Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF

ANALISIS KELOMPOK ANION

Praktikan :
Ni Wayan Pratiwi T 24030111130063
Khoirul Fuad 24030111130069
Amalia Fadhila Habibah Fitri 24030111130073
Jayanti Windarningtias 24030111140083
Fauzanul Ngibad 24030111140097
Ilmi Muftiana 24030111140099
Asisten :
Agustiani .Y. A J2C009013

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Analisis Anion”.Percobaan ini


bertujuan untuk mengidentifikasi anion-anion dalam larutan dan padatan
‘anknown’ dengan menggunakan metode pemisahan ‘kemikalia cair’ yang
didasarkan pada kelaukan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan reagen
tertentu. Prinsip yang digunakan adalah reaksi spesifik dan selektif ion. Metode
percobaan ini adalah ‘kemikalia cair’. Hasil percobaan menunjukan anion dalam
sampel larutan unknown dan known dapat diidentifikasi dengan menggunakan
metode pemisahan kemikalia cair yang didasarkan pada kelakuan ion yang
berbeda ketika direaksikan dengan reagen tertentu. Anion yang teridentifikasi
dalam sampel larutan unknown yaitu sampel 1 mengandung anion Cl-, sampel 5
mengnadung anion NO3- dan sampel 6 mengandung anion CrO42-. Sampel known
mengandung anion Cl-, I- dan NO3-.

Keyword : Anion, Kemikalia cair, reaksi spesifik ion, reaksi selektif ion
PERCOBAAN II

ANALISIS ANION

I. TUJUAN PERCOBAAN
Dapat mengidentifikasi anion-anion dalam larutan dan padatan
‘unknown’ dengan menggunakan metode pemisahan ‘kemikalia cair’ yang
didasarkan pada kelakuan ion-ion yang berbeda ketika direaksikan dengan
reagen-reagen tertentu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Analisa Kualitatif


Dalam analisa kualitatif ada 2 macam uji yaitu reaksi kering dan
basah. Reaksi kering dapat ditetapkan untuk zat-zat padat dan reaksi
basah digunakan untuk zat dalam larutan.
Kebanyakan reaksi kering yang diuraikan dapat digunakan untuk
analisis semimikro dengan hanya identifikasi kecil. Uji ini benar-benar
memberikan informasi yang bermanfaat dalam waktu yang singkat.
Teknik yang berbeda digunakan untuk reaksi basah dalam analisis
makro, semimikro, mikro ( Vogel,1985 ).

1.2 Metode Pengendapan


Kelarutan zat adalah jumlahnya jika dilarutkan pada pelarut yang
di ketahui beratnya dan zat tersebut mempunyai kesetimbangan dengan
pelarut itu. Larutan lewat jenuh adalah larutan dengan konsentrasi zat
terlarut lebih besar dibanding dalam keadaan setimbang pada suhu
tertentu. Kelarutan bertambah dengan bertambahnya temperatur.
Pengendapan dilakukan dengan larutan encer yang ditambahkan pereaksi
perlahan-lahan dengan pengadukan yang teratur.
Endapan terbentuk dengan larutan itu menjadi terlalu jenuh dengan
zat yang bersangkutan. Kelarutan endapan sama dengan konsentrasi
molar dari larutan jenuhnya ( Vogel,1985 ).

1.3 Hasil Kali Kelarutan


Larutan jenuh suatu garam yang juga mengandung garam tersebut
yang tak larut, dengan kelebihan merupakan suatu sistem kesetimbangan
terhadap hukum massa dapat diberlakukan, misalnya: jika endapan perak
klorida ada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya, maka
kesetimbangan yang terjadi:
AgCl Ag+ + Cl-
Reaksi diatas merupakan kesetimbangan heterogen, karena AgCl
ada dalam fase padat, sedangkan ion-ion Ag+ dan Cl- ada dalam fase
tersebut. Teapan kesetimbangan dapat ditulis sebagai:

K
Ag  Cl 
 -

AgCl
Konsentrasi perak klorida dalam fase padat tidak berubah dan
karenanya dapat dimasukkan ke dalam suatu tetapan baru. Ksp
dinamakan hasil kali kelarutan:


Ksp  Ag   Cl  

Jadi dalam larutan perak klorida, pada suhu dan tekanan konstan,
hasil kali konsentrasi ion perak dan ion klorida adalah konstan. Untuk
larutan jenuh suatu elektrolit Ava , Bvb yang terion menjadi ion-ion vaAm-
dan vbBn-
Ava Bvb
Hasil kali kelarutan [K] dapat dinyatakan sebagai:

   B 
Ksp  A m
va n  vb

Sehingga dapat dinyatakan bahwa dalam larutan jenuh suatu


elektrolit yang sedikit larut, hasil kali konsentrasi dari ion-ion
pembentuknya untuk setiap suhu tertentu adalah konstan, dengan
konsentrasi ion dipangkatkan dengan bilangan yang sama dengan jumlah
masing-masing ion yang dihasilkan oleh disosiasi dari suatu molekul
elektrolit (Vogel, 1985).

1.4 Pencucian Endapan

Pencucian endapan bertujuan untuk menghilangkan kontaminasi


(zat-zat pengotor) pada permukaan endapan. Pencucian endapan
menggunakan larutan elektrolit kuat yang mengandung ion sejenis yang
sama dengan endapan agar kelarutan endapan berkurang. Larutan harus
mudah menguap agar endapannya mudah untuk ditimbang. Larutan
pencuci dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Larutan yang dapat mengurangi kelarutan dari endapannya


2. Larutan yang dapat mencegah hidrolosis garam dari basa lemah
atau asam lemah
3. Larutan yang dapat mencegah terbentuknya koloid yang
mengakibatkan dapat lolos pada kertas saring (Vogel, 1985).

1.5 Reaksi Pembentukan Kompleks


Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak digunakan
reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks. Suatu ion kompleks
dari suatu atom (ion) pusatnya dan sejumlah ligan yang terikat erat
dengan atom pusat itu. Jumlah relatif komponen ini dalam kompleks
yang stabil nampak mengikuti stoikiometri yang sangat tertentu.
Meskipun ini tidak dapat ditafsirkan dalam bentuk atau lingkup konsep
valensi yang klasik (Vogel, 1985).
1.6 Analisis Anion

2.6.1 Klorida

Kebanyakan klorida larut dalam air, merkurium klorida,


perak klorida, yang ini sangat sedikit larut dalam air dingin, tetapi
mudah larut dalam air panas atau mendidih, CuCl, BiOCl, SbOCL,
HgOCl tak larut dalam air. Kepekaan 1,5 mg Cl¯ (batas konsentrasi
1 dalam 30.000) dan 0,3 mg Cl¯ (batas konsentrasi 1 dalam
150.000)(Vogel, 1985).

2.6.2 Bromida

Kelarutan Ag, Hg, Cu, tak larut dalam air. Timbel bromide
sangat sedikit larut dalam air dingin, tetapi lebih larut dalam air
mendidih. Semua bromide lainnya larut. Kepekaan 2 mg Br2 (batas
konsentrasi 1 dalam 25.000) (Vogel, 1985).

2.6.3 Iodida

Kelarutan iodide adalah serupa dengan klorida dan


bromida.Perak,merkurium (II), tembaga (I) dan timbel iodide adalah
garam-garam yang sedikit larut. Kepekaan 2 mg I2 (batas konsentrasi
1 dalam 20.000) (Vogel, 1985).

2.6.4 Nitrat

Semua nitrat larut dalam air, nutrat dari merkurium dan


bismuth menghasilkan garam basa setelah diolah dengan air.Garam-
garam ini larut dalam asam nitrat encer. Kepekaan 0,05 mg Nitrat
dengan batas konsentrasi 1 dalam 1 juta (Vogel, 1985).

2.6.5 Sulfat

Sulfat dari barium, stronsium dan timbale praktis tidak larut


dalam air. Sulfat dari merkurium (II) dan kalsium larut sedikit dan
kebanyakan sulfat dari logam-logam sisanya larut (Vogel, 1985).
2.6.6 Kromat

Kromat logam biasanya adalah zat-zat padat warna yang


menghasilkan larutan kuning bila larut dalam air. Asam mineral
encer, yaitu ion-ion hydrogen, kromat, berubah menjadi dikromat.

(Vogel, 1985)

1.7 Analisa Bahan


1.7.1 AgNO3
Sifat fisik: Padatan kristal tidak berwarna, titik leleh: 59C, titik
didih: 97C, densitas: 1,82.
Sifat kimia: Larut dalam asam nitrat encer, reagen analitik.

(Daintith, 1994)

1.7.2 H2SO4
Sifat fisik: cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, agak kental,
higroskopis, bersifat korosif, asam kuat, titik leleh: -
10C, titik didih 315-338C, densitas: 1,8.
Sifat kimia: digunakan sebagai katalis, merupakan asam kuat.

(Basri, 1996)

1.7.3 HNO3
Sifat fisik: Asam anorganik, tidak berwarna, tidak berbau, agak
kekuningan, bersifat korosif, densitas: 1,89, titik leleh: -
4,1C, titik didih: 83C.
Sifat kimia: sebagai oksidator.

(Basri, 1996)
1.7.4 HCl
Sifat fisik : tidak berwarna, berbau tajam, titik didih: 84,9C
Sifat kimia: larut dalam pelarut air, termasuk asam kuat, dilarutkan
dengan mereaksikan NaCl dengan H2SO4 pekat.

(Basri, 1996)

1.7.5 Aquades

Sifat fisik: berat molekul18. Densitas 1,08, titik leleh 0C, titik
didih 100C.
Sifat kimia: bersifat polar dan sebagai pelarut universal.
(Basri, 1996)

III. METODE PERCOBAAN


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Tabung reaksi
2. Gelas ukur
3. Pipet Tetes
4. Penjepit
5. Pemanas Spiritus
6. Pengaduk
3.1.2 Bahan
1. AgNO3
2. Ba(C2H3O2)2
3. HCl
4. HNO3
5. H2SO4 pekat
6. FeSO4
3.2 Gambar Alat

3.3 Skema Kerja


3.3.1 Analisis Anion Known
- Test 1

Garam known

Tabung reaksi

Pengamatan kenampakan padatan


padatan
Hasil

- Test 2

Garam Known

Tabung reaksi

Penambahan H2SO4 pekat


Pengamatan

Hasil
- Test 3
Garam Known

Tabung reaksi

Penambahan AgNO3
Pengamatan

-
Larutan Endapan
-

Penambahan HNO3
Pengamatan

Hasil

- Test 4

Garam Known

Tabung reaksi

Penambahan Ba(C2H3O2)2
Pengamatan

Larutan Endapan

Penambahan HCl
Pengamatan

Hasil
- Test 5

Garam Known

Tabung reaksi

Penambahan 10 tetes H2SO4

Pencampuran dan pendiaman sampai dingin

Penambahan 3-4 tetes FeSO4

Hasil

3.3.2 Analisis anion Unknown

- Test 1

Garam known

Tabung reaksi

Pengamatan kenampakan padatan


padatan
Hasil

- Test 2

Garam Known

Tabung reaksi

Penambahan H2SO4 pekat


Pengamatan

Hasil
- Test 3
Garam Unknown

Tabung reaksi

Penambahan AgNO3
Pengamatan

-
Larutan Endapan
-

Penambahan HNO3
Pengamatan

Hasil

- Test 4

Garam Unknown

Tabung reaksi

Penambahan Ba(C2H3O2)2
Pengamatan

Larutan Endapan

Penambahan HCl
Pengamatan

Hasil
- Test 5

Garam Unknown

Tabung reaksi

Penambahan H2SO4
Pencampuran dan pendiaman sampai dingin
Penambahan 3-4 tetes FeSO4

Hasil

IV Data Pengamatan

Test
Ion Test 1 Test 3 Test 4 Test 5
2
yang Khusus
Kenanpakan H2SO4
diuji padat pekat
AgNO3 HNO3 Ba(C2H3O2)2 HCl uji
Nitrat
Bening,
Kristal Keruh, Endapan
Cl- putih
bening
endapan putih
bening bening Keruh
kuning
Kristal Keruh, Makin Bening,
I- putih
bening
endapan keruh
bening bening Endapan
coklat
Kristal Bening
NO3- putih
bening bening bening bening bening
Bening
Keruh
Unknown Kristal Endapan Bening
I bening sedikit bening bening
putih kuning Bening
kuning
Kristal Bening
Unknown
II bening bening bening bening bening Endapan
putih kuning
Lapisan
cincin Bening,
Unknown Kristal Kuning Kuning Keruh
III kuning kuning Endapan
orange jernih bening putih endapan kuning
putih
VI. HIPOTESISSIS

Percobaan analisis anion yang dalam bentuk larutan dari padatan


unknown diidentifikasi dengan metode pemisahan dan yang direaksikan
dengan reagen-reagen tertentu seperti H2SO4, AgNO3, HNO3 . Metode
dalam percobaan ini yakni pengendapan dan pembentukan kompleks
kemungkinan hasil yang diperoleh yakni bila larutan Cl- direaksikan
dengan AgNO3 dan HNO3 akan dibentuk endapan putih .
Larutan Br- direaksika dengan AgNO3 + HNO3  endapan putih
kekunigan
Larutan I- direaksikan dengan AgNO3 + HNO3  endapan kuning
Larutan SO3- dan SO42- direaksikan dengan Ba (C2H2O2)2 menghasilkan
endapan putih
Larutan NO3- direaksikan dengan H2SO4 pekat ditambah FeSO4
menghasilkan cincin coklat .
Larutan CrO42- direaksikan dengan Ba (C2H2O2)2 + HO menghasilkan
endapan putih .
VI PEMBAHASAN
Percobaan yang berjudul “Analisis Anion” ini yang bertujuan
untuk mengidentifikasi anion-anion dalam larutan dan padatan ‘unkown’
maupun ‘known’. Metode yang digunakan adalah pemisahan kemikalia
cair yang didasarkan pada kelakuan-kelakuan ion-ion yang berbeda ketika
direaksikan dengan reagen-reagen tertentu. Prinsip yang digunakan yaitu
didasarkan pada reaksi spesifik dan reaksi selektf ion. Reaksi spesifik
yaitu penambahan suatu bahan atau reagen yang hanya dapat bereaksi
dengan satu ion tertentu. Sendangkan, reaksi selektif ion adalah
penambahan suatu bahan atau reagen yang bereaksi atas sekelompok ion
yang berbeda-beda.

6.1. Test Known ion Cl-


Percobaan ini bertujuan untuk mengidentikasi adanya anion klorida
dalam sampel known dengan menggunakan metode kemikali cair
berdasarkan perbedaan kelakuan ion ketika direaksikan dengan reagen
tententu.
Percobaan ini dilakukan pengidentifikasian adanya ion Cl- dalam
larutan sample, yang menggunakan test 3 yaitu dengan penambahan
reagen AgNO3. Warna dari larutan sample yaitu bening dan setelah
ditambahkan AgNO3 menjadi putih keruh dan terdapat endapan putih.
Fungsi penambahan AgNO3 untuk mengendapkan Cl- sebagai AgCl,
reaksinya:
𝐴𝑔+ + 𝐶𝑙 − → 𝐴𝑔𝐶𝑙 ↓
( Svehla, 1985 )
Endapan tersebut dapat terbentuk karena hasil kali kelarutan dari
larutan dari larutan tersebut telah terlampui oleh hasil kali konsentrasi ion-
ion yang terlibat, atau dapat ditulis Qc > Ksp. Ksp dari AgCl yaitu sebesar
1x10-12. Larutan tersebut dikatakan telah jenuh karena apabila larutan telah
jenuh dengan zat yang bersangkutan maka endapan dapat terbentuk.
Setelah itu ditambahkan HNO3 yang bertujuan melarutkan endapan AgCl
atau uji devinitif lebih lanjut diperoleh larutan menjadi lebih jernih
dibandingkan sebelumnya namun endapan tidak larut. Ini disebabkan
karena senyawa AgCl- sudah cukup stabil dan memiliki kerapatan yang
tinggi maka sulit untuk memutuskan dengan penambahan HNO3encer.
Selain itu AgCl memiliki Ksp sangat kecil ( 1x10-12 ) maka tidak larut
dengan penambahan HNO3 yang memiliki konsentrasi rendah. Jadi, pada
uji ini penambahan HNO3 bertujuan untuk menguatkan identifikasi bahwa
adanya ion Cl-, dimana terbentuknya endapan AgCl yang tidak larut
dengan HNO3 encer. AgCl dapat larut dalam ammonia encer yang
menunjukkan sample mengandung ion Cl-.
Reaksinya:
AgCl (s) + HNO3  AgCl (s) + H2O + NO3-
Endapan putih
( Svehla, 1985 )

6.2. Test Known Ion NO3-


Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan ion
nitrat dalam larutan known. Prinsip yang mendasari adalah perbedaan
kelakukan ion-ion ketika direaksikan dengan reagen tertentu. Metode yang
digunakan adalah metode kemikalia cair.
Pada percobaan identifikasi ion nitrat, ion nitrat akan mengalami
uji positif terhadap test 5 yaitu penambahan H2SO4 dan FeSO4. Bila
larutan nitrat direaksikan dengan larutan besi(II) sulfat dan asam sulfat
pekat maka akan terbentuk cincin coklat pada zona persentuhan antara
kedua cairan tersebut (Vogel,1985)
Penambahan asam sulfat pekat berfungsi untuk mengubah ion nitrat
menjadi gas NO karena ketika gas NO tersebut direaksikan dengan larutan
besi(II) sulfat akan membentk cincin coklat pada larutan. Cincin coklat ini
disebabkan karena terbentuknya [Fe(NO)]2+
Reaksi yang terjadi:
2𝑁𝑂3 − + 4𝐻2 𝑆𝑂4 + 6 𝐹𝑒 2+ → 6𝐹𝑒 3+ + 2𝑁𝑂(𝑔) + 4𝑆𝑂4 −2 + 4𝐻2 𝑂
𝐹𝑒 2+ + 𝑁𝑂(𝑔) → [𝐹𝑒(𝑁𝑂)]2+
( Vogel, 1985 )
Pada percobaan ini tidak terbentuk adanya cincin coklat disebabkan
karena saat penambahan larutan besi(II) sulfat tidak dengan cara
penambahan melalui dinding tabung. Bila penambahan dilakukan dengan
mengalirkan perlahan melalui dinding tabung maka akan terbentuk lapisan
coklat. Namun pada percobaan, penambahan larutan besi(II) sulfat
dilakukan langsung dengan meneteskan larutan diatas sampel known ion
nitrat. Sehingga tidak ada cincin coklat yang berhasil terbentuk.
Adanya cincin coklat pada larutan merupakan uji positif untuk
larutan known yang mengandung ion nitrat, maka bila identifikasi ion
nitrat akan positif jika dilakukan uji 5 yaitu dengan penambahan asam
sulfat dan besi(II) sulfat sehingga menghasilkan cincin coklat pada larutan
yang merupakan kompleks [Fe(NO)]2+.

6.3 Test Known Ion I- (iodida)


Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan ion
iodida dalam sampel known dengan menggunakan metode kemikalia cair
berdasarkan perbedaan kelakuan ion-ion ketika direaksikan dengan reagen
tertentu.
Pada anion I- ini diidentifikasi dengan 5 test. Larutan KI berwarna
bening. Kemudian KI direaksikan dengan H2SO4 berwarna bening dan
apabila dipanaskan akan bergelembung, dan menghasilkan uap ungu serta
bau seperti H2S. Tapi pada percobaan yang kami lakukan tidak dilakukan
pemanasan.
KI + H2SO4 → KHSO4+ HI
H2SO4 + HI → H2S + 4H2O + 4I2

(Vogel, 1985)
Selanjutnya larutan KI ditambah AgNO3 dan warna larutan
menjadi endapan kekuningan. Penambahan AgNO3 berfungsi untuk
mengendapkan anion kelompok perak.
Reaksi : KI + AgNO3 AgI(s) + KNO3
( Vogel,1985 )
Endapan ini terbentuk karena larutan AgI lewat jenuh terhadap
penambahan AgNO3. Selain itu karena hasil kali konsentrasi ion-ionnya
lebih besar daripada Ksp AgI (Ksp AgI = 0,9 x 10-16).
Kemudian endapan AgI ditambah dengan HNO3 untuk memastikan
anion yang ada dalam sampel dan endapan tidak dapat larut. Endapan AgI
tidak dapat larut dengan penambahan HNO3 karena penambahan ion
sejenis (NO3-) yang menyebabkan larutan lewat jenuh. Selain itu Ksp AgI
(Ksp AgI = 0,9 x 10-16) lebih kecil daripada Ksp AgNO3 (Ksp AgNO3 =
6,0 x 10-4) sehingga AgNO3 membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mengendap (endapan AgI tetap ada).
Reaksi : AgI(s) + HNO3 AgI(s) + H2O + NO3-
( Vogel,1985 )
Selanjutnya test kelarutan terhadap Ba(C2H3O2)2 yaitu dengan
menambahkan larutan Ba(C2H3O2)2 kedalam larutan KI yang bertujuan
untuk mengetahui apakah termasuk anion sulfat atau bukan dan hasil yang
di dapatkan adalah larutan berwarna bening. Kemudian ditambahkan HCl
dan larutan tetap bening.
Selanjutnya dilakukan test dengan menambahkan H2SO4 dan
FeSO4, saat dilakukan penambahan H2SO4 larutan tetap bening sementara
pada penambahan FeSO4 larutan terbentuk endapan coklat.

6.4 Identifikasi Sampel Unknown 6


Pada percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi adanya kandungan anion dalam sampel unknown dengan
menggunakan metode kemikali cair berdasarkan perbedaan kelakuan ion-
ion ketika direaksikan dengan reagen tertentu.
Pada sampel VI ini akan dilakukan 5 test yaitu test kenampakan
padatan, test penambahan H2SO4 pekat, test penambahan AgNO3 dan test
penambahan HNO3, test penambahan Ba(C2H3O2)2 dan test penambahan
HCl, test penambahan H2SO4 dan test penambahan FeSO4. Pada test
kenampakan padatan mula-mula sampel VI berwarna orange, sampel VI
yang berwarna kuning lalu ditambah dengan H2SO4 pekat dan mengalami
perubahan warna menjadi kuning jernih. Kemudian ditambahkan larutan
AgNO3 larutan berwarna kuning bening. Setelah itu ditambahkan larutan
HNO3 yang menghasilkan larutan putih keruh. Hal ini menunjukan bahwa
sampel tidak mengandung anion golongan perak. Fungsi penambahan
AgNO3 adalah untuk mengendapkan anion golongan perak, sedangkan
fungsi penambahan HNO3 berfungsi untuk uji definitif yaitu untuk
menguatkan adanya anion golongan perak pada sampel.
Test 4 dilakukan untuk mengidentifikasi apakah sampel
mengandung anion golongan kalsium dan barium. Sampel larutan yang
berwarna kuning ditambah dengan larutan Barium Asetat dan didapatkan
larutan kuning. Kemudian ditambahkan HCl terbentuk lapisan cincin.
Fungsi penambahan Barium Asetat adalah untuk mengendapkan sampel
yang mengandung anion golongan kalsium dan barium. Sedangkan fungsi
penambahan HCl adalah untuk uji definitive apakah sampel mengandung
anion golongan kalsium dan barium atau tidak.
Dikarenakan pada test 1, 2, 3, 4 belum dapat diketahui sampel
mengandung anion apa maka dilakukan test 5.
Test 5 dilakukan untuk mengidentifikasi apakah sampel
mengandung anion golongan kalsium dan barium. larutan yang berwarna
kuning ditambah dengan larutan asam sulfat dan didapatkan larutan
bening. Kemudian dilakukan penambahan larutan FeSO4 dan terbentuk
endapan kuning pada larutan. Fungsi penambahan FeSO4 adalah untuk
mengendapkan sampel yang mengandung anion golongan kalsium dan
barium. Sedangkan fungsi penambahan HCl adalah untuk uji definitive
apakah sampel mengandung anion golongan kalsium dan barium atau
tidak.
Dengan terbentuknya endapan berwarna kuning dan endapan
tersebut larut dalam H2SO4 maka sampel mengandung anion kromat
(CrO42-).
Reaksi ;
CrO42- + Fe2+  FeCrO4(s) (Endapan kuning)
H2SO4(s) + FeCrO4  FeSO4 + H2CrO4
( Vogel,1985 )
6.5 Identifikasi Sampel Unknown 1
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi
adanya kandungan anion dalam sampel unknown dengan menggunakan
metode kemikalia cair berdasarkan perbedaan kelakuan ion-ion ketika
direaksikan dengan reagen tertentu.
Sampel pertama direaksikan dengan H2SO4, dimana pada
penggunaan larutan asam sulfat pekat dalam analisis anion tergantung
pada kemampuan anion bahan pengoksidasi dan sifat asamnya .Jika
sampel yang di uji adalah campuran dari garam dari garam, hasil dari uji,
hasil dari uji tidak selalu mudah untuk diinterpretasi, karena gas yang
terbentuk untuk mungkin terperangkap. Demikian pula dengan garam yang
sulit larut (seperti perak halide) dan garam yang mengandung karakter
kovalen (misal CdI2 dan HgCl2) yang hanya bereaksi lambat dengan asam.
(Sodiq,2004)
Dari hasil percobaan pada sampel 3 yang akan dilakukan test 2
test 3 dan test 4 dan test 5. Pada test 2 didapatkan larutan bening yang
menandakan tidak adaya ion NO, pada test 3 sample larutan yang
berwarna bening direaksikan dengan AgNO3 dan terbentuk larutan keruh
berwarna putih. Kemudian ditambahkan larutan HNO3 dan tetap keruh
endapan putih serta timbul gas dan panas. Hal ini menunjukkan hasil
positif adanya ion perak. Fungsi penambahan AgNO3 yaitu untuk
mengendapkan anion, sedangkan HNO3 berfungsi untuk uji definitif yaitu
untuk menguatkan adanya ion perak pda sampel. Endapan dapat terbentuk
karena harga QC > KSP dan larutan telah melewati titik jenuh.
Reaksi: Cl- + AgNO3 AgCl (s) + NO3-
Endapan putih
AgCl(s)+ HNO3 endapan tidak larut
(Vogel,1985 )
Endapan AgCl terbentuk karena hasil kali konsentrasi ion Ag+ dan
Cl- melampaui Ksp AgNO3. Pada penambahan HNO3 endapan tidak larut
karena Ksp AgCl lebih kecil dari Ksp AgNO3.
Pada test 4 dan 5, sampel 3 yang berwarna bening direaksikan
dengan Barium asetat, sehingga terbentuk endapan putih yang kemudian
ditambahkan HCl. Fungsi dari HCl untuk uji definitif endapan yang cukup
larut pada KCN FeSO4.
Berdasarkan test yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel
mengandung anion Cl- karena menunjukkan hasil positif terhadap anion
Cl-. Reaksi:
Cl- + Ba(CH3COO)2 BaCl2 + CH3COO-
BaCl2 + HCl endapan larut
(Vogel,1985 )
Anion Cl- dapat terendapkan oleh Barium asetat menjadi endapan
putih BaCl2. Endapan terbentuk karena larutan lewat jenuh dan hasil kali
konsentrasi ion-ion BaCl2 melampaui Ksp Barium asetat.

6.6 Identifikasi Sampel Unknown 5


Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengidentifikasi
adanya kandungan anion dalam sampel unknown dengan menggunakan
metode kemikali cair berdasarkan perbedaan kelakuan ion-ion ketika
direaksikan dengan reagen tertentu.
Pada sampel V, dilakukan tes 2 sampai tes 5 dimana dihasilkan
data sebagai berikut, yaitu untuk tes 2 dan 3, larutan sampel tidak
mengalami perubahan yaitu tetap bening. Untuk tes 4 ada sedikit
perubahan warna yaitu pada penambahan Ba(C2H3O2)2 larutan sampel
menjadi kuning kehijauan dan untuk penambahan HCl larutan menjadi
kuning bening. Semua tes tersebut belum bisa mengidentifikasi adanya
anion yang terkandung dalam larutan sampel karena pada pada tes 4 hanya
ada perubahan warna tanpa ada endapan kuning jika diindikasikan sampel
mengandung ion CrO4. Untuk itu sampel 5 hanya dapat diidentifikasi oleh
tes 5 yaitu khusus uji tes nitrat dengan reagen H2SO4 dan FeSO4. Pada
percobaan ini larutan sampel ditambahkan dengan H2SO4 pekat. Fungsi
penambahan H2SO4 pekat agar anion nitrat dapat terurai menjadi gas NO
sehingga ketika ditambahkan dengan larutan FeSO4 dapat membentuk
cincin coklat. Penambahan FeSO4 berfungsi untuk uji definitif adanya ion
nitrat dengan terbentuknya cincin coklat pada lapisan antara larutan diatas
yaitu FeSO4 dan dibawah yaitu H2SO4. Hal ini sesuai dengan hasil
pengamatan yaitu setelah penambahan FeSO4 larutan menjadi 3 fasa yaitu
larutan kuning, lapisan cincin kuning kecoklatan dan endapan putih.
Reaksi:
2NO3- + 4H2SO4+6 Fe2+  6Fe3+ + 2NO(g) + 4SO42- +4H2O
Fe2+ +NO(g)  [ Fe (NO2)]2+
( Vogel,1990 )
Cincin coklat yang terbentuk menunjukan adanya ion nitrat yaitu
pada [ Fe (NO2)]2+. Cincin coklat dapat terbentuk karena perbedaan
kelarutan dari setiap larutan, adanya lapisan-lapisan larutan disebabkan
karena perbedaan massa jenis. Dimana massa jenis yang lebih kecil akan
berada pada lapisan yang lebih atas dibandingkan larutan dengan massa
jenis yang lebih kecil.
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 21 November 2012

Mengetahui,
Asisten

Agustiani Y.A
J2C009013

Praktikan 1, Praktikan 2,

Khoirul Fuad Amalia Fadhila


24030111130069 24030111130073

Praktikan 3, Praktikan 4,

Ilmi Muftiana Ni Wayan Pratiwi Triandani


24030111140099 24030111130063

Praktikan 6,
Praktikan 5,

Jayanti Windarningtias
Fauzanul Ngibad
24030111140083
24030111140097
DAFTAR PUSTAKA

Basri, Sarjoni. 1996. Kamus Kimia. Jakarta : Rineka Cipta

Daintith, John. 1994. Kamus Lengakap Kimia. Jakarta: Erlangga

Petrucci, Ralph J. 1992. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga

Vogel. 1985. Buku Teks Analisis Organik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: PT Kalman Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai