Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


PERCOBAAN V
PERMANGANOMETRI

Praktikan : Afrilla Afrocha


NIM : 24030120120019
Hari Praktikum : Rabu
Tanggal Praktikum : 8 September 2021
Asisten : Talitha Amalia

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
Lembar Pengesahan

Semarang, 15 September 2021

Mengetahui,

Asisten Praktikan

Talitha Amalia Afrilla Afrocha


NIM 24030118130081 NIM 24030120120019
Abstrak
Telah dilakukan percobaan V yang berjudul “Permanganometri”. Tujuan
dari percobaan kali ini yaitu membuat larutan standar permanganat, melakukan
prosedur standardisasi larutan permanganat sebelum analisis, menentukan kadar
besi sebagai besi (II) dalam sampel, serta memahami reaksi reduksi dan oksidasi
dengan kalium permanganat sebagai dasar analisis dan mengaplikasikan reaksi
redoks hidrogen peroksida dengan permanganat. Prinsip dari percobaan ini yaitu
reaksi redoks dimana KMnO4 yang bertindak sebagai oksidator kuat mengalami
reduksi baik dalam suasana asam, netral ataupun basa. Metode yang digunakan
yaitu titrasi permanganometeri. Hasil yang didapatkan dari standardisasi KMnO4
yaitu perubahan warna dari bening ke merah muda setelah penitaran, dan
didapatkan normalitas KMnO4 sebesar 0,2623 N. Dalam percobaan penentuan ion
ferro didapatkan warna yang berubah dari kuning bening menjadi merah muda
setelah penitaran dengan KMnO4, massa rata-rata dan kadar besi sebesar 36,213
mgram dan 3,62 %. Dalam percobaan penentuan H2O2 setelah penitaran warna
berubah dari semula kuning bening menjadi merah muda, dan normalitas H2O2
sebesar 0,0008N.

Kata Kunci: permanganometri, titrasi, redoks


PERCOBAAN V

PERMANGANOMETRI

I. Tujuan Percobaan
I.1 Membuat larutan standar permanganat
I.2 Melakukan prosedur standardisasi larutan permanganat sebelum
Analisis
I.3 Menentukan kadar besi sebagai besi (II) dalam sampel
I.4 Memahami reaksi reduksi dan oksidasi dengan kalium permanganat
sebagai dasar analisis dan mengaplikasikan reaksi redoks hidrogen
peroksida dengan permanganat

II. Tinjauan Pustaka


II.1 Permanganometri
Permanganometri didefinisikan sebagai teknik titrasi redoks
dimana permanganat dilibatkan penggunaannya untuk mengukur
banyaknya analit yang terdapat pada sample kimia yang tidak diketahui
(Murthy, 2008). Terdapat dua langkah yaitu titrasi dari analit dengan
larutan KMnO4, dan larutan KMnO4 yang distandardisasi dengan larutan
standard Na2C2O4 (sodium oksalat) (Lawrence, 2002).
Permanganometri di larutan yang sangat asam :
MnO4- + 8H+ + 5e- ⇌ Mn2+ + 4H2O
Permanganometri dalam asam lemah :
MnO4- + 4H+ + 3e- ⇌ MnO2 + 2H2O
Permanganometri dalam larutan basa sangat kuat:
MnO4- + e- ⇌ MnO42-
(Rosenfeld, 2018)
II.2 Reaksi Redoks
Reaksi oksidasi dan reduksi merupakan dua bentuk reaksi kimia
yang berlangsung seiring membentuk reaksi redoks. Oksidasi yaitu
keadaan dimana bilangan oksidasi molekul, ion, atau atom mengalami
peningkatan dalam reaksi kimia. Sedangkan keadaan reduksi yaitu
menurunnya bilangan oksidasi suatu ion, atom ataupun molekul. Saat
logam seng ditambah kedalam larutan yang terkandung tembaga (II)
sulfat didalamnya , logam seng mereduksi Cu2+ dengan mendonorkan dua
elektron kepada Cu :
Zn(s)+ CuSO4(aq)→ ZnSO4(aq) + Cu(s)
(Chang, 2010)
II.3 Titrasi
Titrasi merupakan penambahan larutan dengan konsentrasi yang
telah diketahui kedalam larutan yang konsentrasinya dicari hingga kedua
larutan tersebut reaksinya telah berakhir yang berguna untuk menetapkan
konsentrasi larutan kedua yang ingin diketahui tersebut. Titrasi asam
basa yaitu metode untuk menentukan konsentrasi asam maupun basa.
Jika menitrasi asam dengan basa selayaknya pH atau konsentrasi relatif
reaktan-reaktan terus dipantau (Jennings et al., 2001).

II.3.2 Titrasi Permanganometri


Titrasi permanganometri yaitu reaksi reduksi-oksidasi
menggunakan KMnO4 yang berperan sebagai zat standar. Prinsip
titrasi ini yaitu reaksi redoks dalam medium asam dengan elektron
jumlah tertentu yang terlibat didalamnya. Suasana asam diperlukan
agar tingkat oksidasi dari kalium permanganat yang tertinggi bisa
dicapai. Indikator tak diperlukan karena kalium permanganat telah
mampu memberi perubahan warna ketika titik akhir titrasi
(Harjadi, 1990).
II.3.2 Titrasi Redoks
Titrasi redoks adalah tipe titrasi yang didasarkan pada
reaksi redoks antara analit dengan titran. Titrasi ini bisa melibatkan
penggunaan indikator redox atau sebuah potentiometer. Contoh
reaksinya yaitu saat larutan iodin (I2) diberi perlakuan dengan
menambahkan reducing agent sehingga diproduksi iodide (I-),
untuk mendeteksi titik akhir digunakan indikator berupa pati
(Burgot, 2012).

II.4 Standarisasi KmnO4


Senyawa KMnO4 bisa mengoksidasi H2O dengan reaksi:
4MnO4 + 2H2O⇌ 4MnO2 + 3O2 + 4OH-.
Reaksi tersebut mempunya konstanta equilibrium yang tinggi, memiliki
laju yang kecil. Karena MnO2 tak sulit untuk terbentuk didalam larutan
(disebabkan oleh zat organik), dan kristal kalium permanganat
kebanyakan telah terkontaminasi oleh MnO2 maka perlu melakukan
pengulangan standardisasi:
1. As2O3 yang telah dilakukan pelarutan dalam natrium hidroksida,
setelahnya dilakukan pengasaman dengan HCl dan dilakukan
titrasi :
5HasO2 + 2MnO4- + 6H+ + 2H2O ⇌ 2Mn2+ + 5H3AsO4

2. Penitrasian natrium oksalat dalam larutan asam


5H2C2O4 + 2MnO4- + 6H+ ⇌ 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O

3. Pelarutan logam Fe dalam HCl dengan titrasi dingin. Terdapat


kesulitan yaitu MnO4- serta Cl- berjalan secara cepat.
II.4.1Reaksi antara MnO4- dan H2O2
Larutan kalium permanganat yang sudah diasamkan dengan
H2SO4 pekat ditambahkan reagensia H2O2, menyebabkan
hilangnya warna, dan melepaskan Oksigen murni namun basah
atau terdapat kandungan air.
2MnO4- + 5H2O2 + 6H+ 5O2 + 2Mn2+ + 8H2O
(Svehla, 1990)

II.5 Penentuan dengan permanganat


Kadar besi (II) bisa ditentukan dengan ion permanganat dengan
metode permanganometri. Terjadi reduksi dari ion permanganat sehingga
dihasilkan ion Mn2+, besi (II) akan teroksidasi sehingga dihasilkan besi
(III). Adanya ion besi (III) menjadikan larutan berubah kuning. Reaksi
redoks ketika titrasi :
MnO4- (aq)+ 8H+ (aq)+ 5Fe2+ (aq)+  Mn2+(aq) + 4H2O (l)+ 5Fe3+ (aq)
(Underwood, 1999)

II.6 Larutan standar


Larutan standar yaitu larutan yang didalamnya terkandung titrat
tertentu yang konsentasinya telah diketahui. Dalam menentukan
ketepatan dan keakurasian metode pengujian dapat menggunakan larutan
standar. Dalam penilaian keakurasian, konsentrasi larutan harus diketahui
sedangkan konsentrasi dari titrat dalam sampel tidak pernah diketahui.
Sedangkan pada larutan standar terdapat konsentrasi titrat atau anallit
yang diketahui dan dapat difungsikan untuk menilai akurasi (Martin,
2018).
II.6.1Larutan standar primer
Larutan standar primer merupakan larutan yang
kemurniannya sangat tinggi. Larutan standar ini dibuat dalam
kuantitas yang sedikit, ditiimbang dengan teliti dan dilakukan
pelarutan degnan volume yang tepat. Larutan standar primer
dibuat di labu ukur dengan volume tertentu. Syarat senyawa untuk
larutan standar primer yaitu :
1. Tidak sulit untuk mendapatkan, memurnikan, mengeringkan,
dan menyimpan senyawa dalam kondisi murni
2. Jika terpapar o2 di udara tak teroksidasi, dan jika terkena
dengan CO2 tak mengalami perubahan
3. Selama penimbangan tak mengalami perubahan
4. Massa ekivalennya tinggi
5. Senyawa harus mudah larut
(Basset et al., 1994; Mursyidi & Rohman, 2006)

II.6.2 Larutan standar sekunder


Larutan standar sekunder didefinisikan dengan larutan baku
yang solutnya tak harus zat dengan kemurniannya yang tinggi.
Menentukan nilai konsentrasi dari larutan ini bisa dilakukan
dengan titrasi terhadap larutan baku primier. larutan standar ini
harus dilakukan pengulangan standardisasi tiap minggunya, hal
itu disebabkan oleh ketidakstabilan larutan sekunder. Larutan
basa maupun asam senyawa organik bisa dipakai untuk larutan
baku sekunder (Basset et al., 1994).
II.7 Analisa Bahan
II.7.1 KMnO4
a. Sifat Fisik
- Wujudnya padatan Kristal orthorohombic ungu tua
- Tak berbau, rasanya manis dengan aftertaste astringent
- Larut banyak solven organic, asam pekat, methanol,
aseton
- Densitasnya 2,7 g/cm3
b. Sifat Kimia
- Bisa mempercepat pembakaran
- Kontak dengan bahan cair yang flammable
mengakibatkan penyulutan spontan
- Kontak dengan H2SO4 mengakibatkan ledakan
(Pubchem, 2021)
II.7.2 H2O2
a. Sifat Fisik
- Wujudnya liquid tak berwarna
- Baunya agak tajam, terasa pahit.
- Mempunyai titik didih 150.2 °C, titik leleh -0.43℃
- Miscible dengan air, larut di ether, tak larut dalam
petroleum ether.
b. Sifat Kimia
- Sifatnya korosif, terdekomposisi oleh banyak solven
organic menjadi oksigen dan air
- Bisa terdekomposisi dengan hebat jika terdapat jejak
kotoran, bisa sebabkan pembakaran spontan saat kontak
dengan material organik karena sifat H2O2 sebagai
pengoksidasi kuat.
(Pubchem, 2021)
II.7.3 H2SO4
a. Sifat Fisika
- Memiliki massa molar 98,08 g/mol
- Tidak berwarna, tidak berbau, mudah larut dalam air
- Titik didihnya 337°C, massa jenisnya 1,84 g/cm3, titik
leburnya 10°C
(Chang, 2010)
b. Sifat Kimia
- Memiliki sifat yang sangat korosif, sangat reaktif
- Melarutkan logam seperti asam pekat teroksidasi,
terhidrat, atau mensulfonasi sebagian senyawa organic
(Larrañaga et al., 2016).

II.7.4 Na2C2O4
a. Sifat Fisik
- Berwujud padatan, kristal berwarna putih, tak berbau
- Tenggelam dan bercampur secara perlahan dengan air,
densitasnya 2.27 pada 20 ℃
(Pubchem, 2021).
b. Sifat Kimia
- Mengalami dekomposisi diatatas 290 ℃
(Yoshimori et al., 1978)
II.7.5 Ion Fero (NH4)2FeSO4.7H2O
a. Sifat Fisik
- Padatan putih kekuningan
- Titik leburnya 100-110℃, Berat molekulnya 393,15
g/mol
b. Sifat Kimia
- Dapat larut dalam air
(Daintith, 1994)
II.7.6 Aquadest / H2O
a. Sifat Fisik
- Berwarna bening, tidak berbau, tidak berasa
- Pada 1 atm titik bekunya 0°C
- Memiliki titik didih 100°C
- Saat suhu 4°C densitasnya sebesar 1,0 g/cm3
(Schroeder,1997)..
b. Sifat Kimia
- Dapat terbentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil
dari alkohol dan gula, ataupun dengan keton dan gugus
karbonil alehid (Lehninger,1982).
III. Metodologi Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Neraca analitik
3. Corong saring
4. Buret
5. Gelas arloji
6. Desikator
7. Beker gelas
8. Pipet tetes
9. Gelasukur

III.1.2 Bahan
1. KMnO4
2. H2O2
3. H2SO4
4. Na2C2O4
5. (NH4)2FeSO4.7H2O
6. H2O
III.2 Skema Kerja
III.2.1 Standardisasi larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat

0,3 g Na Oksalat

Kaca Aarloji

Dilarutkan kedalam 250 mL labu takar

50 mL Na Oksalat

Erlenmeyer

Penambahan 25 mL H2SO4 pekat


Pemanasan hingga 70
Penitaran dengan KMnO4 (3 kali)
Pencatatan Volume

Hasil

III.2.2 Menentukan Ion Ferro

1 g (NH4)2FeSO4.7H2O

Labu Takar

Penambahan aquades sampai 100 mL

25 mL larutan
(NH4)2FeSO4.7H2O
Labu Erlenmeyer

Penambahan 25 mL H2SO4 1M
Penitaran dengan KMnO4 (3 kali)
Pengamatan perubahan warna
Pencatatan Volume

Hasil
III.2.3 Menentukan H2O2

10 mL larutan H2O2 pekat

Labu Takar

Penambahan aquades sampai 100 mL

25 mL larutan
(NH4)2FeSO4.7H2O
Labu Erlenmeyer

Penambahan 25 mL H2SO4 1M
Penitaran dengan KMnO4 (3 kali)
Pengamatan perubahan warna
Pencatatan Volume

Hasil
IV. Data Pengamatan
No Perlakuan Volume Keterangan
.
1. Standarisasi larutan V1=8,2 mL Warna larutan berubah
KMnO4 dengan asam V2=8,9 mL dari bening menjadi merah
oksalat V3= 8,5 muda setelah penitaran
mL
2. Menentukan ion V1=6,9 mL Warna lrutan berubah dari
ferro V2=6,3 mL kuning bening menjadi
V3= 6,2 merah muda
mL
3. Menentukan H2O2 V1=0,2 mL Warna larutan berubah
V2=0,2 mL dari kuning bening
V3= 0,2 menjadi merah muda
mL
V. Hipotesis
Percobaan V yang berjudul “Permanganometri” memiliki tujuan
yaitu membuat larutan standar permanganat, melakukan prosedur
standardisasi larutan permanganat sebelum analisis, menentukan kadar
besi sebagai besi (II) dalam sampel, serta memahami reaksi reduksi dan
oksidasi dengan kalium permanganat sebagai dasar analisis dan
mengaplikasikan reaksi redoks hidrogen peroksida dengan permanganat.
Prinsip dari percobaan ini yaitu reaksi redoks dimana KMnO 4 yang
bertindak sebagai oksidator kuat mengalami reduksi baik dalam suasana
asam, netral ataupun basa. Metode yang digunakan yaitu titrasi
permanganometeri. Hasil dari percobaan standardisasi KMnO4 dengan
Na-Oksalat, penentuan ion ferro, dan penentuan H2O2 menghasilkan
warna pink muda pada larutan yang dititrasi.
VI. Hasil dan Pembahasan
Telah dilakukan percobaan V yang berjudul “Permanganometri”.
Tujuan dari percobaan kali ini yaitu membuat larutan standar
permanganat, melakukan prosedur standardisasi larutan permanganat
sebelum analisis, menentukan kadar besi sebagai besi (II) dalam sampel,
serta memahami reaksi reduksi dan oksidasi dengan kalium permanganat
sebagai dasar analisis dan mengaplikasikan reaksi redoks hidrogen
peroksida dengan permanganat. Prinsip dari percobaan ini yaitu reaksi
redoks dimana KMnO4 yang bertindak sebagai oksidator kuat mengalami
reduksi baik dalam suasana asam, netral ataupun basa. Metode yang
digunakan yaitu titrasi permanganometeri.
VI.1 Standardisasi larutan KMnO4 dengan Natrium Oksalat
Tujuan dari percobaan standardisasi KMnO4 ini yaitu untuk
mengetahui konsentrasi KMnO4 yang tepat. KMnO4 perlu distandardisasi
karena garam kalium permanganat tidak diperoleh dalam keadaan murni
dan banyak mengandung oksida-oksidanya berupa MnO dan Mn2O3
sehingga tidak bisa dipakai sebagai zat standar primer.
Natrium oksalat digunakan karena sifatnya murni dan stabil.
Natrium oksalat dilarutkan kedalam labu takar. Pelarutan bertujuan untuk
mengubah fasa zat dari padat menjadi cair. Sebagian larutan tersebut
dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan asam sulfat pekat.
Asam sulfat fungsinya untuk memberikan suasana asam dan juga
untuk menambah laju reaksi. Reaksi asam sulfat dengan oksalat
merupakan reaksi eksotermik yang menjadikan erlenmeyer terasa panas
karena suhu larutan naik. Timbulnya panas dalam erlenmeyer tersebut
disebabkan oleh kalor yang berpindah dari sistem ke lingkungan. Setelah
itu dilakukan pemanasan hingga 70℃.
Pemanasan dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi, karena
saat dipanaskan, temerature larutan mengalami kenaikan yang membuat
molekul-molekulnya bergerak makin cepat dan tumbukan yang terjadi
antarmolekulnya pun semakin sering dan besar.
Setelah larutan dipanaskan, kemudian dilakukan dititrasi. KMnO4.
berperan sebagai titran, asam oksalat dan asam sulfat berperan sebagai
titrat. KMnO4 dipakai karena memiliki warna khas ungu tua dan bisa
menunjukkan perubahan warna yang jelas saat dititrasi. Oleh karena
itulah pada standardisasi ini tidak memakai indikator warna .
Penambahan titran dilakukan setetes demi setetes sampai larutan berubah
warna dari bening menjadi pink muda. Warna pink muda tersebut muncul
karena kelebihan dari Mn2+. Reaksi antara Oksalat dengan KMnO4
berlangsung dalam suasana asam, yaitu :
2MnO4- + 5H2C2O4 + 6H+2Mn2++ 10CO2 + 8H2O
(Harjadi, 1993)
Penitaran menggunakan KMnO4 tersebut dilakukan sebanyak 3 kali
atau triplet agar hasil yang didapatkan akurat. Volume titran dari titrasi
pertama sampai ketiga berturut-turut yaitu 8,2 mL, 8,9 mL, 8,5 mL.
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan normalitas rata-rata KMnO4
sebesar 0,2623 N.

VI.2 Menentukan Ion Ferro


Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui massa dan
kadar Fe. Langkah yang pertama dilakukan yaitu melarutkan ion ferro
padat dengan air dalam labu takar. Pelarutan bertujuan untuk mengubah
fasa zat dari solid menjadi cairan. Lalu sebagian larutan tersebut
dimasukkan kedalam labu erlenmeyer dan kedalamnya dimasukkan
asam sulfat 1M. Fungsi dari penambahkan asam sulfat yaitu untuk
memberikan suasana asam serta membuat besi untuk bisa larut dengan
sempurna dan bisa bereaksi dengan baik. Asam sulfat juga berfungsi
agar KMnO4 tereduksi menjadi Mn2+.
Karena jika suasananya netral atau sedikit basa nanti akan
tereduksi menjadi MnO2 yang bentuknya padatan cokelat yang
mengendap dan akan mengganggu proses titrasi. Hal ini dapat
diketahui dari reaksi:
4MnO4- + 2H2O 4MnO2
(Underwood, 1999)

HCl tidak digunkaan sebagai pemberi suasana asam karena akan


dihasilkan zat klorin yang berbahaya. Reaksinya yaitu:
2 MnO4- + 10Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 8H2O + 5Cl2
(Svehla, 1990)

Jika digunakan HNO3 sebagai pemberi suasana asam maka akan


dihasilkan gas NO2:
2NO3- + 4H2SO4 + 6Fe2+ 2NO + 6Fe3++ 4SO42- + 4H2O
(Svehla, 1990)
Setelah ditambahkan asam sulfat sebagai pemberi suasana asam,
selanjutnya dilakukan titrasi dengan KMnO4 sebagai titran, dan titratnya
adalah larutan ferro. KMnO4 dipakai karena memiliki warna khas
ungu tua dan bisa menunjukkan perubahan warna yang jelas saat
dititrasi. Oleh karena itulah pada standardisasi ini tidak memakai
indikator.
Penambahan titran dilakukan setetes demi setetes sampai larutan
berubah warna dari kuning bening menjadi pink muda yang muncul
karena kelebihan dari Mn2+. Warna pink muda menandakan titrasi
sudah berakhir dan telah terbentuk Fe3+ yang merupakan hasil oksidasi
Fe2+. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
MnO4- + 5Fe2+ + 8H+ 5Fe3+ + Mn2+ + 4H2O
(Harjadi, 1993)
Penitaran menggunakan KMnO4 tersebut dilakukan sebanyak 3
kali agar hasil yang didapatkan akurat. Volume titran dari titrasi
pertama sampai ketiga berturut-turut yaitu 6,9 mL, 6,3 mL, 6,2
mL .Setelah dilakukan perhitungan didapatkan massa rata-rata Fe
36,213 mgram dengan kadar ion Fe sebesar 3,62 %.

VI.3 Menentukan H2O2


Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui normalitas H2O2
. H2O2 digunakan karena sifatnya yang merupakan pereduktor kuat
sehingga bisa bereaksi sempurna dengan KMnO4 sebagai pengoksidator
kuat. Dilakukan pengenceran terhadap larutan H2O2 pekat dengan
aquades agar konsentrasinya turun, karena H2O2 sangat reaktif terlebih
lagi dalam kondisi yang pekat. Sebagian larutan yang telah diencerkan
kemudian ditambahkan asam sulfat .Gunanya yaitu untuk memberikan
suasana asam. Reaksi harus dilakukan dalam suasana asam karena jika
tidak berada dalam suasana asam maka perubahan warna KMnO 4 tidak
akan terlihat. Selanjutnya dilakukan titrasi dengan titratnya yaitu H2O2,
dan titrannya KMnO4. KMnO4 dipakai karena memiliki warna khas
ungu tua dan bisa menunjukkan perubahan warna yang jelas saat
dititrasi. Oleh karena itulah pada standardisasi ini tidak memakai
indikator. Titrasi harus dilakukan tetes demi tetes karena H2O2 bisa
cepat berubah warna lagi ke warna asal. Titrasi dihentikan ketika
larutan berubah warna dari kuning bening menjadi pink muda yang
muncul karena kelebihan dari Mn2+. Reaksi yang terjadi yaitu:
2MnO4- + 5H2O2 + 6H+  2Mn2+ + 5O2 + 8H2O
(Svehla, 1990)
Penitaran menggunakan KMnO4 tersebut dilakukan sebanyak 3
kali agar hasil yang didapatkan akurat. Volume titran dari titrasi
pertama sampai ketiga yaitu 0,2 mL.Setelah dilakukan perhitungan
didapatkan Normalitas H2O2 sebesar 0,0008 N.
VII. Penutup
VII.1 Kesimpulan
1. Larutan standar KMnO4 dibuat dengan mentitrasi Na-Oksalat
dengan KMnO4
2. Standardisasi larutan KMnO4 menghasilkan normalitas
KMnO4 sebesar 0,2623 N
3. Kadar besi sebagai besi (II) dalam sample sebesar 3,62 %
4. KMnO4 sebagai penitrat merupakan oksidator. H2O2 bertindak
sebagai reduktor ketika bereaksi dengan KMnO4 yang bersifat
sebagai oksidator. Normalitas H2O2 sebesar 0,0008N

VII.2 Saran
1. Na-Oksalat dalam standardisasi KMnO4 bisa diganti
menggunakan zat standar primer lain seperti As2O3, KHC2O4,
K4(Fe(CN)6), Fe(NH4)2(SO2).
2. Proses titrasi bisa dilakukan lebih dari 3 kali jika ingin
mendapatkan hasil yang lebih akurat lagi.
3. Saat melakukan titrasi harus benar-benar teliti agar titik akhir
titrasi tidak terlewati.
DAFTAR PUSTAKA

Basset, J., Denney, R., Jeffery, G., & Mendham, J. (1994). Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.

Burgot, J. L. (2012). Ionic equilibria in analytical chemistry. Springer Science &


Business Media.

Chang, R. (2010). Chemistry. 10th Edition. New York: The McGraw-Hill


Companies, Inc

Daintith, John. 1994. Kamus Kimia Oxford Edisi Baru. Jakarta : Erlangga

Harjadi, W. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar . Jakarta: Gramedia

Jennings, P. A., Mullen, C. A., & Roy, M. (2001). Titration and pH Measurement.
e LS.

Lawrence, C. (2002). Louis Rosenfeld, Four centuries of clinical chemistry,


Amsterdam, Gordon and Breach Science Publishers, 1999, pp. xvii, 562,
illus.,£ 91.00 (hardback 90-5699-645-2). Medical History, 46(2), 288-288.

Lehninger. (1982). Dasar-dasar Biokimia. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Mursyidi, A., & Rohman, A. (2006). Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri
& Gravimetri. Yogyakarta: UGM Press.

Murthy, C. P. (2008). University Chemistry, Vol. I. New Age International.

National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem Compound


Summary for CID 784, Hydrogen peroxide. Retrieved September 8, 2021
from  https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Hydrogen-peroxide.
National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem Compound
Summary for CID 516875, Potassium permanganate. Retrieved September
7, 2021 from  https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Potassium-
permanganate.

National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem Compound


Summary for CID 6125, Sodium oxalate. Retrieved September 8, 2021
from https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-oxalate.

Rosenfeld, L. (2018). Four centuries of clinical chemistry. Routledge.

Schroeder, E.D. (1997). Water and Wastewater Treatment. Mc grawhill:357.

Svehla, G. (1990). Buku Teks Analitik Anorganik Kualitatif Makro dan


Semimikro.Jakarta : PT Kalman Media Pustaka

Underwood. (1999). Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Yoshimori, T., Asano, Y., Toriumi, Y., & Shiota, T. (1978). Investigation on the
drying and decomposition of sodium oxalate. Talanta, 25(10), 603-605.
Lampiran Perhitungan

1. Standarisasi Larutan KMnO4 dengan Na-Oksalat


Diketahui:

V1 = 8,2 mL
V2 = 8,9 mL
V3 = 8,5 mL
Vrata-rata = 8,533 mL

m 1000
Normalitas (N1) ¿ ×
BE V

0,3 1000
¿ × = 0,02238 N
134 100

Volume pengenceran (V1) = 100 mL

Mr Na-Oksalat = 134 g/mol

Ditanya : nilai rata-rata normalitas?

Jawab :

a. Penentuan N dari titrasi sebanyak 3 kali:


 Titrasi I
N1 × V1=N2 × V2
0,02238 × 100 = N2 × 8,2
2,238
N2 =
8,2
= 0,273 N
 Titrasi II
N1 × V1=N2 × V2
0,02238 × 100 = N2 × 8,9
2,238
N2 =
8,9
= 0,251 N
 Titrasi III
N1 × V1=N2 × V2
0,02238 × 100 = N2 × 8,5
2,238
N2 =
8,5
= 0,263 N

b. Menghitung rata-rata Normalitas KMnO4


0,273+0,251+0,263
N2 =
3
= 0,2623 N
2. Penentuan Ion Ferro
Diketahui :

V1 = 6,9 mL
V2 = 6,3 mL
V3 = 6,2 mL
Massa sampel (NH4)2SO4.5H2O = 1 gram = 1000 mgram
N KMnO4 = 0,1 N
n=1
Ditanya : massa dan kemurnian Fe
Jawab :

a. Menentukan massa Fe pada masing-masing titrasi 3x


- Mencari mgrek FeSO4.7H2O
 Titrasi I
mgrek FeSO4.7H2O = V1 KMnO4 × N KMnO4
= 6,9 × 0,1
= 0,69
 Titrasi II
mgrek FeSO4.7H2O = V2 KMnO4 × N KMnO4
= 6,3 × 0,1
= 0,63
 Titrasi III
mgrek FeSO4.7H2O = V2 KMnO4 × N KMnO4
= 6,2 × 0,1
= 0,62
- Mencari massa FeSO4.7H2O
 Titrasi I mgrek
Massa FeSO4.7H2O = (BM : n) × mgrek FeSO4.7H2O

= ( 2781 ) ×0,69
= 191,82 mgram
 Titrasi II
Massa FeSO4.7H2O = (BM : n) × mgrek FeSO4.7H2O

= ( 2781 ) ×0,63
= 175,14 mgram
 Titrasi III
Massa FeSO4.7H2O = (BM : n) × mgrek FeSO4.7H2O

= ( 2781 ) ×0,62
= 172,36 mgram

- Mencari massa Fe
 Titrasi I
( Ar Fe)
massa Fe = × massa FeSO4.7H2O
Mr FeSO 4 .7 H 2 O
56 g /mol
= × 191,82 mgram
278 g /mol
= 38,64 mgram
 Titrasi II
( Ar Fe)
massa Fe = × massa FeSO4.7H2O
Mr FeSO 4 .7 H 2 O
56 g /mol
= × 175,14 mgram
278 g /mol
= 35,28 mgram
 Titrasi III
( Ar Fe)
massa Fe = × massa FeSO4.7H2O
Mr FeSO 4 .7 H 2 O
56 g /mol
= × 172,36 mgram
278 g /mol
= 34,72 mgram
- Mencari massa Fe rata-rata
m1+m 2+ m3
massa Fe rata – rata =
3
38,64+35,28+3 4 , 72
=
3
= 36,213 mgram

b. Menentukan kemurnian Fe
% Fe = ( massa Fe rata – rata : massa sampel) x 100 %
= ( 36,213 mgram : 1000 mgram ) x 100 %
= 3,62 %
Jadi, kadar ion Fe yang didapatkan sebesar 3,62 %
3. Penentuan Normalitas H2O2
Diketahui :

V1 = 0,2 mL
V2 = 0,2 mL
V3 = 0,2 mL
Vrata-rata = 0,2 mL
N KMnO4 = 0,1 N
V H2O2 = 25 mL
Ditanya : normalitas H2O2
Jawab :
a. Menentukan Normalitas H2O2 Dari 3x Titrasi
- Titrasi I-III
V H2O2 × N H2O2 = V KMnO4 × N KMnO4
25 × N H2O2 = 0,2 × 0,1
N H2O2 = 0,0008 N

b. Menentukan Normalitas Rata-Rata H2O2


0,0008 N + 0,0008 N + 0,0008 N
N H2O2 rata-rata =
3
= 0,0008 N

Anda mungkin juga menyukai