Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA UMUM I

A1 A9

Nama : Siti Nuhiyah

NPM : 14020063

Group : K3

Dosen : Wulan S, S.ST,M.T

Asisten :1. Darijan

2. Lestari W, S. Pd.

SEKOLAH TINGGI TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

2014
PERCOBAAN A
A1. Pengenalan Larutan Asam Basa

A2. Membuat Larutan Baku Asam Oksalat 0.1000 N

A3. Menetapkan Titar NaOH dengan Larutan Baku Asam Oksalat 0.1000 N

A4. Menetapkan Kadar Asam Asetat (cuka) dengan NaOH

A5. Membuat Larutan Baku Boraks 0.1000 N

A6. Menetapkan Titar HCl dengan Larutan Baku Boraks 0.1000 N

A7. Menetapkan Kadar NaHCO3

A8. Menetapkan Kadar Campuran NaHCO3 dan Na2CO3

A9. Menetapkan Kadar Campuran NaOH dan Na2CO3


BAB I
MAKSUD DAN TUJUAN
1.1 Maksud dan Tujuan untuk percobaan A1
Agar praktikan mengetahui dan memahami suatu larutan, apakah
bersifat asam atau basa dengan menggunakan indikator MM, MO,
Penolftalin, kertas lakmus merah dan biru serta universal indikator pH.
1.2 Maksud dan Tujuan untuk percobaan A2
Agar praktikan mengetahui dan memahami cara membuat larutan
baku asam oksalat.
1.3 Maksud dan Tujuan untuk percobaan A3
Agar praktikan memahami dan mengetahui cara menetapkan titar
NaOH dengan larutan baku asam oksalat 0.1000 N (basa kuat x asam
lemah) dan agar dapat menghitung kadar titrasi tersebut.
1.4 Maksud dan Tujuan untuk percobaan A4
Agar praktikan dapat menetapkan kadar asam asetat / cuka
(CH3COOH) dengan NaOH 0.1 N.
1.5 Maksud dan Tujuan untuk percobaan A5
Agar praktikan dapat membuat larutan baku primer boraks 0.1000 N.
1.6 Maksud dan Tujuan untuk percobaan A6
Agar praktikan dapat menetapkan titar HCl dengan larutan baku
boraks 0.1000 N.
1.7 Maksud dan Tujuan untuk percobaan A7
Agar praktikan dapat menetapkan kadar NaHCO3 (basa lemah dengan
asam kuat)
1.8 Maksud dan Tujuan untuk percobaan A8
Agar praktikan dapat menetapkan kadar campuran Na2CO3 dan
NaHCO3 (campuran basa lemah dengan asam kuat)
1.9 Maksud dan Tujuan untuk percobaan A9
Agar praktikan dapat menetapkan kadar campuran NaOH dan Na2CO3
(basa kuat + basa lemah dengan asam kuat)
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Teori Dasar untuk percobaan A1
2.1.1 Teori Asam dan Basa
Teori ini terbagi menjadi beberapa ahli yaitu sebagai berikut ini:
2.1.1.1 Teori menurut Arrhenius

Pada tahun 1884, ia adalah seorang ilmuwan Swedia yang


bernama Avante Arrhenius yang mengemukakan teori Asam-
Basa berdasarkan reaksi ionisasi.yang menjelaskan bahwa
jika suatu senyawa yang menghasilkan ion H+ jika dilarutkan
dalam air maka larutan senyawa tersebut bersifat Asam,
sedangkan jika suatu senyawa yang menghasilkan ion OH-
jika dilarutkan dalam air maka larutan senyawa tersebut
bersifat Basa.
Contoh Reaksi:
HCl H+ + Cl-
NaOH Na+ + OH-
2.1.1.2 Teori menurut Bronsted-Lowry

Pada tahun 1923, kedua tokoh ini adalah seorang ilmuan


Denmark yang bernama Johannes Bronsted dan ilmuan
inggris yang bernama Thomas Lowry yang mengemukakan
teori Asam-Basa berdasarkan serah-terima proton [H+].
Mereka menjelaskan bahwa, jika suatu zat yang memberikan
proton [H+] atau Donor ion [H+], maka larutan zat tersebut
bersifat Asam, sedangkan jika suatu zat yang menerima
proton [H+] atau Akseptor ino [H +], maka larutan zat
tersebut bersifat Basa.
Contoh Reaksi
NH3 + H2O NH 4+ + OH
NH3 (sebagai Basa) + H2O (sebagai Asam) NH 4+ (sebagai
Asam) + OH- (sebagai Basa)
H2O dan OH- adalah pasangan asam konjungasi.
NH3 dan NH4+ adalah pasangan asam basa konjungasi.
2.1.1.3 Teori menurut Lewis
Pada tahun 1938, ia adalah seorang ilmuan Amerika Serikat,
Gilbert Newton Lewis yang mengusulkan pengertian Asam-
Basa berdasarkan reaksi serah-terima elektron. ia
menjelaskan bahwa. jika suatu zat yang dapat menerima
pasanganan elektron (Akseptor) maka larutan zat tersebut
bersifat Asam, sedangkan jika suatu zat yang dapat
memberi pasangan elektron (Donor) maka larutan zat
tersebut bersifat Basa.
Contoh Reaksi

senyawa NH3 memberikan sepasang elektron pada senyawa


BF3, sehingga BF3 sebagai asam lewis dan NH3 sebagai basa
lewis.
2.1.2 Indikator Asam Basa
Untuk mengetahui apakah sebuah zat bersifat asam atau
basa, dapat ditentukan dengan menggunakan suatu indikator.
Indikator yang biasa digunakan terbagi menjadi 2 golongan, yaitu
indikator tunggal dan indikator universal. Contoh indikator yang
sering digunakan adalah kertas lakmus dan larutan indikator.
2.1.1.1 Indikator Tunggal
Indikator tunggal hanya dapat membedakan larutan bersifat
asam atau basa, tetapi tiak dapat menentukan harga pH dan
pOH. Yang termasuk dalam indikator tunggal adalah :
1. Lakmus merah dan biru
Lakmus merah => berwarna merah dalam larutan asam,
dan akan berubah warna menjadi biru bila dicelupkan ke
dalam larutan basa.
Lakmus biru => berwarna biru dalam larutan basa, dan
akan berubah warna menjadi merah bila dicelupkan ke
dalam larutan asam.
2. Fenolftalein
Fenolftalein adalah salah satu indikator asam basa
sintetik yang memiliki rentang pH antara 8.00 10.0.
Pada larutan asam dan netral, fenolftalein tidak
berwarna. Sedangkan bila dimasukkan ke dalam larutan
basa, warnanya akan berubah menjadi merah.
3. Metyl Orange
Metyl Orange dapat membedakan antara larutan asam
dengan larutan netral. Larutan asam yang ditetesi metyl
merah akan tetap berwarna merah, sedangkan larutan
netral berwarna kuning. Akan tetapi, metyl orange juga
akan menyebabkan larutan basa berwarna kuning,
Berarti, untuk mengetahui apakah suatu larutan bersifat
basa atau netral kita tidak dapat menggunakan metyl
orange.
4. Metyl Merah
Metyl Merah sama dengan larutan metyl orange.
5. Bromtimol Biru
Bromtimol biru di dalam larutan asam akan berwarna
kuning, dalam larutan basa akan berwarna biru, dan di
dalam larutan netral akan berwarna biru kekuningan.
2.2 Teori Dasar untuk percobaan A2-A9
2.2.1 Titrimetri atau volumetri
Tirtimetri atau volumemetri adalah cara analisa jumlah
berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi yang
mempunyai kepekaan tertentu, yang direaksikan dengan larutan
contoh yang sedang ditetapkan kadarnya.
2.2.2 Larutan Baku
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran
sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai
alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan
konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan
menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.
a. Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi
larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri
(perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan
konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai
konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah
dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan
dilarutkan dalam volume tertentu. Contoh: K2Cr2O7, As2O3,
NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika
mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan
dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat
dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa
menimbulkan pernguraian parsial.)
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di
udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak boleh
higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau
dipengaruhi karbondioksida.
Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji
kualitatif dan kepekaan tertentu.
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif
dan massa ekuivalen yang besar.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang
dipilih.
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat
stoikiometrik dan langsung.
b. Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui
dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.
Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode
titrimetri. Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2.
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku
primer.
Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil
kesalahan penimbangan.
Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
BAB III
ALAT DAN PEREAKSI
3.1 Alat
3.1.1 Tabung reaksi
3.1.2 Pipet tetes
3.1.3 Erlenmeyer 250 ml
3.1.4 Buret 50 ml
3.1.5 Pipet volume 10 + 25 ml
3.1.6 Corong gelas
3.1.7 Piala gelas 100 ml
3.1.8 Labu ukur 100 ml
3.1.9 Rak tabung
3.2 Pereaksi
3.2.1 Pereaksi untuk percobaan A1
3.2.1.1 Asam khlorida (HCl) 0.1 N . 1 N
3.2.1.2 Asam sulfat (H2SO4) 0.1 N . 1 N . 4 N
3.2.1.3 Asam asetat (CH3COOH) 0.1 N . 1 N
3.2.1.4 Asam oksalat (H2C2O2) 0.1 N . 1 N
3.2.1.5 Asam nitrat (HNO3) 0.1 N . 1 N
3.2.1.6 Natrium hidroksida (NaOH) 0.1 N . 1 N
3.2.1.7 Natrium karbonat (Na2CO3) 0.1 N . 1 N
3.2.1.8 Natrium bikarbonat (NaHCO3) 0.1 N . 1 N
3.2.1.9 Natrium khlorida (NaCl) 1 N
3.2.1.10 Amonium hidroksida (NH4OH) 0.1 N . 1 N
3.2.2 Pereaksi untuk percobaan A3
3.2.2.1 NaOH dengan N dicari
3.2.2.2 Asam oksalat 0.1000 N
3.2.2.3 Indikator PP
3.2.3 Pereaksi untuk percobaan A4
3.2.3.1 NaOH 0.1667 N
3.2.3.2 Asam asetat (cuka)
3.2.3.3 Indikator PP
3.2.4 Pereaksi untuk percobaan A6
3.2.4.1 HCl 0.1 N
3.2.4.2 Boraks 0.1000 N
3.2.4.3 Indikator MO
3.2.5 Pereaksi untuk percobaan A7
3.2.5.1 NaHCO3 0.25 N
3.2.5.2 HCl 0.1 N
3.2.5.3 Indikator MO
3.2.6 Pereaksi untuk percobaan A8
3.2.6.1 Larutan contoh NaHCO3 + Na2CO3
3.2.6.2 Larutan HCl 0.1 N
3.2.6.3 Indikator PP dan MO
3.2.7 Pereaksi untuk percobaan A9
3.2.7.1 Larutan contoh NaOH + Na2CO3
3.2.7.2 Larutan HCl 0.1 N
3.2.7.3 Indikator PP dan MO
BAB IV
REAKSI

4.1. Reaksi untuk percobaan A3


(COOH2)2 + 2NaOH Na2C2O4 + 2H2O

4.2. Reaksi untuk percobaan A4


NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O

4.3. Reaksi untuk percobaan A6


Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O 2NaCl + 4H3BO3

4.4. Reaksi untuk percobaan A7


CO2
NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3
H2O

4.5. Reaksi untuk percobaan A8


Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl

CO2
Dengan + HCl NaCl + H2CO3
H2O

4.6. Reaksi untuk percobaan A9


Dengan indikator PP terjadi reaksi:
NaOH + HCl NaCl + H2O
Na2CO3 + HCl NaHCO3 + NaCl
Dengan indikator MO terjadi reaksi:
CO2
NaHCO3 + HCl NaCl + H2CO3
H2O
BAB V
CARA KERJA
5.1. Cara Kerja A1
Menyiapkan tabung reaksi yang bersih, memberi tanda atau nomor agar zat yang
diamati tidak tertukar kemudian mengisinya dengan zat yang akan diamati sifat
dari larutan tersebut kira-kira 1-2 ml.
Meneteskan kedalam masing-masing larutan tersebut indikator penolftalin
selanjutnya amati perubahan warna yang terjadi.
Kemudian mencuci masing-masing tabung reaksi, mengulangi pengerjaannya
seperti d iatas tetapi dengan menggunakan indikator yang lain yaitu Metyl Merah
(MM), mengamati warna yang terjadi. Selanjutnya melakukan pengerjaan dengan
indikator Metyl Orange (MO).
Selanjutnya mengetest dengan Lakmus Merah dan Lakmus Biru, caranya yaitu
dengan menggunakan pipet tetes ataupun pengaduk diambil sedikit masing-masing
larutan contoh, kemudian meneteskan pada kertas lakmus tersebut, mengamati
perubahan warna yang terjadi.
Untuk mengetahui berapa nilai pH masing-masing larutan dapat digunakan kertas
Universal indikator pH, caranya yaitu dengan mencelupkan kertas pH tersebut
kedalam larutan, kemudian bandingkan warna yang dihasilkan dengan standar
warna pada pack atau kemasan kertas Universal indikator pH.
5.2. Cara Kerja A2
Larutan asam oksalat sudah tersedia dalam bentuk larutan.
Mempipet 25 ml larutan asam oksalat kemudian memasukkannya ke dalam labu
ukur 100 ml melalui corong gelas.
Mengencerkan larutan sampai garis takar dengan air suling.
Mengocok larutan sebanyak 12 kali sampai isinya serba sama (homogen).
Larutan sudah siap dipakai sebagai larutan baku primer.
5.3. Cara Kerja A3
Membersihakan buret dan membilasnya dengan air suling.
Membilas buret dengan larutan NaOH 0.1 N, lalu mengisinya hingga penuh dan
menghimpitkannya digaris (skala) nol.
Mempipet 10 ml larutan baku primer (COOH)2 0.1000 N ke dalam erlenmeyer .
Membubuhi 2 tetes indikator PP
Mentitar larutan tadi dengan larutan NaOH dari buret hingga akhir berwarna
merah muda.
Menghitung titar NaOH dan menghitung pula kadarnya dalam g/l.
5.4. Cara Kerja A4
Membersihakan buret dan membilasnya dengan air suling.
Membilas buret dengan larutan NaOH 0.1 N lalu mengisinya hingga penuh dan
dihimpitkan digaris (skala) nol.
Mempipet 25 ml asam asetat ke dalam labu ukur 100 ml, mengencerkannya
sampai tanda garis.
Melarutkannya dan dikocok 12 kali.
Mempipet 10 ml larutan encer ke dalam Erlenmeyer.
Membubuhi 2 tetes indikator PP.
Kemudian mentitarnya dengan larutan NaOH dari buret hingga titik akhir
berwarna merah muda.
Menghitung kadar asam asetat dalam % atau g/l.
5.5. Cara Kerja A5
Larutan Boraks sudah tersedia dalam bentuk larutan.
Mempipet 25 ml larutan boraks kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur
100 ml melalui corong gelas.
Mengencerkan larutan sampai garis takar dengan air suling.
Larutan dikocok 12 kali sampai isinya homogen.
Larutan sudah siap dipakai sebagai bahan baku primer
5.6. Cara Kerja A6
Membersihkan buret dan membilasnya dengan air suling.
Membilas buret dengan sedikit HCl lalu diisi hingga penuh dan dihimpitkan
digaris (skala) nol.
Mempipet 10 ml larutan baku boraks ke dalam Erlenmeyer.
Membubuhkan 2 tetes indikator MO.
Mentitar larutan tersebut dengan larutan HCl dari buret hingga titik akhir berwarna
jingga.
Menghitung titar HCl dan kadarnya dalam g/l.
5.7. Cara Kerja A7
Membersihakan buret dan membilasnya dengan air suling.
Mengisi buret dengan HCl 0.1 N (yang diketahui titarnya).
Memipet 25 ml larutan NaHCO3 0.25 N dan masukkan ke dalam labu ukur 100 ml
lalu mengencerkannya dengan air suling sampai tanda garis, dan kocok 12 kali.
(air suling yang dipakai tidak mengandung CO2).
Mempipet 25 ml larutan encer ke dalam erlenmeyer lalu membubuhi 2 tetes
indikator MO.
Mentitar dengan larutan HCl dari buret hingga titik akhir berwarna orange.
Menghitung kadar NaHCO3 asal.
5.8. Cara Kerja A8
Membersihakan buret dan membilasnya dengan air suling.
Mengisi buret dengan HCl 0.1 N (yang diketahui titarnya).
Mempipet 25 ml larutan NaHCO3 0.25 N dan masukkan ke dalam labu ukur 100
ml lalu mengencerkannya dengan air suling sampai tanda garis, dan kocok 12 kali.
(air suling yang dipakai tidak mengandung CO2).
Mempipet 10 ml larutan encer ke dalam erlenmeyer lalu membubuhi 2 tetes
indikator PP.
Mentitar dengan larutan HCl dari buret hingga larutan tepat tak berwarna.
Membubuhi 2 tetes indikator MO dan mentitrasinya sampai titik akhir berwarna
orange.
Menghitung kadar Na2CO3 dan NaHCO3 masing-masing dan susunan prosentase
campuran tersebut.
5.9. Cara Kerja A9
Membersihakan buret dan membilasnya dengan air suling.
Mengisi buret dengan HCl 0.1 N (yang diketahui titarnya).
Mempipet 25 ml larutan NaHCO3 0.25 N dan masukkan ke dalam labu ukur 100
ml lalu mengencerkannya dengan air suling sampai tanda garis, dan kocok 12 kali.
(air suling yang dipakai tidak mengandung CO2).
Mempipet 10 ml larutan encer ke dalam erlenmeyer lalu membubuhi 2 tetes
indikator PP.
Mentitar dengan larutan HCl dari buret hingga larutan tepat tak berwarna.
Membubuhi 2 tetes indikator MO dan mentitrasinya sampai titik akhir berwarna
orange.
Menghitung kadar Na2CO3 dan NaHCO3 masing-masing dan susunan prosentase
campuran tersebut
BAB VI
DATA PERCOBAAN & PERHITUNGAN
6.1 Data Percobaan & Perhitungan untuk percobaan A1

Keteranga
Indikator
No n
Nama Larutan
. Univers
PP MO MM LM LB
al
Asam khlorida Larutan
1 TB O M 1 M M
(HCl) 0.1 N asam
Asam khlorida Larutan
2 TB O M 2 M M
(HCl) 1 N asam
Asam sulfat Larutan
3 TB MO M 1 M M
(H2SO4) 0.1 N asam
Asam sulfat Larutan
4 TB MO M 1 M M
(H2SO4) 1 N asam
Asam sulfat
5 - - - - - - -
(H2SO4) 4 N
Asam asetat Larutan
6 TB O M 3 M M
(CH3COOH) 0.1 N asam
Asam asetat Larutan
7 TB O M 2 M M
(CH3COOH) 1 N asam
Asam oksalat Larutan
8 TB MO M 1 M M
(H2C2O4) 0.1 N asam
Asam oksalat Larutan
9 TB MO M 1 M M
(H2C2O4) 1 N asam
Asam nitrat Larutan
10 TB MO M 1 M M
(HNO3) 0.1 N asam
Asam nitrat Larutan
11 TB MO M 1 M M
(HNO3) 1 N asam
Natrium
Larutan
12 hidroksida M K O 12 B B
basa
(NaOH) 0.1 N
Natrium
Larutan
13 hidroksida M K O 13 B B
basa
(NaOH) 1 N
Natrium karbonat Larutan
14 M K O 10 B B
(Na2CO3) 0.1 N basa
Natrium karbonat Larutan
15 M K O 11 B B
(Na2CO3) 1 N basa
Natrium
Larutan
16 bikarbonat M K O 11 B B
basa
(NaHCO3) 0.1 N
17 Natrium M K O 11 B B Larutan
bikarbonat
basa
(NaHCO3) 1 N
Natrium khlorida Larutan
18 (NaCl) 1 N P M K 7 M B garam/net
ral
Amonium
Larutan
19 hidroksida TB K O 10 B B
basa
(NH4OH) 0.1 N
Amonium
Larutan
20 hidroksida TB O O 10 B B
basa
(NH4OH) 1 N
Keterangan :
M = Merah; TB = Tidak berwarna; O = Orange; MO = Merah orange;
K = Kuning; P = Putih; B = Biru

6.2 Data Percobaan & Perhitungan untuk percobaan A2 dan A3

Titrasi Volume awal Volume akhir Volume selisih


I 12.2 ml 18.1 ml 5.9 ml
II 12.8 ml 18.9 ml 6.1 ml

5.9+ 6.1
Vrata-rata = = 6
2

Dik: Dit: NNaOH dan Kadar NaOH?


Voksalat = 10 ml
VNaOH = 6 ml
Noksalat = 0.1000 N
BE NaOH = 40

Jawab:
1. Voksalat . Noksalat = VNaOH . NNaOH
10 ml x 0.1000 N = 6 ml x NNaOH
10 . 0,1000
NNaOH = 6 = 0.1667 N

2. Kadar NaOH
g
3. N = BE
l
g
N= l
BE
g
l = NNaOH x BE NaOH

= 0.1667 x 40
g
=6.667 l
6.3 Data Percobaan & Perhitungan untuk percobaan A4

Titrasi Volume awal Volume akhir Volume selisih


I 0 ml 12.3 ml 12.3 ml
II 24.7 ml 37.3 ml 12.6 ml

12.3+12.6
Vrata-rata = = 12.45
2
Dik: Dit: Kadar CH3COOH dan kadar CH3COOH
dalam %?
ml titrasi = 12.45 ml
N NaOH = 0.1667 N
BE CH3COOH = 60
1000 100
P = 25 x 10 = 400

1. Kadar CH3COOH = ml x N NaOH x BE CH3COOH x P


= 12.45 x 0.1667 x 60 x 400
= 49809.96 mg/l
= 49.80996 g/l
Kadar Asam Asetat
2. % = 1000 x B J x 100 %

49.80996
= 1000 x 1 x 100 %

= 4.98 %
6.4 Data Percobaan & Perhitungan untuk percobaan A5 dan A6

Titrasi Volume awal Volume akhir Volume selisih


I 0 ml 11 ml 11 ml
II 11.5 ml 22.7 ml 11.2 ml

11 +11.2
Vrata-rata = = 11.1
2
Dik: Dit: NHCl dan Kadar HCl?
Vboraks = 10 ml
VHCl = 11.1 ml
Nboraks = 0.1000 N
BE HCl = 36.5

Jawab:
1. Vborakst . Nborakst = VHCl . NHCl
10 ml x 0.1000 N = 11.1 ml x NNaOH
10 . 0,1000
NNaOH = 11.1 = 0.0900 N

2. Kadar NaOH
g
N = BE
l
g
N = l
BE
g
l = NHClx BEHCl

= 0.0900 x 36.5
g
= 3.285 l
6.5 Data Percobaan & Perhitungan untuk percobaan A7

Titrasi Volume awal Volume akhir Volume selisih


I 0 ml 19.6 ml 19.6 ml
II 0 ml 19.7 ml 19.7 ml

19.6+ 19.7
Vrata-rata = = 19.65
2
Dik: Dit: Kadar NaHCO3?
ml titrasi = 19.65 ml
N HCl = 0.0900 N
BE NaHCO3 = 84

1000 100
P = 25 x 25 = 160

1. Kadar NaHCO3 = ml x N HCl x BE NaHCO3 x P


= 19.65 x 0.0900 x 84 x 160
= 23769 mg/l
= 23.769 g/l
6.6 Data Percobaan & Perhitungan untuk percobaan A8
a1 = 1.7 ml b1 = 1.7-5.8 = 4.1 ml
a2 = 1.8 ml b2 = 1.8-5.9 = 4.1 ml

a1+ a 2 1.7+ 1.8


Xa = 2 = 2 = 1.75 ml

b1+ b 2 4.1+4.1
Xb = 2 = 2 = 4.1 ml

106
BE Na2CO3 = 2 = 53

84
BE NaH CO3 = 1 = 84

1000 100
P = 25 x 10 = 400

1. Kadar Na2CO3 =( 2 x a) x N HCl x BE Na2CO3 x P


mg
= (2 x 1.75) x 0.01 x 53 x 400 l
mg
= 7420 l
g
= 7.42 l

2. Kadar NaHCO3 = (b-a) x N HCl x BE NaHCO3 x P


mg
= (4.1 1.75) x 0.01 x 84 x 400 l
mg
= 2.35 x 0.01 x 84 x 400 l
mg
= 7896 l
g
= 7.896 l

Misalkan:
g g
A = 7.42 l dan B = 7.896 l

A
3. % Na2CO3 = A+ B x 100%
g
7.42
l
= g g x 100%
7.42 +7.896
l l
= 48.45 %

B
4. % NaHCO3 = A+ B x 100%

g
7.896
l
= g g x 100%
7.42 +7.896
l l

= 51.55 %

5. % Na2CO3 : % NaHCO3
48.45 % : 51.55 %
1 : 1.06
6.7 Data Percobaan & Perhitungan untuk percobaan A9
a1 = 9 ml b1 = 9-11.4 = 2.4 ml
a2 = 8.9 ml b2 = 8.9-11.3 = 2.4 ml

a1+ a 2 9+8.9
Xa = 2 = 2 = 8.95 ml

b1+ b 2 2.4 +2.4


Xb = 2 = 2 = 2.4 ml

106
BE Na2CO3 = 2 = 53

40
BE NaOH = 1 = 40

1000 100
P = 25 x 10 = 400

1. Kadar Na2CO3 = (2 x b) x N HCl x BE Na2CO3 x P


mg
= (2 x 2.4) x 0.0995 x 53 x 400 l
mg
= 10125.12 l

= 10.1251
g
l

2. Kadar NaOH = (a-b) x N HCl x BE NaOH x P


mg
= (8.95 2.4) x 0.0995 x 40 x 400 l
mg
= 6.55 x 0.0995 x 40 x 400 l
mg
= 10427.6 l
g
= 10.4276 l

Misalkan:

g g
A = 10.1251 l dan B = 10.4276 l
A
3. % Na2CO3 = A+ B x 100%

g
10.1251
l
= g g x 100%
10.1251 +10.4276
l l

= 49.26 %

B
4. % NaOH = A+ B x 100%

g
10.4276
l
= g g x 100%
10.1251 +10.4276
l l

= 50.74 %
5. % Na2CO3 : % NaOH

49.26 % : 50.74 %

1 : 1.03
BAB VII

DISKUSI
7.1 Diskusi untuk percobaan A1
Percobaan A1 ini, dalam menentukan apakah itu larutan asam, basa
atau netral menggunakan indikator MM, MO, PP, Lakmus Merah,
Laksmus Biru dan Universal indikator pH. Saat menggunakan indikator
MM, MO dan PP terdapat kesalahan yaitu ketika meneteskan indikator
tersebut perubahan warna yang diamati oleh praktikan bisa saja salah
tafsir terhadap perubahan warnanya. Ketika menggunakan Universal
indikator pH sangat memungkinkan praktikan juga melakukan
kesalahan yaitu ketika menyocokkan warnanya.
7.2 Diskusi untuk percobaan A2
Percobaan A2 ini, praktikan membuat larutan baku asam oksalat
0.1000 N. Pada saat praktikum, praktikan tidak membuat larutan baku
asam oksalat ini karena alat yang digunakan untuk menimbang ada di
laboratorium lain. Untuk mempersingkat waktu, dosen dan asisiten
telah menyediakan larutan asam oksalat dalam bentuk larutan. Saat
praktikum, memungkinkan terdapat kesalahan yaitu saat praktikan
mengambil larutan yang seharusnya 10 ml atau 25 ml bisa saja tidak
tepat dalam mengambil larutan itu. Kesalahan yang lain adalah ketika
mengocok larutan selama 12 kali bisa saja praktikan melakukannya
kurang dari 12 atau lebih dari 12.
7.3 Diskusi untuk percobaan A3
Pecobaan A3 ini, praktikan menetapkan titar NaOH dengan larutan
baku asam oksalat 0.1000 N. Praktikum ini berhubungan dengan
percobaan A2 karena larutan yang dipakai berasal dari percobaan A2.
Saat praktikum, memungkinkan terdapat kesalahan yaitu saat
praktikan melakukan titrasi dengan larutan NaOH bisa saja dalam
melakukannya tidak sesuai dengan warna yang sesungguhnya.
Kesalahan ini bisa terjadi karena satu tetes saja bisa merubah warna
tersebut jadi praktikan harus benar-benar memerhatikan dalam
melakukan titrasi.
7.4 Diskusi untuk percobaan A4
Percobaan A4 ini, praktikan menetapkan kadar asam asetat / cuka
(CH3COOH) dengan NaOH 0.1 N. Praktikum ini menggunakan N NaOH
bukan 0.1 tetapi menggunakan N NaOH dari hasil perhitungan dalam
percobaan A3. Saat praktikum, memungkinkan terdapat kesalahan
yaitu saat praktikan melakukan titrasi bisa saja perubahan warna yang
terjadi tidak sesuai dengan warna yang sesungguhnya. Oleh karena
itu, praktikan harus berhati-hati dalam penambahan setiap tetes itu.
Karena satu tetes saja bisa merubah warna tersebut.
7.5 Diskusi untuk percobaan A5
Percobaan A5 ini, praktikan membuat larutan baku primer boraks
0.1000 N. Sama seperti percobaan A2, praktikan tidak membuat
larutan baku primer boraks 0.1000 N ini karena alat yang digunakan
untuk menimbang ada di laboratorium lain. Untuk mempersingkat
waktu, dosen dan asisiten telah menyediakan larutan baku primer
boraks dalam bentuk larutan. Saat praktikum, memungkinkan terdapat
kesalahan yaitu saat praktikan mengambil larutan yang seharusnya 10
ml atau 25 ml bisa saja tidak tepat dalam mengambil larutan itu.
Kesalahan yang lain adalah ketika mengocok larutan selama 12 kali
bisa saja praktikan melakukannya kurang dari 12 atau lebih dari 12.
7.6 Diskusi untuk percobaan A6
Percobaan A6 ini, praktikan menetapkan titar HCl dengan larutan baku
boraks 0.1000 N. Percobaan ini, larutan yang digunakan berasal dari
percobaan A5. Saat praktikum, memungkinkan terdapat kesalahan
yaitu saat praktikan melakukan titrasi bisa saja perubahan warna yang
terjadi tidak sesuai dengan warna yang sesungguhnya. Oleh karena
itu, praktikan harus berhati-hati dalam penambahan setiap tetes itu.
Karena satu tetes saja bisa merubah warna tersebut.
7.7 Diskusi untuk percobaan A7
Percobaan A7 ini, praktikan menetapkan kadar NaHCO3. Saat
praktikum, air suling yang dipakai bebas dari CO2. Praktikan bisa saja
melakukan kesalahan dalam melakukan titrasi ini. Oleh karena itu
praktikan harus memerhatikan setiap tetes penambahan tersebut.
7.8 Diskusi untuk percobaan A8
Percobaan A8 ini, praktikan menetapkan kadar campuran Na2CO3 dan
NaHCO3. Percobaan ini berbeda dengan percobaan yang sebelumnya
karena indikator yang dipakai dalam percobaan ini ada 2 yaitu PP dan
MO. Dalam hal ini dipakai 2 indikator karena ada 2 basa yang berbeda
kekuatannya. Perhitungan dalam percobaan ini berbeda dari percobaan
sebelumnya karena dalam perhitungan ini terdapat 2 perhitungan yaitu
mencari kadar Na2CO3 dan NaHCO3. Setelah mencari kadar, selanjutnya
dihitung % Na2CO3 dan % NaHCO3. Kemudian menghitung pebandingan
antara % Na2CO3 dan % NaHCO3. Praktikan bisa saja melakukan
kesalahan dalam melakukan titrasi ini. Oleh karena itu praktikan harus
memerhatikan setiap tetes penambahan tersebut.
7.9 Diskusi untuk percobaan A9
Percobaan A9 ini, praktikan menetapkan kadar campuran NaOH dan
Na2CO3. Sama seperti percobaan A8, percobaan ini juga menggunakan
2 indikator yaitu PP dan MO, mengingat NaOH adalah basa kuat
sedangkan Na2CO3 adalah basa lemah. Perhitungan dalam percobaan
ini berbeda dari percobaan sebelumnya karena dalam perhitungan ini
terdapat 2 perhitungan yaitu mencari kadar Na2CO3 dan NaOH. Setelah
mencari kadar, selanjutnya dihitung % Na2CO3 dan % NaOH. Kemudian
menghitung pebandingan antara % Na2CO3 dan % NaOH. Praktikan
bisa saja melakukan kesalahan dalam melakukan titrasi ini. Oleh
karena itu praktikan harus memerhatikan setiap tetes penambahan
tersebut.
BAB VIII
KESIMPULAN
8.1 Kesimpulan untuk percobaan A1
Indikator
No Jenis pH Universal
. larutan PP MO MM LM LB Secara Secara
+ teori praktek
1 Asam TB O-MO M M M 1-6 1-3
2 Basa M-TB K-O O B B 8-14 10-13
3 Garam P M K M B 7 7
Keterangan :
M = Merah; TB = Tidak berwarna; O = Orange; MO = Merah orange;
K = Kuning;
P = Putih; B = Biru
8.2 Kesimpulan untuk percobaan A2 dan A3
- Asam oksalat yang digunakan adalah 0.1 N
- N NaOH adalah 0.1667 N
- Kadar NaOH adalah 6.667 g/l
8.3 Kesimpulan untuk percobaan A4
- Kadar CH3COOH adalah 49.80996 g/l
- % CH3COOH adalah 4.98 %
8.4 Kesimpulan untuk percobaan A5 dan A6
- Normalitas HCl adalah 0.0900 N
- Kadar HCl adalah 3.285 g/l
8.5 Kesimpulan untuk percobaan A7
- Kadar NaHCO3 adalah 23.769 g/l
8.6 Kesimpulan untuk percobaan A8
- nilai a adalah 1.75 ml
- nilai b adalah 4.1 ml
- kadar Na2CO3 adalah 7.42 g/l
- kadar NaHCO3 adalah 7.896 g/l
- kadar Na2CO3 dalam persen adalah 48.45 %
- kadar NaHCO3 dalam persen adalah 51.55 %
- perbandingan % kadar Na2CO3 dengan % kadar NaHCO3 adalah 1 :
1.06
8.7 Kesimpulan untuk percobaan A9
- nilai a adalah 8.95 ml
- nilai b adalah 2.4 ml
- kadar Na2CO3 adalah 10.1251 g/l
- kadar NaOH adalah 10.4276 g/l
- kadar Na2CO3 dalam persen adalah 49.26%
- kadar NaOH dalam persen adalah 50.74 %
- perbandingan % kadar Na2CO3 dengan % kadar NaOH adalah 1: 1.03
8.1
BAB IX
DAFTAR PUSTAKA
Dhika, Dhian. 2012. Teori Asam dan Basa.
http://mychemistryinfo.blogspot.com/2012/05/teori-asam-basa.html.
Diakses pada tanggal 26 November 2014.
Novirayanti. 2013. Indikator Asam Basa.
http://bisakimia.com/2013/11/09/indikator-asam-basa/. Diakses pada
tanggal 26 November 2014.
Manalu, Marrisna Sri Dewi. 2013. Larutan Baku.
http://marischemistry.blogspot.com/2013/04/larutan-baku.html.
Diakses pada tanggal 26 November 2014.
Nuhiyah, Siti. 2014. Jurnal Praktikum Kimia Umum I. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil Bandung.
2003. Pedoman Praktikum Kimia Umum. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil

Bandung.

Anda mungkin juga menyukai