Anda di halaman 1dari 11

BIOMEDIK I:

Keseimbangan Asam Basa

Disusun Oleh:

Ade Hilman (2019031001)

Arsya Aulia Isfahani (2019031016)

Dea Sinta Lestari (2019031022)

Ghitha Lutfia Afifah (2019031052)

Muhamad Azis (2019031067)

Nucky Fauziah (2019031088)

Rizka Febriyanti (2019031100)

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan

Universitas Faletehan
1.1 Pengertian Unsur, Senyawa Molekul
Unsur adalah zat kimia yang tak dapat dibagi lagi menjadi zat yang lebih kecil, atau
tak dapat diubah menjadi zat kimia lain dengan menggunakan metode kimia biasa. Partikel
terkecil dari unsur adalah atom. Sebuah atom terdiri atas inti atom (nukleus) dan dikelilingi
oleh elektron. Inti atom terdiri atas sejumlah proton dan neutron. Hingga saat ini diketahui
terdapat kurang lebih 117 unsur di dunia. Hal yang membedakan unsur satu dengan lainnya
adalah jumlah proton dalam inti atom tersebut.

Senyawa kimia adalah zat dengan cara kimia masih dapat diuraikan menjadi zat-zat lain
yang lebih sederhana. Merupakan zat kimia yang terbentuk dari dua atau lebih unsur kimia,
dengan rasio tetap yang menentukan komposisi. Contohnya, dihidrogen monoksida (air,
H2O) adalah sebuah senyawa yang terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom oksigen.

Molekul adalah gabungan atom-atom yang saling mengikat. Molekul dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu :

1. molekul unsure terdiri atas atom-atom yang sejenis. Contoh : 1 molekul gas
hydrogen terdiri atas 2 atom hydrogen yang saling mengikat.

2. molekul senyawa tersiri daridua atom atau lebih dari unsure yang berbeda
bergabung membentuk molekul. Contoh : molekul air terdiri dari 2 atomhidrogen dan
1 atom oksigen.

1.2 Asam Basa


1.2.1 Pengertian Asam Basa

Kata “asam” berasal dari bahasa Latin “acidus” yang berarti masam. Asam
adalah zat (senyawa) yang menyebabkan rasa masam pada berbagai materi. Basa
adalah zat(senyawa) yang dapat beraksi dengan asam, menghasilkan senyawa yang
disebut garam. Sedangkan basa adalah zat-zat yang dapat menetralkan asam. Secara
kimia, asam dan basa saling berlawanan. Sifat basa pada umumnya ditunjukkan dari
rasa pahit dan licin.

Asam dan basa sangat erat kaitannya dalam kehidupan kita, didalam tubuh
manusia juga terdapat keseimbangan asam basa untuk beradaptasi dan tetap menjaga
fungsinya dengan baik. Contohnya saja seperti asam lambung yang dapat membunuh
mikroorganisme yang terdapat pada makanan yang kita konsumsi. Begitu juga dengan
gaya hidup kita sehari-hari sangat sering dihadapkan dengan asam basa tersebut,
seperti asam cuka, minuman bersoda, jeruk, aki bersifat asam. Sedangkan sabun dan
bahan pembuatan pupuk yang bersifat basa. Beberapa hewan tertentu juga
mempertahankan diri dengan menghasilkan basa, seperti sengatan tawon.

1.2.2 Teori Asam Basa


Teori Asam-Basa dikemukakan oleh beberapa ilmuwan, salah satunya
adalah Teori Arrhenius yang mengatakan Asam adalah suatu sifat yang mana berupa
senyawa yang dapat melepas ion hidrogen (H+) jika dilarutkan dalam air,
Sedangkan basa merupakan suatu sifat yang mana berupa senyawa yang dapat
melepas ion hidroksida (OH-) jika dilarutkan dalam air. Reaksi asam basa (reaksi
penetralan) adalah reaksi pembentukan H2O dari ion-ion H+ dan OH-.

Teori lainnya dikemukakan yaitu Teori Bronsted-Lowry yang


mengatakan asam berupa senyawa yang dapat memberi proton (H+) kepada senyawa
lain, sedangkan basa dapat menerima proton (H+) dari senyawa lain. Reaksi asam
basa adalah reaksi perpindahan proton dari satu senyawa ke senyawa yang lain.

Teori terakhir yaitu Teori Lewis yang mengatakan Asam adalah senyawa yang
dapat menerima pasangan elektron bebas dari senyawa lain, sedangkan Basa adalah
senyawa yang dapat memberi pasangan elektron bebas kepada spesi (senyawa) yang
lain. Reaksi asam basa adalah adalah reaksi pembentukan ikatan antara asam dan
basa.

1.2.3 Sifat Asam Dan Basa

Adapun sifat-sifat asam, yaitu:

1. Rasanya masam/asam
2. Bersifat korosif atau merusak
3. Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion H+ atau ion ion hidrogen
dan ion sisa asam yang bermuatan negatif. Peristiwa terurainya asam
menjadi ion-ion dapat di tuliskan sebagai berikut:

HA (aq) à H+ (aq) + A- (aq)

4. Bila diuji dengan indikator kertas lakmus biru dapat mengubah lakmus
tersebut menjadi merah. Sedangkan jika diuji dengan indikator kertas
lakmus yang berwarna merah, kertas lakmus tersebut tidak akan berubah
warna. Indikator adalah suatu alat untuk menunjukkan suatu zat apakah
bersifat asam maupun basa.

Sifat-sifat basa yaitu:

1. Rasanya pahit
2. Bersifat kaustik atau dapat merusak kulit
3. Bila dilarutkan dalam air dapat menghasilkan ion OH- atau ion hidroksil
dan ion logam atau gugus lain yang bermuatan negatif. Apabila ion OH-
hampir seluruhnya dilepaskan atau ionisasinya sempurna, maka termasuk
basa kuat atau dikatakan memiliki derajat keasaman yang rendah dan
begitu juga sebaliknya. Secara umum peristiwa peruraian basa menjadi
ion-ion dapat dituliskan sebagai berikut:

BOH (aq) à B+ (aq) + OH- (aq)


4. Bila diuji dengan indikator yang berupa lakmus merah, maka akan
mengubah warna lakmus tersebut menjadi warna biru, sedangkan dengan
kertas lakmus biru, tidak akan mengubah warna kertas lakmus tersebut.

1.3 Larutan Baku Standar


1.3.1 Pengertian Larutan Baku Standar

Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah


diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret,
yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan
pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.

1.3.2 Jenis-Jenis Larutan Baku Standar

a. Larutan baku primer

Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya


diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat
digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai
konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan
teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh:
K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

Syarat-syarat larutan baku primer :

1. Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada


suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat
ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial.)
2. Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh
udara atau dipengaruhi karbondioksida.
3. Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan
kepekaan tertentu.
4. Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa
ekuivalen yang besar.
5. Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
6. Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung.

b. Larutan baku sekunder

Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat
karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan
dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode
titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2

Syarat-syarat larutan baku sekunder :

1. Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer


2. Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan
penimbangan
3. Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

1.4 Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri


1.4.1 Titrasi Asidimetri

Asidimetri adalah salah satu teknik titrasi yang yang menggunakan asam
sebagai titran. Asam yang sering dipakai dalam analisis asidimetri adalah HCl. Asam
ini harus distandardisasi dengan larutan baku primer. Larutan baku primer yang sering
digunakan untuk standardisasi HCl adalah larutan boraks. HCl harus distandardisasi
karena larutan ini mudah menguap dan mudah bereaksi dengan senyawa lain di udara.

Asam klorida (HCl) merupakan asam kuat yang berbentuk cair dan biasanya
mempunyai kadar 39,1 % dan density 1,2 g/ml. HCl digunakan pada titrasi netralisasi,
yaitu suatu proses yang tidak mengakibatkan terjadinya perubahan, baik perubahan
valensi maupun terbentuknya endapan dan atau terjadinya suatu senyawa kompleks
dari zat-zat yang saling bereaksi.

Larutan standar HCl biasanya dinyatakan dengan besaran normal, yaitu


larutan 1 N (1 N) adalah larutan yang mengandung 1 grek suatu zat tertentu dalam
volume 2 liter. Untuk 1 grek HCl adalah banyaknya mol asam tersebut yang dapat
melepaskan 1 gram ion H+.

1.4.2 Titrasi Alkalimetri

Alkalimetri adalah titrasi yang menggunakan basa sebagai titran. Basa yang
sering dipakai dalam analisis alkalimetri adalah NaOH. Larutan baku primer yang
sering digunakan untuk standardisasi NaOH adalah larutan asam oksalat. NaOH perlu
distandardisasi karena senyawa ini bersifat higroskopis sehingga mudah mengikat air
dan bereaksi dengan CO2 di udara

Larutan baku primer adalah H2C2O4. 2H2O (asam oksalat) adalah zat padat ,
halus, putih, larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada
titrasinya selalu sampai terbentuk garam normalnya. .berat ekivalen asam oksalat
adalah 63. Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus
ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer.

Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa.
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa
logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia
dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat
lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat
larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam
etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar
lainnya.

1.5 Prosedur Titrasi Asidimetri dan Alkalimetri


1.5.1 Alat dan Bahan

Alat - alat yang digunakan pada percobaan ini adalah buret asam 50
mL, buret basa 50 mL, erlenmeyer 250 mL, gelas kimia 250 mL dan 100 mL,
labu ukur 100 mL, pipet volume 25 mL dan 10 mL, statif dan klem, bulp,
corong, botol semprot, spatula dan pipet tetes.

Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah asam asetat
(CH3COOH) 0,1 M, asam klorida (HCl) 0,0959 N, aquades (H2O), campuran
karbonat dan bikarbonat, indikator MO, indikator PP dan natrium hidroksida
(NaOH) 0,0989 N.

1.5.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada percobaan ini, yaitu sebagai berikut :

1. Titrasi Alkalimetri

a. Memasukkan 10 mL asam asetat (CH3COOH) ke dalam labu ukur


100 mL.

b. Mengencerkan larutan sampai tanda batas dengan aquades (H2O).

c. Memipet 25 mL larutan asam asetat (CH3COOH) yang telah


diencerkan dan memasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL.

d. Menambahkan 5 tetes indikator PP ke dalam erlenmeyer.

e. Menitrasi larutan dengan natrium hidroksida (NaOH) sampai


terbentuk warna merah muda.

f. Mencatat volume natrium hidroksida (NaOH) yang digunakan.

g. Melakukan secara duplo dan menghitung kadar asam asetat dalam


sampel.

2. Titrasi Asidimetri
a. Menimbang 100 mg campuran karbonat dan bikarbonat
menggunakan neraca analitik.

b. Melarutkan campuran karbonat dan bikarbonat dengan aquades


(H2O) lalu memindahkan ke dalam labu ukur 100 mL.

c.Menambahkan aquades (H2O) sampai tanda batas,


menghomogenkan larutan. Memipet 25 mL larutan dan memasukkan
ke dalam erlenmeyer 250 mL.

d. Menambahkan 5 tetes indikator PP ke dalam erlenmeyer.

e. Menitrasi larutan dengan asam klorida (HCl) sampai larutan menjaid


tak berwarna.

f. Menambahkan indikator MO ke dalam erlenmeyer.

g. Menitrasi larutan dengan asam klorida (HCl) sampai larutan berubah


warna dari jingga ke merah jambu.

h. Mencatat volume HCl yang digunakan.

i. Melakukan secara duplo dan menghitung kadar karbonat dan


bikarbonat dalam campuran.

1.6 Penentuan Massa Molekul Relatif

Setiap atom memiliki massa tertentu yang disebut massa atom relatif (Ar). Apabila
dua atau lebih atom bergabung, baik yang berasal dari unsur yang sama maupun berbeda,
maka akan terbentuk molekul. Massa dari molekul ini disebut massa molekul relatif (Mr).
Untuk mencari Mr, kita perlu menjumlahkan Ar dari seluruh atom penyusunnya. Nilai Ar
dapat dilihat pada tabel periodik.

Massa molekul relatif dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

Mr AxBy = x.ArA + y.ArB

Contoh Soal

1. Diketahui : massa atom relatif(Ar)


H =1 ; O=16 ; C = 12; S=32 ; Ca = 40.
tentukan massa molekul relatif dari
a. CH4
b. H2SO4
c. Ca(OH)2

Pembahasan
a. Mr CH4 = 1.ArC + 4.ArH
= 1.12 + 4.1
= 16

b. Mr H2SO4 = 2 . H +1.ArS + 4.ArO


=2.1 + 1.32 + 4.16
= 2 + 32+64
= 98

c. MrCa(OH)2 = 1.ArCa + 2.ArO +2.ArH


= 1.40 +2.16 +2.1
= 40+32+2
=74

1.7 Molaritas dan Molalitas

1.7.2 Molaritas

Molaritas adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan konsentrasi atau


kepekatan suatu larutan. Dalam hal ini, molaritas suatu larutan menyatakan
jumlah mol zat yang terlarut dalam tiap liter larutan tersebut. Secara matematis,
molaritas suatu larutan dapat dinyatakan sebagai berikut.

2.8.2

Molalitas

Molalitas adalah
konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 kg atau 1000
gram pelarut. Perumusan molalitas adalah sebagai berikut :

Rumus : Molalitas = m = jumlah mol zat pelarut/1 kg zat pelarut.


a. Hubungan Molalitas dengan Persen massa
Persen massa merupakan satuan konsentrasi yang juga biasa digunakan dalam
larutan kimia. Contohnya adalah larutan yang bisa kita temukan sehari-hari yaitu
larutan alkohol 75% dan larutan asam cuka 24%. Persen masa adalah jumlah gram zat
terlarut dalam 100 gram massa larutan. Persamaan yang menunjukkan perhitungan
persen massa adalah sebagai berikut :

b. Hubungan Molalitas dengan Molaritas


Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam satu liter larutan.
Molaritas dapat dikonversikan menjadi molalitas, yaitu dengan merubah volume
larutan menjadi massa larutan. Pengubahan volume menjadi massa memerlukan data
massa jenis larutan (p), yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

2.9 Pengenceran

Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu senyawa
dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam
jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar
kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999).

Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi


yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan
standarisasi.standarisasi sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah yang
relative besar disebut pelarut (Baroroh, 2004).

Dalam kimia, pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat
terlarut dan pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut
(zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain
dalam larutan disebut pelarut atau solven (Gunawan, 2004.).

Larutan didefinisikan sebagai campuran yang homogen antara 2 macam zat ataupun
lebih. Larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Umumnya zat terlarut jumlahnya lebih
sedikit dibanding pelarut. Sedangkan pelarut bisa berupa air ataupun cairan organik seperti
metanol, etanol, aseton dan lain-lain.

Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja, sehingga jumlah mol
zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah pengenceran.
Dengan kata lain jumlah mmol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mmol
zat terlarut sesudah penegenceran atau jumlah gr zat terlarut sebelum pengenceran sama
dengan jumlah gr zat terlarut sesudah pengenceran.
Rumus sederhana pengenceran sebagai berikut :

M1V1 = M2V2
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan

Misal jika kita akan membuat 500 ml HCl 2 M menggunakan HCl 4 M maka
penggunaan rumus pengencerannya adalah 4 M x V1 = 2 M x 500 ml
maka V1 = 250 ml, artinya ambil HCl 4 M sebanyak 250 ml addkan dengan air hingga 500
ml. Sedang pada praktek pengencerannya : masukkan air dulu sebanyak kurang dari 250 ml
baru ditambahkan 250 ml HCl 4 M lalu tinggal diaddkan dengan air hingga batas labu takar
500 ml. Praktek perlakuan seperti ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan letupan untuk
pengenceran asam pekat.

DAFTAR PUSTAKA
Unsur, Senyawa, Molekul: http://dittanurayu30.blogspot.com/2016/09/pengertian-atom-
unsur-senyawa-molekul_5.html

Asam Basa: https://www.softilmu.com/2015/11/Pengertian-Sifat-Teori-Kekuatan-


Keseimbangan-Perbedaan-Asam-dan-Basa-Adalah.html

Larutan Baku Standar: http://artikelteknikkimia.blogspot.com/2011/12/larutan-baku-larutan-


standar.html
Titrasi Alkalimetri-Asidimetri: http://graciez-pharmacy.blogspot.com/2012/11/asidi-
alkalimetri.html

Prosedur Titrasi Alkalimetri-Asdimetri:


http://faradillahchemistry09.blogspot.com/2012/06/laporan-titrasi-asidimetri-dan.html

Penentuan Massa Molekul Relatif: http://juriah-chemaribah.blogspot.com/2008/12/massa-


molekul-relatif-mr.html

Molaritas: https://www.sridianti.com/apa-yang-dimaksud-dengan-pengenceran.html

Molalitas: http://juriah-chemaribah.blogspot.com/2008/12/massa-molekul-relatif-mr.htm

Pengenceran: https://www.sridianti.com/apa-yang-dimaksud-dengan-pengenceran.html

Anda mungkin juga menyukai