INDONESIA (JPPIPAI)
Available online http://jurnal.unimed.ac.id
e-issn: xxxx – xxxx, p-issn: xxxx – xxxx
Azzahra Siregar
Program Studi Pendidikan IPA FMIPA Universitas Negeri Medan (061) 6613365
*
e-mail : rarasiregar01233@gmail.com
Diterima: 16 Maret 2023 Disetujui: 16 Maret 2023 Dipublikasikan: Maret 2023
ABSTRAK
Bioetanol dapat digunakan sebagai salah satu bahan bakar alternatif untuk mengatasi kebutuhan bahan bakar pada
saat ini. Bioetanol merupakan cairan hasil fermentasi karbohidrat (pati) menggunakan bantuan mikroorganisme.
Kulit pisang kepok selama ini hanya dianggap sebagai limbah industri rumah tangga yang belum termanfaatkan
dengan baik. Komponen kulit pisang terbesar adalah air dan karbohidrat, dimana karbohidrat dapat dikonversi
menjadi glukosa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Bioetanol adalah
etanol yang bahan utamanya dari tumbuhan dan umumnya menggunakan proses fermentasi.
ABSTRACT
Bioethanol can be used as an alternative fuel to meet current fuel needs. Bioethanol is a liquid fermented
carbohydrates (starch) using the help of microorganisms. So far, kepok banana peels are only considered as
household industrial waste that has not been utilized properly. The biggest components of banana peels are water
and carbohydrates, where carbohydrates can be converted into glucose which can then be used as a raw material
for making bioethanol. Bioethanol is ethanol whose main ingredients come from plants and generally use a
fermentation process.
1
Azzahra Siregar
yang diproduksi dari bahan pangan yang menggunakan bantuan mikroorganisme (Anonim,
mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar, 2007). Bioetanol diartikan juga sebagai bahan
jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan kimia yang diproduksi dari bahan pangan yang
bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat mengandung pati, seperti ubi kayu, ubi jalar,
menyerupai minyak premium (Setiawati et al., jagung, dan sagu. Bioetanol merupakan bahan
2013). bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak premium (Khairani, 2007).
Pisang dengan nama Latin Musa
paradisiaca merupakan jenis buah-buahan tropis Proses pembuatan bioetanol terdiri dari
yang sangat banyak dihasilkan di Indonesia. Dari beberapa tahap yaitu tahap pembuatan starter,
keseluruhan jumlah tersebut terdapat jenis buah hidrolisis, fermentasi, dan distilasi. Tahap
pisang yang sering diolah dalam bentuk pembuatan starter berlangsung secara anaerob
gorengan, salah satunya pisang kepok. Kulit dari dimana persiapannya yang pertama dibuat larutan
buah pisang kepok biasanya oleh masyarakat gula dengan mencampurkan gula murni dengan
hanya dibuang dan hal itu menjadi permasalahan akuades lalu dimasukkan ketempat pembiakan.
limbah di alam karena akan meningkatkan Tahapan yang kedua yaitu hidrolisis,hidrolisis
keasaman tanah dan mencemarkan lingkungan adalah reaksi kimia antara air dengan suatu zat
(Seftian et al., 2012). Komposisi kulit pisang lain yang menghasilkan satu zat baru atau lebih
mengandung air sebesar 68,90% dan karbohidrat dan juga dekomposisi suatu larutan dengan
sebesar 18,50%. Karbohidrat pada kulit pisang menggunakan air,karena reaksi antara pati dengan
dapat diubah menjadi etanol melalui proses air berlangsung sangat lambat, maka untuk
hidrolisa dan fermentasi. Dengan proses ini kulit memperbesar kecepatan reaksinya diperlukan
pisang dapat ditingkatkan nilai ekonomisnya penambahan katalisator. Penambahan katalisator
(Wahyudi et al., 2011). Kulit pisang kepok ini berfungsi untuk memperbesar keaktifan air,
digunakan karena mengandung karbohidrat. sehingga reaksi hidrolisis tersebut berjalan lebih
Karbohidrat tersebut diurai terlebih dahulu cepat. Katalisator yang sering digunakan adalah
melalui proses hidrolisis kemudian difermentasi asam sulfat, asam nitrat, dan asam klorida. Tahap
dengan menggunakan Saccharomyces cereviseae yang ketiga yaitu fermentasi, dimana
menjadi alkohol (Setiawati et al., 2013). persiapannya yaitu terlebih dahulu di analisa pH
rebusan kulit pisang untuk memastikan fermentasi
METODE PENELITIAN dapat berlangsung dengan baik. Selanjutnya kulit
pisang dimasukkan kedalam botol-botol kemudian
Penelitian ini merupakan penelitian ditambahkan starter sesuai dengan veariabel yang
kualitatif dengan teknik analisis deskriptif dengan telah ditentukan. Kemudian campuran kulit pisang
kajian kepustakaan (library research) dimana disimpan dalam ruangan gelap dengan suhu kamar
penelitian ini berusaha menggambarkan selama waktu yang telah divariasikan. Tahap yang
fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung keempat yaitu distilasi dimana persiapannya yaitu
saat ini atau saat yang lampau. Artikel ini larutan kulit pisang yang telah difermentasikan
berfokus pada analisis pemanfaatan limbah kulit disaring kemudian filtratnya dimasukkan ke labu
pisang sebagai bahan baku produksi bioetanol. distilasi untuk dimurnikan selama 120 menit.
2
Azzahra Siregar
Dikutip dari penelitian (Melly,dkk,2015) Melly, A., Septyana, A. P., & Moeksin, R.
Semakin lama waktu fermentasi, kadar sisa (2015). Pembuatan bioetanol dari kulit
glukosa yang tidak terkonversi menjadi bioetanol pisang raja (musa sapientum)
semakin kecil. Untuk mendapatkan kadar etanol menggunakan metode hidrolisis asam dan
yang tinggi diperlukan lama waktu fermentasi fermentasi. Jurnal Teknik Kimia, 21(2),
yang optimum yaitu pada saat ragi berada pada 1-7.
fase berkembang biak. (Retno dan Nuri,2011)
Semakin banyak ragi yang ditambahkan Tri Retno, D., & Nuri, W. (2011, February).
menyebabkan kadar etanol yang dihasilkan Pembuatan bioetanol dari kulit pisang.
semakin rendah. In Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia “Kejuangan” 2011.
KESIMPULAN