Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH BAHAN BAKAR PELUMAS

ANALISA HASIL PEMBAKARAN BAHAN


BAKAR BIO HYDROCARBON

PRESENTER
ANDRI HAROS/210203601003
MUH AMIN GIBRAN/210203601017
ZUL KARNAIM/210203602014
BIOHIDROCARBON
Bio-Hydrocarbon atau Bio-Fosil biasa disebut dengan Biofuel. Biofuel
saat ini telah berkembang menjadi salah satu energi alternatif dari
bahan bakar fosil. Sebagai salah satu sumber energi terbarukan,
biofuel adalah alternatif yang tepat untuk menggantikan bahan
bakar fosil yang tak terbarukan dan mulai menipis persediaannya.
Selain karena ketersediaannya, perolehan dan penggunaan bahan
bakar fosil yang tidak ramah lingkungan juga menjadi alasan
dijadikannya biofuel sebagai salah satu sumber energi yang paling
dicari dan diteliti saat ini.
PEMBENTUKAN BAHAN BAKAR BIO-
HYDROKARBON
Bahan bakar bio-hydrokarbon juga bisa disebut dengan bahan bakar
nabati (BBN) karena bahan utama dalam pembuatan bahan bakar bio-
hydrokarbon berasal dari minyak nabati hasil dari pengolahan beberapa
tumbuhan dan dapat berupa bioethanol, biodiesel, dan biogas.
Bahan bakar nabati, yang juga dikenal dengan biomassa, merupakan
sumber energi yang dihasilkan dari bahan organik tumbuhan ataupun hewan.
Dua jenis bahan bakar nabati yang paling sering digunakan adalah etanol dan
biodiesel. Etanol berasal dari tumbuhan. Proses kimia yang disebut sebagai
fermentasi adalah salah satu metode paling sering digunakan untuk
mengubah biomassa menjadi etanol. Selama proses fermentasi, gula pada
tumbuhan menghasilkan etanol melalui proses metabolisme.
Biodiesel dihasilkan dari minyak nabati atau kotoran hewan. Hampir semua biodiesel
dihasilkan melalui proses yang disebut transesterifikasi, yaitu reaksi kimia minyak nabati atau
kotoran hewan dengan alkohol seperti metanol atau etanol. Reaksi ini menghasilkan biodiesel
dan gliserin.Sederhananya prosesnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Minyak nabati/kotoran hewan + alkohol (metanol/etanol) = Biodiesel dan Gliserin

Gliserin digunakan di berbagai industri seperti farmasi dan kosmetik. Umumnya biodiesel
dicampur dengan minyak solar sebagai bahan bakar kendaraan. Biodiesel murni masih jarang
dan belum lazim digunakan sebagai bahan bakar transportasi karena biaya mahalnya
dibanding biodiesel campuran.
Selain daripada yang dijelaskan diatas, ada bioethanol dan biogas yang juga merupakan
energi yang terbuat dari materi hidup, dan dapat dihasilkan dari bahan-bahan organic secara
langsung maupun tidak langsung yang berupa tanaman dan limbah industri komersial,
domestic atau pertanian. Jenis – jenis dari bahan bakar bio-hydrokarbon diproduksi dengan
cara yang berbeda beda.
1. BIOETANOL
Bioetanol adalah sebuah terminologi untuk etanol yang dibuat dari proses alamiah. Dalam hal ini,
bioetanol adalah etanol yang dibuat dari bahan baku nabati. Bioetanol berwujud cairan tak berwarna
yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Sebagai pengganti bahan bakar fosil yang sudah semakin
menipis ketersediaanya, bioetanol dapat dijadikan sebagai pengganti minyak tanah yang dapat
digunakan untuk memasak.

Etanol atau ethyl alcohol (C2H5OH) adalah senyawa organik golongan alkohol yang
mengandung gugus hidroksil (OH) dengan rumus kimia CH3CH2OH. Etanol dapat diklasifikasikan
berdasarkan bahan baku yang digunakan, proses, dan pemanfaatannya.
Mengingat pemanfaatan ethanol beraneka ragam, sehingga proses pengolahannya berbeda
tergantung grade ethanol yang diharapkan sesuai dengan penggunaannya. Untuk ethanol yang
mempunyai grade 90-95% biasa digunakan pada industri, sedangkan ethanol/bioethanol yang
mempunyai grade 95-99% atau disebut alkohol teknis dipergunakan sebagai campuran untuk miras
dan bahan dasar industri farmasi. Sedangkan grade ethanol/bioethanol yang dimanfaatkan sebagai
campuran bahan bakar untuk kendaraan bermotor harus betul-betul kering dan anhydrous supaya
tidak menimbulkan korosif, sehingga ethanol/bio-ethanol harus mempunyai grade tinggi antara 99,6-
99,8 % (Full Grade Ethanol = FGE).
Perbedaan besarnya grade akan berpengaruh terhadap proses konversi karbohidrat
menjadi gula (glukosa) larut air. Produksi ethanol/bioethanol (atau alkohol) dengan
bahan baku tanaman yang mengandung pati atau karbohydrat, dilakukan melalui
proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air. Konversi bahan baku
tanaman yang mengandung pati atau karbohydrat dan tetes menjadi bioethanol.
Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, proses pembuatannya dapat dibedakan
berdasarkan zat pembantu yang dipergunakan, yaitu Hydrolisa asam dan atau
Hydrolisa enzyme. Berdasarkan kedua jenis hydrolisa tersebut, saat ini hydrolisa
enzyme lebih banyak dikembangkan, sedangkan hydrolisa asam (misalnya dengan
asam sulfat) kurang dapat berkembang, sehingga proses pembuatan glukosa dari
bahan berpati sekarang ini menggunakan hydrolisa enzyme.
2. BIODIESEL
Biodiesel dibuat melalui suatu proses kimia yang disebut transesterifikasi dimana gliserin
dipisahkan dari minyak nabati. Proses ini menghasilkan dua produk yaitu metil esters
(biodiesel)/mono-alkyl esters dan gliserin yang merupakan produk samping. Bahan baku utama
untuk pembuatan biodiesel antara lain minyak nabati, lemak hewani, lemak bekas/lemak daur
ulang. Semua bahan baku ini mengandung trigliserida, asam lemak bebas (ALB) dan zat-
pencemar dimana tergantung pada pengolahan pendahuluan dari bahan baku tersebut.
Sedangkan sebagai bahan baku penunjang yaitu alkohol. Pada ini pembuatan biodiesel
dibutuhkan katalis untuk proses esterifikasi, katalis dibutuhkan karena alkohol larut dalam
minyak. Minyak nabati kandungan asam lemak bebas lebih rendah dari pada lemak hewani,
minyak nabati biasanya selain mengandung ALB juga mengandung phospholipids, phospholipids
dapat dihilangkan pada proses degumming dan ALB dihilangkan pada proses refining. Minyak
nabati yang digunakan dapat dalam bentuk minyak Produk biodiesel tergantung pada minyak
nabati yang digunakan sebagai bahan baku seta pengolahan pendahuluan dari bahan baku
tersebut.
Secara ringkas tahapan proses dari pembuatan biodiesel adalah sebagai berikut.

1. Jika kandungan asam lemak bebas dan air terlalu tinggi, hal ini akan mengakibatkan pembentukan
sabun (saponifikasi) dan menimbulkan masalah pada pemisahan gliserol nantinya. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengolahan pendahuluan bahan baku dilakukan proses degumming dan refined
2. Katalis dilarutkan dalam methanol dengan menggunakan mixer atau agitator standar.
3. Campuran methanol dan katalis dimasukkan ke dalam reaktor tertutup baru kemudian ditambahkan
minyak nabati. Sistem harus tertutup total untuk menghindari penguapan methanol.
4. Reaksi dijaga pada suhu diatas titik didih alkohol (sekitar 70 o C) guna mempercepat reaksi
meskipun beberapa sistem merekomendasikan suhu kamar. Lama reaksi adalah 1 – 8 jam. Pemberian
methanol berlebih diperlukan untuk memastikan konversi yang sempurna.
5. Meskipun densitas gliserol lebih tinggi daripada biodiesel sehingga gliserol tertarik ke bawah karena
gravitasi, alat sentrifugal masih diperlukan untuk mempercepat pemisahan kedua senyawa tersebut.
Setelah terjadi pemisahan gliserol dan biodiesel , kelebihan methanol diambil dengan proses evaporasi
atau distilasi.
6. Produk samping gliserol yang masih mengandung katalis dan sabun selanjutnya dinetralkan dengan
larutan asam sulfat.
7. Setelah biodiesel dipisahkan dari gliserol selanjutnya dimurnikan lagi dengan air hangat untuk
membuang sisa-sia katalis atau sabun. Lalu dikeringkan dan dikirim ke tangki penyimpan biodiesel.
ANALISA HASIL PEMBAKARAN BAHAN
BAKAR BIO-HYDROKARBON
Istilah bahan bakar alternatif muncul sebagai upaya mengganti bahan bakar konvensional,
seperti bensin, solar, dan sebagainya. Bahan bakar alternatif mencakup gas alam cair
(propana), etanol, metanol, gas alam terkompresi, hidrogen, atau bahan bakar yang berasal
dari tumbuhan. Penggunaan bahan energi alternatif dianggap ramah lingkungan, karena
menghasilkan emisi atau gas rumah kaca yang lebih sedikit dibandingkan dengan bahan
bakar konvensional. Dari semua bahan bakar fosil, minyak bumi dianggap bahan bakar
yang paling tidak berkelanjutan karena jumlahnya terbatas sehingga cepat habis. Hal
tersebut yang menjadi alasan utama pengembangan adanya bahan bakar alternatif.
Upaya yang saat ini sedang dilakukan berbagai negara termasuk Indonesia, adalah
mengembangkan sumber energi alternatif. Energi alternatif merupakan energi yang dapat
digunakan untuk menggantikan bahan bakar konvensional. Energi ini juga dikembangkan
sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan, yang umumnya
disebabkan oleh penggunaan bahan bakar hidrokarbon pada energi konvensional. Selain
dapat mengurangi penggunaan energi konvensional dan dampak kerusakan lingkungan,
ternyata energi alternatif juga mempunyai berbagai manfaat lain yang dapat berguna untuk
kehidupan manusia.
Bahan bakar alternatif digunakan karena menghasilkan emisi atau gas rumah kaca
yang lebih sedikit dibandingkan bahan bakar fosil. Bahan bakar alternatif bersifat
dapat diperbarui, sehingga tidak akan habis dalam waktu dekat. Hal tersebut
berbeda dengan bahan bakar fosil, yang apabila digunakan secara terus-menerus
maka akan habis. Selain itu, ada beberapa bahan bakar alternatif yang memiliki
angka oktan lebih tinggi dibandingkan bahan bakar fosil. Contohnya bahan bakar
propana atau propana autogas yang memiliki angka oktan yang lebih tinggi dari
bensin.
Adapun analisa hasil pembakaran yang dihasilkan dari bahan bakar Bio-
Hydrokarbon adalah sebagai berikut :
1. BIOETANOL

Bioetanol (bioethanol) merupakan etanol (etil alkohol) yang proses produksinya


menggunakan bahan baku alami dan proses biologis, berbeda dengan etanol sintetik yang
diperoleh dari sintesis kimiawi senyawa hidrokarbon. Etanol yang digunakan sebagai bahan
bakar kendaraan memiliki struktur kimia yang persis sama dengan etanol yang ditemukan pada
minuman keras. Etanol yang digunakan untuk bahan bakar disebut dengan Fuel Grade
Ethanol (FGE) dengan tingkat kemurnian 99.5%

Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan bermotor bervariasi


antara blend hingga bioetanol murni. Bioetanol sering disebut dengan notasi “Ex”, dimana x
adalah persentase kandungan bioetanol dalam bahan bakar. Beberapa contoh penggunaan
notasi “Ex” antara lain:
• E100, bioetanol 100% atau tanpa campuran
• E85, campuran 85% bioetanol dan bensin 15%
• E5, campuran 5% bioetanol dan bensin 95%
2. BIODIESEL

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai panjang
asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber
terbarui seperti minyak sayur atau lemak hewan. Biodiesel merupakan kandidat yang paling baik untuk
menggantikan bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena biodiesel
merupakan bahan bakar terbarui yang dapat menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat
diangkut dan dijual dengan menggunakan infrastruktur zaman sekarang.
Biodiesel diproduksi dengan cara mereaksikan lemak (triglyceride) dengan alkohol dalam proses yang
disebut transterifikasi. Reaksi tersebut menghasilkan biodiesel dan gliserol (glycerol) sebagai produk
sampingan. Proses pre-treatment yang dilakukan bergantung pada jenis bahan baku yang digunakan.
Secara umum dilakukan proses untuk mengekstraksi minyak dari bahan baku melalui proses pemerasan
ataupun menggunakan pelarut CO2, serta pemurnian triglyceride dari komponen FFA dan air. Keberadaan
air akan menyebabkan triglyceride mengalami hidrolisis menjadi FFA dan pada akhirnya bereaksi dalam
transesterifikasi menghasilkan sabun (saponification). Proses transesterifikasi merupakan reaksi reversibel
yang hasil reaksinya ditentukan oleh jumlah methanol yang digunakan. Proses ini dibantu katalis NaOH
(Sodium Hydroxide) atau KOH (Potassium Hydroxide) untuk menciptakan suasana basa.
Biodiesel memiliki sifat lubrikasi-diri (self-lubricating) sehingga dapat mengurangi keausan pada
komponen mesin. Namun, biodiesel juga memiliki efek buruk terhadap beberapa komponen mesin, yang
terbuat dari rubber, tembaga, seng, timah atau besi. Mobil produksi sebelum tahun 1992 umumnya
memiliki toleransi yang buruk terhadap penggunaan biodiesel.
Biodiesel juga memiliki angka cetane yang lebih tinggi dari petrodiesel, menurunkan jeda pengapian
(ignition delay), sehingga cocok digunakan untuk mesin diesel kecepatan tinggi (high speed engine).
Biodiesel secara teoritis tidak mengandung sulfur hingga dapat dikategorikan sebagai Ultra-low sulfur
diesel (ULFD) dengan kandungan maksium sulfur 50 ppm (standar emisi EURO IV). Ditinjau dari segi
emisi, pembakaran biodiesel menghasilkan emisi Sulfur dalam jumlah yang sangat kecil. Namun, seperti
layaknya pembakaran bioethanol justru menghasilkan emisi NOx yang lebih besar dari petrodiesel.
Menurut data EPA (Environmental Protection Agency) pembakaran 1 Liter biodiesel akan menghasilkan
sekitar 2.7 kg gas karbon dioksida. Penemuan mesin diesel diawali dari usaha untuk meningkatkan
efisiensi mesin bensin (Otto). Dengan efisiensi mesin hingga 40%, mesin diesel hampir memiliki efisiensi
100% lebih baik dari mesin bensin yang rata-rata hanya 15-20%. Selain efisiensi mesin yang lebih tinggi,
densitas energi dari bahan bakar diesel (petrodiesel atau biodiesel) juga lebih tinggi dibanding bahan
bakar bensin. Dari keunggulan tersebut mesin diesel secara umum memiliki fuel efficiency (jarak tempuh
terhadap konsumsi bahan bakar) lebih tinggi dibanding mesin bensin.
KESIMPULAN
Bahan bakar bio-hydrokarbon juga bisa disebut dengan bahan bakar nabati (BBN) karena bahan utama dalam pembuatan bahan
bakar bio-hydrokarbon berasal dari minyak nabati hasil dari pengolahan beberapa tumbuhan dan dapat berupa bioethanol, biodiesel,
dan biogas.
Bahan bakar nabati, yang juga dikenal dengan biomassa, merupakan sumber energi yang dihasilkan dari bahan organik tumbuhan
ataupun hewan. Dua jenis bahan bakar nabati yang paling sering digunakan adalah etanol dan biodiesel. Etanol berasal dari
tumbuhan. Proses kimia yang disebut sebagai fermentasi adalah salah satu metode paling sering digunakan untuk mengubah biomassa
menjadi etanol. Selama proses fermentasi, gula pada tumbuhan menghasilkan etanol melalui proses metabolisme.
Upaya yang saat ini sedang dilakukan berbagai negara termasuk Indonesia, adalah mengembangkan sumber energi alternatif.
Energi alternatif merupakan energi yang dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar konvensional. Energi ini juga
dikembangkan sebagai salah satu upaya untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan, yang umumnya disebabkan oleh
penggunaan bahan bakar hidrokarbon pada energi konvensional. Selain dapat mengurangi penggunaan energi konvensional dan
dampak kerusakan lingkungan, ternyata energi alternatif juga mempunyai berbagai manfaat lain yang dapat berguna untuk kehidupan
manusia.
Bahan bakar alternatif digunakan karena menghasilkan emisi atau gas rumah kaca yang lebih sedikit dibandingkan
bahan bakar fosil. Bahan bakar alternatif bersifat dapat diperbarui, sehingga tidak akan habis dalam waktu dekat. Hal tersebut berbeda
dengan bahan bakar fosil, yang apabila digunakan secara terus-menerus maka akan habis. Selain itu, ada beberapa bahan bakar
alternatif yang memiliki angka oktan lebih tinggi dibandingkan bahan bakar fosil. Contohnya bahan bakar propana atau propana
autogas yang memiliki angka oktan yang lebih tinggi dari bensin.
Bahan bakar hayati dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara tidak langsung dari limbah industri, komersial,
domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan bahan bakar hayati: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan
rumah tangga, limbah industri dan pertanian); fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk menghasilkan
biogas (mengandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol dan ester; dan energi
dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan bakar).
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai