ABSTRAK
Saat ini 85% dari kebutuhan energi dunia berasal dari bahan bakar minyak. Indonesia berupaya
mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak. Salah satu sumber energi alternatif
yang dapat mensubsitusi transportasi minyak mentah diperoleh dari biomassa berupa bahan
bakar bioetanol. Biomassa termasuk beras dimanfaatkan untuk pengembangan bioetanol
menggantikan bahan bakar minyak. Karbohidrat merupakan komponen utama beras yang
terdiri dari 85–90% pati. Air cucian beras yang mengandung karbohidrat dapat diubah menjadi
etanol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu fermentasi terbaik dalam produksi
bioetanol dari air cucian beras dengan menggunakan enzim glukoamilase dan ragi. Pembuatan
bioetanol melalui tahap persiapan, hidrolisa air cucian beras, pemeriksaan kadar glukosa,
fermentasi, distilasi dan analisa hasil. Variabel yang digunakan adalah waktu fermentasi (3, 4,
5, 6, dan 7 hari), dan volume enzim glukoamilase (0.5, 1.5, dan 3.0 ml). Hasil penelitian
diperoleh densitas bioetanol optimum sebesar 0.998 g.ml-1 dengan enzim glukoamilase 0.5 ml.
Kadar glukosa sesudah inversi tertinggi sebesar 4.217%, dan kadar etanol tertinggi 19.387%
dihasilkan dengan dosis enzim glukoamilase 3.0 ml dalam waktu fermentasi selama lima hari.
Kata kunci: air cucian beras, bioetanol, enzim glucoamilase, fermentasi, ragi
ABSTRACT
Currently, 85% of the world's energy needs come from fuel oil. Indonesia overcomes dependence on fuel
oil. One of the alternative energy sources that can substitute crude oil transportation is obtained from
biomass in the form of bioethanol fuel. Biomass, including rice, is used for the development of bioethanol
to replace fuel oil. Carbohydrates are the main component of rice which consists of 85–90% starch. Rice
washing water which contains carbohydrates can be converted into ethanol. This study’s aim was to have
the best fermentation time in bioethanol production from rice washing water using glucoamylase enzymes
and yeast. Bioethanol production goes through the preparation stage, hydrolysis of rice washing water,
checking glucose levels, fermentation, distillation, and yield analysis. The variables were fermentation
time (3, 4, 5, 6, and 7 days), and the volume of the glucoamylase enzyme (0.5, 1.5, and 3.0 ml). The
results showed that the optimum bioethanol density was 0.998 g.ml-1 with 0.5 ml glucoamylase enzyme.
The highest glucose level after inversion was 4.217%, and the highest ethanol content was 19.387%,
which was produced with 3.0 ml glucoamylase enzyme dosage in five days of fermentation.
enzimatik. Hidrolisis enzimatik merupakan leher tiga, saringan, gelas ukur, stirrer, hot
proses degradasi polimer menjadi plate dan perangkat distilasi.
monomer gula penyusunnya dengan Enzim yang digunakan dalam penelitian
bantuan enzim. ini adalah enzim glukoamilase dengan
Enzim merupakan protein yang berasal merek dagang Dextrozyme GA. Aktivitas
dari sel hidup dan berguna untuk glukoamilase didasarkan pada hidrolisis
mengkatalisis reaksi. Penelitian Hakim maltosa dan dinyatakan dalam
(2015) dinyatakan perlakuan enzim dengan Amyloglucosidase Units.g-1 (AGU.g-1) yang
varian yaitu (a) 2 ml α-amilase dan 2 ml tertera pada data bahan (product data
glukoamilase sebagai kontrol, (b) 2 ml α- sheet). Data spesifikasi bahan dari
amilase dan 2 ml glukoamilase, (c) 4 ml α- Novozymes (2005) menyebutkan
amilase dan 4 ml glukoamilase, (d) 6 ml α- Dextrozymes GA mengandung Aspergillus
amilase dan 6 ml glukoamilase. niger dengan aktivitas 270 AGU.g-1 dan
Beberapa penelitian terkait dengan densitas 1.17 g.ml-1. Produk ini sesuai
pemanfaatan air cucian beras diantaranya dengan spesifikasi kemurnian yang
dilakukan oleh Watanabe (2009) yang direkomendasikan untuk enzim kategori
memperoleh kadar etanol 6.2% dengan makanan (food grade) yang diberikan oleh
menggunakan proses enzim dan ultrasonik Joint FAO/WHO Expert Committee on Food
dalam produksi bioetanol dari air cucian Additives (JECFA) dan Food Chemical Codex
beras dan sekam padi. Perlakuan (FCC).
penambahan HCl juga mampu Pada tahap pembuatan bioetanol dari
meningkatkan kadar etanol (Sari, 2013). biomassa diperlukan beberapa proses yaitu
Hasil penelitian yang dilakukan Eni tahap persiapan, tahap hidrolisis air cucian
(2015) yaitu waktu hidrolisa yang lama dan beras, tahap pemeriksaan kadar glukosa,
penambahan enzim glukoamilase sebagai tahap fermentasi, tahap distilasi dan tahap
katalis dalam proses hidrolisa air cucian analisa. Variasi penelitian dilakukan
beras dapat meningkatkan kadar glukosa terhadap waktu fermentasi (3, 4, 5, 6, dan 7
yaitu pada 3 ml penambahan enzim hari) dan variasi volume enzim
glukoamilase dan 6 jam hidrolisa glukoamilase aktivitas 270 AGU.g-1 dari
menghasilkan kadar glukosa 93.02 mg.L-1. Novozymes (0.5, 1.5, 3.0 ml).
Waktu optimum fermentasi cucian air beras Tahap persiapan dilakukan dengan
adalah 4 hari yang menghasilkan kadar perendaman beras dengan air dengan
etanol 11.17%. Sedangkan dalam penelitian perbandingan 1:1 v/v (3000 gram beras
yang dilakukan Chethana (2011), dalam 3000 ml air) selama 6 jam guna
dinyatakan dengan penambahan Bacillus mendapatkan kadar pati yang lebih
licheniformis, HCl dan enzim dalam proses banyak. Lalu dilakukan penyaringan untuk
sakarifikasi menghasilkan bioetanol 68.8 memisahkan beras dengan air cucian beras.
mg.L-1 setelah melalui proses distilasi. Tahap hidrolisis air cucian beras
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk dilakukan dengan penambahan HCl 1N
mengetahui waktu fermentasi yang terbaik dan enzim glukoamilase. Air beras yang
dalam produksi bioetanol dari air cucian sudah disaring kemudian diukur kadar pH
beras dengan variabel volume enzim nya lalu ditambahkan HCl 1N sedikit demi
glukoamilase dan kadar bioetanol. sedikit sambil diaduk hingga pH air beras
asam. Air cucian beras yang sudah asam
BAHAN DAN METODE dimasukkan ke dalam tiga gelas ukur
dengan volume masing masing 1000 ml,
Bahan dan peralatan yang diperlukan lalu ditambahkan enzim ke dalam masing
dalam penelitian ini diantaranya beras masing air cucian beras dengan volume 300
putih, asam klorida (HCl), asam sulfat ml dan variasi enzim 0.5 ml, 1.5 ml, 3.0 ml,
(H2SO4), kalium iodida (KI), natrium selanjutnya diaduk hingga homogen (Eni et
hidroksida (NaOH), Saccharomyces cereviseae al., 2015).
(ragi), narium tiosulfat (Na2S2O3), kalium Berikutnya dimasukkan kedalam labu
permanganat (KMnO4) erlenmeyer, labu leher tiga 1000 ml dan dipanaskan dengan
hot plate pada suhu tetap 60°C selama 6 jam.
setelah fermentasi. Hasil kadar glukosa semakin berkurang dan mikroba menju
sesudah inversi tertinggi sebesar 4.217% fase kematian dan etanol yang dihasilkan
diperoleh dengan penambahan enzim akan semakin banyak.
glukoamilase 3 ml. Penelitian yang Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
dilakukan Istianah (2017) terhadap kadar densitas bioetanol optimum sebesar 0.998
glukosa setelah hidrolisis pada air cucian g.ml-1 yang dihasilkan pada dosis enzim
beras diperoleh konversi glukosa sebesar glukoamilase 0.5 ml. Sedangkan densitas
21% dan yield etanol yang dihasilkan terendah sebesar 0.993 g.ml-1 yang
sebesar 42%. dihasilkan dengan enzim glukoamilase 3.0
ml. Densitas bioetanol absolut sebesar 0.789
Pengaruh Waktu Fermentasi dan Enzim g.ml-1 (Hanum et al., 2013), sehingga nilai
Glukoamilasi Terhadap Uji Densitas densitas 0.998 g.ml-1 pada penelitian ini
Bioetanol menunjukkan etanol yang dihasilkan masih
Berdasarkan data yang diperoleh, dibuat belum murni karena masih bercampur
grafik hubungan waktu fermentasi dan dengan air.
enzim glukoamilase terhadap uji densitas Penelitian yang dilakukan Khodijah et
yang disajikan pada Gambar 1. Massa jenis al. (2015) menyebutkan bahwa waktu
sampel akan semakin menurun seiring fermentasi optimum selama 7 hari
pertambahan waktu fermentasi. Hal diperoleh densitas etanol 0.9438 g.ml-1.
tersebut dikarenakan semakin lama waktu Sedangkan jumlah bioetanol optimum yang
fermentasi maka mikroba berkembang biak diperoleh Hanum et al. (2013) sebesar 3.7 ml
semakin banyak, sehingga dengan semakin dengan densitas 0.9669 g.ml-1 dalam waktu
meningkatnya jumlah mikroba maka 2 hari dan pemberian jumlah ragi 6%.
semakin banyak pula polimer karbohidrat Adanya perbedaan waktu fermentasi dan
yang terurai menjadi alkohol. volume enzim glukoamilase dalam
produksi bioetanol mempengaruhi besar
1
kecilnya nilai densitas yang dihasilkan.
Massa Jenis Sampel (g/ml)
0,999
0,998
0,997
0.5 v/v Pengaruh Enzim Glukoamilasi dan Waktu
0,996
0,995 1,5 v/v Fermentasi Terhadap Uji Kadar Etanol
0,994 3 v/v Berdasarkan grafik pada Gambar 2 dapat
0,993
0,992
dianalisa bahwa kadar etanol paling tinggi
0,991 (19.387%) dihasilkan pada volume enzim
0,99 glukoamilase 3.0 ml dan waktu optimum
3 4 5 6 7
Waktu Fermentasi (hari)
fermentasi selama lima hari. Hasil
penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
Gambar 1. Hubungan waktu fermentasi yang dilakukan Hatami et al. (2020),
dan enzim glukoamilase terhadap uji diperoleh konsentrasi etanol maksimum
massa jenis bioetanol 18.65%. Sementara konsentrasi etanol
tertinggi dalam penelitian yang dilakukan
Semakin tinggi persentase enzim Watanabe et al. (2009) sebesar 6.2% dengan
glukoamilase maka semakin rendah nilai bahan baku air cucian beras dan sekam
densitas. Dengan meningkatnya jumlah padi.
alkohol maka massa jenis campuran Adapun peningkatan pertumbuhan
alkohol-air akan semakin rendah. Hal ini bakteri semakin pesat pada saat fermentasi
disebabkan Saccharomyces cerevisiae di hari keempat dan kelima, dan akan
merubah glukosa menjadi etanol, dimana mengalami penurunan pada hari keenam.
jika ragi yang diberikan banyak maka Hal ini disebabkan mikroba telah masuk ke
etanol yang dihasilkan juga akan semakin fase pertumbuhan lambat. Pada fase ini
banyak dan begitu juga sebaliknya, pertumbuhan populasi jasad renik
sehingga densitasnya akan semakin diperlambat karena zat nutrisi di dalam
rendah. Dengan kata lain jika jumlah medium sudah sangat berkurang atau
Saccharomyces cerevisiae yang terdapat pada adanya hasil metabolisme yang mungkin
ragi semakin menurun, makanan mikroba
https://doi.org/10.1007/s12649-019- https://www.researchgate.net/public
00697-8 ation/334989474_Production_of_Bioet
Istianah, N. (2017). Evaporasi multi tahap hanol_from_Lignocellulosic_Biomass
menggunakan falling film evaporator Sari, C. (2013). Pembuatan Bioethanol dari Air
(FFE) untuk meningkatkan efisensi Cucian Beras (Air Leri) [Skripsi.
produksi konsentrat nanas madu. Universitas Pembangunan Nasional
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Veteran, Surabaya].
Teknologi Fakultas Teknik Universitas http://eprints.upnjatim.ac.id/5823/1/
Muhammadiyah Jakarta. file1.pdf
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/se Watanabe, M., Takahashi, M., Sasano,
mnastek/article/view/1922 Kashiwamura, T., Ozaki, Y., Tsuiki, T.,
Khodijah, S., & Abtokhi, A. (2015). Analisis Hidaka, H., & Kanemoto S. (2009).
pengaruh variasi persentase ragi Bioethanol production from rice
(Saccharomyces cerevisiae) dan waktu washing drainage and rice bran.
pada proses fermenasi dalam Journal of Bioscience and Bioengineering,
pemanfaatan duckweed (Lemna minor) 108(6), 524-526.
sebagai bioetanol. Jurnal Neutrino: https://www.sciencedirect.com/scien
Jurnal Fisika dan Aplikasinya, 7(2), 71-76. ce/article/pii/S1389172309002916
Kiran, E., Trzcinski, A., & Liu, Y. (2014).
Bioconversion of Food Waste To
Energy: A Review. Journal Fuel,
134(1), 389–399.
https://www.researchgate.net/public
ation/311664110_Bioconversion_of_fo
od_waste_to_energy_a_review
Masturi, Cristina, A., Istiana, N., Sunarno,
& Dwijananti, P. (2017). Ethanol
production from fermentation of arum
manis mango seeds (Mangifera Indica
L.) using Saccharomyces cerevisiae. Jurnal
Bahan Alam Terbarukan, 6(1), 56-60.
Nguyen, T., Gheewala & Bonnet, S. (2008).
Life cycle cost analysis of fuel ethanol
produced from cassava In Thailand.
International Journal of Life Cycle
Assessment, 13(1), 564-573.
Novozymes (2005). Product Data Sheet of
Dextrozyme GA. Novozymes.
https://www.bimber.info/files/dextr
ozyme-pds.pdf
Osazuwa, C., & Akinyosoye, F. (2019).
Comparative studies on production of
bioethanol from rice straw using
Bacillus subtilis and Trichoderma virideas
hydrolyzing agents. Microbiology
Research Journal International, 28(3), 1-
12.
https://doi.org/10.9734/mrji/2019/v
28i330134
Puttaswamy, K., Sagar, Simha, Manjappa,
& Kumar. (2016). Production of
bioethanol from lignocellulosic
biomass. Indian Journal of Advances in
Chemical Science, 31(1), 239-244.