Anda di halaman 1dari 17

LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II


JUDUL PERCOBAAN
PENGARUH KEKUATAN MEDAN LIGAN TERHADAP
SPEKTRA KOMPLEKS TEMBAGA (II)

DISUSUN OLEH :

NAMA : Tri Pebrianti


NIM : 08031281924048
KELOMPOK : VIII
ASISTEN : Cici Meliza A.
JURUSAN : Kimia
HARI/TANGGAL : Rabu/ 10 Maret 2021

ASISTEN PRAKTIKAN

Cici Meliza A. Tri Pebrianti


NIM : 08031181823106 NIM : 08031281924048

KOORDINATOR ASISTEN
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II

Ade Dwi Nanda


NIM : 08031281823109
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANORGANIK II
I. NOMOR PERCOBAAN : I (SATU)
II. NAMA PERCOBAAN : Pengaruh Kekuatan Medan Ligan Terhadap
Spektra Tembaga (II)
III. TUJUAN PERCOBAAN :
3.1 Menganalisis hubungan kekuatan ligan terhadap panjang gelombang
maksimum kompleks tembaga (II).
IV. TINJAUAN PUSTAKA
Logam tembaga sering digunakan untuk melapisi logam lain karena
memiliki sifat yang tahan terhadap karat, memiliki warna menyerupai emas,
sebagai fungsi dekoratif dan mudah menghantarkan listrik. Proses pelapisan
tembaga dengan menggunakan metode elektrolisis sering diperoleh lapisan
tembaga yang kurang kuat dan kurang murni. Tembaga dan seng merupakan
unsur terbesar penyusun kuningan sedangkan timah putih dan timah hitam
merupakan unsur terkecil. Variasi jenis dan kualitas kuningan terutama sangat
ditentukan oleh variasi komposisi unsur mayor ini. Penambahan ligan tertentu
dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas endapan serta logam-logam tertentu
mengendap dengan membentuk lapisan yang lebih kuat pada katoda dengan
penambahan pengompleks. Pemilihan ligan harus didasarkan sifat amonia yang
dapat membentuk kompleks cukup stabil dengan logam yang akan diendapkan
dan dapat dilihat dari data konstanta ketidakstabilan kompleksnya yang cukup
kecil maka suatu ligan adalah pengompleks yang cukup stabil dengan logam
tembaga (Hermayantia dkk, 2011).
Pengikatan ion logam ke ligan tertentu menginduksi transisi konformasi yang
menghasilkan mode asosiasi-diri tertentu. Beberapa logam membentuk kompleks
yang lebih stabil dengan ligan daripada logam lainnya. dan tidak hanya dengan
histidin. Spektrum EPR yang terekam pada berbagai konsentrasi dan pH pada
sistem kesetimbangan yang mengandung tembaga (II) menunjukkan keadaan
protonasi ligan yang berbeda. Diketahui bahwa ion tembaga bereaksi dengan
ligan dalam larutan air untuk membentuk kompleks, yang dapat terionisasi secara
bertahap (Murariu, 2013).
V. ALAT DA BAHAN
5.1 Alat
a. Beker gelass 100mL dan 250mL
b. Labu ukur 10mL
c. Pipet gondok 2mL, 5 mL dan 10 mL
d. Pipet tetes
e. Spektrofotometer
5.2 Bahan
a. Akuades
b. Etilen diamin
c. Larutan amonia 1M
d. Larutan Cu2+ 0,1 M
e. Tembaga sulfat pentahidrat
VI. SIFAT FISIK DAN KIMIA BAHAN
6.1 Etilen diamin
a. Sifat Fisik
1. Tidak bewarna hingga kekuningan
2. Berat moleku 60 gr/mol
3. Kelarutan dalam air 110 g/L pada suhu 20 0C
b. Sifat Kimia
1. Larut dalam air
2. Bersifat higroskopis
6.2 Larutan amonia
a. Sifat Fisik
1. Titik didih 239 K pada 1atm
2. Amonia berwujud gas
3. Lebih ringan dari udara
b. Sifat Kimia
1. Bersifat stabil
2. Larut dalam air
6.3 Larutan Cu2+
a. Sifat Fisik
1. Berbentuk cair
2. Densitas 1,026 pada 200C
3. Tidak bewarna
b. Sifat Kimia
1. Sebagai oksidator
2. Stabil pada suhu kamar
6.4 Tembaga sulfat pentahidrat
a. Sifat Fisik
1. Berwujud padatan
2. Berat moleku 143,09 g/mol
3. Titik didih 1800 0C
b. Sifat Kimia
1. Stabil pada suhu kamar
2. Oksidator kuat
VII. PROSEDUR PERCOBAAN
7.1 Larutan 1
2 mL Larutan Cu2+ 0,1 M

- diukur dengan spektrofotometer


7.2 Larutan 2
2 mL Larutan Cu2+ 0,1 M

- ditambahkan

2,5 mL Larutan ammonia


- diencerkan sampai tanda batas
- diukur dengan spektrofotometer

7.3 Larutan 3
1 mL Larutan Cu2+ 0,1 M

- ditambahkan

5 mL Larutan ammonia
- diencerkan sampai tanda batas
- diukur dengan spektrofotometer

7.4 Larutan 4
2 mL Larutan Cu2+ 0,1 M

- ditambahkan

5 mL etilen diamin
- diencerkan sampai tanda batas
- diukur dengan spektrofotometer
VIII. TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan fungsi larutan NH4 NO3 pada percobaan ini !


Jawab :
Larutan NH4 NO3 berfungsi sebagai penyumbang ligan NH4 (amonia)
yang akan membentuk kompleks dengan ion tembaga.

2. Jelaskan secara kuantitif komposisi campuran dalam pembentukan


masing-masing ion kompeks tembaga (II)!

Jawab :
a. (Cu(H2O)5)2+ terdiri atas 1 mol Cu dan 5 mol H2O.
b. (Cu(H2O)5)2+ terdiri atas 1 mol Cu dan 5 mol H2O.
c. [Cu(H2O)5(NH3)]3+ terdiri atas 1 mol Cu dan NH3 serta 5 mol H2O
d. [Cu(H2O)4(NH3)2]2+ terdiri atas 1 mol Cu, 2 mol NH3 dan 4 dan
mol H2O.
e. [Cu(H2O)2(NH3)4]2+ terdiri atas 1 mol Cu, 4 mol NH3 dan 2 mol
H2O.
f. [Cu(H2O)3(NH3)5]2+ terdiri atas 1 mol Cu, 5 mol NH3 dan 4 mol
H2O.
g. [Cu(NH3)6]2+ terdiri atas 1 mol Cu dan 6 mol NH3.
3. Bagaimana hubungan posisi panjang gelombang maksimum dengan
jumlah molekul ammonia dalam kompleks!
Jawab :
Semakin banyak jumlah molekul amonia di dalam senyawa kompleks,
maka panjang gelombang maksimum yang didapat akan semakin kecil
atau gelombangnya akan semakin pendek.
4. Tentukan bentuk pita spektrum yang diamati ?
Jawab :
Bentuk pita spektrum yang diamati yaitu pita tunggal tak simetris.
5. Ramalkan tingkat kestabilan ion-ion kompleks tersebut ?
Jawab :
Jika ammonia merupakan medan ligan lebih kuat daripada air, maka
penggantian berkelanjutan ammonia terhadap air akan menghasilkan
panjang gelombang maksimum yang bergeser ke panjang gelombang
lebih pendek. Semakin kuat suatu ligannya maka senyawa tersebut
akan semakin kompleks senyawa tersebut.
6. Bagaimana untuk membuat [Cu(NH3)6]2+ dimanakah posisi panjang
gelombang maksimum ion tersebut ?
Jawab :
Untuk membuat [Cu(NH3)6]2+ dapat dilakukan dengan mencampurkan
1 mol Cu dan 6 mol NH3. Panjang gelombang maksimum yang
bergeser ke panjang gelombang lebih pendek daripada dengan ligan
H2O.
IX. DATA HASIL PENGAMATAN

No Bahan Nilai A Maks Absorbansi


1. 2mL Cu2+ + akuades 821 0,246
2. 1mLCu2+ + 2,5 mL NH3+ akuades 606 0,464
3. 2ml Cu2+ + 5 mL NH3+ akuades 606 0,859
4. 2mL Cu2+ + 5 mL etilen diamin + 561 1, 449
akuades
X. REAKSI
10.1 Tembaga (II) dengan Ligan Aquo

10.2 Tembaga (II) dengan Ligan Amina

10.3 Tembaga (II) dengan Ligan Etilen Diamin

2+
H H NH2
NH2 NH2
Cu2+ + H2N C C NH2 Cu
NH2 NH2
NH2
XI. PEMBAHASAN
Senyawa kompleks tersusun atas logam dan juga ligan dalam ikatan kovalen
koordinasi yang dinyatakan dengan bilangan koordinasi. Dalam percobaan ini,
dihasilkan tiga senyawa kompleks berupa Ion heksa akuo tembaga (II), Ion heksa
amina tembaga (II) dan Ion trisetana 1,2 diamin tembaga (II). Bilangan koordinasi
berupa bilangan menyatakan jumlah ligan yang terikat pada atom pusat. Atom
pusat berupa atom atau ion logam yang bertindak sebagai akseptor pasangan
elektron. Ligan berupa atom atau ion yang bertindak sebagai donor pasangan
elektron ke atom pusat. Terdapat empat jenis ligan yang didasarkan pada jumlah
pasangan elektron yang disumbangkan. Ligan monodentat menyumbangkan satu
pasangan elektron, ligan bidentat menyumbangkan dua pasangan elektron. Ligan
polidentat atau multidentat menyumbangkan lebih dari dua pasang elektron dan
ligan ambidentat menyumbangkan pasangan elektron yang berbeda. Struktur
senyawa kompleks ditentukan oleh bilangan koordinasi kompleksnya.
Struktur-struktur senyawa kompleks antara lain linear, trigonal, octahedral,
tetrahedral dan square planar. Percobaan ini akan menghasilkan senyawa
kompleks oktahedral.

Senyawa komples pada umumnya terbentuk dari unsur logam transisi dimana
elektronnya bertransisi pada orbital d. Percobaan ini menggunakan unsur logam
transisi berupa tembaga (II). Elektron pada orbital d dapat bertransisi
menghasilkan warna pada senyawa kompleks. Hal ini dapat dijelaskan
berdasarkan teori medan ligan, orbital d dapat mengalami pembelahan atau
splitting berdasarkan tingkat energinya. Untuk kompleks oktahedral, orbital d
akan mengalami pembelahan menjadi T2G dan EG. T2G terletak dibawah karena
energi yang dimilikinya kecil, sedangkan EG diatas karena energinya yang besar.
Kuat medan ditentukan oleh jarak orbital antara orbital T2G dan EG. Jarak
diantara T2G dan EG disebut delta oktahedral menunjukkan kuat medan
oktahedral. Disebut sebagai kuat medan oktahedral karena senyawa kompleksnya
memiliki struktur oktahedral. Kemampuan orbital d untuk membelah menjadi sifat
spesial dari unsur pada orbital d. Terbelahnya orbital d dapat menjelaskan
mengapa elektron dapat berpindah dari tingkat energi yang rendah ke tingkat
energi yang tinggi atau eksitasi elektron sehingga menghasilkan warna pada
senyawa kompleks.
Percobaan ini menggunakan ligan yang bervariasi yang bertujuan untuk
membuktikan kekuatan dari masingmasing ligan pada deret spektrokimia dengan
mengukur panjang gelombangnya. Deret spektrokimia ditentukan secara
eksperimental berdasarkan penyerapan cahaya maksimum senyawa kompleks
dengan ligan yang berbeda. Berdasarkan teori planc, perbedaan tingkat energi
berbanding terbalik dengan panjang gelombang. Jika panjang gelombang besar,
maka delta oktahedral brnilai kecil dan menunjukkan bahwa ligan lemah begitu
pula sebaliknya. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diketahui bahwa ligan
akuo memiliki panjang gelombang yang besar dari amina dan etana 1,2 diamina.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ligan akuo lebih lemah dibandingkan
dengan ligan amina, dan ligan amina lebih lemah daripada ligan etana 1,2
diamina.
XII. KESIMPULAN

1. Elektron pada orbital d dapat bertransisi menghasilkan warna pada


senyawa kompleks.
2. Ligan akuo memiliki panjang gelombang yang besar dari amina dan
etana 1,2 diamina kemudian amina memiliki panjang gelombang yang
lebih besar daripada etana 1,2 diamina
3. Jika panjang gelombang besar, maka delta oktahedralnya kecil dan
menyatakan ligan lemah dan begitu pula sebaliknya.
4. Ligan akuo lebih lemah dibandingkan dengan ligan amina, dan ligan
amina lebih lemah daripada ligan etana 1,2 diamina
5. Dalam percobaan ini, dihasilkan tiga senyawa kompleks berupa Ion
heksa akuo tembaga (II), Ion heksa amina tembaga (II) dan Ion trisetana
1,2 diamin tembaga (II).
DAFTAR PUSTAKA

Hermayantia, S., Widodoa, D.S dan Hastuti, R. 2011. Pengaruh Ligan NH3 pada
Pengambilan Logam Tembaga dari Serpihan Sisa Produksi Kuningan
Kabupaten Pati Secara Elektrolisis. Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi. 14
(2): 54 – 57.

Murariu, M. 2013. ESI-MS study of self-assembly-formed tetraglycine


macrocyclic ligand complex of Cu(II). International Journal of Mass
Spectrometry.351(2013): 12–22.
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 14 (2) (2011) : 54 – 57 54

Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 14 (2) (2011) : 54-57


ISSN: 1410-8917
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi
Journal of Scientific and Applied Chemistry
Journal homepage: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/ksa

Pengaruh Ligan NH3 pada Pengambilan Logam Tembaga dari


Serpihan Sisa Produksi Kuningan Kabupaten Pati Secara
Elektrolisis
Santi Hermayantia, Didik Setiyo Widodoa, Rum Hastuti a*

a Analytical Chemistry Laboratory, Chemistry Department, Faculty of Sciences and Matematics, Diponegoro University, Jalan Prof.
Soedarto, Tembalang, Semarang

* Corresponding author: rum.hastuti@live.undip.ac.id

Article Info Abstract

A research on the effect of NH3 ligand on the removal of copper metal from the remaining
Keywords: pieces of brass production of Pati Regency by electrolysis has been conducted. The
Brass metal, copper remaining pieces of brass production contain major metals i.e. copper (Cu), zinc (Zn),
metal, electrolysis, and minor metals Lead (Pb) and Tin (Sn). The addition of certain ligands may increase
NH3 ligand
the quantity and quality of the sediment. This study consisted of 3 steps, which were the
destruction of residual brass chip, electrolysis and analysis with AAS. The electrolyte
solution used was a solution of brass destruction diluted 1000 times. The variables of
this research were the electrolysis times of 30, 60, 90, and 120 minutes on the sample
with and without addition of NH3. The results showed that the weight of 19.54 mg on
deposit without NH3 ligand and 20.58 mg with NH3 ligand at electrolysis time of 120 min.
The purity of the copper deposition at the electrolysis time of 30 min in the sample
without the addition of NH3 was 62.80% and with the addition of NH3 was 72.46%.

Abstrak
Kata kunci:
Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh ligan NH3 pada pengambilan logam
Kuningan, tembaga,
elektrolisis,ligan tembaga dari serpihan sisa produksi kuningan Kabupaten Pati secara elektrolisis.
NH3 Serpihan sisa produksi kuningan mengandung logam mayor yakni tembaga(Cu),
seng(Zn), dan logam minor yakni Timbal(Pb), dan Timah (Sn). Penambahan ligan
tertentu dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas endapan. Penelitian ini meliputi 3
langkah, yaitu destruksi serpihan sisa produksi kuningan, elektrolisis dan analisis
dengan AAS. Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan hasil destruksi serpihan
kuningan yang diencerkan 1000 kali. Variabel penelitian ini adalah waktu elektrolisis
yaitu 30, 60, 90, dan 120 menit pada sampel tanpa dan dengan penambahan NH 3. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa berat endapan 19,54 mg tanpa ligan NH 3 dan 20,58 mg
dengan ligan NH3 pada waktu elektrolisis 120 menit. Kemurnian endapan tembaga pada
waktu elektrolisis 30 menit pada sampel tanpa penambahan NH3 adalah 62,80% dan
dengan penambahan NH3 72,46%.

elektrolisis sering diperoleh lapisan tembaga yang


1. Pendahuluan
kurang kuat dan kurang murni.
Logam tembaga sering digunakan untuk melapisi
logam lain karena memiliki sifat yang tahan terhadap Logam kuningan (brass) pada dasarnya merupakan
karat, memiliki warna menyerupai emas, sebagai fungsi paduan homogen logam-logam tembaga (Cu), seng
dekoratif dan mudah menghantarkan listrik. Proses (Zn), timah putih (Sn) dan timah hitam (Pb). Tembaga
pelapisan tembaga dengan menggunakan metode dan seng merupakan unsur terbesar penyusun kuningan
International Journal of Mass Spectrometry 351 (2013) 12–22

Contents lists available at ScienceDirect

International Journal of Mass Spectrometry


journal homepage: www.elsevier.com/locate/ijms

ESI-MS study of self-assembly-formed tetraglycine macrocyclic ligand


complex of Cu(II)
Manuela Murariu ∗
“Petru Poni” Institute of Macromolecular Chemistry, 41 A Grigore Ghica Voda Alee, Iasi 700487, Romania

a r t i c l e i n f o a b s t r a c t

Article history: Copper–tetraglycine system is considered as a suitable candidate for the investigation of metal–peptide
Received 19 December 2012 complexes as those related to the origin of life on Earth. Besides, the interaction of Cu(II) with prion
Received in revised form 9 May 2013 protein as well as the transport of copper by albumin assumes copper reaction with glycine residues.
Accepted 9 May 2013
Here, we investigated copper–tetraglycine (Cu–G4 ) complexes by electrospray ionization mass spec-
Available online 18 May 2013
trometry (ESI-MS) under various pH and concentration conditions. Tandem mass spectrometric (MS/MS
and MS/MS/MS) study of Cu(II)–G4 structure revealed copper- and pH-induced oligomerization of G4 .
Keywords:
ESI-MS has provided direct information on pH- and copper-induced oligomerization of G4 and brought
ESI-MS
Cu(II) tetraglycine
about evidence that G4 mobilizes a large amount of copper ions from insoluble salts at high pH val-
Non-covalent complex ues. Copper ion showed a high affinity toward tetraglycine and this interaction is clearly demonstrated
Life origin by the presence of copper adducts of b2 and b3 fragments of G4 . Gas-phase MS measurements proved
to afford information on the metal–peptide complexes, which may be complementary to that given by
X-ray diffraction studies in solid state.
© 2013 Elsevier B.V. All rights reserved.

1. Introduction and not only with histidine ones. Under these circumstances, the
glycine residues involved in metal ion ligation are yet to be investi-
Metal ion binding to a certain peptide sequence induces gated. Consequently, we selected tetraglycine (G4 ) to be used in
a conformational transition that results in a specific mode of ESI-MS experiments as being among the simplest peptides, but
self-association. Some metals form more stable complexes with long enough to have different properties from the correspond-
peptides and proteins than do others [1–4]. Abnormal interac- ing amino acid glycine. Previously, the complexation of Cu(II) ion
tions of metal ions with ␤-amyloid (A␤) are currently involved with tetraglycine has been studied by electronic absorption spec-
in neurodegenerative pathogenesis such as Alzheimer’s disease, troscopy as a function of pH [15]. EPR spectra recorded at various
Parkinson’s disease, and Huntington’s disease [5–9]. It is well concentrations and pH (in the range 2–12) on equilibrium sys-
known that copper induces aggregation of A␤1-40 at lower pH val- tems containing copper(II) and diglycine, triglycine, or tetraglycine
ues and the reaction is completely reversible with either chelating showed different protonation states of the ligands [16]. Indeed,
or alkalinization [8]. Moreover, the overall tissue copper contents copper ions react with tetraglycine in aqueous solution to form
are commensurate with aged brains showing signs of neurode- a complex, which may ionize stepwise up to three peptide hydro-
generative disease [10]. In order to elucidate the metal-binding gen atoms depending on the solution pH [17]. Cu(II) tetraglycine
properties of protein domains, many studies have focused on complexes are also important to biosystems because they have the
copper or nickel interactions with histidine-containing peptides ability to catalyze the autoxidation of sulfite resulting in oxidative
[11–14]. The histidyl imidazole-N donor atoms are considered to be DNA damage [18,19]. A self-assembly-formed tetraglycine macro-
the major copper(II) binding sites of all peptides in the physiolog- cyclic ligand complex of Cu(II) can catalyze water oxidation in a
ical pH range [15]. Consequently, some model glycine and alanine phosphate buffer at pH 11 at room temperature [20] Hence, we
peptides containing histidine in regular positions have been syn- consider that copper–tetraglycine system could be a suitable can-
thesized and studied in the presence of metal ions [14]. However, didate for the investigation of metal-induced peptide non-covalent
the interaction of Cu(II) with prion protein and the transport of complexes as those related to the origin of life on Earth. Metal–ion
copper by albumin assume copper reaction with glycine residues, induced oligomerization of neurotoxic peptides is well known in
the literature; however, there are very few examples in which
such oligomerization is directly observed by mass spectrometry
∗ Tel.: +40232217454. [21]. Nevertheless, X-ray diffraction data showed that G4 forms
E-mail address: manuelam@icmpp.ro a 1:1 complex in which it is coordinated to a Cu(II) ion via the

1387-3806/$ – see front matter © 2013 Elsevier B.V. All rights reserved.
http://dx.doi.org/10.1016/j.ijms.2013.05.009
Jurnal Kimia Sains dan Aplikasi 14 (2) (2011) : 54 – 57 55

sedangkan timah putih dan timah hitam merupakan oksidasi sehingga mampu melarutkan serpihan sisa
unsur terkecil. Variasi jenis dan kualitas kuningan kuningan dengan sempurna tanpa proses pemanasan.
terutama sangat ditentukan oleh variasi komposisi
3 Cu + 2 HNO3 + 6 H+ → 3 Cu2+ + 2 NO + 4 H2O
unsur mayor ini [1-3].
3 Zn + 2 HNO3 + 6 H+ → 3 Zn2+ + 2 NO + 4 H2O
Untuk memperoleh logam tembaga dalam serpihan
sisa produksi kuningan, perlu dilakukan pelarutan 3 Pb + 2 HNO3 + 6 H+ → 3 Pb3+ + 2 NO + 4 H2O
serpihan kuningan dalam larutan HNO3, kemudian
Penentuan Potensial Dekomposisi Tembaga dan
dilakukan pengendapan logam tembaga melalui metode
Tembaga amonia
elektrolisis, dengan penetapan potensial dekomposisi,
karena tiap logam memiliki potensial dekomposisi Dari gambar 1 (a) menunjukkan bahwa mulai 0,0
masing-masing. Larutan HNO3 efektif untuk volt hingga 1,4 volt arus yang terjadi relatif tetap,
melarutkan bahan yang sukar dioksidasi. Elektrolisis sedangkan pada potensial 1,6 volt-2,2 volt terlihat
merupakan metode yang paling tepat untuk bahwa arus mengalami kenaikan yang disebabkan oleh
pengambilan logam tembaga dalam serpihan kuningan. dominasi reaksi transfer muatan maka potensial 1,7 volt
Kelebihan elektrolisis adalah proses cepat, peralatan digunakan sebagai potensial dekomposisi tembaga (Cu),
lebih sederhana dan kemurnian endapan yang diperoleh sedangkan potensial dekomposisi timbal (Pb) terdapat
pada katoda cukup besar, dapat mencapai 99,9% [4]. pada potensial 2,4 volt dan untuk potensial seng (Zn)
terdapat pada potensial 3,9 volt hal ini disebabkan
Elektroda yang dipakai saat proses elektrolisis
karena letak logam Zn dan Pb pada deret volta berada
adalah karbon. karbon dipakai sebagai elektroda karena
disebelah kiri Cu sehingga Cu akan lebih mudah
karbon memiliki sifat seperti elektroda platina, yaitu
tereduksi daripada Pb dan Zn yang lebih mudah
inert.
teroksidasi. Pada gambar 1 (b) pada potensial 0,0 volt-
Penambahan ligan tertentu dapat meningkatkan 0,8 volt arus mengalir sangat kecil. Arus mulai
kuantitas dan kualitas endapan serta logam-logam mengalami peningkatan ketika potensial mencapai 1,0
tertentu mengendap dengan membentuk lapisan yang volt. Pada potensial 1,0-2,2 volt di dominasi reaksi
lebih kuat pada katoda dengan penambahan transfer massa maka potensial dekomposisi [Cu(NH3)4]2+
pengompleks. Pemilihan ligan amonia pada proses digunakan 1,4 volt sedangkan potensial 2,3 volt
tersebut didasarkan sifat amonia yang dapat kemungkinan potensial dekomposisi Pb, Pb akan
membentuk kompleks cukup stabil dengan logam yang tereduksi setelah Cu karena Cu lebih mudah tereduksi
akan diendapkan. Berdasar data konstanta daripada Pb. Pb mempunyai afinitas elektron yang lebih
ketidakstabilan kompleksnya yang cukup kecil, amonia rendah dari Cu sehingga pada katoda substansi yang
merupakan ligan pengompleks yang cukup stabil paling mudah menerima elektron adalah substansi yang
dengan logam tembaga. akan direduksi. Sedangkan pada anoda substansi yang
paling mudah melepaskan elektron adalah substansi
2. Metode Penelitian yang akan dioksidasi [5].

3. Hasil Dan Pembahasan


Destruksi Serpihan Kuningan

Destruksi merupakan tahap awal yang dilakukan Gambar 1. Grafik hubungan arus vs potensial
elektrolisis pada sampel tanpa penambahan NH3(a).
untuk memutuskan ikatan tembaga dengan unsur-
Grafik hubungan arus vs potensial elektrolisis pada
unsur lain serpihan sisa produksi kuningan. Destruksi sampel dengan penambahan NH3 (b).
dilakukan dengan menggunakan larutan asam nitrat
pekat 65%. Asam nitrat pekat merupakan pengoksidasi
yang cukup kuat dan mampu menaikkan kekuatan

Anda mungkin juga menyukai