Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

BIOTEKNOLOGI MOLEKULER
ARCTIC APPLE: NON-BROWNING APPLE

Disusun oleh:
Afrilla Afrocha
24030120120019

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
BAB I PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi rekayasa genetika (genetic
engineering) akhir-akhir ini cukup drastis dan meminta perhatian serius dari
pemerintah dan para ilmuwan. Rekayasa genetika pada dasarnya adalah
seperangkat teknik yang digunakan untuk memanipulasi komponen genetik, yakni
DNA genom atau gen yang dapat dilakukan dalam satu sela tau makhluk hidup.
Mahluk hidup yang materi genetiknya genetiknya telah dimanipulasi dimanipulasi
secara artifisial artifisial di laboratorium melalui rekayasa genetika disebut dengan
mahluk hidup transgenic atau rekayasa genetika mahluk hidup (genetically
modified organism/GMO) yang memiliki sifat unggul dibandingkan dengan
mahluk hidup asalnya (Lotter, 2008; Marinho et al., 2012). Tanaman yang
dimodifikasi secara genetik (GMP) yang ditujukan untuk rilis pasar dapat dirancang
untuk menginduksi "pembungkaman gen" melalui interferensi RNA (RNAi). Apel
Arktik memiliki kemampuan khusus untuk menahan pencoklatan setelah dipotong,
yang melindungi rasa dan nilai gizinya. Pencoklatan juga berkontribusi pada limbah
makanan dengan menyebabkan memar yang tidak menarik pada apel yang dapat
dimakan dengan sempurna. Limbah makanan, terutama buah dan sayuran,
merupakan masalah besar di seluruh dunia; hampir setengah dari produk yang
ditanam di Amerika Serikat dibuang, dan supermarket Tesco di Inggris
memperkirakan bahwa perilaku konsumen secara signifikan berkontribusi terhadap
40% apelnya yang terbuang sia-sia.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Apel Arktik


Apel Arktik adalah apel hasil rekayasa genetika yang tidak berwarna
kecokelatan setelah dipotong. Apel secara alami mengandung bahan kimia yang
dikenal sebagai polifenol yang dapat bereaksi dengan oksigen di udara
menyebabkan pencoklatan. Namun, reaksi ini tidak akan terjadi tanpa bantuan
enzim polifenol oksidase (PPO). Biasanya di apel, PPO terletak di plastid, secara
fisik terpisah dari substrat fenolik di vakuola. Ketika sel rusak, memungkinkan PPO
berinteraksi dengan polifenol dan oksigen untuk mendorong reaksi pencoklatan.
Mengetahui bahwa PPO bertanggung jawab atas pencoklatan, memblokir produksi
enzim ini dapat membuat apel yang tidak menjadi kecokelatan (Stowe & Dhingra,
2021).

2.2 Mekanisme Pembuatan Apel Arktik


Mekanisme yang digunakan untuk membuat apel arktik ini adalah dengan
proses biologis yang disebut interferensi RNA (RNAi). Dalam proses inferensi
RNA, ekspresi gen dihambat atau dikenal sebagai co-supresi. RNA interferensi
diprakarsai oleh double-stranded RNA (dsRNA). Transgen dihasilkan dari
penggabungan empat gen famili PPO yang terdiri dari (PPO2, GPO3, APO5,
pSR7). Transgen yang dikategorikan sebagai dsRNA tersebut dimasukkan kedalam
sel apel. Sebuah enzim Dicer (endoribonuklease III), memotong dsRNA menjadi
potongan-potongan kecil berupa siRNA (small interference RNA). siRNA
kemudian mengikat protein argonaut pada rantai antisense, dan untai sense
terlepas.. Kombinasi dari siRNA dengan argonaut, bersama dengan protein lain
disebut RNA-Induced Silencing Complex (RISC). Selanjutnya RISC terikat ke
mRNA tertentu yang mana akan menghambat translasi atau membelah mrna. Oleh
karena itu, enzim PPO yang seharusnya diproduksi, menjadi tidak diproduksi
(Kumar et al., 2017; Ravelonandro & Briard, 2021).

2.3 Pro dan Kontra Apel Arktik


Apel yang tidak kecokelatan akan lebih menarik bagi konsumen dan juga dapat
mengurangi limbah dengan meminimalkan apel yang dibuang karena warnanya
yang kecokelatan. Apel Arktik tidak mengubah rasa apel bahkan setelah dipotong,
karena oksidasi tidak terjadi.
Namun, beberapa masyarakat terus memprotes persetujuan apel Arktik, dengan
alasan bahwa konsekuensi tak terduga dari perubahan genetik dapat berdampak
pada kesehatan. Tidak semua konsekuensi dari modifikasi genetik dapat
diramalkan, dan karena itu dapat menjadi bahaya bagi manusia dan lingkungan.
Pendapat kontra dari masyarakat tersebut sejalan dengan literatur mengenai
kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari tanaman rekayasa genetika (GM)
RNAi, yaitu:
- Off-target gene silencing
Meskipun pengikatan dsRNA/siRNA diyakini sangat spesifik, siRNA dapat
berikatan dengan gen di luar target yang memiliki urutan homologi yang cukup
dengan gen target.. Hal itu berpotensi menyebabkan perubahan selain efek
yang dimaksudkan, termasuk perubahan tingkat toksin atau alergen endogen.
- Pembungkaman gen pada organisme non-target.
sRNA yang diproduksi pada tanaman GM secara tidak sengaja dapat
mengubah ekspresi gen pada hewan. Hal tersebut dapat terjadi saat hewan
harus memakan bahan tanaman RNAi dalam jumlah besar, siRNA harus
melawan degradasi dalam saluran pencernaan dan aliran darah, sel hewan harus
kompeten untuk mengambil sRNA dalam jumlah yang cukup untuk
mengaktifkan mesin RNAi endogen, sRNA perlu mencocokkan gen yang
diekspresikan dalam sel hewan dan secara efektif mengurangi ekspresi gen.
Ekspresi gen yang berkurang ini mungkin berbahaya bagi hewan tersebut
(Schwab, 2006).
BAB III KESIMPULAN
Terdapat pro dan kontra mengenai produk pangan transgenic atau GMO, dimana
apel yang tidak kecokelatan akan mengurangi limbah dengan meminimalkan apel
yang dibuang, namun tidak dipungkiri juga terdaat konsekuensi tak terduga dari
perubahan genetik dapat berdampak pada kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Kumar, P., Mundiyara, R., & Jitarwal, R. (2017). RNA interference: new approach
of gene silencing in plants. Int J Pure Appl Biosci, 5(3), 421-425.
Ravelonandro, M., & Briard, P. (2021). Biogenesis and functional RNAi in fruit
trees. In RNAi for plant improvement and protection (pp. 40-46). CABI
Wallingford UK.
Schwab, R., Ossowski, S., Riester, M., Warthmann, N., and Weigel, D. (2006).
Highly specific gene silencing by artificial microRNAs in Arabidopsis.
Plant Cell 18, 1121-1133.
Stowe, E., & Dhingra, A. (2021). Development of the Arctic® apple. Plant
breeding reviews, 44, 273-296.

Anda mungkin juga menyukai