Mengetahui,
Asisten Praktikan
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1 Melakukan prosedur standardisasi larutan standar sekunder sebelum
analisis.
I.2 Menentukan kadar senyawa dalam sampel:
a. Kadar Nakarbonat dalam Produk Pangan
b. Kadar Asam asetat dalam Asetat Glasial dan Cuka Perdagangan
I.3 Menentukan komposisi campuran CO3= dan NaOH dalam produk
pangan atau sampel buatan.
I.4 Menentukan pilihan indikator yang tepat dalam analisis campuran.
II.4 Pengenceran
Pengenceran dapat diartikan dengan penambahan solven
yang netral atau yang sering digunakan yaitu aquades, dalam jumlah
tertentu pada suatu senyawa sehingga kadar kepekatan senyawa
yang diencerkan tersebut mengalami penurunan ( Brady, 1999).
Molaritas didefinisikan sebagai mol dari solut pada 1 liter larutan,
maka jumlah mol pada solut dapat dinyatakan dengan:
MV = n
b. Sifat Kimia
- Saat dipanaskan hingga terdekomposisi akan
menghasilkan asap beracun dari boron
- Pada suhu 1575°C akan menghasilkan asap beracun
sodium oksida
(Pubchem, 2021)
II.5.2 HCl Pekat
b. Sifat Fisik
- Sangat larut dalam air pada 20°C
- Tidak berwarna, memiliki bau menyengat
- Titik bekunya -114°C, mendidih pada 110 °C.
c. Sifat Kimia
- Bersifat korosif dari asam
- Toxic
(Pubchem, 2021)
II.5.3 NaOH
a. Sifat Fisika
- Sangat larut dalam air, larut dalam glliserol, didalam
eter dan pelarut non polar tidak bisa larut
- Berat Molekul 39,9971 g/mol, kepadatan 2,13 g/Ml
- Titik didih 1.388 °C, memiliki titik lebur yaitu 323°C
(West & Astle, 1979).
b. Sifat Kimia
- Sangat korosif
- Saat dipanaskan hingga mengalami penguraian
menghasilkan asam yang beracun dari natrium
oksida.
(Pubchem, 2021)
II.5.4 Kristal H2CO2
a. Sifat Fisika
- Berat molekulnya 46,025 g/mol
- Wujudnya cairan tak berwarna
- Titik didihnya 101℃, titik lelehnya 8,3℃
- Sebagian larut di benzene, toluene, xylena
b. Sifat Kimia
- Senyawa akan terdekomposisi saat dipanaskan dan
kontak dengan asam kuat (asam sulfat)
menghasilkan karbon monoksida
(Pubchem, 2021)
II.5.5 Aquades
a. Sifat Fisika
- Berwarna bening, tidak berbau, tidak berasa
- Pada 1 atm titik bekunya 0°C
- Memiliki titik didih 100°C
- Saat suhu 4°C densitasnya sebesar 1,0 g/cm3
(Schroeder, 1977).
b. Sifat Kimia
- Dapat terbentuk ikatan hidrogen dengan gugus
hidroksil dari alkohol dan gula, ataupun dengan
keton dan gugus karbonil alehid
(Lehninger, 1990)
II.5.6 Indikator Metil Orange
a. Sifat Fisika
- Wujudnya bubuk kuning atau orange
- Titik lelehnya lebih dari 300℃
- Tidakk bisa terlarut di ether, agak larut di pyrimidine.
b. Sifa Kimia
- Saat pengenceran dengan air dan terkena api bisa
memunculkan sifat korosif, beracun
- Saat dipanaskan terdekomposisi menghasilkan asap
korosif.
(Pubchem, 2021)
II.5.7 Sampel Soda
a. Sifat Fisika
- Wujudnya bubuk atau butiran kristal putih
- Larut dalam air, tak larut dalam etanol
- Densitasnya 2,1 g/cm3
b. Sifat Kimia
- Ketika dipanaskan hingga terurai, ia mengeluarkan
asap, asap, dan karbon dioksida yang tajam.
(Pubchem, 2021)
III.2.2 Bahan
1. Natrium Tetraborate Murni (Na2B4O7)
2. HCl Pekat
3. NaOH
4. Kristal H2CO2
5. Aquades
6. Indikator Metil Orange
7. Sampel Soda
8. Sampel Asam Cuka
9. Sampel Garam Amonium
10. Na2CO3
11. Indikator PP
III.2 Skema Kerja
III.2.1 Standardisasi HCl dengan Boraks
Erlenmeyer
Penambahan 50 ml aquadest
Erlenmeyer
0,1 g H2C2O4
Erlenmeyer
Penambahan 50 ml aquadest
Penambahan 2 tetes PP
Hasil
III.2.3 Menentukan Na2CO3 dalam Soda
0,14 g Soda
Labu ukur 250 ml
25 ml larutan Soda
Erlenmeyer
Hasil
Hasil
III.2.5 Menentukan Campuran NaOH + Na2CO3
25 ml larutan campuran
Erlenmeyer
Penambahan 2 tetes PP
Pengenceran dengan aquadest
Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
No Perlakuan Hasil
V3 NaOH = 10,8 ml
V1 HCl = 35 ml
4 Menentukan Asam Asetat Glasial Larutan berwarna bening
- 25 ml asam asetat glasial + 2 tetes
Larutan berwarna merah
indicator PP
muda atau ungu pada saat
- Penitarisan dengan menggunakan NaOH
titik akhir
- - Pencatatan voume
V NaOH = 15 ml
Ditambah PP
V HCl = 12 ml
Ditambah MO
V HCl = 3 ml
V. HIPOTESIS
Percobaan yang berjudul “Asidi-Alkalimetri” tujuannya yaitu untuk
melakukan prosedur standardisasi larutan standar sekunder sebelum
analisis, menentukan kadar senyawa dalam sampel: kadar Na-karbonat
dalam Produk Pangan, adar Asam asetat dalam Asetat Glasial dan Cuka
Perdagangan, menentukan komposisi campuran CO3= dan NaOH dalam
produk pangan atau sampel buatan, serta menentukan pilihan indikator
yang tepat dalam analisis campuran. Metode yang digunakan adalah
aside-alkalimetri. Prinsip yang digunakan yaitu netralisasi dan
standarisasi larutan standar sekunder menggunakan indicator metilen
orange dan indicator PP. Hasil yang diprediksi yaitu saat penambahan
PP akan memberikan warna merah muda dalam suasana basa. Titik
ekivalen dan titik akhir diketahui dari perubahan warnanya. Indikator
metil orange memberikan warna merah kekuningan (orange) pada saat
titrasi.
.
VI. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Asidi-Alkalimetri”.
Tujuannya yaitu untuk melakukan prosedur standardisasi larutan standar
sekunder sebelum analisis, menentukan kadar senyawa dalam sampel:
kadar Na-karbonat dalam Produk Pangan, adar Asam asetat dalam Asetat
Glasial dan Cuka Perdagangan, menentukan komposisi campuran CO3=
dan NaOH dalam produk pangan atau sampel buatan, serta menentukan
pilihan indikator yang tepat dalam analisis campuran. Metode yang
digunakan adalah aside-alkalimetri. Prinsip yang digunakan yaitu
netralisasi dan standarisasi larutan standar sekunder menggunakan
indicator metilen orange dan indicator PP.
VI.1 Standardisasi HCl dengan Boraks
Tujuan percobaan ini yaitu untuk menguji keakuratan
konsentrasi HCl yang dibuat dari pengenceran dan mengetahui
indikator yang tepat untuk standarisasi HCl.
Langkah yang pertama dilakukan yaitu memasukkan 0,5 gram
Natrium tetraborat Murni / boraks kedalam Erlenmeyer. Lalu
dilarutkan dengan aquadest 50 mL untuk mengubah fasa zat dari
padat menjadi cair. Boraks yang merupakan basa lemah digunakan
karena reaksinya dengan HCl dapat diperoleh keakuratan yang lebih
baik dibanding dengan basa lemah lain. HCl (asam kuat) saat
bereaksi dengan boraks (basa lemah) akan membentuk garam yang
bersifat asam. Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah tersebut
akan lebih mudah diamati titik akhir titrasinya. Reaksi yang terjadi
yaitu:
( Svehla, 1990 )
Setelah itu ditambahkan 2 tetes indicator MO kedalamnya
sehingga dihasilkan warna orange kekuningan. Penambahan
indikator bertujuan untuk mengetahui jika titrasi telah selesai atau
disebut titik akhir titrasi yaitu ketika larutan mulai berubah warna..
Indicator MO dipakai karena range pH nya 3,3 – 4,5,
mendekati pH produk garam yang sifatnya asam. Setelah itu
posisikan erlenmeyer yang berisi titrat (boraks) dibawah buret yang
berisi titran (HCl) dan lakukanlah titrasi dengan meneteskan HCl
kedalam larutan boraks sedikit demi sedikit sampai larutan tepat
berubah warna menjadi orange pekat/kemerahan. Perubahan warna
tersebut menunjukkan titik akhir dari titrasi.
( Svehla, 1990 )
(Svehla, 1990 )
Titrasi dihentikan ketika larutan tepat berubah menjadi merah
keunguan. Perubahan warna larutan tersebut dinamakan titik akhir
titrasi. Volume titran dari titrasi pertama sampai ketiga berturut-
turut yaitu 11 mL, 10,7 mL, 10,8 mL. Setelah dilakukan perhitungan
diperoleh normalitas NaOH sebesar 0,1464 N.
(Svehla, 1990)
(Salirawati,2007)
CO32- + H+ →HCO3-
(Svehla, 1990)
(Salirawati,2007)
HCO3- + H+ →H2CO3
( Svehla, 1990 )
VII.2 Saran
VII.2.1 Asam oksalat dalam standarisasi NaOH dapat diganti
dengan senyawa kalium hidrogen ftalat (KHP)
VII.2.2 Saat melakukan titrasi diharapkan meneteskan titran
secara perlahan-lahan agar hasil yang didapatkan bisa
akurat
DAFTAR PUSTAKA
Brady J. E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.
Chang, R., & Goldsby, K. A. (2010). Chemistry. Chemistry, 10th ed.; McGraw-
Hill Education: New York, NY, USA, 52.
Jennings, P. A., Mullen, C. A., & Roy, M. (2001). Titration and pH Measurement.
e LS.
West, R. C., & Astle, M. J. (1979). CRC handbook of chemistry and physics.
CRC Process, Boca Raton, Fl, 1987), p. D-71.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑁 𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 = × × 𝑒𝑞
𝐵𝐸 𝑉
0,5 𝑔 1000
= 𝑔 × ×2
190,685 50 𝑚𝐿
𝑚𝑜𝑙
= 0,1048 N
𝑉𝐵 × 𝑁𝐵 = 𝑉 𝐻𝐶𝑙 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙
50 𝑚𝐿 × 0,1048 𝑁 = 11,033 𝑚𝐿 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙
𝑁 𝐻𝐶𝑙 = 0,47 N
B. Standarisasi NaOH
𝑉1+𝑉2+𝑉3 11+10,7+10,8
V rata − rata NaOH = = = 10,8333 mL
3 3
V Asam Oksalat = 50 mL
𝑚 1000
𝑁 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = ×
𝐵𝑀/𝑒 50
0,1 1000
= ×
126,07 /2 50
= 0,0317 𝑁
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,1464 𝑁
C. Menentukan Na2CO3 dalam Soda
Diketahui
NHCl = 0,1 N
VHCL= 35 mL
BM Na2CO3 = 105,99 g/mol
E Na2CO3 = 2
Massa Na2CO3 yang ditimbang = 3,5 gram
Ditanya % Kemurnian Na2CO3?
= 350 𝑀𝑙 × 0,1 𝑁
= 35 mgr
𝐵𝑀
(𝑉× )𝑚𝑔𝑟
2
Kemurnian = × 100%
3500 𝑚𝑔𝑟
105,99
(35× )𝑚𝑔𝑟
2
= × 100%
3500 𝑚𝑔𝑟
105,99
(35 ×
= 2 ) 𝑚𝑔𝑟 × 100%
3500 𝑚𝑔𝑟
= 53%
D. Standarisasi NaOH dengan Asam Asetat Glasial
N NaOH = 0,1 N
V NaOH = 15 ml
BM Asam Asetat = 60,053 g/mol
250 mL sampel Asam Asetat → membutuhkan NaOH 0,1 N sebanyak =
250
× 15 = 150 𝑚𝐿
25
= 150 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁
= 15 mgr
(𝑉× 𝐵𝑀)𝑚𝑔𝑟
Kemurnian = × 100%
2000 𝑚𝑔𝑟
= 45,04 %
E. Campuran HCl + Na2CO3
a = V HCl indicator PP = 12 mL
b = V HCl indicator MO = 3 mL