Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN TEORI

Bensin mengandung energi kimia . Energi ini diubah menjadi energi panas melalui proses
pembakaran ( oksidasi ) dengan udara di dalam mesin atau motor bakar . Energi panas ini
meningkatkan temperatur dan tekanan gas pada ruang bakar . Gas bertekanan tinggi tersebut
kemudian berekspansi melawan mekanisme mekanik mesin . Ekspansi itu diubah oleh
mekanisme link menjadi putaran crankshaft sebagai output dari mesin tersebut . Selanjutnya ,
crankshaft dihubungkan ke sistem transmisi oleh sebuah poros untuk mentransmisikan daya
atau energi putaran mekanis . Energi ini kemudian dimanfaatkan sesuai dengan keperluan ,
misalnya untuk menggerakkan roda motor atau mobil . Secara sederhana , bensin tersusun
dari hidrokarbon rantai lurus dengan . rumus kimia C H2 , mulai dari C , ( heptana ) sampai
dengan C₁ . Dengan kata lain , bensin terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hidrogen
dan karbon saling terikat satu dengan lainnya sehingga membentuk rantai ( Prihandana, 2007)
Dalam rangka mengurangi bahan bakar fosil , Pemerintah Indonesia memberikan perhatian
serius terkait pengembangan dan pemanfaatan biofuel atau bahan bakar nabati ( BBN )
sebagai bahan bakar alternatif dari sumber terbarukan . Hal ini diwujudkan melalui terbitnya
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2017 tentang Rencana Umum Energi Nasional ( RUEN )
. Kebijakan tersebut men jelaskan proyeksi kebutuhan energi nasional pada 2025 yang mana
kontribusi minyak bumi dalam bauran energi nasional maksimal sebesar 25 % dan konsumsi
energi baru terbarukan ( EBT ) sebesar 23 % . Biofuel adalah salah satu EBT yang berasal
dari hasil pengo lahan biomassa . Biofuel juga sering disebut energi hijau karena asal usul
dan emisinya yang ramah lingkungan dan tidak menyebabkan pemanasan global secara
signifikan . Biofuel yang umum digunakan saat ini adalah biodiesel dan bioetanol . Berbagai
penelitian telah dilakukan dalam mengembangkan teknologi biomassa untuk produksi BBN ,
misalnya teknologi proses perlakuan awal biomassa lignoselulosa untuk produksi bioetanol ;
teknologi hidrolisis enzimatis untuk menghasilkan gula selulosa dan teknologi fermentasi
yang memberikan yield alkohol tinggi dengan proses fermentasi yang lebih cepat dan murah .
Contoh penelitian pengembangan proses sakarifikasi dan fermentasi dilakukan secara
serentak ( SSF ) . Teknologi pengolahan biomassa diyakini memiliki dampak positif yang
signifikan terhadap aspek. Di Indonesia , bioetanol umumnya menggunakan bahan baku pati ,
singkong , atau bahan yang mengandung gula yang disebut bioetanol generasi satu ( G1 ) .
Sejak 2010 , produksi bioetanol tidak sesuai harapan . Hal ini karena faktor bahan baku yang
berkompetisi dengan bahan pangan faktor harga yang kurang menarik . Sementara itu ,
biomassa lignoselulosa tersedia cukup melimpah , dan biasanya berasal dari limbah pertanian
, perkebunan dan kehutanan , atau limbah industri . Komponen utama dalam bahan
berlignoselulosa terdiri atas selulosa , hemiselulosa , dan lignin yang jumlahnya bervariasi
tergantung sumber bahannya . Baik selulosa maupun hemiselulosa dapat dikonversi menjadi
etanol , atau biasa disebut bioetanol generasi dua ( G2 ) ( Yanni,2019)
Pertumbuhan penduduk dunia yang Cukup tinggi dari tahun ke tahun dan Diperkirakan saat
ini sudah mencapai 7,6 Miliar orang. Bertambahnya jumlah Penduduk dunia ini berimbas
dengan Peningkatan kebutuhan sarana transportasi Yang pada akhirnya mempengaruhi
jumlah Kebutuhan bahan bakar. Bahan bakar fosil Merupakan bahan bakar terbanyak yang
Digunakan saat ini. Namun ketersediaan Bahan bakar tidak terbarukan ini semakin Menipis
dan sudah tidak bisa diandalkan di Masa yang akan datang. Menurut Mailool et Al., (2013)
kebutuhan energi di dunia sampai Saat ini masih bergantung pada sumberdaya Fosil,
terutama minyak dan gas bumi, serta Batubara. Sumberdaya alam tersebut telah Terbentuk
dari ribuan tahun lalu. Tingkat Konsumsi manusia terhadap energi fosil Lebih tinggi
dibandingkan dengan laju Pembentukannya. Padahal, sumberdaya Energi tersebut termasuk
sumberdaya tak terbarukan (non renewables), yang berarti Bila dilakukan pengambilan terus
menerus Maka pada suatu saat ketersediaannya di Alam akan habis. Untuk itu pencarian
Sumber energi alternatif untuk bahan bakar Harus dikembangkan sehingga dapat
Diaplikasikan untuk penggunaan massal ( Endang,2022)
Ethanol atau ethyl alkohol C2H5OH berupa cairan bening Tak berwarna, terurai secara
biologis (biodegradable), toksisitas rendah dan tidak menimbulkan polusi udara yang besar
Bila bocor. Ethanol yg terbakar menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air. Ethanol adalah
bahan bakar beroktan tinggi Dan dapat menggantikan timbal sebagai peningkat nilai oktan
dalam bensin. Dengan mencampur ethanol dengan bensin, Akan mengoksigenasi campuran
bahan bakar sehingga dapat terbakar lebih sempurna dan mengurangi emisi gas buang
(seperti karbonmonoksida/CO). Bioethanol dapat dibuat dari singkong. Singkong (Manihot
utilissima) sering juga disebut sebagai ubi kayu atau Ketela pohon, merupakan tanaman yang
sangat populer di seluruh dunia, khususnya di negara-negara tropis. Di Indonesia, singkong
memiliki arti ekonomi terpenting dibandingkan dengan jenis umbi-umbian yang lain Selain
itu Kandungan pati dalam singkong yang tinggi sekitar 25-30% sangat cocok untuk
pembuatan energi alternatif. Dengan Demikian, singkong adalah jenis umbi-umbian daerah
tropis yang merupakan sumber energi paling murah sedunia. Potensi singkong di Indonesia
cukup besar maka dipilihlah singkong sebagai bahan baku utama. Melihat potensi tersebut
peneliti melakukan percobaan pembuatan bioethanol dari singkong secara farmentasi
Menggunakan ragi tape. Digunakan ragi tape karena ragi tape sangat komersil dan mudah
didapat ( Happy,2022)
Sebagai pengganti bahan bakar bensin Dapat digunakan ethanol, yaitu ethyl alcohol, Dimana
memiliki kemiripan sifat dengan Bahan bakar bensin. Sedangkan bahan bakar Bensin hingga
saat ini menjadi kebutuhan Utama dunia transportasi dan automotive, Dengan punahnya
bahan bakar fosil kelak, Akan banyak sekali kendaraan yang tidak Dapat digunakan lagi,
maka dengan adanya Ethanol ini dapat menjadi energi alternatif Yang dapat diperbaharui.
Bahan bakar Alternatif seperti ethanol merupakan bahan Bakar terbarukan yang dihasilkan
dari Fermentasi tanaman yang mengandung Karbohidrat (Kartika, 2012).
Etanol merupakan salah satu produk Penting dalam bidang kesehatan dan energi, Dapat
dibuat menggunakan metode Fermentasi atau biasa juga disebut dengan Peragian, yaitu
proses perubahan kimia Dalam suatu substrat organik yang dapat Berlangsung karena aksi
katalisator Biokimia, yaitu enzim yang dihasilkan oleh Mikroba-mikroba hidup tertentu,
terjadi Karena aktifitas mikroba penyebab Fermentasi pada substrat organik sesuai.
Fermentasi dapat menyebabkan perubahan Sifat bahan pangan, sebagai akibat dari
Pemecahan kandungan kandungan bahan Pangan tersebut (Fardiaz, 1992), terjadi Perubahan
kimia dari zat organik karena Mikroorganisme penyebab fermentasi Bereaksi dengan substrat
organik yang sesuai Dengan pertumbuhannya.Bio ethanol dikenal sebagai bahan bakar Yang
ramah lingkungan, karena bersih dari Emisi bahan pencemar. Bio-ethanol dapat Dibuat dari
bahan baku tanaman yang Mengandung pati seperti ubi kayu, ubi jalar, Jagung, sagu, dan
tetes. Ubi kayu, ubi jalar, Dan jagung merupakan tanaman pangan Yang biasa ditanam rakyat
hampir di seluruh Wilayah Indonesia, sehingga jenis tanaman tersebut merupakan tanaman
yang potensial Untuk dipertimbangkan sebagai sumber Bahan baku pembuatan bio-ethanol
atau Gasohol. Sebagaimana diketahui bahwa Ethanol/bio-ethanol mempunyai nilai oktan
Yang lebih tinggi dibandingkan dengan Premium (Irwan, 2016)
Dengan kandungan pati yang tinggi Dalam singkong maka untuk menjadikan Singkong
sebagai bahan utama pembuatan Bioetanol akan lebih baik. Penggunaan Bioetanol menjadi
bahan bakar kendaraan Dapat menjadi sebuah alternatif yang aman, Karena sumbernya
berasal dari tumbuhan Dan dapat mengurangi pencemaran Lingkungan (Anonimous, 2012).
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui proses pembuatan bioetanol.
2. Untuk mengetahui kandungan ubi jalar sehingga dapat dijadikan bahan pembuatan
bioetanol.
3. Untuk Mengetahui faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembuatan bioetanol
4. Untuk mengetahui tujuan penambahan ragi pada fermentasi
5. Untuk mengetahui proses fermentasi dan destilasi pada pembuatan bioetanol

KESIMPULAN
1. Dalam proses pembuatan bioetanol ada 2 tahap antara lain fermentasi dan proses
destilasi. Pada proses fermentasi diberikannya penambahan ragi Sebanyak 100 gr
yang bertujuan untuk membantu proses percepatan metabolisme pada ubi
jalar ,sehingga Saccharomyces cerevisiae yang ada pada Ragi yang mengandung
mikroorganisme akan melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme
tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Dan
waktu yang dibutuhkan Fermentasi tersebut selama 6-7 Hari. Sedangkan pada proses
destilasi yaitu memisahkan campuran dua atau lebih zat cair ke dalam fraksi- farksinya
berdasarkan perbedaan titik didih. Pada umumnya, pemisahan hasil fermentasi
glukosa/dektrosa menggunakan sistem uap-cairan, dan terdiri dari komponen –
komponen tertentu yang mudah tercampur.
2. Umbi -umbian dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan bioetanol terutama ubi
jalar dikarenakan ubi jalar memiliki kandungan Pati dengan kadar yang sangat tinggi
dibandingkan dengan bahan lainnya sehingga sangat tepat dijadikan bahan dalam
pembuatan bioetanol .
3. Faktor yang mempengaruhi proses keberhasilan dalam pembuatan bioetanol ada
beberapa hal antara lain : Pada proses fermentasi yang perlu diperhatikan yaitu suhu,
oksigen, pH ( keasaman), dan banyaknya ragi. Sedangkan pada proses destilasi yang
diperhatikan yaitu suhu destilasi, ukuran wadah Destilasi, dan volume cairan yang
dihasilkan pada proses fermentasi.
4. Tujuan dari penambahan ragi pada proses fermentasi dalam pembuatan bioetanol
adalah untuk membantu proses percepatan metabolisme pada ubi jalar ,sehingga Ragi
yang mengandung mikroorganisme akan melakukan fermentasi dan media biakan bagi
mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau
cairan nutrien.
5. Fermentasi adalah proses perubahan glukosa menjadi etanol dengan bantuan ragi.
menjadi Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kehidupan ragi. Sedangkan Destilasi
adalah Proses penyulingan bioetanol dengan menggunakan penyulingan biasa akan
dihasilkan kadar bioetanol maksimal 95%, karena etanol dan air akan membentuk
azeotrop pada kadar etanol 95%. Untuk mendapatkan bioetanol kering (absolut) dengan
kadar minimal 99,5% maka perlu perlakukan khusus.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2012. Singkong Dapat Memperkuat Ketahanan Pangan.
Irwan S, 2016. Bioethanol Dari Limbah Kulit Singkong Melalui Proses Fermentasi.
Pendidikan Kimia Universitas Tadulako, Palu.
Prihandana.,dkk. 2007. Bioetanol ubi kayu: bahan bakar masa depan. Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Yanni,dkk. 2019. Perkembangan bioetanol GW: Teknologi dan Perspektif. Jakarta: LIPI
Press

Anda mungkin juga menyukai