Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN KE 11
SINTESIS OKSIM DAN PENATAAN ULANG BECKMANN
DOSEN PENGAMPU: Dr. NUNUNG KURNIASIH, S.Pd., M.Si

TANGGAL PERCOBAAN: SELASA,19 MEI 2020


TANGGAL PENGUMPULAN: SELASA, 26 MEI 2020

DIBUAT OLEH
Fahmi Shihab 1187040020

Jurusan Kimia
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Bandung
2020
Percobaan ke 11 Selasa, 19 Mei 2020
SINTESIS OKSIM DAN PENATAAN ULANG BECKMANN

I. Tujuan
Adapun tujuan pada praktikum ini, yaitu:
- Menentukan titik leleh kristal asetofenon oksim dari hasil sintesis
- Menentukan persen randemen kristal oksim dari hasil sintesis asetonfenon
oksim
- Mengidentifikasi senyawa hasil penataan ulang beckmann
- Menentukan persen randemen kristal hasil penataan ulang backmann
- Menetukan galat titikleleh kristal hasil penataan ulang backmann

II. Prinsip dasar


Dalam kimia organik terdapat senyawa yang dapat mengalami penataan ulang untuk
membebntuk senyawa yang lebih stabil, salah satunya ialah penataan ulang beckmann. Pada
penataan ini, mekanisme reaksi yang terjadi sama halnya pada pembentukan imina dari amina
primer. Adapun senyaw ayang dihasilkan pada penataan ulang beckmann ialah suatu amida.
Reaksi yang berlangsung bersifat stereospesifik yang mana posisi gugus yang anti terhadap
gugus hidroksil akan berpindah menuju atom nitrogen dan langsung akan mempertahankan
konfigurasi stereokimianya selama proses migrasi.(Horning, EC. 1952)
Secara umum terdapat dua tipe migrasi yakni syn dan anti. Pada penataan ulang ini
migrasi anti(asetanilida) pertama dihasilakn dan dilanjut dnegan migrasi syn( N-
metilbenzamida) yang dapat tersubstitusi melalui suasana asam ataupun basa. Adapun untuk
menimtesis suatu amida maka dengan reaksi asetilasi dimana asetanilida dihasilkan. Selain itu,
reaksi adisi-eleminasi nukleofilk dengan menggunaan starting meterial. Adapun nukleofl yang
digunakan berasal dari ammonia atau amina pada karbon asil.( Suja, I W. & Muderawan, I
W. 2003)
Adapun tekni yang digunakan pada percobaan ini yakni dengan menngunakan proses
kristalisasi dimana suatu larutan akan ditepat jenuhkan atau jenuh yang kemudian akan
dipanaskan dan didinginkan untuk diproleh kristal zat yang diinginkan. Adapun setelahnya
digunakan teknik rekristalisasi yang mana kristal yang telah diproleh di murnikan kembali
sehingga zat pengotor hilang dan didapatkan zat yang sangat murni. (Vogel. 1985)
III. Alat dan Bahan

 Alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Labu erleneyer 50 dan 125 ml 2 buah
2 Spatula - 2 buah
3 Kaca arloji - 2 buah
4 Gelas ukur 25 ml 1 buah
5 Pipet tetes - 2 buah
6 Pemanas - 1 buah
7 Penangas es - 1 buah
8 Corong - 2 buah
9. Termometer 150ᵒC 1 buah
10. Pipa kapiler - 2 buah
11. Gelas kimia 250 ml 2 buah

 Bahan
No Nama Bahan Konsentrasi Jumlah
1 Asetofenon - 3 ml
2 Hidroksilamin - 2 gram
hidroklorida
3 NaOAc - 2,5 gram
4 Aquades - Secukupnya
5 Etanol 95% 50 ml
6 H2SO4 pekat 1 ml
7 Asetofenon oksim - 1 ram
8. Es - Secukupnya
9. Kertas saring - 2 lembar
IV. Material Safety Data Sheet (MSDS)
No Bahan Sifat fisik Sifat kimia Cara Penanganan
1 Etanol - Berwujud cair - Mudah terbakar - Simpan ditempat yang
(C2H5OH) - Tak berwarna - Larut dalam air kering dan Jauhkan dari
- Berbau amis - Oksidator kuat sumber panas
- TL : -114.4 ˚C - Gunakan APD
- TD : 78.29 ˚C - Jika terkena kulit
segera cuci dengan
sabun dan air.
- Jika terkena mata
segera basuh dengan air
selama 15 menit.
- Jika terhirup segera
mencari udara segar.
2 Aquades - larutan tak berwarna - Pelarut universal, - Gunakan APD
- TD : 100 ˚C - bersifat polar - Jika terkena kulit/
-TL : 0 ˚C mata segera basuh
-Mr : 18 g/mol dengan air
- Massa Jenis : 0,998 - Jika terhirup segera
g/cm3 menghirup udara segar.
- Simpan dengan wadah
yang tertutup rapat.
3 Asam sulfat - Berwujud cair - Korosif - Simpan ditempat
yang kering dan
(H2SO4) - Tidak berwarna - Higroskopis
jauhkan dari
- TL : 10 ˚ C - Menyebabkan Sumber panas.
- Gunakan APD
- TD :290-388 ˚ C iritasi
- Jika terkena kulit
- ρ : 1.84 g/cm3 - Bereaksi kuat segera cuci dengan
sabun dan air.
dengan banyak
- Jika terkena mata
bahan kimia segera basuh
dengan air selama
15 menit.
- Jika terhirup segera
mencari udara
segar.
4 Asetofenon - cairan berwarna - oksida kuat - Gunakan APD yang
orange - basa lengkap,
- densitas 1,62 g/cm3 - inhalasi - usahakan
- titik didih 202 ˚ C - iritan menggunakan masker,
- titik leleh 19,6 ˚ C - Jauhkan dari bahan
reaktif dan berusaha
hati-hati saat praktikum

5 Hidroksilamin - padatan serbuk - irtasi - gunakan APD


hidroklorida berwarna putih - korosi - segera basuh dengan
- titik leleh 155-157 ˚ - inhalasi air mengalir jika terkena
C kulit
- densitas 1,67 - cari udara segar jika
gram/cm3 terhirup

6 NaOAc - Berwujud cair - Mudah - gunakan APD


- Tidak berwarna terbakar - segera basuh dengan
- Berbau menyegat - Korosif air mengalir jika terkena
- TL: 289-290 K - Larut dalam kulit
- TD : 391-392 K air - cari udara segar jika
- ρ : 1.049 g/cm3 terhirup

7 Asetofenon - titik leleh 55-60 ˚ C - Iritan - gunakan APD


oksim - titik didih 118-120 ˚ C - Larut dalam - segera basuh dengan
- padatan kristal air air mengalir jika terkena
kulit
- cari udara segar jika
terhirup
V. Prosedur kerja

Cara kerja Pengamatan


A. Sintesis Asetofenon Oksim

- Asetofenon cairan tak berwarna

- Hidroksilamin padatan berwarna putih

- NaOAc cairan tak berwarna saat dicampurakan


semua larutan bercampur dan hidroksilamin ada
yang masih tidak larut
- Ditambahkan air, larutan bercampur semua dan
sedikit keruh

- Etanol cairan tak berwarna

- Larutan jernih dan tidak terdapat endapan

- saat didinginkan terbentuk kristal

- kristal berwarna putih dan filtrat tak berwarna

- Dilakukan rekristalisasi kristal lebih putih

- Massa kristal sebanyak 1,67 gram


- Persen randmeen 48,04%
- Titik leleh sebesar 56,5 ˚ C
B. Penataan Ulang Beckmann

- Asam sulfat cairan tak berwarna di dalam labu


erlenmeyer dipanaskan suhu mencapai 90 ˚ C

- Asetofenon oksim kristal berwarna putih


kekuningan

- Kristal larut dan larutan keruh

- Kristal terbentuk berwarna putih filtrat tak


berwarna

- Kristal sebanayak 1,68 gram


- Persen randemen sebesar 37,75% dengan titik
leleh sebesar 109,5 ˚C

VI. Perhitungan Data

Dik.

- massa asetofenon oksim = 1,67 gram


- tititk leleh asetofenon oksim = 56-57 ˚C
- massa produk B = 0,2 gram
- titik leleh produk B = 78 ˚ C
- massa asetanilida = 1,68 gram
- titik leleh asetanilida 109-110 ˚ C

ditanyakan?
massa hasil percobaan
Jawab: %rendemen = × 100 %
massa secara teoritis
- % Randemen asetofenon oksim:
1,67 gram
%rendemen = ×1 00 %=48,04 %
3,46 gram
- % Randemen produk B:
0,2 gram
%rendemen = ×1 00 %=20,0 %
1,0 gram
- % Randemen asetanilida:
1,68 gram
%rendemen = ×100 %=37,75 %
4,45 gram

titik leleh percobaan- titik leleh literatur


%galat = ×100 %
titk leleh literatur
- % galat asetofenon oksim:
57,5−56,5
% galat = × 100 %=1,74 %
57,5
- % galat produk B::
79−78
% galat = × 100 %=1,27 %
79
- % galat asetanilida:
114,8−109,5
% galat = × 1 00 %=4,20 %
114,8

VII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yakni mengenai proses sintesis pembentukan
asetofenon oksim dan asetanilida dan penataan ulang beckmann. Adapun pada
sintesis asetofenon oksim bahan yang digunakan ialah asetofenon sebaagi bahan
utama dikareanakan memeiliki gugus keton yang di reaksikan dengan
hidroksilamin hidroklorida. Penggunakan hidroksilamin pada proses ini
dikarenakan senyawa ini memiliki gugus amina dan adapun penggunaan natrium
asetat ialah sebagai katalis yang akan mempercepat reaksi yang terjadi. Adapun
reaksi yang terjadi pada proses pencampuran ini ialah dapat terlihat pada gambar
1.
Gambar 1. Reaksi sintesis pembentukan asetofenon oksim
Dari gambar 1 hal ini menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi merupakan salah
satu pembentukan imina (C¿N). imina dihasilkan dari reaksi pembentukan antara
gugus aldehid(-CHO) atau keton(-CO) dengan suatu amina primer(-NH2). Tetapi
jika suatu aldehid atau keton bereaksi dengan amina sekunder maka akan
dihasilkan suatu enamia(-C=C-N). Namun pada amina tersier, jika direaksikan
dnegan adehid dan keton maka keduanya tdak akan breaksi diakibatkan gaya
sterik yang terjadi.
Pada reaksi pembentukan asetofenon oksim diaman reaksi yang terjadi
merupakan salah satu reaksi amina yang merupakan salah satu reaksi adisi
nukleofilik 1,2 yang mana yang berperan sebagai nukleofilik ialah amina pada hal
ini ialah hidroksilamin hidroklorida. Amina merupakan suatu nukleofilik netral
yang memiliki pasangan elektron bebeas pada atom N. seperti mana yang
dijealskan fungsi natrium asetat disana ialah sebagai katalis yang akan
memprotonasikan atom O pada gugus aldehid atau keton.
Campuran yang telah bercampur kemudian di panaskan agar reaksi yang
berlengsung semakin cepat akibat gaya tumbukan yang lebih banyak. Kemudian
larutan yang telah di panaskan selanjutnya didinginkan pada penangas air agar
kristal asetofenon dapat terbentuk. Selajutnya kristal yang terbentuk di saring dan
dilakukan rekritalisasi agar krstal oksim yang diproleh ada dalam keadaan murni.
Adapun pada saat lakukan penimbanagn, didapatkan berat kristal asetofenon
oksim sebesar 1,67 gram dengan persen randemen yang diproleh sebesar 48.04%.
setalah diketahu randemen yang di proleh, dilakukan penentuan titik leleh dari
krstal ini adapu titik leleh yang diproleh sebesar 56,5 ˚ C dengana galat titik leleh
sebesar 1,74%. Hasil yang diproleh dari percobaan tidak sesuai dengan teoritis hal ini
bisa diakibatkan oleh tidak sempurnanya pengadukan sehingga reaksi yang berlangsung
tidak sempurna. Asetofenon yang ada tidak semua breaksi dengan hidroksilamin dang
mengakibatkan hasil percobaann tidak sesuai dengan literatur.
Kristal asetofenon oksim yang telah di proleh kemudian dialkuakn karakterisai
dengan menggunakan instrumen NMR adapun hasil spektrum H-NMR dan C-NMR
untuk kristal oksim ini terlihat pad gambar 2
Gambar 2. Spektrum H-NMR asetofenon oksim
Spektrum yang muncul merupakan salah satu penggambaran dari atom yang
memiliki spin inti lebih dari setengah. Secara umum, spektrum NMR ini akan
memberikan tiga informasi yakni jumlah jenis proton atau atom C yang terdapat
dalam suatu senyawa yangdilihat dari jumlah sinyal yang muncul. Kemudian yang
keud aialah akan memberkan informasi tentang posisi proton pada struktur
senyawa sinya yang paling kiri merupakan salah satu sinyal untuk proton yang
paling dekat dengan atom yang keelektronegatifan yang tinggi. Dan yang terakhir
ialah tentang jumlah proton pada atom C sebelahnya yag ditunjukkan oleh puncak
yang erbentuk pada satu sinyal.
Pada gambar 2 menunjukkan bahwa spektrum yang ditampilkan
menghasilkan empat sinya yang menandakan adnya empat jenis proton daam
suatu senyawa. Sinyal yang muncul di posisi paling kiri merupakan sinyal proton
yang paling dekat dengan atom yang memiliki keelektronegatifan yang tinggi.
Sinyal yang muncul memiliki multiplisitas singlet, artinya tidak memiliki proton
pada tetangganya. Sinyal ini meupakan sinyal proton pada gugus metil.
Selanjutnya sinyal yang muncul sebelumnya adalah sinyal dengan multiplisitas
doblet dan masing-masing puncaknya juga doblet, yakni terdapat dua jenis proton
yang sama.kedua jenis proton tersebut memiliki 1 proton tetangga. Selanjutnya
sinyal yang lebih kanan memiliki 5 puncak dan karena posisinya lebih kanan,
pada struktur senyawanya, terletak lebih jauh dari atom dengan kelektronegatifan
yang paling tinggi. Terdapat lima puncak menandakan bahwa ada 2 jenis proton
dengan 2 tetangga. Dan sinyal yang paling kanan menunjukkan posisi proton yang
tidak memiliki tetangga.
Gambar 3. Spektrum C-NMR asetofenon oksim
Berbeda dengan spektrum H-NMR untuk C-NMR hanya terdapat satu puncak
dalam satu sinyal yang menunjukkan secara spesifik untuk setiap atom C. pada
spektrum C-NMR pada gambar 3, terdapat empat sinya yang menunjukkan bahwa
terdapat empat atom C dalam senyawa yang dihasilkan. Adapun keempat atom C
tersebut adalah C-H pada gugus metil yang muncul pada pergeseran kimia antara
10-30 ppm, C=C pada cincin benzena dengan pergeseran kimia antara 120-150
antara ppm, C=N yang memiliki pergeseran kimia antara 150-170 ppm, dan C-H
pada benzena dengan pergeseran kimia antara 20-60 ppm.
Setelah dilakukannya proses sintesis asetofenon oksim, selanjutnya ialah
melakukan reaksi penataan ulang beckmann yang mana kristla hasil sintesis
digunakan pada proses ini. produk yang di proleh dari proses penataan ulang ini
dapat menghasilkan dua produk yakni asetanilida dan N-metilbenzamida. Adapun
produk yang paling dominan dihasilkan ialah produk yang memiliki kestabilan
tinggi. Adapun reaksi umum yang terjadi pada proses ini dapat terlihat pada
gambar 4.

Gambar 4. Reaksi penataan ulang bencmann


Tidak jauh berbeda dengan pembentukan asetofenon oksim, pada reaksi penataan
ulang beckmann kristal asetofenon di reaksikan dengan asam sulfat yang
berfungsi sebagai katalis asam yang nantinya dapat memprotonasikan atom O pad
gugus hidroksil. Reaksi ini akan terjadi pada proses pemanasan sehingga kenapa
pada saat pencampuran asam sulfat berada pada suhu 90 ˚ C.
Pada percobaan ini, diproleh titik leleh produk sebesar 78 ˚ C. Titik ini
mendekati dengan nilai titik leleh dari N-metilbenzamida sehingga hal ini
menandakan bahwa senyawa ini lah yang paling dominan dan stabil dari hasil
proses pembentukan beckmann. Pada N-metilbenzamida, gugus keton (-CO)
berada diantara gugus amina dan cincin benzena sehingga efek steriknya lebih
besar, atau bisa dikatan juga merupakan struktur yang tersubstitusi. Oleh
karenanya ikatan amida yang terbentuk menjadi lebih stabil/kuat diabanding
dengan ikatan amida yang terbentuk pada asetanilida.
Adapun hasil pengukuran dengan menggunakan NMR dihasilkan spektrum
H-NMR dan C-NMR sebagai berikut

Gambar 5. Spektrum C-NMR produk penataan ulang Beckmann


Pada gambar 5, spektrum yang dihasilakn menjelaskan bahwa dalam senyawa
yang dihasilkan menghasilkan empat jenis atom C yang masing masing ditandai
dengan adanya empat sinyal yang muncul. Sinyal yang muncul pada pergerean
kimia antara 100-170 ppm menunjukkan adanya atom C pada aryl yang juga
berikatan kovalen tunggal dengan atom C di luar cincinnya. Pada pergeseran
antara 150-180 ppm menunjukkan pada senyawa yang dihasilkan terdapat atom C
pada gugus amida. Kemudian pada pergeseran antara 120-150 ppm merupakan
sinyal untuk C double bond pada gugus aryl. Dan pada rentang pergesaran 0-40
adalah sinyal untuk atom C pada gugus metil (-CH3).
Selanjutnya ialah dilakukan sintesis asetanilida dimana rekasi yang terjadi
pad sintesis ini ialah sebaga berikut
Gambar 6. Mekanisme reaksi yang terjadi pada pembentukan asetanilida.
Adanya asam pada reaksi ini ialah untuk memprotonasikan atom O pada gugus
hidroksil sehingga akan terlepas dan membentuk H2O.
Pada proses percobaan. Digunakan karbon aktif yang berfungsi untuk
menyerap pengotor dan sekaligus untuk menjernihkan warna dari larutan. Adpun
produk yang dihasilkan pada proses ini ialah asetanilida murni dengan galat yang
diproleh sebesar 4,2% dengan randemen yang diproleh sebesar 37,75%. Adapun
randemen yang di proleh pada percobaan ini jauh dari teoritis hal ini bisa
disebabkan oleh reaksi yang berlangsung tidak terjadi sempurna atau juga bisa
disebabkan oleh adanya proses rekristalisasi yang dilakukan tiak
sempurna.sehingga produk yang dihasilkan masih mengandung zat pengotor.
Adapun saat dilakukan pengujian dengan menggunakan NMR dihasilakn
spektrum H-NMR dan C-NMr sebagai berikut.

Gambar 7. Spektrum H-NMR asetanilida


Dari gamabr 7, bahwa terdapat enam jenis ataom hidrogen dalam satu
senyawa diaman hal ini ditandai dengan adanya enam sinyal pada spektrum Pada
sinyal yang yang muncul di posisi paling kiri (paling downfield) terdapat satu
puncak yang berarti multiplisitasnya adalah singlet. Singlet berarti proton atau
hidrogen tersebut tidak memiliki proton pada atom C tetangganya. Selanjutnya
sinyal yang muncul di sebelah kanannya merupakan sinyal untuk atom H yang
memiliki satu tetangga karena terdapat dua puncak atau multiplisitasnya doublet
dan terletak paling dekat dengan atom dengan keelektronegatifan yang tinggi.
Sinyal yang muncul dengan tinggi puncak 2,12 merupakan sinyal untuk proton
dengan dua proton pada atom C tetangganya karena terdapat tiga puncak (triplet).
Begitupun untuk sinyal yang muncul dengan tinggi puncak 1,10, hanya saja
posisinya sedikit lebih jauh dari posisi elektron yang keelektronegatifannya tinggi.
Sinyal pada tinggi puncak 0,43 memiliki multiplisitas singlet. Selanjutnya sinyal
yang muncul pada pergeseran kimia 2,13 ppm merupakan sinyal untuk atom
hidrogen yang singlet dan merupakan upfield.

Gambar 8. Spektrum C-NMR asetanilida


Dari gamabr 8 menunjukkan bahwa terdapat 6 atom C yang ditandai dengan
adanya enam sinyal. Pada senyawa ini, atom C pada aromatik langsung berikatan
dengan atom C pada amida. Adpun pergeseran sebesar 169,51 ppm menunjukkan
adnya atom C yang berada pada amida Kemudian atom C dalam cincin aromatik
yang memiliki cabang memberikan sinyal pada 138,16 ppm (kisaran pergeseran
antara 100-170 ppm). Adanya atom C double bond pada cincin aromatik
ditunjukkan pada nilai pergeseran kimia 124,30 ppm (120-150 ppm). Kemudian
untuk sinyal yang muncul pada 120,38 ppm adalah untuk atom C single bond
pada aromatik (110-130 ppm). Selanjutnya untuk sinyal yang terbaca pada 24,26
ppm merupakan sinyal untuk atom C pada gugus metil (-CH3).

VIII.Kesimpulan
Pada praktikum kali ini yakni mengenai sintesi asetofenon oksim dan
penataan ulang beckmann dapat disimpulkan bahwa titik leleh kristal asetofenon
oksim hasil sintesis ialah sebesar 56,5 ˚C dengan perolehan randmen sebesar 1,67
gram dan persen rademen sebesar 48,04%. Adapun pada proses penataan ulang
beckmann didapatkan senyawa berupa N-metilbenzamida dan asetailida dengan
persen randemen untuk keduanya secara berurutan sebesar 20% dan 37,75%.
Adapun galat titilk leleh keduanya sebesar 1,27% dan 4,20%
IX. Daftar Pustaka

Eriksson, L.A., An, Na (2013), Beckmann Rearrangement, J. Org. Chem., 78


6782-6785.
Fessenden, R., & Fessenden, J. 1982. Kimia Organik Jilid I. Jakarta: Erlangga
Horning, E.C., Stromberg, V.L (1952), Beckmann Rearrangement Aldoximes, J.
Am. Chem., 74 5151-5152
Nurlita, F., & Suja, I W. 2004. Buku Ajar Praktikum Kimia Organik. Singaraja:
IKIP Negeri Singaraja
Suja, I W. & Muderawan, I W. 2003. Buku Ajar Kimia Organik Lanjut.
Singaraja : IKIP Negeri Singaraja
Suja, I W. & Nurlita, F. 2000. Buku Ajar Kimia Organik 1. Singaraja: Program
Studi Pendidikan Kimia STKIP Singaraja
Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarata: Pt
Kalman
Media Pusaka

Anda mungkin juga menyukai