakukan pada suhu
dingin (kulkas, 50C), atau (c) mengatur kadar protein dalam susu kedelai cair
kurang dari 7%; apabila lebih protein mudah menggumpal saat susu kedelai
pada bubur kedelai hasil penggilingan sampai perbandingan air dan kedelai
sebesar 10:1. Kadar protein dalam susu kedelai yang diperoleh dengan rasio ini
Susu UHT adalah susu segar atau susu rekonstitusi atau susu rekombinasi
yang disterilkan pada suhu tidak kurang dari 135°C selama 2 detik dan segera
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
dimaksudkan untuk membunuh bakteri sehingga mengakibatkan citarasa susu
yang dihasilkan tidak terlalu bagus, akan tetapi kelebihan kandungan gizinya
lemak susu tidak kurang dari 3,25% dan kandungan padatan bubuk lemak tidak
sampai setahun dalam suhu ruangan. Jika dilihat dari komposisi rata-rata susu sapi
maka dapat diketahui bahwa kadar protein rata-rata ketiga susu cair yang diolah
melalui proses pemanasan pada suhu yang sangat tinggi (Ultra High
Temperature) sudah berada diatas rata-rata komposisi susu sapi. Hal ini
pada suhu yang sangat tinggi (Ultra High Temperature) tidak terjadi kerusakan
Proses pemanasan pada suhu yang sangat tinggi (Ultra High Temperature)
tidak terjadi reaksi Maillard sehingga tidak akan terbentuk karamelisasi maupun
perlakuan UHT mengalami perubahan sifat protein globular. Pada suhu di atas
protein whey globular dan perbedaan interaksi serta intensitas perlakuan panas
(Souza et al., 2015). Berikut merupakan gambar susu UHT yang mengandung
protein tinggi
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Gambar 6. Susu UHT (Nugraha, 2019)
Protein memiliki berat molekul sekitar lima ribu hingga satu juta, sehingga protein
denaturasi yang lambat pada suhu tubuh yang dapat terjadi dalam waktu setengah
Protein yang menggumpal atau mengendap merupakan salah satu ciri fisik
gumpalan yang banyak dengan intensitas gumpalan protein yang cukup tinggi.
Suhu yang cukup tinggi juga dapat mengakibatkan terjadinya denaturasi protein.
pemanasan, pengadukan, asam atau basa dan garam. Tiap faktor tersebut memiliki
penambahan asam dan pemanasan, akan terjadi koagulasi dan protein akan
terdenaturasi lebih lanjut pada saat proses pemanasan (Setiani et al., 2021).
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
membran sel rusak dan lisis karena adanya modifikasi pada struktur sekunder dan
terjadi dalam proses ini adalah pertama, pada lingkungan konsentrasi garam yang
rantai molekul yang semula ikatannya kuat. Menurut Khamal (2013), jumlah
dikuatkan oleh Anto (2019) yang menjelaskan bahwa semakin lama waktu
fermentasi, maka semakin rendah pula daya molekul protein mengikat air. Berikut
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
III METODOLOGI
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 13 Maret 2023, pukul
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kacang kedelai, gula,
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah blender, baskom, panci,
analitik, tabung reaksi, rak tabung reaksi, gelas ukur, gelas beaker, kompor, dan
thermometer.
Pisahkan kedelai dari kotoran dan biji yang rusak. Rendam kedelai selama
semalam dan rebus hingga lunak (empuk) setelah itu dicuci. Giling kedelai
dengan blender dan tambahkan air hangat dengan perbandingan air : kedelai = 8:1
dan saring hasil yang diperoleh. Masukkan hasil saringan tersebut ke dalam panci
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
dan panaskan lalu tambahkan gula pasir sebanyak 7%, essence vanili 0,1% dan
garam sebanyak 0,5% dari berat susu kedelai kemudian aduk dan biarkan hingga
mendidih. Hitung rendemen produk susu kedelai yang dihasilkan. Lakukan uji
organoleptik berdasarkan tingkat kesukaan meliputi rasa, aroma, dan warna susu
salah satu tabung reaksi yang telah berisi susu kedelai. Diaduk dan ditunggu
sampai terjadi perubahan. Dipanaskan kedalam gelas beaker yang sudah berisi air
diatas kompor pada suhu sekitar 50-80°C. Setelah selesai dipanaskan, diangkat
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Rendemen
baku. Rendemen susu kedelai dihitung berdasarkan jumlah fitrat susu kedelai
sebelum pemanasan (Purbasari, 2019). Berdasarkan hasil uji rendemen pada susu
kedelai ini, maka diperoleh rendemen susu kedelai dengan perlakuan ditambahkan
gula pasir 7% dari berat susu kedelai sebesar 50%, dan susu kedelai dengan
kedelai dengan perlakuan ditambahkan gula pasir 7% dari berat susu kedelai
yang dihasilkan dengan berat susu kedelai yang digunakan. Semakin tinggi nilai
makanan (Irmayanti, 2016). Perbedaan hasil rendemen ini disebabkan oleh karena
lama waktu blanching. Menurut Yuliani (2017) semakin lama waktu blanching,
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
maka semakin rendah pula rendemen yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karena
kandungan gizi seperti kandungan protein dan lemak pada bahan menurun selama
proses blanching.
tinggi nilai rendemen yang dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan
semakin banyak dan semakin baik kedelai yang digunakan sebagai bahan baku
berdasarkan perbandingan berat akhir (berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat
awal (berat biomassa sel yang digunakan) dikalikan 100% (Sani et al, 2014).
keinginan pada suatu produk (Gusnadi et al., 2021). Uji organoleptik biasa disebut
juga uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan
indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap
produk. Indera yang dipakai dalam uji organoleptik adalah indera penglihat/mata,
Kemampuan alat indera inilah yang akan menjadi kesan yang nantinya akan
menjadi penilaian terhadap produk yang diuji sesuai dengan sensor atau
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
meliputi kemampuan mendeteksi, mengenali, membedakan, membandingkan, dan
kemampuan menilai suka atau tidak suka (Laksmi, 2013). Berikut merupakan
4.2.1 warna
Warna merupakan sensori pertama yang dapat dilihat langsung oleh panelis
dimilikinya, warna yang tidak menyimpang dari warna yang seharusnya akan
Penyimpangan warna pada produk pangan menjadi salah satu indikator penurunan
mutu. Selain itu, warna bisa menjadi daya tarik konsumen untuk mengosumsi
Berdasarkan tabel diatas setelah dilakukan uji organoleptik warna pada susu
kedelai, maka dihasilkan data pada susu kedelai yang ditambahkan gula pasir,
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
tingkat kesukaan panelis terhadap warna yaitu sebesar 3,45 dan pada susu kedelai
yang ditambahkan essence, tingkat kesukaan panelis terhadap warna yaitu sebesar
3,70. Data tersebut merupakan hasil uji organoleptik dengan parameter warna oleh
33 panelis terhadap susu kedelai yang ditambahkan gula dan susu kedelai yang
dihasilkan rata-rata 3,45 untuk susu kedelai yang ditambahkan gula dan 3,70
untuk susu kedelai yang ditambahkan essence. Tingkat kesukaan tertinggi untuk
parameter warna adalah susu kedelai dengan perlakuan susu kedelai yang
penambahan gula pada susu kedelai. Hal ini sesuai dengan pernyataan Picauly et
al. (2015) yang menyatakan jika terlalu banyak gula yang ditambahkan akan
menyebabkan warna susu menjadi coklat karena sebagian gula mengalami proses
(2016) yang menyatakan bahwa, warna susu kedelai juga dapat disebabkan juga
Handayani dan Wulandari. (2016) susu kedelai yang baik adalah susu yang
4.2.2 aroma
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
1,2, dan 3 Susu kedelai + Gula 3,19
pasir
Aroma adalah bau yang ditimbulkan oleh rangsangan kimia yang tercium
oleh syaraf-syaraf olfaktori yang berada dalam rongga hidung (Negara et al.,
2016). Aroma merupakan salah satu atribut penilaian sensoris yang menjadi
indikator penting penentu mutu dan penerimaan suatu produk pangan. Konsumen
akan menerima suatu bahan pangan jika mempunyai aroma yang tidak
susu kedelai, maka dihasilkan data pada susu kedelai yang ditambahkan gula
pasir, tingkat kesukaan panelis terhadap aroma yaitu sebesar 3,19 dan pada susu
yaitu sebesar 3,29. Data tersebut merupakan hasil uji organoleptik dengan
parameter warna oleh 33 panelis terhadap susu kedelai yang ditambahkan gula
dan susu kedelai yang ditambahkan essence. Data dari 33 panelis tersebut
kemudian dirata-ratakan dan dihasilkan rata-rata 3,19 untuk susu kedelai yang
ditambahkan gula dan 3,29 untuk susu kedelai yang ditambahkan essence. Tingkat
kesukaan tertinggi adalah susu kedelai dengan perlakuan susu kedelai yang
ditambahkan essence. Susu yang dihasilkan memiliki sensasi aroma langu yang
aktivitas enzim lipoksigenase yang terdapat pada biji kedelai. Aroma langu
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
kedelai (Handayani dan Wulandari, 2016). Salah satu alternatif untuk mengatasi
masalah ini yaitu mengetahui perbandingan penambahan kedelai dan air yang
tepat pada proses pengolahan susu kedelai dan juga perebusan, penggilingan
dengan air panas dan pemanasan susu kedelai juga dapat mengurangi aroma langu
dan rasa off-flavor pada susu kedelai, karena pada suhu tinggi enzim lipoksigenase
merupakan salah satu upaya yang telah dilakukan dan telah terbukti dapat
susu kedelai, karena pada proses fermentasi susu kedelai akan dihasilkan asam-
asam organik yang dapat meningkatkan citarasa dan aroma (Nisa et al., 2013).
4.2.3 rasa
Rasa merupakan salah satu bagian dari atribut sensori yang dapat menentukan
merupakan salah satu sifat sensori yang penting dalam penerimaan produk
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
pangan, karena apabila rasanya tidak enak maka konsumen cenderung menolak
meskipun warna, aroma, tekstur maupun sifat sensori lainnya baik (Setyaningsih,
2013). Berdasarkan tabel diatas setelah dilakukan uji organoleptik rasa pada susu
kedelai, maka dihasilkan data pada susu kedelai yang ditambahkan gula pasir,
tingkat kesukaan panelis terhadap rasa yaitu sebesar 3,16 dan pada susu kedelai
sebesar 3,67. Data tersebut merupakan hasil uji organoleptik dengan parameter
warna oleh 33 panelis terhadap susu kedelai yang ditambahkan gula dan susu
kedelai yang ditambahkan essence. Data dari 33 panelis tersebut kemudian dirata-
ratakan dan dihasilkan rata-rata 3,16 untuk susu kedelai yang ditambahkan gula
dan 3,67 untuk susu kedelai yang ditambahkan essence. Tingkat kesukaan
tertinggi adalah susu kedelai dengan perlakuan susu kedelai yang ditambahkan
essence yaitu sebesar 3,67. Perbedaan rasa pada susu kedelai ini disebabkan oleh
gula atau sukrosa yang ditambahkan sehingga semakin banyak gula yang
ditambahkan rasa kemanisan dari susu kedelai akan meningkat (Picauly et al.,
2015).
Jika gula yang ditambahkan terlalu sedikit, rasa susu kedelai kurang manis.
Sebaliknya, jika terlalu banyak gula akan menyebabkan warna susu menjadi
Selain itu, kandungan gula yang terlalu tinggi akan menyebabkan orang yang
meminumnya cepat kenyang karena manis dan konsumen akan cepat merasa
penerimaan konsumen pada rasa susu kedelai yang tepat yaitu agak manis karena
tidak menyebabkan cepat kenyang, bosan dan tidak tawar. Hal ini sesuai dengan
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
hasil praktikum yang telah dilakukan, dimana susu kedelai dengan perlakukan
4.2.4 tekstur
pasir
Essence
suatu bahan sebagai akibat perpaduan dari beberapa sifat fisik yang meliputi
ukuran, bentuk, jumlah dan unsur-unsur pembentukan bahan yang dapat dirasakan
oleh indera peraba dan perasa, termasuk indera mulut dan penglihatan (Irmayanti,
2016). Produk pangan dibuat dan diolah tidak semata-mata untuk tujuan
Berdasarkan tabel diatas setelah dilakukan uji organoleptik tekstur pada susu
kedelai, maka dihasilkan data pada susu kedelai yang ditambahkan gula pasir,
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
tingkat kesukaan panelis terhadap rasa yaitu sebesar 3,29 dan pada susu kedelai
sebesar 3,41. Data tersebut merupakan hasil uji organoleptik dengan parameter
warna oleh 33 panelis terhadap susu kedelai yang ditambahkan gula dan susu
kedelai yang ditambahkan essence. Data dari 33 panelis tersebut kemudian dirata-
ratakan dan dihasilkan rata-rata 3,29 untuk susu kedelai yang ditambahkan gula
dan 3,41 untuk susu kedelai yang ditambahkan essence. Tingkat kesukaan
tertinggi adalah susu kedelai dengan perlakuan susu kedelai yang ditambahkan
essence yaitu sebesar 3,41. Tekstur dan konsistensi suatu bahan akan
mempengaruhi cita rasa yang ditimbulkan oleh bahan tersebut, sehingga air dapat
mempengaruhi cita rasa susu kedelai. Penambahan air yang terlalu banyak akan
menyebabkan susu kedelai terlalu encer dan cita rasanya kurang kuat.
Penambahan air yang terlalu sedikit akan menyulitkan penyaringan karena bubur
penggunaan air yang banyak akan menjadikan susu kedelai menjadi encer atau
tidak kental sehingga cita rasanya kurang kuat (Mudjajanto dan Kusuma, 2015).
Hal ini diperkuat oleh Lucey et al. (2013) yang menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kualitas tekstur susu kedelai adalah kadar air, kadar lemak, kadar
4.3 pH
Tabel 6. Uji pH
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Kelompok Perlakuan Hasil
menyatakan tingkat keasaaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau
benda dalam bentuk suatu nilai. Derajat keasaman atau pH merupakan indikator
al., 2019). pH normal memiliki nilai 7, bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut
ukur. pH suatu larutan dapat ditentukan dengan indikator pH seperti kertas lakmus
atau dengan pH meter (Putra dan Viswanatha, 2017). Pada praktikum ini pH
uji pH pada kedua susu kedelai yang ditambahkan essence dan yang ditambahkan
gula pasir maka diperoleh nilai pH sebagai berikut. Pada susu kedelai yang telah
ditambahkan essence, dihasilkan pH sebesar 6,77 dan pada susu kedelai yang
Penambahan gula yang tinggi akan semakin menurunkan pH susu kedelai, dan
sebaliknya akan semakin menaikkan nilai pH. Hal ini sesuai dengan pernyataan
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Prilia (2021) bahwa gula yang ditambahkan di dalam pembuatan produk pangan
pembuatan susu kedelai. Menurut Sutiko et al. (2020), semakin lama pemanasan
(2013) yang menyatakan bahwa pada proses pemanasan akan terjadi proses
oksidasi lemak, aldehid dan asam lemak bebas pada bahan pangan sehingga dapat
menyebabkan kenaikan pada pH. Susu kedelai yang dihasilkan pada praktikum ini
No Perlakuan Hasil
ikatan yang menunjang struktur dan protein (Romualdo et al., 2013). Protein
memiliki berat molekul sekitar lima ribu hingga satu juta, sehingga protein sangat
denaturasi protein adalah suhu. Sebagian besar protein mengalami denaturasi yang
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
lambat pada suhu yang dapat terjadi dalam waktu setengah hari atau bahkan
tahunan.
pemanasan susu kedelai dan susu UHT. Menurut Nurhidjah dan Suyanto. (2015)
menyatakan bahwa salah satu sifat susu adalah dapat digumpalkan, penggumpalan
penggumpalan partikel kasein berada pada titik isoelektrik yaitu pada pH 4,6.
Aktifitas partikel pada air mengalami penurunan pada titik isoelektrik dan terjadi
sehingga menyebabkan kualitas susu rendah dan tidak layak dikonsumsi karena
adanya kemungkinan bahwa kadar asam yang terkandung dalam susu tinggi
(Sutrisna et al., 2014). Susu yang telah menggumpal menandakan susu tersebut
telah rusak. Susu yang mengalami kerusakan disebabkan oleh lama waktu
pemanasan, jumlah susu, dan susu yang dipanaskan tidak dihomogenkan terlebih
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
susu kedelai mengandung protein dan memiliki susunan asam amino yang hampir
sama dengan susu sapi sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai
pengganti susu sapi. Susu kedelai yang tinggi protein tersebut mengalami reaksi
faktor, seperti pemanasan, pengadukan, asam atau basa dan garam. Tiap faktor
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
DAFTAR PUSTAKA
Afriza, R. 2019. Analisis perbedaan kadar gula pereduksi dengan metode lane
eynon dan luff schoorl pada buah naga merah (Hylocereus polyrhizus).
96.
Agung, T., dan A.Y. Rahayu. 2014. Analisis efisiensi serapan n, pertumbuhan,
Anisa. 2012. Karakteristik gula glukosa dari hail hidrolisa pati umbi jalar
Anissa, D.D., dan R.K. Dewi. 2021. Peran protein asi dalam meningkatkan
Anto, A., D. Xyzquolyna, dan H. Ali. 2019. Sifat kimia dan mikrobiologi
bakasang ikan oci (Rastrelliger sp) dengan lama fermentasi yang berbeda.
Apriantini, G.A.E. 2020. Analisis kadar protein produk susu cair yang diolah
melalui proses pemanasan pada suhu yang sangat tinggi (ultra high
254–250.
Arianty, N., dan Masyhura. 2019. Strategi pemasaran susu kedelai dalam upaya
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Aryadnyani, N. P., Chairlan, dan D. Inderiati. 2020. Pengaruh suhu dan
BSN. (1995). SNI Susu Kedelai No. 01-3830-1995. Badan Standarisasi Nasional.
Jakarta.
Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut: Sinar Ilmu Yogyakarta.
Fadliya, F., S. Supriadi, dan E. Diah. 2018. Analisis vitamin c dan protein pada
biji buah labu siam (Sechium edule). Jurnal Akademi Kimia. 7(1): 45–55.
Bogor
4(1): 149-164.
Gusnadi, D., R. Taufiq dan E. Baharta. 2021. Uji organoleptik dan daya terima
Hakim, N.S., I.K. Suada, dan I.P. Sampurna. 2013. Ketahanan susu kuda sumbawa
pada penyimpanan suhu ruang ditinjau dari total asam, uji didih, dan
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Handayani, N., dan P. Wulandari. 2016. Pengaruh penambahan berbagai jenis susu
215.
Hasanuddin.
Karangan, J., B. Sugeng, dan Suhardi. 2019. Uji keasaman air dengan alat Sensor
Kartika P.N dan F.C. Nisa. 2015. Studi pembuatan osmodehidrat buah nanas
Kurniawan, F., Hartini, S., dan D. Hastuti. 2015. Pengaruh pemanasan terhadap
kadar pati dan gula reduksipada tepung biji nangka. Prosiding Seminar
Laksmi, T. 2013. Daya ikat air, ph dan sifat organoleptik chicken nugget yang
1(1): 90–94.
Lucey, J.A., M.E. Johnson and D.S. Horne. 2013. Invited review: perspectives on
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
dengan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) pada pengasinan. Jurnal Ilmiah
Mudjajanto, E.S., dan F.R. Kusuma. 2015. Susu Kedelai, Susu Nabati yang
Naufalin, R., Tri Yanto dan A. Sulistyaningrum. 2013. Pengaruh jenis dan
aroma) pada dua bentuk penyajian keju yang berbeda. Jurnal Jaringan
23(2): 47–51.
Nugraha, A.E., W. Cahyadi, dan D.S. Hasnelly. 2019. Kajian dan analisis
Universitas Pasundan.
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Nurhidjah, G., dan A. Suyanto. 2013. Kadar kalsium dan sifat organoleptik tahu
susu dengan variasi jenis bahan penggumpal. Jurnal Pangan dan Gizi.
3(5): 80–90.
Picauly, P., J. Talahatu, dan M. Mailoa. 2015. Pengaruh penambahan air pada
Prilia, Y.A. 2021. Pengaruh konsentrasi tepung maizena dan konsentrasi asam
Purwanti, A. 2018. Pengenalan pembuatan susu sehat bernutrisi dari kedelai untuk
UNUD.
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Qin, P., T. Wang, dan Y. Luo. 2022. Ulasan tentang protein nabati dari kedelai:
Riawati, A., F. Rasyad, dan E. Wardati. 2016. Respon empat varietas kedelai
Rohmah, E.A., dan T.B. Saputro. 2018. Analisis pertumbuhan tanaman kedelai
Romualdo, A., A. Wuryanti, dan B.A. Suprihati. 2013. Uji aktivitas isolat l-
terhadap sel hela arthuro. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 13(2): 41–45.
Sani, R.N., C.N. Fithri, D.A. Ria, dan M.M. Jaya. 2014. Analisis rendemen dan
Sawitri, E. 2013. Kajian penggunaan ekstrak susu kedelai terhadap kualitas kefir
Setiani, B.E., P. Bintoro, dan R.N. Fauzi. 2021. Pengaruh penambahan sari jeruk
karakteristik fisik dan kimia tahu kacang hijau (Vigna radiata). Jurnal
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Setyaningsih D. 2013. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor:
IPB Press.
Setyastuti, P. 2014. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai
Souza, A.B., L. Costa, C.G.J. Stephani, R. Oliveira, M. A.L. Perrone, and I.T.T.
6(1): 34–42.
pemanasan lumpia basah kemas non vakum terhadap tpc, ph, aw dan
Sutrisna, D.Y., I.K. Suada, I.P. Sampurna. 2014. Kualitas susu kambing selama
penyimpanan pada suhu ruang berdasarkan berat jenis, uji didih, dan
Turmala, E., Hervelly, N.K. dan Wardhana. 2013. Kajian pengaruh konsentrasi
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI
Waliyansyah, R.R. 2020. Identifikasi jenis biji kedelai (Glycine max l)
Yuliani, C. 2017. Jenis kedelai dan waktu blanching terhadap kualitas susu
HIDAYATUR RASYIDIN
MUTIARA RIYANTO PUTRI