Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK


PERCOBAAN III
ASIDI-ALKALIMETRI

Praktikan : Afrilla Afrocha


NIM : 24030120120019
Hari Praktikum : Selasa
Tanggal Praktikum : 26 Oktober 2021
Asisten : Dien Azizah

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 2 November 2021

Mengetahui,

Asisten Praktikan

Dien Azizah Afrilla Afrocha


NIM 24030118190151 NIM 24030120120019
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Asidi-Alkalimetri”. Tujuannya yaitu
untuk melakukan prosedur standardisasi larutan standar sekunder sebelum analisis,
menentukan kadar senyawa dalam sampel: kadar Na-karbonat dalam Produk
Pangan, adar Asam asetat dalam Asetat Glasial dan Cuka Perdagangan,
menentukan komposisi campuran CO3= dan NaOH dalam produk pangan atau
sampel buatan, serta menentukan pilihan indikator yang tepat dalam analisis
campuran. Metode yang digunakan adalah asidi-alkalimetri. Prinsip yang
digunakan yaitu netralisasi dan standarisasi larutan standar sekunder menggunakan
indicator metilen orange dan indicator PP. Normalitas HCl dalam standarisasi
boraks dengan HCl yaitu 0,47N, normalitas NaOH dalam standarisasi NaOH yaitu
0,1464 N, kemurnian Na2CO3 yaitu 53%, kemurnian Asam asetat yaitu 45,04%,
dalam campuran NaOH dan Na2CO3 terkandung NaOH 0,036 gram, dan Na2CO3
0,0318 gram.

Kata Kunci: Asidi-alkalimetri, titrasi, netralisasi, standardisasi


PERCOBAAN III
ASIDI-ALKALIMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1 Melakukan prosedur standardisasi larutan standar sekunder sebelum
analisis.
I.2 Menentukan kadar senyawa dalam sampel:
a. Kadar Nakarbonat dalam Produk Pangan
b. Kadar Asam asetat dalam Asetat Glasial dan Cuka Perdagangan
I.3 Menentukan komposisi campuran CO3= dan NaOH dalam produk
pangan atau sampel buatan.
I.4 Menentukan pilihan indikator yang tepat dalam analisis campuran.

II. TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Titrasi
Titrasi merupakan penambahan larutan dengan konsentrasi
yang telah diketahui kedalam larutan yang konsentrasinya dicari
hingga kedua larutan tersebut reaksinya telah berakhir yang berguna
untuk menetapkan konsentrasi larutan kedua yang ingin diketahui
tersebut. Titrasi asam basa yaitu metode untuk menentukan
konsentrasi asam maupun basa. Jika menitrasi asam dengan basa
selayaknya pH atau konsentrasi relatif reaktan-reaktan terus
dipantau (Jennings et al., 2001).

II.2 Asidi Alkalimetri


Asidi-alkalimetri merupakan teknik analisi kimia yang
berupa titrasi yang menyangkut asam dan basa atau sering disbut
titrasi asam-basa. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu
larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit smpai jumlah
zat-zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen satu sama
lain(Chadijah, 2012).
Asidi dan alkalimetri ini melibatkan titrasi basa yang
terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah
(basa bebas) dengan suatu asam standar, dan titrasi asam yang
terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam
bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). bersenyawaan ion
hidrogen dan ion hidroksida untuk membentuk air merupakan akibat
reaksi-reaksi tersebut (Harjadi, W. 1990)

II.3 Larutan Standar


Larutan standar yaitu larutan yang didalamnya terkandung
titrat tertentu yang konsentasinya telah diketahui. Dalam
menentukan ketepatan dan keakurasian metode pengujian dapat
menggunakan larutan standar. Dalam penilaian keakurasian,
konsentrasi larutan harus diketahui sedangkan konsentrasi dari titrat
dalam sampel tidak pernah diketahui. Sedangkan pada larutan
standar terdapat konsentrasi titrat atau anallit yang diketahui dan
dapat difungsikan untuk menilai akurasi (Martin, 2018).

II.4 Pengenceran
Pengenceran dapat diartikan dengan penambahan solven
yang netral atau yang sering digunakan yaitu aquades, dalam jumlah
tertentu pada suatu senyawa sehingga kadar kepekatan senyawa
yang diencerkan tersebut mengalami penurunan ( Brady, 1999).
Molaritas didefinisikan sebagai mol dari solut pada 1 liter larutan,
maka jumlah mol pada solut dapat dinyatakan dengan:
MV = n

Karena semua salut berasal dari stok larutan original, maka


dapat disimpulkan bahwa mol tetap sama :
Mi × V i = Mf × V f
Keterangan :.
Mi =konsentrasi awal dari larutan ( M)
Vi = volume awal dari larutan ( mL atau Liter)
Mf =konsentrasi akhir dari larutan ( M)
Vf = volume akhir dari larutan ( mL atau Liter)

(Chang & Goldsby, 2010)

II.5 Analisa Bahan


II.5.1 Natrium Tetraborate Murni (Na2B4O7)
a. Sifat Fisik
- Berat molekulnya 201,2 g/mol
- Wujudnya tak berwarna-putih kristal higroskopik
atau bubuk, tak berbau
- Titik lelehnya 743°C

b. Sifat Kimia
- Saat dipanaskan hingga terdekomposisi akan
menghasilkan asap beracun dari boron
- Pada suhu 1575°C akan menghasilkan asap beracun
sodium oksida
(Pubchem, 2021)
II.5.2 HCl Pekat
b. Sifat Fisik
- Sangat larut dalam air pada 20°C
- Tidak berwarna, memiliki bau menyengat
- Titik bekunya -114°C, mendidih pada 110 °C.
c. Sifat Kimia
- Bersifat korosif dari asam
- Toxic
(Pubchem, 2021)
II.5.3 NaOH
a. Sifat Fisika
- Sangat larut dalam air, larut dalam glliserol, didalam
eter dan pelarut non polar tidak bisa larut
- Berat Molekul 39,9971 g/mol, kepadatan 2,13 g/Ml
- Titik didih 1.388 °C, memiliki titik lebur yaitu 323°C
(West & Astle, 1979).
b. Sifat Kimia
- Sangat korosif
- Saat dipanaskan hingga mengalami penguraian
menghasilkan asam yang beracun dari natrium
oksida.
(Pubchem, 2021)
II.5.4 Kristal H2CO2
a. Sifat Fisika
- Berat molekulnya 46,025 g/mol
- Wujudnya cairan tak berwarna
- Titik didihnya 101℃, titik lelehnya 8,3℃
- Sebagian larut di benzene, toluene, xylena
b. Sifat Kimia
- Senyawa akan terdekomposisi saat dipanaskan dan
kontak dengan asam kuat (asam sulfat)
menghasilkan karbon monoksida
(Pubchem, 2021)
II.5.5 Aquades
a. Sifat Fisika
- Berwarna bening, tidak berbau, tidak berasa
- Pada 1 atm titik bekunya 0°C
- Memiliki titik didih 100°C
- Saat suhu 4°C densitasnya sebesar 1,0 g/cm3
(Schroeder, 1977).
b. Sifat Kimia
- Dapat terbentuk ikatan hidrogen dengan gugus
hidroksil dari alkohol dan gula, ataupun dengan
keton dan gugus karbonil alehid
(Lehninger, 1990)
II.5.6 Indikator Metil Orange
a. Sifat Fisika
- Wujudnya bubuk kuning atau orange
- Titik lelehnya lebih dari 300℃
- Tidakk bisa terlarut di ether, agak larut di pyrimidine.
b. Sifa Kimia
- Saat pengenceran dengan air dan terkena api bisa
memunculkan sifat korosif, beracun
- Saat dipanaskan terdekomposisi menghasilkan asap
korosif.
(Pubchem, 2021)
II.5.7 Sampel Soda
a. Sifat Fisika
- Wujudnya bubuk atau butiran kristal putih
- Larut dalam air, tak larut dalam etanol
- Densitasnya 2,1 g/cm3
b. Sifat Kimia
- Ketika dipanaskan hingga terurai, ia mengeluarkan
asap, asap, dan karbon dioksida yang tajam.

(Pubchem, 2021)

II.5.8 Sampel Asam Cuka


a. Sifat Fisika
- Wujudnya cairan jernih tak berwarna
- Titik bekunya 16,6 °C, titik didihnya 118,1 °C
- Berat molekulnya 60,05 g/mol
- Dapat larut pada air, eter, dan alkohol, namun tak
dapat larut di karbon disulfida
(Depkes RI, 1995).
b. Sifat Kimia
- Mudah terbakar
- Sangat korosif
( Hewitt,2003)
II.5.9 Sampel Garam Amonium
a. Sifat Fisika
- Garam ammonium yang massa molekulnya rendah
larut dalam air
- Wujudnya padatan kristal putih
b. Sifat Kimia
- Pada suhu api menimbulkan korosi pada logam
(Pubchem, 2021)
II.5.10 Na2CO3
c. Sifat Fisik
- Wujudnya serbuk, atau gumpalan putih keabu-abuan
- Titik Lelehnya sebesar 851℃
- Berat molekulnya 105,99 g/mol
- Densitasnya 2,533 pada temperature 20℃ .
c. Sifat Kimia
- Larut dalam air , dalam ethanol sedikit larut, tak bisa
larut dalam aseton
- Saat dipanaskan sampai dekomposisi akan
menghasilkan asap beracun Na2O
(Pubchem, 2021)
II.5.11 Indikator PP
a. Sifat Fisika
- Memiliki titik leleh 258°C sampai 262 °C
- Wujudnya adalah serbuk berwarna putih sampai
kuning, tak memiliki bau
- Dalam air hampir tak bisa larut, namun cukup larut
pada kloroform, bisa larut di alkohol, alkali tidak pekat,
dietil-eter, larutan alkali-karbonat panas
(National Toxicology Program, 2002)
b. Sifat Kimia
- Senyawa ini tergolong sebagai asam yang lemah
karena mempunyai gugus fenol
(Budiarto, 1999)
III. METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Alat dan Bahan
III.2.1 Alat
1. Neraca Analitik
2. Labu takar 250 mL
3. Buret
4. Erlenmeyer
5. Pipet ukur
6. Pipet tetes
7. Gelas arloji
8. Gelas beker
9. Gelas ukur

III.2.2 Bahan
1. Natrium Tetraborate Murni (Na2B4O7)
2. HCl Pekat
3. NaOH
4. Kristal H2CO2
5. Aquades
6. Indikator Metil Orange
7. Sampel Soda
8. Sampel Asam Cuka
9. Sampel Garam Amonium
10. Na2CO3
11. Indikator PP
III.2 Skema Kerja
III.2.1 Standardisasi HCl dengan Boraks

0,5 g Natrium tetraborat Murni

Erlenmeyer
Penambahan 50 ml aquadest

Penambahan 2 tetes indikator M.O

Larutan berwarna Kuning

Erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl


Pencatatan volume HCl
Pengulangan penitrasian hingga 3x
Hasil

III.2.2 Standardisasi NaOH dengan H2C2O4

0,1 g H2C2O4
Erlenmeyer

Penambahan 50 ml aquadest
Penambahan 2 tetes PP

Larutan berwarna bening


Erlenmeyer

Penitrasian dengan NaOH


Pencatatan volume NaOH

Hasil
III.2.3 Menentukan Na2CO3 dalam Soda

0,14 g Soda
Labu ukur 250 ml

Penambahan aquadest sampai tanda batas


Pengocokan hingga homogen

25 ml larutan Soda
Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes M.O


Penitrasian dengan HCl 0,1 N
Pencatatan volume HCl 0,1 N

Hasil

III.2.4 Menentukan Asam asetat glasial

25 mL asam asetat glasial


Erlenmeyer

Penambahan indikator PP 2 tetes


Penitrasian sebanyak 2 kali dengan NaOH

Hasil
III.2.5 Menentukan Campuran NaOH + Na2CO3

25 ml larutan campuran
Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes PP
Pengenceran dengan aquadest

Larutan berwarna merah muda


Erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl


Pencatatan volume HCl

Larutan berwarna bening


Erlenmeyer

Penambahan 2 tetes M.O

Pencatatan volume HCl

Larutan berwarna orange


Erlenmeyer

Penitrasian dengan HCl


Pencatatan volume HCl

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN

No Perlakuan Hasil

1 Standarisasi HCl dengan Boraks Larutan setelah ditambah


(NaBaO7.10H2O) metil orange menjadi
berwarna orange setelah
- Natrium tetraborat murni dan larutkan
dititrasi larutan berwarna
dalam aquadest
orange kemerahan.
- Penambahan beberapa tetes indikator
metil merah (metil orange) V1 HCl = 11,2 ml
- Penitrasian dengan HCl
V2 HCl = 10,8 ml
- Perhitungan konsentrasi HCl dan berat
garam V3 HCL = 11,1 ml

- Perhitungan volume titrasi

2 Standarisasi NaOH dengan H2C2O3 Larutan setelah ditambah


PP tetap bening setelah
- Natrium oksalat dilarutkan dalam
dititrasi berwarna merah
aquadest
muda.
- Penambahan 2 tetes indicator PP
- Penitrasian dengan NaOH V1 NaOH = 11 ml
- Perhitungan volume
V2 NaOH = 10,7 ml

V3 NaOH = 10,8 ml

3 Menentukan Na2CO3 dalam soda Larutan setelah ditambah


metil orange menjadi
- 3,5 g soda, dilarukan dalam aquadest
berwarna orange setelah
- Penambahan 2 tetes metil orange
dititrasi menjadi orange
- Penitrasian dengan HCl 0,1 N
kemerahan.

V1 HCl = 35 ml
4 Menentukan Asam Asetat Glasial Larutan berwarna bening
- 25 ml asam asetat glasial + 2 tetes
Larutan berwarna merah
indicator PP
muda atau ungu pada saat
- Penitarisan dengan menggunakan NaOH
titik akhir
- - Pencatatan voume
V NaOH = 15 ml

5 Menentukan campuran NaOH + Na2CO3 Larutan ditambah PP


menjadi warna merah
- Penambahan 2 tetes indicator PP pada
muda kemudian dititrasi
campuran
sampai warna hilang. Lalu
- Penitrasian dengan HCl sampai PP
ditambah MO warna
hilang
menjadi orange dititrasi
- Penambahan indicator MO 2 tetes
berubah menjadi warna
Penitrasian dengan HCl 0,1 N
orange kemerahan

Ditambah PP

V HCl = 12 ml

Ditambah MO

V HCl = 3 ml
V. HIPOTESIS
Percobaan yang berjudul “Asidi-Alkalimetri” tujuannya yaitu untuk
melakukan prosedur standardisasi larutan standar sekunder sebelum
analisis, menentukan kadar senyawa dalam sampel: kadar Na-karbonat
dalam Produk Pangan, adar Asam asetat dalam Asetat Glasial dan Cuka
Perdagangan, menentukan komposisi campuran CO3= dan NaOH dalam
produk pangan atau sampel buatan, serta menentukan pilihan indikator
yang tepat dalam analisis campuran. Metode yang digunakan adalah
aside-alkalimetri. Prinsip yang digunakan yaitu netralisasi dan
standarisasi larutan standar sekunder menggunakan indicator metilen
orange dan indicator PP. Hasil yang diprediksi yaitu saat penambahan
PP akan memberikan warna merah muda dalam suasana basa. Titik
ekivalen dan titik akhir diketahui dari perubahan warnanya. Indikator
metil orange memberikan warna merah kekuningan (orange) pada saat
titrasi.

.
VI. PEMBAHASAN
Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Asidi-Alkalimetri”.
Tujuannya yaitu untuk melakukan prosedur standardisasi larutan standar
sekunder sebelum analisis, menentukan kadar senyawa dalam sampel:
kadar Na-karbonat dalam Produk Pangan, adar Asam asetat dalam Asetat
Glasial dan Cuka Perdagangan, menentukan komposisi campuran CO3=
dan NaOH dalam produk pangan atau sampel buatan, serta menentukan
pilihan indikator yang tepat dalam analisis campuran. Metode yang
digunakan adalah aside-alkalimetri. Prinsip yang digunakan yaitu
netralisasi dan standarisasi larutan standar sekunder menggunakan
indicator metilen orange dan indicator PP.
VI.1 Standardisasi HCl dengan Boraks
Tujuan percobaan ini yaitu untuk menguji keakuratan
konsentrasi HCl yang dibuat dari pengenceran dan mengetahui
indikator yang tepat untuk standarisasi HCl.
Langkah yang pertama dilakukan yaitu memasukkan 0,5 gram
Natrium tetraborat Murni / boraks kedalam Erlenmeyer. Lalu
dilarutkan dengan aquadest 50 mL untuk mengubah fasa zat dari
padat menjadi cair. Boraks yang merupakan basa lemah digunakan
karena reaksinya dengan HCl dapat diperoleh keakuratan yang lebih
baik dibanding dengan basa lemah lain. HCl (asam kuat) saat
bereaksi dengan boraks (basa lemah) akan membentuk garam yang
bersifat asam. Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah tersebut
akan lebih mudah diamati titik akhir titrasinya. Reaksi yang terjadi
yaitu:

Na2B4O7.10H2O(aq) + 2HCl(aq) →2NaCl(s) + 4H3BO3(aq) +5H2O(l)

( Svehla, 1990 )
Setelah itu ditambahkan 2 tetes indicator MO kedalamnya
sehingga dihasilkan warna orange kekuningan. Penambahan
indikator bertujuan untuk mengetahui jika titrasi telah selesai atau
disebut titik akhir titrasi yaitu ketika larutan mulai berubah warna..
Indicator MO dipakai karena range pH nya 3,3 – 4,5,
mendekati pH produk garam yang sifatnya asam. Setelah itu
posisikan erlenmeyer yang berisi titrat (boraks) dibawah buret yang
berisi titran (HCl) dan lakukanlah titrasi dengan meneteskan HCl
kedalam larutan boraks sedikit demi sedikit sampai larutan tepat
berubah warna menjadi orange pekat/kemerahan. Perubahan warna
tersebut menunjukkan titik akhir dari titrasi.

Na2B4O7(aq) + 10H2O(l) + 2HCl(aq) →2NaCl(s) + 4H3BO3(aq) + 5H2O(l)

( Svehla, 1990 )

Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali atau triplet agar


didapatkan hasil yang akurat. Volume HCl yang terpakai dari titrasi
pertama sampai ketiga berturut-turut yaitu 11,2 mL, 10,8 mL, 11,1
mL. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh normalitas HCl
sebesar 0,47N.

VI.2 Standardisasi NaOH dengan H2C2O4


Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui konsentrasi
sebenarnya dari natrium hidroksida yang akan digunakan sebagai
larutan standar.
Langkah yang pertama dilakukan yaitu melarutkan 0,1 gram
H2C2O4 diletakkan dalam erlenmeyer dan ditambahkan dengan 50
mL aquadest untuk mengubah fasa zat dari padat menjadi cair.
Setelah itu ditambahkan 2 tetes indicator PP kedalamnya dan
dihasilkan warna larutan yang tetap bening. Indikator PP range pH
nya 8,3 -10,0.
Jika PP ditambahkan pada larutan yang memiliki pH yang
melewati 8,3 akan memunculkan warna merah muda dan makin
kemerahan, namun saat pH berada dibawah 8,3 tidak memunculkan
warna apapun ( Chang, 2003) . Karena garam yang dihasilkan
bersifat basa, maka indicator PP digunakan karena range pH nya
mendekati range pH basa. Lalu larutan H2C2O4 (titrat) dititrasi
dengan NaOH (titran) sebanyak 3 kali atau triplet agar didapatkan
hasil yang akurat. Reaksi :

2NaOH(aq) + H2C2O2(aq)→Na2C2O4(aq) + 2H2O(l)

(Svehla, 1990 )
Titrasi dihentikan ketika larutan tepat berubah menjadi merah
keunguan. Perubahan warna larutan tersebut dinamakan titik akhir
titrasi. Volume titran dari titrasi pertama sampai ketiga berturut-
turut yaitu 11 mL, 10,7 mL, 10,8 mL. Setelah dilakukan perhitungan
diperoleh normalitas NaOH sebesar 0,1464 N.

VI.3 Menentukan Na2CO3 dalam Soda


Tujuan percobaan ini yaitu untuk mengetahui kadar kemurnian
dari natrium karbonat didalam larutan soda. Langkah yang pertama
dilakukan yaitu memasukkan 0,14 gram soda kedalam labu ukur 250
mL, lalu ditambahkan aquadest hingga tanda batas dan dilakukan
pengocokan yang bertujuan agar larutannya homogen . Larutan soda
25 mL dalam Erlenmeyer ditambahkan 2 tetes indicator MO
kedalamnya untuk mengetahui titik akhir titrasi, dan dihasilkan
warna orange kekuningan. Indicator MO dipakai karena produk
yang terbentuk adalah asam lemah, sehingga kesetimbangan
tercapai pada pH < 7. Range pH metil orange 3,1-4,4 mendekati
range pH asam (Brady, 1999). Lalu larutan soda (titrat) dititrasi
dengan HCl 0,1 N (titran) secara triplo agar hasilnya akurat.

CO3 2-(aq) + H3O +(aq) HCO3 –(aq) + H2O(l)


HCO3 –(aq) + H3O +(aq) H2CO3(aq) + H2O(l)
(Underwood, 1990)
Titrasi dihentikan ketika larutan tepat berubah menjadi orange
kemerahan. Perubahan warna larutan tersebut menandakan titik akhir
titrasi. Volume HCl yang terpakai yaitu sebanyak 35 mL. Setelah
dilakukan perhitungan diperoleh Kemurnian Na2CO3 yaitu 53%
.
VI.4 Menentukan Asam asetat glasial
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui kadar
kemurnian dari asam asetat glasial.
Langkah yang pertama dilakukan yaitu memasukkan 25 mL
asam asetat glasial kedalam erlenmeyer. Setelah itu ditambahkan 2
tetes indicator PP karena larutan suasananya basa. Indikator PP
range pH nya 8,3 -10,0 , dan jika PP ditambahkan pada larutan yang
memiliki pH yang melewati 8,3 akan memunculkan warna merah
muda dan makin kemerahan, namun saat pH berada dibawah 8,3
tidak memunculkan warna apapun ( Chang, 2003).
Lalu larutan asam asetat glasial sebagai titrat dititrasi dengan
NaOH yang berperan sebagai titran secara duplo, agar hasilnya
akurat. Titrasi dihentikan ketika larutan tepat berubah menjadi ungu.
Perubahan warna larutan tersebut menandakan titik akhir
titrasi.Volume titran dari titrasi pertama sampai kedua berturut-turut
yaitu 15 mL. reaksi :
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
(Underwood, 1990)
Setelah dilakukan perhitungan, kemurnian asam asetat yaitu
45,04%.\
VI.5 Menentukan Campuran NaOH + Na2CO3
Tujuan mengetahui mengetahui kandungan masing-masing zat
dalam larutan. Dalam percobaan ini yang berperan sebagai titran
adalah HCl dan titratnya adalah larutan campuran NaOH dan
Na2CO3. Larutan standar yang digunakan adalah HCl yang sifatnya
asam kuat, karena jika reaksi antara asam lemah dan basa lemah titik
akhir titrasi tidak dapat diamati karena pada titik ekivalen yang
terbentuk akan terhidrolisis kembali. Mekanisme Reaksi :

CH3COONH4 →CH3CCOO- + NH4+

(Svehla, 1990)

Langkah yang pertama dilakukan yaitu memasukkan 2 mL


campuran NaOH dan Na2CO3 kedalam erlenmeyer. Setelah itu
ditambahkan 2 tetes indicator PP kedalamnya sehingga dihasilkan
warna larutan merah keunguan. . Indikator PP yang memiliki range
pH 8,3 -10 digunakan dalam penentuan titik akhir titrasi yang
pertama karena larutan bersuasana basa, indikator ini akan
memberikan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah
muda pada suasana basa. Struktur dari indicator PP dalam suasana
asam dan basa yaitu:

(Salirawati,2007)

Lalu campuran diencerkan dengan aquadest untuk


mengurangi konsentrasinya.
Campuran dititrasi dengan HCl, dan titik akhir titrasi ditandai
dengan larutan yang berubah menjadi berwarna bening. Pada titik
akhir titrasi ini, NaOH dinetralkan secara sempurna, dan Na2CO3
tepat bereaksi menghasilkan HCO3– (basa) dan reaksi berkisar pada
pH 8,3 sehingga digunakan phenolphtalein. Reaksinya :

NaOH + HCl →NaCl + H2O

CO32- + H+ →HCO3-

(Svehla, 1990)

Selanjutnya larutan tersebut ditambahkan indicator MO dengan


range pH 3,1-4,4 sebanyak 2 tetes untuk mengidentifikasi titik
ekuivalen pada suasana asam. Indikator MO akan memberikan
perubahan warna dari orange kekungingan menjadi orange
kemerahan. Struktur dari indicator MO dalam suasana asam dan
basa yaitu:

(Salirawati,2007)

Setelah diteteskan MO, dihasilkan larutan berwarna orange


kekuningan. Larutan kembali dititrasi dengan HCl. Titik akhir titrasi
ditunjukkan dengan perubahan warna larutan menjadi orange pekat.
HCO3– bereaksi dengan H+ dari HCl membentuk H2CO3, sehingga
larutan bersuasana lebih asam, sehingga digunakan indikator metil
orange yang memiliki range pH 3,2 – 4,4 , mendekati pH asam.
Reaksi :

HCO3- + H+ →H2CO3

( Svehla, 1990 )

Volume HCl yang terpakai saat titrasi pertama (indikator PP)


yaitu 12 mL. Sedangkan pada titrasi kedua (indicator MO), volume
HCl yang terpakai yaitu 3 mL. Setelah dilakukan perhitungan,
diperoleh NaOH 0,036 gram, dan Na2CO3 0,0318 gram
VII. PENUTUP
VII.1 Kesimpulan
VII.1.1 Normalitas HCl dalam standarisasi boraks dengan HCl
yaitu 0,47N
VII.1.2 Normalitas NaOH dalam standarisasi NaOH yaitu 0,1464
N
VII.1.3 Kemurnian Na2CO3 yaitu 53%
VII.1.4 Kemurnian Asam asetat yaitu 45,04%
VII.1.5 Dalam campuran NaOH dan Na2CO3 terkandung NaOH
0,036 gram, dan Na2CO3 0,0318 gram.

VII.2 Saran
VII.2.1 Asam oksalat dalam standarisasi NaOH dapat diganti
dengan senyawa kalium hidrogen ftalat (KHP)
VII.2.2 Saat melakukan titrasi diharapkan meneteskan titran
secara perlahan-lahan agar hasil yang didapatkan bisa
akurat
DAFTAR PUSTAKA
Brady J. E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara.

Budiarto. (1999). Kimia Dasar 2. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press

Chadijah, S. (2012). Dasar-dasar Kimia Analitik. In: Makassar: Alauddin


University Press.

Chang, R., & Goldsby, K. A. (2010). Chemistry. Chemistry, 10th ed.; McGraw-
Hill Education: New York, NY, USA, 52.

Farmakope Indonesia Edisi ke-5. (1995). Direktorat Jenderal Pengawasan Obat


dan Makanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Harjadi, W. (1990). Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.

Hewitt, P.G. (2003). Conceptual Integrated Science Chemistry. San Fransisco:


Pearson Education Inc.

Jennings, P. A., Mullen, C. A., & Roy, M. (2001). Titration and pH Measurement.
e LS.

Lehninger, A. L. (1990). Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.

National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem Compound


Summary for CID 313, Hydrochloric acid. Retrieved October 27, 2021 from
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Hydrochloric-acid

National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem Compound


Summary for CID 14798, Sodium hydroxide. Retrieved October 1, 2021
from https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-hydroxide.
National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem
Compound Summary for CID 10340, Sodium carbonate. Retrieved
October 27, 2021 from https://pubchem.ncbi.nlm. nih.gov/ comp
ound/Sodium-carbonate.

National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem


Compound Summary for CID 23673835, Methyl orange. Retrieved
October 27, 2021 from https://pubchem.ncbi.nlm. nih.gov/com
pound/Methyl-orange.

National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem


Compound Summary for CID 284, Formic acid. Retrieved October 27,
2021 from https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Formic-
acid.

National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem


Compound Summary for CID 10219853, Sodium Tetraborate.
Retrieved October 27, 2021
from https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-
Tetraborate.

National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem


Compound Summary for CID 516892, Sodium bicarbonate. Retrieved
October 29, 2021
from https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Sodium-
bicarbonate.

National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem


Compound Summary for CID 25517, Ammonium chloride. Retrieved
October 29, 2021
from https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Ammonium-
chloride.

National Toxicology Program. (2002). Report on Carcinogens 10thEd. US


Department of Health and Human Services.
Schroeder, E. D. (1977). Water and wastewater treatment. McGraw-Hill, New
York N. Y. 1977. 370, 3.

West, R. C., & Astle, M. J. (1979). CRC handbook of chemistry and physics.
CRC Process, Boca Raton, Fl, 1987), p. D-71.
LAMPIRAN PERHITUNGAN

A. Standarisasi Boraks dengan HCl


𝑉1+𝑉2+𝑉3 11,2+10,8+11,1
V rata − rata HCl = = = 11,033 mL
2 2

BM boraks = 381,37 g/mol


V boraks = 50 mL
𝐵𝑀
𝐵𝐸 =
𝑉𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖
381,37 𝑔/𝑚𝑜𝑙
= = 190,685 g/mol
2

𝑔𝑟𝑎𝑚 1000
𝑁 𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 = × × 𝑒𝑞
𝐵𝐸 𝑉
0,5 𝑔 1000
= 𝑔 × ×2
190,685 50 𝑚𝐿
𝑚𝑜𝑙

= 0,1048 N

𝑉𝐵 × 𝑁𝐵 = 𝑉 𝐻𝐶𝑙 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙
50 𝑚𝐿 × 0,1048 𝑁 = 11,033 𝑚𝐿 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙

𝑁 𝐻𝐶𝑙 = 0,47 N
B. Standarisasi NaOH

𝑉1+𝑉2+𝑉3 11+10,7+10,8
V rata − rata NaOH = = = 10,8333 mL
3 3

BM Asam Oksalat = 126,07 g/mol

V Asam Oksalat = 50 mL

m Asam Oksalat = 0,1 gram

𝑚 1000
𝑁 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 = ×
𝐵𝑀/𝑒 50

0,1 1000
= ×
126,07 /2 50

= 0,0317 𝑁

𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡


𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 𝑁 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡 × 𝑉 𝐴𝑠𝑎𝑚 𝑂𝑘𝑠𝑎𝑙𝑎𝑡
𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 10,8333 𝑚𝐿 = 0,0317 𝑁 × 50 𝑚𝐿

𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 0,1464 𝑁
C. Menentukan Na2CO3 dalam Soda

Diketahui
NHCl = 0,1 N
VHCL= 35 mL
BM Na2CO3 = 105,99 g/mol
E Na2CO3 = 2
Massa Na2CO3 yang ditimbang = 3,5 gram
Ditanya % Kemurnian Na2CO3?

250 ml sampel Na2CO3 → membutuhkan HCl 0,1 N sebanyak


250
= × 35 = 350 mL
25

𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝐻𝐶𝑙


= 𝑉 𝐻𝐶𝑙 × 𝑁 𝐻𝐶𝑙

= 350 𝑀𝑙 × 0,1 𝑁

= 35 mgr

𝐵𝑀
(𝑉× )𝑚𝑔𝑟
2
Kemurnian = × 100%
3500 𝑚𝑔𝑟

105,99
(35× )𝑚𝑔𝑟
2
= × 100%
3500 𝑚𝑔𝑟

105,99
(35 ×
= 2 ) 𝑚𝑔𝑟 × 100%
3500 𝑚𝑔𝑟

= 53%
D. Standarisasi NaOH dengan Asam Asetat Glasial

N NaOH = 0,1 N
V NaOH = 15 ml
BM Asam Asetat = 60,053 g/mol
250 mL sampel Asam Asetat → membutuhkan NaOH 0,1 N sebanyak =
250
× 15 = 150 𝑚𝐿
25

𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 Asam Asetat = 𝑚𝑔𝑟𝑒𝑘 𝑁𝑎𝑂𝐻


= 𝑉 𝑁𝑎𝑂𝐻 × 𝑁 𝑁𝑎𝑂𝐻

= 150 𝑚𝐿 × 0,1 𝑁

= 15 mgr

(𝑉× 𝐵𝑀)𝑚𝑔𝑟
Kemurnian = × 100%
2000 𝑚𝑔𝑟

(15 × 60,053 g/mol )𝑚𝑔𝑟


= × 100%
2000 𝑚𝑔𝑟

(15 × 60,053 g/mol )𝑚𝑔𝑟


= × 100%
2000 𝑚𝑔𝑟

= 45,04 %
E. Campuran HCl + Na2CO3

a = V HCl indicator PP = 12 mL

b = V HCl indicator MO = 3 mL

𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎𝑂𝐻 = (𝑎 − 𝑏)0,1 × 𝐵𝑀 𝑁𝑎𝑂𝐻

= (12 𝑚𝐿 − 3𝑚𝐿)0,1 × 40 𝑔/𝑚𝑜𝑙


= 36 mgram
= 0,036 gram

𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3 = 𝑏 × 0,1 × 𝐵𝑀 𝑁𝑎2 𝐶𝑂3


= 3 mL x 0,1 x 105,99 gram/mol
= 31,797 mgram
= 0,0318 gram

Anda mungkin juga menyukai