Mengetahui,
Asisten Praktikan
PERMANGANOMETRI
I. Tujuan Percobaan
I.1 Membuat larutan standar permanganat
I.2 Melakukan prosedur standardisasi larutan permanganat sebelum
Analisis
I.3 Menentukan kadar besi sebagai besi (II) dalam sampel
I.4 Memahami reaksi reduksi dan oksidasi dengan kalium permanganat
sebagai dasar analisis dan mengaplikasikan reaksi redoks hidrogen
peroksida dengan permanganat
II.7.4 Na2C2O4
a. Sifat Fisik
- Berwujud padatan, kristal berwarna putih, tak berbau
- Tenggelam dan bercampur secara perlahan dengan air,
densitasnya 2.27 pada 20 ℃
(Pubchem, 2021).
b. Sifat Kimia
- Mengalami dekomposisi diatatas 290 ℃
(Yoshimori et al., 1978)
II.7.5 Ion Fero (NH4)2FeSO4.7H2O
a. Sifat Fisik
- Padatan putih kekuningan
- Titik leburnya 100-110℃, Berat molekulnya 393,15
g/mol
b. Sifat Kimia
- Dapat larut dalam air
(Daintith, 1994)
II.7.6 Aquadest / H2O
a. Sifat Fisik
- Berwarna bening, tidak berbau, tidak berasa
- Pada 1 atm titik bekunya 0°C
- Memiliki titik didih 100°C
- Saat suhu 4°C densitasnya sebesar 1,0 g/cm3
(Schroeder,1997)..
b. Sifat Kimia
- Dapat terbentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil
dari alkohol dan gula, ataupun dengan keton dan gugus
karbonil alehid (Lehninger,1982).
III. Metodologi Percobaan
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Neraca analitik
3. Corong saring
4. Buret
5. Gelas arloji
6. Desikator
7. Beker gelas
8. Pipet tetes
9. Gelasukur
III.1.2 Bahan
1. KMnO4
2. H2O2
3. H2SO4
4. Na2C2O4
5. (NH4)2FeSO4.7H2O
6. H2O
III.2 Skema Kerja
III.2.1 Standardisasi larutan KMnO4 dengan Asam Oksalat
0,3 g Na Oksalat
Kaca Aarloji
50 mL Na Oksalat
Erlenmeyer
Hasil
1 g (NH4)2FeSO4.7H2O
Labu Takar
25 mL larutan
(NH4)2FeSO4.7H2O
Labu Erlenmeyer
Penambahan 25 mL H2SO4 1M
Penitaran dengan KMnO4 (3 kali)
Pengamatan perubahan warna
Pencatatan Volume
Hasil
III.2.3 Menentukan H2O2
Labu Takar
25 mL larutan
(NH4)2FeSO4.7H2O
Labu Erlenmeyer
Penambahan 25 mL H2SO4 1M
Penitaran dengan KMnO4 (3 kali)
Pengamatan perubahan warna
Pencatatan Volume
Hasil
IV. Data Pengamatan
No Perlakuan Volume Keterangan
.
1. Standarisasi larutan V1=8,2 mL Warna larutan berubah
KMnO4 dengan asam V2=8,9 mL dari bening menjadi merah
oksalat V3= 8,5 muda setelah penitaran
mL
2. Menentukan ion V1=6,9 mL Warna lrutan berubah dari
ferro V2=6,3 mL kuning bening menjadi
V3= 6,2 merah muda
mL
3. Menentukan H2O2 V1=0,2 mL Warna larutan berubah
V2=0,2 mL dari kuning bening
V3= 0,2 menjadi merah muda
mL
V. Hipotesis
Percobaan V yang berjudul “Permanganometri” memiliki tujuan
yaitu membuat larutan standar permanganat, melakukan prosedur
standardisasi larutan permanganat sebelum analisis, menentukan kadar
besi sebagai besi (II) dalam sampel, serta memahami reaksi reduksi dan
oksidasi dengan kalium permanganat sebagai dasar analisis dan
mengaplikasikan reaksi redoks hidrogen peroksida dengan permanganat.
Prinsip dari percobaan ini yaitu reaksi redoks dimana KMnO 4 yang
bertindak sebagai oksidator kuat mengalami reduksi baik dalam suasana
asam, netral ataupun basa. Metode yang digunakan yaitu titrasi
permanganometeri. Hasil dari percobaan standardisasi KMnO4 dengan
Na-Oksalat, penentuan ion ferro, dan penentuan H2O2 menghasilkan
warna pink muda pada larutan yang dititrasi.
VI. Hasil dan Pembahasan
Telah dilakukan percobaan V yang berjudul “Permanganometri”.
Tujuan dari percobaan kali ini yaitu membuat larutan standar
permanganat, melakukan prosedur standardisasi larutan permanganat
sebelum analisis, menentukan kadar besi sebagai besi (II) dalam sampel,
serta memahami reaksi reduksi dan oksidasi dengan kalium permanganat
sebagai dasar analisis dan mengaplikasikan reaksi redoks hidrogen
peroksida dengan permanganat. Prinsip dari percobaan ini yaitu reaksi
redoks dimana KMnO4 yang bertindak sebagai oksidator kuat mengalami
reduksi baik dalam suasana asam, netral ataupun basa. Metode yang
digunakan yaitu titrasi permanganometeri.
VI.1 Standardisasi larutan KMnO4 dengan Natrium Oksalat
Tujuan dari percobaan standardisasi KMnO4 ini yaitu untuk
mengetahui konsentrasi KMnO4 yang tepat. KMnO4 perlu distandardisasi
karena garam kalium permanganat tidak diperoleh dalam keadaan murni
dan banyak mengandung oksida-oksidanya berupa MnO dan Mn2O3
sehingga tidak bisa dipakai sebagai zat standar primer.
Natrium oksalat digunakan karena sifatnya murni dan stabil.
Natrium oksalat dilarutkan kedalam labu takar. Pelarutan bertujuan untuk
mengubah fasa zat dari padat menjadi cair. Sebagian larutan tersebut
dimasukkan kedalam erlenmeyer dan ditambahkan asam sulfat pekat.
Asam sulfat fungsinya untuk memberikan suasana asam dan juga
untuk menambah laju reaksi. Reaksi asam sulfat dengan oksalat
merupakan reaksi eksotermik yang menjadikan erlenmeyer terasa panas
karena suhu larutan naik. Timbulnya panas dalam erlenmeyer tersebut
disebabkan oleh kalor yang berpindah dari sistem ke lingkungan. Setelah
itu dilakukan pemanasan hingga 70℃.
Pemanasan dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi, karena
saat dipanaskan, temerature larutan mengalami kenaikan yang membuat
molekul-molekulnya bergerak makin cepat dan tumbukan yang terjadi
antarmolekulnya pun semakin sering dan besar.
Setelah larutan dipanaskan, kemudian dilakukan dititrasi. KMnO4.
berperan sebagai titran, asam oksalat dan asam sulfat berperan sebagai
titrat. KMnO4 dipakai karena memiliki warna khas ungu tua dan bisa
menunjukkan perubahan warna yang jelas saat dititrasi. Oleh karena
itulah pada standardisasi ini tidak memakai indikator warna .
Penambahan titran dilakukan setetes demi setetes sampai larutan berubah
warna dari bening menjadi pink muda. Warna pink muda tersebut muncul
karena kelebihan dari Mn2+. Reaksi antara Oksalat dengan KMnO4
berlangsung dalam suasana asam, yaitu :
2MnO4- + 5H2C2O4 + 6H+2Mn2++ 10CO2 + 8H2O
(Harjadi, 1993)
Penitaran menggunakan KMnO4 tersebut dilakukan sebanyak 3 kali
atau triplet agar hasil yang didapatkan akurat. Volume titran dari titrasi
pertama sampai ketiga berturut-turut yaitu 8,2 mL, 8,9 mL, 8,5 mL.
Setelah dilakukan perhitungan didapatkan normalitas rata-rata KMnO4
sebesar 0,2623 N.
VII.2 Saran
1. Na-Oksalat dalam standardisasi KMnO4 bisa diganti
menggunakan zat standar primer lain seperti As2O3, KHC2O4,
K4(Fe(CN)6), Fe(NH4)2(SO2).
2. Proses titrasi bisa dilakukan lebih dari 3 kali jika ingin
mendapatkan hasil yang lebih akurat lagi.
3. Saat melakukan titrasi harus benar-benar teliti agar titik akhir
titrasi tidak terlewati.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J., Denney, R., Jeffery, G., & Mendham, J. (1994). Buku Ajar Vogel
Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta: EGC.
Daintith, John. 1994. Kamus Kimia Oxford Edisi Baru. Jakarta : Erlangga
Jennings, P. A., Mullen, C. A., & Roy, M. (2001). Titration and pH Measurement.
e LS.
Mursyidi, A., & Rohman, A. (2006). Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri
& Gravimetri. Yogyakarta: UGM Press.
Yoshimori, T., Asano, Y., Toriumi, Y., & Shiota, T. (1978). Investigation on the
drying and decomposition of sodium oxalate. Talanta, 25(10), 603-605.
Lampiran Perhitungan
V1 = 8,2 mL
V2 = 8,9 mL
V3 = 8,5 mL
Vrata-rata = 8,533 mL
m 1000
Normalitas (N1) ¿ ×
BE V
0,3 1000
¿ × = 0,02238 N
134 100
Jawab :
V1 = 6,9 mL
V2 = 6,3 mL
V3 = 6,2 mL
Massa sampel (NH4)2SO4.5H2O = 1 gram = 1000 mgram
N KMnO4 = 0,1 N
n=1
Ditanya : massa dan kemurnian Fe
Jawab :
= ( 2781 ) ×0,69
= 191,82 mgram
Titrasi II
Massa FeSO4.7H2O = (BM : n) × mgrek FeSO4.7H2O
= ( 2781 ) ×0,63
= 175,14 mgram
Titrasi III
Massa FeSO4.7H2O = (BM : n) × mgrek FeSO4.7H2O
= ( 2781 ) ×0,62
= 172,36 mgram
- Mencari massa Fe
Titrasi I
( Ar Fe)
massa Fe = × massa FeSO4.7H2O
Mr FeSO 4 .7 H 2 O
56 g /mol
= × 191,82 mgram
278 g /mol
= 38,64 mgram
Titrasi II
( Ar Fe)
massa Fe = × massa FeSO4.7H2O
Mr FeSO 4 .7 H 2 O
56 g /mol
= × 175,14 mgram
278 g /mol
= 35,28 mgram
Titrasi III
( Ar Fe)
massa Fe = × massa FeSO4.7H2O
Mr FeSO 4 .7 H 2 O
56 g /mol
= × 172,36 mgram
278 g /mol
= 34,72 mgram
- Mencari massa Fe rata-rata
m1+m 2+ m3
massa Fe rata – rata =
3
38,64+35,28+3 4 , 72
=
3
= 36,213 mgram
b. Menentukan kemurnian Fe
% Fe = ( massa Fe rata – rata : massa sampel) x 100 %
= ( 36,213 mgram : 1000 mgram ) x 100 %
= 3,62 %
Jadi, kadar ion Fe yang didapatkan sebesar 3,62 %
3. Penentuan Normalitas H2O2
Diketahui :
V1 = 0,2 mL
V2 = 0,2 mL
V3 = 0,2 mL
Vrata-rata = 0,2 mL
N KMnO4 = 0,1 N
V H2O2 = 25 mL
Ditanya : normalitas H2O2
Jawab :
a. Menentukan Normalitas H2O2 Dari 3x Titrasi
- Titrasi I-III
V H2O2 × N H2O2 = V KMnO4 × N KMnO4
25 × N H2O2 = 0,2 × 0,1
N H2O2 = 0,0008 N