PERCOBAAN KE 11
SINTESIS OKSIM DAN PENATAAN ULANG BECKMANN
DOSEN PENGAMPU: Dr. NUNUNG KURNIASIH, S.Pd., M.Si
DIBUAT OLEH
Fahmi Shihab 1187040020
Jurusan Kimia
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2020
Percobaan ke 11 Selasa, 19 Mei 2020
SINTESIS OKSIM DAN PENATAAN ULANG BECKMANN
I. Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini, yaitu:
- Menentukan titik leleh kristal asetofenon oksim dari hasil sintesis
- Menentukan persen randemen kristal oksim dari hasil sintesis asetonfenon
oksim
- Mengidentifikasi senyawa hasil penataan ulang beckmann
- Menentukan persen randemen kristal hasil penataan ulang backmann
- Menetukan galat titikleleh kristal hasil penataan ulang backmann
Alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Labu erleneyer 50 dan 125 ml 2 buah
2 Spatula - 2 buah
3 Kaca arloji - 2 buah
4 Gelas ukur 25 ml 1 buah
5 Pipet tetes - 2 buah
6 Pemanas - 1 buah
7 Penangas es - 1 buah
8 Corong - 2 buah
9. Termometer 150ᵒC 1 buah
10. Pipa kapiler - 2 buah
11. Gelas kimia 250 ml 2 buah
Bahan
No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Asetofenon - 3 ml
2 Hidroksilamin - 2 gram
hidroklorida
3 NaOAc - 2,5 gram
4 Aquades - Secukupnya
5 Etanol 95% 50 ml
6 H2SO4 pekat 1 ml
7 Asetofenon oksim - 1 ram
8. Es - Secukupnya
9. Kertas saring - 2 lembar
IV. Material Safety Data Sheet (MSDS)
No Bahan Sifat fisik Sifat kimia Cara Penanganan
1 Etanol - Berwujud cair - Mudah terbakar - Simpan ditempat yang
(C2H5OH) - Tak berwarna - Larut dalam air kering dan Jauhkan dari
- Berbau amis - Oksidator kuat sumber panas
- TL : -114.4 ˚C - Gunakan APD
- TD : 78.29 ˚C - Jika terkena kulit
segera cuci dengan
sabun dan air.
- Jika terkena mata
segera basuh dengan air
selama 15 menit.
- Jika terhirup segera
mencari udara segar.
2 Aquades - larutan tak berwarna - Pelarut universal, - Gunakan APD
- TD : 100 ˚C - bersifat polar - Jika terkena kulit/
-TL : 0 ˚C mata segera basuh
-Mr : 18 g/mol dengan air
- Massa Jenis : 0,998 - Jika terhirup segera
g/cm3 menghirup udara segar.
- Simpan dengan wadah
yang tertutup rapat.
3 Asam sulfat - Berwujud cair - Korosif - Simpan ditempat
yang kering dan
(H2SO4) - Tidak berwarna - Higroskopis
jauhkan dari
- TL : 10 ˚ C - Menyebabkan Sumber panas.
- Gunakan APD
- TD :290-388 ˚ C iritasi
- Jika terkena kulit
- ρ : 1.84 g/cm3 - Bereaksi kuat segera cuci dengan
sabun dan air.
dengan banyak
- Jika terkena mata
bahan kimia segera basuh
dengan air selama
15 menit.
- Jika terhirup segera
mencari udara
segar.
4 Asetofenon - cairan berwarna - oksida kuat - Gunakan APD yang
orange - basa lengkap,
- densitas 1,62 g/cm3 - inhalasi - usahakan
- titik didih 202 ˚ C - iritan menggunakan masker,
- titik leleh 19,6 ˚ C - Jauhkan dari bahan
reaktif dan berusaha
hati-hati saat praktikum
Dik.
ditanyakan?
massa hasil percobaan
Jawab: %rendemen = × 100 %
massa secara teoritis
- % Randemen asetofenon oksim:
1,67 gram
%rendemen = ×1 00 %=48,04 %
3,46 gram
- % Randemen produk B:
0,2 gram
%rendemen = ×1 00 %=20,0 %
1,0 gram
- % Randemen asetanilida:
1,68 gram
%rendemen = ×100 %=37,75 %
4,45 gram
VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yakni mengenai proses sintesis pembentukan
asetofenon oksim dan asetanilida dan penataan ulang beckmann. Adapun pada
sintesis asetofenon oksim bahan yang digunakan ialah asetofenon sebaagi bahan
utama dikareanakan memeiliki gugus keton yang di reaksikan dengan
hidroksilamin hidroklorida. Penggunakan hidroksilamin pada proses ini
dikarenakan senyawa ini memiliki gugus amina dan adapun penggunaan natrium
asetat ialah sebagai katalis yang akan mempercepat reaksi yang terjadi. Adapun
reaksi yang terjadi pada proses pencampuran ini ialah dapat terlihat pada gambar
1.
Gambar 1. Reaksi sintesis pembentukan asetofenon oksim
Dari gambar 1 hal ini menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi merupakan salah
satu pembentukan imina (C¿N). imina dihasilkan dari reaksi pembentukan antara
gugus aldehid(-CHO) atau keton(-CO) dengan suatu amina primer(-NH2). Tetapi
jika suatu aldehid atau keton bereaksi dengan amina sekunder maka akan
dihasilkan suatu enamia(-C=C-N). Namun pada amina tersier, jika direaksikan
dnegan adehid dan keton maka keduanya tdak akan breaksi diakibatkan gaya
sterik yang terjadi.
Pada reaksi pembentukan asetofenon oksim diaman reaksi yang terjadi
merupakan salah satu reaksi amina yang merupakan salah satu reaksi adisi
nukleofilik 1,2 yang mana yang berperan sebagai nukleofilik ialah amina pada hal
ini ialah hidroksilamin hidroklorida. Amina merupakan suatu nukleofilik netral
yang memiliki pasangan elektron bebeas pada atom N. seperti mana yang
dijealskan fungsi natrium asetat disana ialah sebagai katalis yang akan
memprotonasikan atom O pada gugus aldehid atau keton.
Campuran yang telah bercampur kemudian di panaskan agar reaksi yang
berlengsung semakin cepat akibat gaya tumbukan yang lebih banyak. Kemudian
larutan yang telah di panaskan selanjutnya didinginkan pada penangas air agar
kristal asetofenon dapat terbentuk. Selajutnya kristal yang terbentuk di saring dan
dilakukan rekritalisasi agar krstal oksim yang diproleh ada dalam keadaan murni.
Adapun pada saat lakukan penimbanagn, didapatkan berat kristal asetofenon
oksim sebesar 1,67 gram dengan persen randemen yang diproleh sebesar 48.04%.
setalah diketahu randemen yang di proleh, dilakukan penentuan titik leleh dari
krstal ini adapu titik leleh yang diproleh sebesar 56,5 ˚ C dengana galat titik leleh
sebesar 1,74%. Hasil yang diproleh dari percobaan tidak sesuai dengan teoritis hal ini
bisa diakibatkan oleh tidak sempurnanya pengadukan sehingga reaksi yang berlangsung
tidak sempurna. Asetofenon yang ada tidak semua breaksi dengan hidroksilamin dang
mengakibatkan hasil percobaann tidak sesuai dengan literatur.
Kristal asetofenon oksim yang telah di proleh kemudian dialkuakn karakterisai
dengan menggunakan instrumen NMR adapun hasil spektrum H-NMR dan C-NMR
untuk kristal oksim ini terlihat pad gambar 2
Gambar 2. Spektrum H-NMR asetofenon oksim
Spektrum yang muncul merupakan salah satu penggambaran dari atom yang
memiliki spin inti lebih dari setengah. Secara umum, spektrum NMR ini akan
memberikan tiga informasi yakni jumlah jenis proton atau atom C yang terdapat
dalam suatu senyawa yangdilihat dari jumlah sinyal yang muncul. Kemudian yang
keud aialah akan memberkan informasi tentang posisi proton pada struktur
senyawa sinya yang paling kiri merupakan salah satu sinyal untuk proton yang
paling dekat dengan atom yang keelektronegatifan yang tinggi. Dan yang terakhir
ialah tentang jumlah proton pada atom C sebelahnya yag ditunjukkan oleh puncak
yang erbentuk pada satu sinyal.
Pada gambar 2 menunjukkan bahwa spektrum yang ditampilkan
menghasilkan empat sinya yang menandakan adnya empat jenis proton daam
suatu senyawa. Sinyal yang muncul di posisi paling kiri merupakan sinyal proton
yang paling dekat dengan atom yang memiliki keelektronegatifan yang tinggi.
Sinyal yang muncul memiliki multiplisitas singlet, artinya tidak memiliki proton
pada tetangganya. Sinyal ini meupakan sinyal proton pada gugus metil.
Selanjutnya sinyal yang muncul sebelumnya adalah sinyal dengan multiplisitas
doblet dan masing-masing puncaknya juga doblet, yakni terdapat dua jenis proton
yang sama.kedua jenis proton tersebut memiliki 1 proton tetangga. Selanjutnya
sinyal yang lebih kanan memiliki 5 puncak dan karena posisinya lebih kanan,
pada struktur senyawanya, terletak lebih jauh dari atom dengan kelektronegatifan
yang paling tinggi. Terdapat lima puncak menandakan bahwa ada 2 jenis proton
dengan 2 tetangga. Dan sinyal yang paling kanan menunjukkan posisi proton yang
tidak memiliki tetangga.
Gambar 3. Spektrum C-NMR asetofenon oksim
Berbeda dengan spektrum H-NMR untuk C-NMR hanya terdapat satu puncak
dalam satu sinyal yang menunjukkan secara spesifik untuk setiap atom C. pada
spektrum C-NMR pada gambar 3, terdapat empat sinya yang menunjukkan bahwa
terdapat empat atom C dalam senyawa yang dihasilkan. Adapun keempat atom C
tersebut adalah C-H pada gugus metil yang muncul pada pergeseran kimia antara
10-30 ppm, C=C pada cincin benzena dengan pergeseran kimia antara 120-150
antara ppm, C=N yang memiliki pergeseran kimia antara 150-170 ppm, dan C-H
pada benzena dengan pergeseran kimia antara 20-60 ppm.
Setelah dilakukannya proses sintesis asetofenon oksim, selanjutnya ialah
melakukan reaksi penataan ulang beckmann yang mana kristla hasil sintesis
digunakan pada proses ini. produk yang di proleh dari proses penataan ulang ini
dapat menghasilkan dua produk yakni asetanilida dan N-metilbenzamida. Adapun
produk yang paling dominan dihasilkan ialah produk yang memiliki kestabilan
tinggi. Adapun reaksi umum yang terjadi pada proses ini dapat terlihat pada
gambar 4.
VIII.Kesimpulan
Pada praktikum kali ini yakni mengenai sintesi asetofenon oksim dan
penataan ulang beckmann dapat disimpulkan bahwa titik leleh kristal asetofenon
oksim hasil sintesis ialah sebesar 56,5 ˚C dengan perolehan randmen sebesar 1,67
gram dan persen rademen sebesar 48,04%. Adapun pada proses penataan ulang
beckmann didapatkan senyawa berupa N-metilbenzamida dan asetailida dengan
persen randemen untuk keduanya secara berurutan sebesar 20% dan 37,75%.
Adapun galat titilk leleh keduanya sebesar 1,27% dan 4,20%
IX. Daftar Pustaka