Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PEMBUATAN METIL ESTER

Disusun oleh:

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI S1 TERAPAN TEKNIK ENERGI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018/2019
PEMBUATAN METIL ESTER

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa dapat memahami pembuatan metil ester.

II. ALAT DAN BAHAN


 Bahan yang digunakan:
- Minyak jelantah atau minyak kelapa curah
- NaOH pa
- Metanol pa
- Etanol pencuci
- NaOH 0.1N
- Indikator phenolphtalein (pp)
 Alat yang digunakan:
- Gelas Piala 600 mL
- Gelas Ukur 50 mL
- Labu Pemisah
- Viscometer
- Neraca Analitik
- Stopwatch
- Gelas Ukur 500 mL
- Buret
- Hot Plate 250 mL
- Piknometer
- Pipet Ukur 10 mL
- Thermometer
- Labu Erlenmeyer 500 mL
- Pipet Tetes
- Statif Dan Klem
III. DASAR TEORI

Bahan bakar nabati (BBN)-bioetanol dan biodiesel merupakan dua kandidat kuat
pengganti bensin dan solar yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin Otto dan
diesel. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan dan implementasi dua
macam bahan tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi namun juga
sebagai salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.

Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati,
baik minyak yang belum digunakan maupun minyak bekas dari penggorengan dan melalui
proses transesterifikasi.Biodiesel digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti
Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk motor diesel, dan apat diaplikasikan baik dalam bentuk
100% (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu (BBX),
seperti 10% biodiesel dicampur dengan 90% solar yang dikenal dengan nama B10, (Erliza,
dkk, 2007:8).
Pemanfaatan minyak nabati sebagai bahan baku biodiesel memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya sumber minyak nabati mudah diperoleh, proses pembuatan
biodiesel dari minyak nabati mudah dan cepat, serta tingkat konversi minyak nabati
menjadi biodiesel yang tinggi (95%). Minyak nabati memiliki komposisi asam lemak
berbeda-beda tergantung dari jenis tanamannya. Zat-zat penyusun utama minyak-lemak
(nabati maupun hewani) adalah trigliserida, yaitu triester gliserol dengan asam-asam lemak
(C8 – C24). Komposisi asam lemak dalam minyak nabati menentukan sifat fisik kimia
minyak, (Erliza, dkk, 2007: 11).
Minyak jelantah adalah minyak goreng yang telah digunakan untuk menggoreng.
Dengan meningkatkan produksi dan konsumsi minyak goreng, ketersediaan minyak
jelantah kian hari kian melimpah, (Erliza, dkk, 2007: 25). Penggunaan minyak goreng
secara berulang akan mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi pada minyak karena adanya
kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak. Akibat pemanasan yang berulang-ulang
serta reaksi oksidasi yang terjadi di dalam minyak, minyak jelantah dapat mengandung
senyawa-senyawa radikal seperti hidroperoksida dan peroksida. Senyawa-senyawa radikal
tersebut bersifat karsinogenik, oleh karena itu pemakaian minyak goreng yang
berkelanjutan dapat mengganggu kesehatan manusia.
Bila tak digunakan kembali, minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja ke
saluran pembuangan. Limbah yang terbuang ke pipa pembuangan dapat menyumbat pipa
pembuangan karena pada suhu rendah minyak maupun lemak akan membeku dan
mengganggu jalannya air pada saluran pembuangan. Minyak ataupun lemak yang
mencemari perairan juga dapat mengganggu ekosistem perairan karena dapat menghalangi
masuknya sinar matahari yang sangat dibutuhkan oleh biota perairan. Oleh karena itu
diperlukan solusi untuk memanfaatkan limbah minyak goreng bekas, salah satunya dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel.
Biodiesel merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat
menyerupai minyak diesel/solar. Biodiesel dapat digunakan baik secara murni maupun
dicampur dengan petrodiesel tanpa terjadi perubahan pada mesin diesel. Bila dibandingkan
dengan bahan bakar diesel tradisional (berasal dari fosil), biodiesel lebih ramah lingkungan
karena emisi gas buang yang jauh lebih baik dibandingkan petrodiesel, bebas sulfur,
bilangan asap (smoke number) rendah, angka setana (cetane number) berkisar antara 57-
62, sehingga efisiensi pembakaran lebih baik. Selain itu, sifat biodiesel yang dapat terurai
(biodegradable), memiliki sifat pelumasan yang baik pada piston, serta merupakan sumber
energi yang terbaharui (renewable energy) memberikan keuntungan yang lebih dari
penggunaan biodiesel (Oberlin Sidjabat 2003: 2).
Beberapa peneliti menyatakan bahwa viskositas minyak nabati lebih tinggi
dibandingkan minyak solar, hal tersebut menyebabkan minyak nabati tidak cocok bila
digunakan langsung pada mesin diesel. Untuk itu agar viskositas minyak nabati sama
dengan viskositas minyak solar, maka harus dilakukan pengubahan minyak nabati menjadi
senyawa monoalkil ester melalui proses transesterifikasi.
Transesterifikasi merupakan reaksi organik dimana suatu senyawa ester diubah
menjadi senyawa ester lain melalui pertukaran gugus alcohol dari ester dengan gugus alkil
dari senyawa alkohol lain. Sedikit berbeda dengan reaksi hidrolisis, pada reaksi
transesterifikasi pereaksi yang digunakan bukan air melainkan alkohol. Metanol lebih
umum digunakan untuk proses transesterifikasi karena harganya yang lebih murah
dibandingkan alkohol lain. Namun penggunaan alkohol lain seperti etanol dapat
menghasilkan hasil yang serupa (Fitria Yulistika 2006: 20).
Pembuatan biodiesel dari minyak tanaman memiliki kasus yang berbedabeda sesuai
dengan kandungan FFA. Pada kasus minyak tanaman dengan kandungan asam lemak
bebas tinggi dilakukan dua jenis proses, yaitu esterifikasi dan transesterifikasi, sedangkan
untuk minyak tanaman yang kandungan asam lemak rendah dilakukan proses
transesterifikasi. Proses esterifikasi dan transesterifikasi bertujuan untuk mengubah asam
lemak bebas dan trigliserida dalam minyak menjadi metil ester (biodiesel) dan gliserol.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan transesterifikasi:

1. Suhu
Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh temperatur reaksi. Pada umumnya
reaksi ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol (65oC) pada tekanan
atmosfer. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur. Semakin
tinggi temperatur berarti semakin banyak yang dapat digunakan oleh reaktan untuk
mencapai energi aktivasi.
2. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi maka semakin banyak produk yang dihasilkan karena
ini akan memberikan kesempatan reaktan untuk bertumbukan satu sama lain. Namun
setelah kesetimbangan tercapai tambahan waktu retensi tidak akan mempengarhi reaksi.
Penilitian yang menggunakan lama reaksi 3 jam (Azis, 2005).
3. Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan menurunkan energi aktivasi
reaksi, namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis reaksi transesterifikasi
baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250oC. Penambahan katalis bertujuan untuk
mempercepat dan menurunkan kondisi operasi. Katalis yang dapat digunakan adalah
katalis asam, katalis basa, ataupun penukar ion. Dengan katalis basa dapat berjalan pada
suhu kamar.
4. Pengadukan
Pada reaksi transesterifikasi reaktan-reaktan awalnya membentuk sistem cairan dua
fase. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara fase-fase yang berlangsung lambat. Sering
dengan terbentukanya metil ester ia bertindak sebagai pelarut tunggal yang dipakai
bersama oleh reaktan-reaktan dan sistim dengan fase tunggalpun terbentuk. Dampak
pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi. Setelah sistim tunggal terbentuk makan
pengadukan menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap reaksi.
Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan campuran reaksi yang bagus.
Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan antara massa. Pengadukan
transesterifikasi 150rpm.
5. Perbandingan reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar atara
alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi memerlukan 1mol minyak
trigliserida memerlukan 6mol metanol menggunakan rasio molar alkohol:minyak = 1:6.
Terlalu banyak alkohol yang dipakai menyebabkan biodiesel mempunyai viskositas yang
rendah dibandingkan viskositas solar juga akan menurunkan titik nyala (flash point). Hal
ini disebabkan karena pengaruh sifat-sifat alkohol yang mudah terbakar. Perbandingan
alkohol:minyak = 1:2,2 (etanol:minyak).

Metanol

Metanol dalam keadaan atmosfer berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap,
tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bauk yang khas (berbau lebih ringan
daripada etanol). ,etanol banyak digunakan sebagai pendingin anti beku, pelarut, bahan
bakar dan sebagai bahan aditid bagi etanol industri.

Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil
proses tersebut adalah upa metanol (dalam jumlah kecil) diudara. Setelah beberapa hari,
uap metanol tersebut akan teroksidasi dan oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi
karbon dioksida dalam air. Reaksi kimia metanol yang terbakar diudara dan membentuk
karbon dioksida dan air:

2CH3OH + 3O2  2CO2 + 4H2O

Api dari metanol tidak berwarna, metanol sering digunakan sebagai bhan aditif bagi
pembuatn alkohol untuk penggunaan industri karena sifatnya yang beracun.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Menimbang 1gr NaOH yang telah dilarutkan dengan 41ml metanol pa. Mengaduk
dengan stirrer hingga semua NaOH larut semua. Menempatkan pada piala gelas
250ml.
2. Memanaskan 200 ml minyak jelantah di atas hotplate dan mengaduknya
menggunakan stirrer kira-kira 750-1500 rpm hingga mencapai suhu 45-550C.
3. Menambahkan larutan natrium metoksida yang telah dibuat pada langkah 1
kedalam minyak jelantah yang telah dipanaskan dan mempertahankan suhu
pengadukanya pada 550C. Melakukan penambahan larutanh ini sedikit demi
sedikit. Menghitung waktu pengadukan hingga 45 menit, setelah semua
natriummetoksida bercampur semua.
4. Memindahkan metil ester kedalam corong pisah dan mendiamkanya hingga
terbentuk lapisan selama kurangn lebih 10 menit, lalu mengeluarkan lapisan
bawahnya.
5. Memasukkan metil ester kedalam gelas kimia dan melakukan pemurnian dengan
memanaskan aquadest sebanyak 50% volume metil ester hingga suhu 600C,
menuangkan metil ester kedalam aquadest dan mengaduknya perlahan selama 10
menit.
6. Memindahkan metil esterdan aquadest kedalam corong pisah dan membiarkanya
sampai terbentuk dua lapisan, kemudian lapisan bawahnnya dikeluarkan.
· Menghiung volume metil ester yang diperoleh.

 Prosedur analisa pengujian densitas


Pengujian density
1. Menimbang piknometer yang telah di bersihkan dalam keadaan belum ada isi
sebagai a gram
2. Mengisi piknometer dengan sampel dan menimbangnya sebagai b gram
3. Membersihkan piknometer yg telah digunakan dengan sabun dan alkohol
4. Menghitung besar densitas yang diperoleh.

Pengujian viskositas
1. Membersihkan gelas ukur 250 mL dan mengeringkanya dengan tissue.
2. Memasukkan sampel keadalam geals ukur tersebut sampai ¾ volume gelas ukur,
lalu memasukkan viscometer ostwald kedalam gelas ukur berisi sampel. Secara
otomasis membaca viskositas yang tertera dalam alat tersebut.
Pengujian asam lemak bebas (ALB)
1. Menimbang 2- 5 gram metil ester, menambahkan larutan metanol 95% sebanyak 50
ml dan 3 tetes indikator pp.
2. Melaukakan titrasi menggunakan larutan NaOH 0.1 N sampai berwana merah
muda.
3. Mencatat banyaknya volume NaOH yang terpakai.
Keterangan :
M = Berat molekul asam lemak (gr/mol)
T = Normalitas NaOH
m = Berat molekul asam lemak
Y = Volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi (mL)

Pembuatan Larutan
1. NaOH 0.1 N 500 mL (sebanyak 2 gram NaOH dilarutkan dalam 500ml aquadest)
2. Metanol 95 % netral (memasukkan metanol (95% sebannyak yang diperlukan
kedalam erlenmeyer, menambhkan 3 tetes indikator PP lalu titrasi dengan NaOH
0.1 N sampai terbentuk warna merah muda)
3. Indikator pp (melarurkan 0.5 gram fenolftalein dalam 100 ml etanol).
V. DATA PENGAMATAN
*Pembuatan Metil Ester
 Volume Sampel Minyak : 200 ml
 Volume metanol : 41 ml
 Massa Naoh : 1 gr
 Volume Metil Ester : 190 ml

VI. PERHITUNGAN
1. Pembuatan Metil Ester
Komponen minyak :
- Trigliserida
- Gliserida
- Gliserol
- Asam Lemak Bebas (ALB)

Data yang diketahui:

- Trigliserida (C57H106O6)
- ℓ Trigliserida = 0,885 gr/ml
- BM Trigliserida = 890 gr/mol
- % Trigliserida = 96%
- Metanol ( CH3OH)
- BM Metanol = 32,04 gr/mol
- ℓ Metanol = 0,7916 gr/ml

- Secara Teori

Volume Trigliserida = % Trigliserida x Volume Minyak

= 96% x 200 ml

= 192 ml

Mol Metanol

ℓ .V
n=
BM

gr
0,7916 .41 ml
ml
= gr = 1,0132 mol
32,04
mol
Massa = ℓ Trigliserida x Volume Minyak

= 0,885 gr/ml x 192 ml

= 169,92 gr

m trigliserida
mol Trigliserida =
BM trigliserida

169,92 gr
= gr
890
mol

= 0,1989 mol
Reaksi :
C57H106O6 + 3 CH3OH 3C19H37O2 + C3H3(OH)3
Mula-mula : 0,1989 mol 1,0132 mol - -
Bereaksi : 0,1989 mol 0,1989 mol 0,1989 mol 0,1989 mol
Sisa : - 0,8143 mol 0,1989 mol 0,1989 mol
BM : 890 gr/mol 32,04 gr/mol 298 gr/mol 92 gr/mol
Massa : - 26,0901 gr 59,2722 gr 18,2988gr

Tabel Neraca Massa Teori


Senyawa BM Input Output
Mol Massa Mol Massa
C57H106O6 890 gr/mol 0,1989 mol 177,021 - -
gr
CH3OH 32,04 gr/mol 1,013 mol 32,4638 0,8143 26,0901
gr mol gr
C19H37O2 298 gr/mol - - 0,1989 59,2722
mol gr
C3H3(OH)3 92 gr/mol - - 0,1989 18,2988g
mol r
Jumlah 1,2119 mol 209.4848 1,2121 209,4848
gr mol gr
- Secara Praktikum
Mol Metil Ester

ℓ .V
n=
BM

gr
0,8791 .190 ml
ml
= gr
298
mol

= 0,5605 mol

Volume Trigliserida = % Trigliserida x Volume Minyak

= 96% x 200 ml

= 192 ml

Mol Metanol

ℓ .V
n=
BM

gr
0,7916 .41 ml
ml
= gr
32,04
mol

= 1,0132 mol

Massa = ℓ Trigliserida x Volume Minyak

= 0,885 gr/ml x 192 ml

= 169,92 gr

m trigliserida
mol Trigliserida =
BM trigliserida

169,92 gr
= gr
890
mol

= 0,1989 mol
Reaksi :
C57H106O6 + 3 CH3OH 3C19H37O2 + C3H3(OH)3
Mula-mula : 0,1989 mol 1,0132 mol - -
Bereaksi : 0,1989 mol 0,1989 mol 0,5605 mol 0,5605 mol
Sisa : - 0,8143 mol 0,5605 mol 0,5605 mol
BM : 890 gr/mol 32,04 gr/mol 298 gr/mol 92 gr/mol
Massa : - 26,0901 gr 167,029 gr 18,2988 gr

Tabel Neraca Massa Teori


Senyawa BM Input Output
Mol Massa Mol Massa
C57H106O6 890 gr/mol 0,1989 mol 177,021 - -
gr
CH3OH 32,04 gr/mol 1,013 mol 32,4638 0,8143 26,0901
gr mol gr
C19H37O2 298 gr/mol - - 0,5605 167,029
mol gr
C3H3(OH)3 92 gr/mol - - 0,5605 18,2988g
mol r
Jumlah 1,2119 mol 209.4848 1,9353 211,4179
gr mol gr

% Kesalahan = Massa metil ester praktek – Massa metil ester teori x 100%
Massa Metil ester praktek
= 167,029 gr – 59,2722 gr x 100%
59,2722 gr
= 64,5138%
2.Pengujian ALB
Kadar FFA = M x V x N x 100 %
10.BM
= 3 gr x 6,5667 ml x 0,1 mek/ml x 100 %
283,77 gr/mek
= 0,6942 %
VII. PERTANYAAN
1. Tuliskan mekanisme percobaan ini!
2. Terangkan prinsip reaksi transesterifikasi!
3. Mengapa dilakukan pada 75-150rpm? Apa yang terjadi jika pengadukan
lebih dari 150rpm?
4. Mengapa harus dilakukan pemurnian dengan air panas?
5. Apa kegunaan metil ester?
6. Tuliskan beberapa parameter fisika kimia biodiesel!
7. Dengan krisis energi yang sekarang ini, apa saja yang dapat dibuat
biodiesel? Jelaskan!
8. Tulis teori (pustaka) yang terkait dengan pembuatan metil ester!

JAWABAN

1. Reaksi yang terjadi

2. Prinsip transesterifikasi adalah mengeluarkan gliserin dari minyak jelantah


dan mereaksikannya (ALBnya) dengan alkohol (metanol).
3. Karena 75-150rpm merupakan standar dalam pengadukan maka apabila
pengadukan melebihi 150rpm akan menyebabkan reaksi semakin cepat dan
konstanta reaksi semakin besar.
4. Karena didalam metil ester yang telah dibuat pasti masih ada H2O-nya
sehingga air panas dapat mengikat kadar air dan jika air panas dibuang
diharapkan tidak ada H2O lagi yang tersisa di dalam metil ester.
5. Keunggulan metil ester:
a. Sebagai bahan bakar diesel pengganti solar yang lebih murah
b. Bahan bakar mesin diesel
c. Senyawa metil ester dapat digunakan sebagai zat tambahan pada suatu
formula kosmetika salah satu contohnya capiyus triglycende
6. Parameter fisika kimia biodiesel, yaitu:
a. Kekentalan (ɛSt)/viskositas
𝑚𝑔
b. Kadar air ( ⁄𝐾𝑔)
𝐾𝑔⁄
c. Densitas ( 𝑑𝑚3 )
d. Kadar ALB
7. Biodiesel untuk membantu mengurangi krisis energi:
a. Kemiri
b. Minyak jelantah
c. Biji jarak
d. Bioetanol yang dibuat dari bahan-bahan bergula seperti singkong, tetes
tebu, ubi jalar
e. Minyak nabati seperti jarak pagar, kapuk
f. Biogas yang memanfaatkan sampah dan kotoran hewan
8. Teori pustaka yang terkait pembuatan metil ester, yaitu:
a. Teori tentang viskositas
b. Teori Asam Lemak Bebas
c. Teori Transesterifikasi (alkoholisis)
d. Kadar air dan density
VIII. ANALISA DATA

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan metil ester.


Metil ester merupakan asam lemak yang dibuat melalui proses esterifikasi dari
asam lemak dengan metanol. Pembuatan metil ester dapat filakukan dengan
melalui 4 cara, yaitu pencampuran dan penggunaan secara langsung,
mikroemulsi, pirolisis, dan transesterifikasi. Metode yang digunakan pada
percobaan kali ini adalah dengan cara transesterifikasi. Bukan utama yang
digunakan dalam pembuatan metil ester adalah minyak jelantah atau minyak
kelapa curah.

Minyak jelantah merupakan minyak yang telah digunakan berulang kali


untuk proses penggorengan. Minyak goreng bekas ini tidak dibuang langsug
karena masih dapat dipergunakan kembali dan sekaligus untuk penghematan.
Komposisi minyak goreng bekas yang masih mengandung asam lemak bebas
mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dalam pembuatan oleh kimia. Salah
satu pemanfaatannya adalah sebagai bahan baku pembuatan metil ester atau
bahan bakar alternatif melalui proses transesterifikasi atau esterifikasi.

Dalam percobaan ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah


menimbang 1 gram NaOH yang telah dihaluskan dan melarutkan dengan 41ml
etanol p.a di dalam piala gelas 250 ml lalu mengaduk dengan stirrer hingga
NaOH larut semua. Kemudian 200 ml sampel minyak secara bergantian
dipanaskan diatas hotplate dan mengaduknya dengan stirrer kira-kira 75-150
rpm dengan suhu 45-55oC, hal ini dilakukan untuk memisahkan zat menjadi
metil ester dan gliserol, lalu menambahkan larutan Natrium Metoksida yang
telah dibuat sebelumnya ke dalam minyak yang telah dipanaskan dan juga
mempertahankan suhu pengadukan 55oC dengan melakukan penambahan
larutan sedikit demi sedikit, menghitung waktu hingga 45menit, setelah
semuanya bercampur semua. Kemudian memindahkan metil ester ke dalam
corong pisah, mendiamkan sampai terbentuk 2 lapisan, lapisan atas adalah metil
ester dan lapisan bawah adalah gliserol. Setelah itu memasukkan metil ester ke
piala gelas dan melakukan pemurnian dengan memanaskan aquadest 50%
volume metil ester dengan suhu 60oC, kemudian menuangkan metil ester ke
dalam aquadest, mengaduknya perlahan selama 10menit. Setelah itu
memindahkan metil ester dan aquadest ke dalam corong pisah dan membiarkan
hingga terbentuk 2 lapisan, lapisan bawahnya dikeluarkan lalu menghitung
volume yieldnya.

Tahap kedua yaitu pengujian asam lemak bebas, pertama-tama


menimbang 3 gr metil ester, menambahkan larutan 50 ml etanol 95% betral dan
3 tetes indikator phenolptalein. Kemudian melakukan titrasi dengan NaOH
0.1N sampai warna berubah dari bening menjadi merah muda. Dari hasi
percobaan, ml NaOH yang didapatkan sebanyak 3ml sehingga kadar ALBnya =
0.6942 %.

Percobaan metil ester melibatkan proses pengadukan dan temperatur.


Proses pengadukan dan temperatur mempengaruhi proses hasil penyaringan.
Pengadukan menggunakan stirrer lebih baik daripada pengadukan biasa.
Pengadukan biasa dapat menyebabkan bersatunya larutan dan terjadinya
penyabunan/emulsi akibat hal tersebut.
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Metil ester adalah monoalkil ester dari asam-asam lemak rantai panjang
yang terkandung dalam minyak nabati atau lemak hewani untuk digunakan
sebagai alternatif yang tepat untuk bahan baka mesin diesel.
2. Transesterifikasi (alkoholisis) adalah tahap konversi dari trugliserida
menjadi alkil ester melalui reaksi dengan alkohol dengan produk samping
gliserol.
3. Esterifikasi adalah tahap koncersi dari asam lemak bebas menjadi ester dan
juga tahap yang mereaksikan lemak dengan alkohol, misalnya metanol dan
etanol.
4. Dari hasil percobaan, data yang didapatkan:
Kadar ALB sampel = 0,6492 %
5. Proses pengadukan dan temperatur mempengaruhi hasil penyaringan.
Pengadukan menggunakan stirrer lebih baik daripada pengadukan biasa
dikarenakan konstan, pengadukan manual dapat menyebabkan bersatunya
larutan dan terjadinya penyabunan(emulsi) akibat terlalu lambat atau terlalu
cepat dengan pengadukan yang tidak konstan.
DAFTAR PUSTAKA

- JOB SHEET PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2018/2019. Politeknik Negeri Sriwijaya

- https://dokumen.tips/documents/pembuatan-metil-ester-562533226fd08.html

- https://id.scribd.com/doc/212569768/Pembuatan-Metil-Ester

- https://id.scribd.com/doc/171072039/Pembuatan-Metil-Ester

- https://www.slideshare.net/BilChiikuyaiiNonbiisuiitt/laporan-tetap-metil-ester-1
GAMBAR ALAT

Kaca Arloji Spatula

Termometer Labu Piknometer

Pipet Tetes Bola Karet/Hisap

Pipet Ukur Mortar/Penumbuk Porselen


Gelas Ukur Stopwatch

Hot Plate Gelas Kimia

Viskometer Hoppler Bola Beban


Corong Pisah Stirrer

Statif dan Klem Neraca Analitis

Anda mungkin juga menyukai