Anda di halaman 1dari 4

Pemanfaatan Singkong Sebagai Bioetanol

Zulkarnain, Andy Suryatra1, Agie Fakhriza2


Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya
E_mail : Dark_dragon424@yahoo.com
Abstrak
Salah satu alternatif pengganti bahan bakar fosil yang sedang dikembangkan saat ini adalah dengan
bioenergi seperti contohnya bioetanol, sumber bioetanol yang cukup potensial dikembangkan di
Indonesia adalah singkong (Manihot esculenta). Pemanfaatan singkong sebagai pengganti bahan bakar,
bertujuan untuk menjelaskan kepada para pembaca mengenai manfaat singkong sebagai Bioetanol.
Metodologi penulisan yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah metode deskriptif. Data penulisan
ini dikumpulkan dengan teknik studi pustaka (Library Rescarch). Jenis dan bentuk data yang digunakan
adalah data sekunder. Sistematika penulisan dari karya ilmiah ini terdiri dari: pendahuluan, teori
penunjang, prosedur penelitian, analisa data dan pembahasan serta kesimpulan dan saran. Proses
pembuatan bioetanol singkong menggunakan bahan baku singkong yang telah dijadikan gaplek dengan
bantuan cendawan Aspergillus sp dan bakteri Saccharomyces. Salah satu dari keunggulan bioetanol
singkong adalah hanya dengan menambahkan 10% bioetanol, angka oktan E10 sudah mencapai 91
hampir setara dengan pertamax.
Kata kunci

: Singkong (Manihot esculenta),Bioetanol

Utilization of cassava as Bioethanol


Abstract
One of the alternatives to subtitute fossil fuels that are being developed now is bioenergy such as
bioethanol for the example, a of the potential source of bioethanol development in Indonesia is cassava
(Manihot esculenta). Utilization of cassava as a substitute fuel, aims to explain to the readers on the
benefits of cassava as bioethanol. The methodology used in writing this paper is descriptive method. The
data is collected by the technique of writing literature (Library Rescarch). The type and form of data used
are secondary data. Systematics of the writing of this paper are: the introduction, supporting the theory,
research procedures, data analysis, and discussion and the conclusions and suggestions. The process of
making cassava bioethanol uses raw materials that have been used as cassava with the help of bacteria
fungus Aspergillus sp and Saccharomyces. One of the advantages of cassava bioethanol is only by adding
10% ethanol, the figure had reached 91 octane E10 is almost equivalent to pertamax.
Keywords

1.

: Cassava (Manihot esculenta), Bioethanol

Pendahuluan
Krisis energi merupakan salah satu hal terpenting yang saat ini telah melanda
dunia, meskipun sebagian besar sumber energi utama umat manusia telah diperoleh
dari bahan bakar fosil. Namun, bahan bakar fosil tetaplah merupakan sumberdaya yang
tidak dapat diperbaharui dan tentunya suatu saat nanti pasti akan habis. Salah satu
alternatif pengganti bahan bakar fosil tersebut adalah dengan menggunakan bioenergi
seperti contohnya ialah bioetanol. Salah satu sumber bioetanol yang cukup potensial
dikembangkan di Indonesia saat ini adalah Singkong. Singkong memiliki potensi yang
besar untuk menjadi bahan baku pembuatan bioetanol sebagai bahan pencampur bahan
bakar bensin.
Pengembangan bioetanol diharapkan dapat menjadi solusi sumber energi
terbaharukan dan dapat meningkatkan pendapatan petani singkong serta sekaligus
menciptakan lapangan kerja baru untuk mengatasi masalah-masalah pengangguran di
dalam negeri.

2. Tinjauan Pustaka
2.1
Singkong
Singkong merupakan umbi atau akar pohon yang panjang dengan fisik rata-rata
bergaris tengah 5-10 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung dari jenis yang ditanam.
Daging umbinya berwarna putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan
simpan meskipun ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan
keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat racun bagi
manusia. Umbi singkong merupakan sumber energi yang kaya serat dan karbohidrat
namun miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong
karena mengandung asam amino metionin. (Semua Tentang Singkong 2009, diakses 15
Oktober 2012)
2.2

Bioetanol
2.2.1
Pengertian Bioetanol
Bioetanol merupakan salah satu jenis biofuel (bahan bakar cair dari
pengolahan tumbuhan) di samping Biodiesel. Bioetanol merupakan bahan bakar
dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Bioetanol
(C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Produk bioetanol yang
memenuhi standar, hampir bisa dikatakan tidak mempunyai efek samping yang
merugikan selama di pakai memenuhi kriteria. Untuk pengganti premium,
terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol.
(Bioetanol 2011, diakses 15 Oktober 2012)
2.2.2

Sejarah Bioetanol
Bioetanol telah banyak digunakan manusia sejak zaman prasejarah
sebagai bahan pemabuk dalam minuman beralkohol. Residu yang ditemukan pada
peninggalan keramik yang berumur 9000 tahun dari China bagian utara
menunjukkan bahwa minuman beralkohol telah digunakan oleh manusia
prasejarah dari masa Neolitikum.
Etanol pertama kali dibuat secara sintetis pada tahu 1829 di Inggris oleh
Henry Hennel dan S.G.Serullas di Perancis. Michael Faraday membuat etanol
dengan menggunakan hidrasi katalis asam pada etilen pada tahun 1982 yang
digunakan pada proses produksi etanol sintetis hingga saat ini. (Bioetanol, Sejarah
dan Umum 2008, diakses pada 15 Oktober 2012)

2.2.3

Bioetanol Sebagai Bahan Bakar


Bioetanol dapat digunakan pada kendaraan bermotor, tanpa mengubah
mekanisme kerja mesin jika dicampur dengan bensin dengan kadar bioetanol lebih
dari 99,5%. Perbandingan bioetanol pada umumnya di Indonesia baru
penambahan 10% dari total bahan bakar. Pencampuran bioetanol absolut sebanyak
10 % dengan bensin (90%), sering disebut Gasohol E-10. Gasohol singkatan dari
gasoline (bensin) dan bioetanol. Bioetanol absolut memiliki angka oktan (ON)
117, sedangkan Premium hanya 87-88. Gasohol E-10 secara proporsional

memiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada komposisi ini bioetanol dikenal


sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan di negaranegara maju telah menggeser penggunaan Tetra Ethyl Lead (TEL) maupun Methyl
Tertiary Buthyl Ether (MTBE). (Onny Untung, 2008)
3. Bahan dan Metode Penelitian
Alat yang digunakan :

Mesin Pencacah singkong

Tabung Stainless Steel

Destilasi Absorbent
Bahan yang digunakan :

Singkong

Air
Cara Pembuatan :
1. Kupas 125 kg singkong segar, Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil dengan
menggunaka Mesin Pencacah singkong.
2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis
singkong yang dikeringkan menjadi gaplek.
3. Masukkan sebanyak 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless steel, tambahkan air,
dan panaskan gaplek hingga 100C selama 0,5 jam.
4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam langki sakarifikasi, masukkan
cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa.
5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula.
Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki
fermentasi.
6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces
bekerja mengurai glukosa lebih optimal.
7. Setelah 23 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa
endapan protein. Di atasnya air, dan etanol.
8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron
untuk menyaring endapan protein.
9. Meski telah disaring, etanol masih bercampur air. Untuk memisahkannya, lakukan
destilasi atau penyulingan.
10. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar
larul, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu,
perlu destilasi absorbent.
4.

Pembahasan

5. Kesimpulan dan Saran


5.1
Kesimpulan
Dari hal-hal yang telah diuraikan jurnal Pemanfaatan Singkong sebagai bioetanol,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1.

Singkong dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif energi terbaharukan


seperti bioetanol.
2. Bioetanol dapat diperoleh dari singkong yang telah diubah menjadi gaplek.
3. Salah stau keunggulan dari bioetanol singkong adalah hanya dengan menambahkan
10% bioetanol, angka oktan E10 sudah mencapai 91 hampir setara dengan
pertamax.
5.2
Saran
Untuk kesempurnaan dari jurnal ini, maka diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
Dalam penelitian berikutnya penulis menyarankan agar :
1. Pemerintah akan memberikan dukungan secara penuh agar pemanfaatan singkong
sebagai bioetanol dapat lebih disebarluaskan lagi.
2. Serta diharapkan agar dikembangkan bioetanol yang dapat terbuat dari bahan baku
lain, agar indonesia dapat terbebas dari masalah krisis energi yang melanda dan
dapat menjadi negara yang mandiri energi.

Anda mungkin juga menyukai