1.
Pendahuluan
Krisis energi merupakan salah satu hal terpenting yang saat ini telah melanda
dunia, meskipun sebagian besar sumber energi utama umat manusia telah diperoleh
dari bahan bakar fosil. Namun, bahan bakar fosil tetaplah merupakan sumberdaya yang
tidak dapat diperbaharui dan tentunya suatu saat nanti pasti akan habis. Salah satu
alternatif pengganti bahan bakar fosil tersebut adalah dengan menggunakan bioenergi
seperti contohnya ialah bioetanol. Salah satu sumber bioetanol yang cukup potensial
dikembangkan di Indonesia saat ini adalah Singkong. Singkong memiliki potensi yang
besar untuk menjadi bahan baku pembuatan bioetanol sebagai bahan pencampur bahan
bakar bensin.
Pengembangan bioetanol diharapkan dapat menjadi solusi sumber energi
terbaharukan dan dapat meningkatkan pendapatan petani singkong serta sekaligus
menciptakan lapangan kerja baru untuk mengatasi masalah-masalah pengangguran di
dalam negeri.
2. Tinjauan Pustaka
2.1
Singkong
Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata
bergaris tengah 5-10 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis yang ditanam.
Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan
simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan
keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi
manusia. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya serat dan karbohidrat
namun miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong
karena mengandung asam amino metionin. (Semua Tentang Singkong 2009, diakses 15
Oktober 2012)
2.2
Bioetanol
2.2.1
Pengertian Bioetanol
Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari
pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bioetanol merupakan bahan bakar
dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Bioetanol
(C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Produk bioetanol yang
memenuhi standar, hampir bisa dikatakan tidak mempunyai efek samping yang
merugikan selama di pakai memenuhi kriteria. Untuk pengganti premium,
terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol.
(Bioetanol 2011, diakses 15 Oktober 2012)
2.2.2
Sejarah Bioetanol
Bioetanol telah banyak digunakan manusia sejak zaman prasejarah
sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada
peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara
menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia
prasejarah dari masa Neolitikum.
Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh
Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat etanol
dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang
digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini. (Bioetanol, Sejarah
dan Umum 2008, diakses pada 15 Oktober 2012)
2.2.3
Destilasi Absorbent
Bahan yang digunakan :
Singkong
Air
Cara Pembuatan :
1. Kupas 125 kg singkong segar, Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil dengan
menggunaka Mesin Pencacah singkong.
2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis
singkong yang dikeringkan menjadi gaplek.
3. Masukkan sebanyak 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless steel, tambahkan air,
dan panaskan gaplek hingga 100C selama 0,5 jam.
4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam langki sakarifikasi, masukkan
cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa.
5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula.
Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki
fermentasi.
6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces
bekerja mengurai glukosa lebih optimal.
7. Setelah 23 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa
endapan protein. Di atasnya air, dan etanol.
8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron
untuk menyaring endapan protein.
9. Meski telah disaring, etanol masih bercampur air. Untuk memisahkannya, lakukan
destilasi atau penyulingan.
10. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar
larul, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu,
perlu destilasi absorbent.
4.
Pembahasan
1.