Anda di halaman 1dari 13

TITRASI ASIDI ALKALIMETRI

I. JUDUL PERCOBAAN
Titrasi asidi alkalimetri

II. PRINISP PERCOBAAN
Reaksi penggaraman dan reaksi netralisasi

III. MAKSUD DANTUJUAN PERCOBAAN
a. Praktikan memahami konsep dasar reaksi penggaraman dan netralisasi
b. Untuk menetahui konsentrasi larutan asam atau basa

IV. REAKSI PERCOBAAN
Titrasi alkalimetri
(COOH)
2
.2H
2
O (COOH)
2
+ 2H
2
O
2 NAOH + (COOH)
2
2COONA + 2H
2
O
NAOH + HCL NACL + H
2
O

V. LANDASAN TEORI
Asidi Alkalimetri adalah suatu analisis titrimetri yang melibatkan titrasi asam-
basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa
bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam yang terbentuk dari
hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa
standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hydrogen dan ion hidroksida akan
membentuk air sebagai hasil akhir dari reaksi ini (Basset,1994).

Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan suatu konsentrasi larutan suatu
zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat lain yang diketahui
konsentrasinya. Pereaksi yang direaksikan disebut larutan baku atau baku standar.
Reaksi penetralan daalm analisis titrimetri lebih dikenal sebagai reaksi asam basa.
Reaksi ini mmenghasilkan larutan yang pH-nya lebih netral. Secara umum metode
titrimetri didasarkan pada reaksi kimia sebagai berikut :
aA + tT produk
dimana a molekul analit A bereaksi dengan t molekul pereaksi T. untuk
menghasilkan produk yang sifat pH-nya netral. Dalam reaksi tersebut salah satu
larutan (larutan standar) konsentrasi dan pH-nya telah diketahui. Saat equivalaen
mol titran sama dengan mol analitnya begitu pula equivalennya berlaku sama.
n
titran
= n
analit
n
eq titran =
n
eq analit
dengan demikian secara stoikiometri dapat ditentukan konsentrasi larutan kedua.
Dalam analisis titrimetri, sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan
sebelum reaksi tersebut dapat dipergunakan, diantaranya:
1. Reaksi itu sebaiknya diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu dan tidak
adanya reaksi sampingan.
2. Reaksi itu sebaiknya diproses sampai benar benar selesai pada titik
ekuivalensi. Dengan kata lain konstanta kesetimbangan dari reaksi tersebut
haruslah amat besar. Maka dari itu dapat teradi perubahan yang besar dalam
konsentrasi analit (atau titran) pada titik ekuivalensi.
3. Diharapkan tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekuivalen
tercapai. Dan diharapkan pula beberapa indicator atau metode instrumental agar
analis dapat menghentikan penambahan titran.
4. Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat dilakukan
hanya beberapa menit.
Dalam praktik dilaboratorium umumnya digunakan larutan dari asam dan basa
dengan konsentrasi yang diinginkan kemudian distandarisasi dengan larutan standar
primer. Reaksi antara zat yang dipilih sebagai standar utama dan asam atau basa
harus memenuhi kerakterstik sebagai berikut:
a. Tersedia dalam bentuk murni atau dalam keadaan yang diketahui
kemurniaannya. Umumnya jumlah total pengotor tidak melebihi 0,01 sampai
0,02% dan diuji adanya pengotor dengan uji kualitatif yang diketahui
kepekaannya.
b. Zat tersebut mudah mongering dan tidak terlalu higroskopis, hal itu
mengakibatkan air akan ikut pada saat penimbangan. Zat itu tidak boleh
kehilangan berat saat terpapar di udara. Pada umumnya hidrat hidrat tidak
digunakan sebagai standar utama.
c. Standar utama sebaiknya memiliki berat ekuivalen tinggi, bertujuan untuk
meminimakan akibat akibat dari kesalahan saat penimbangan.
d. Asam basa itu cenderung kuat, yakni sangat terdisosiasi. Namun, asam basa
lemah dapat digunakan sebagai standar utama, tanpa kerugian yang berarti
khusunya ketika larutan standar itu akan digunakan untuk menganaisis sampel
dari asam atau basa lemah.
Contoh bahan standar utama adalah:
1. (KHC
8
H
4
O
4
) kalium hydrogen falat, umumnya digunakan untuk larutan basa
2. Asam sulfamat (HSO
3
NH
2
) untuk menstandarisasi basa kuat
3. Kalium hydrogen iodat [KH(IO
3
)
2
] untuk larutan basa
4. Asam sulfosalisilat untuk larutan basa
5. Basa organic tris (hidroksimetil) aminometana (CH
2
OH)
3
CNH
3
biasa disebut
TRIS atau THAM untuk standarisasi asam
6. Natrium karbonat (Na
2
CO
3
) untuk standarisasi asam kuat
Berbagai zat asam dan basa, baik organic maupun anorganik dapat ditentukan
dengan titrasi asam basa, diantaranya nitrogen, belerang, boron, karbonat, gugus
fungsi organic, dan lain-lain.

Macam macam titrasi asam basa :
1. Titrasi asam kuat dengan basa kuat
2. Titrasi asam lemah dengan bada kuat
3. Titrasi basa lemah dengan asam kuat
4. Titrasi camuran dua macam asam atau basa yang berbeda tingkat kekuatannya.
Rekasi-reaksi kima yang dapat diterima sebagai dasar penentuan titrimetrik asam-
basa adalah sebagai berikut :
Jika HA meruapakn asam yang akan ditentukan dan BOH sebabagi basa, maka
reksinya adalah : HA + OHA
-
+ H
2
O
Jika BOH merupakan basa yang akan ditentukan dan HA sebagi asam, maka
reaksinya adalah ; BOH + H
+
B
+
= H
2
O
Berikut adalah beberapa istilah dalam titrimetri:
1. Larutan baku : larutan yang konsentrasinya telah atau dapat diketahui dengan
pasti atau yang dapat digunakan untuk mencari konsentrasi zat lain. Rumus
umum untuk mengetahui konsentrasi zat lain dari suatu larutan adalah :


gr = bobot atau berat zat
BE = bobot ekuivalen zat =

(n = foktor ekuivalen)
V = volume larutan

a. larutan baku primer : konsentrasinya dapat diketahui secara langsung
dengan perhitungan sehingga dapay langsung digunakan untuk menetapkan
konsentrasi zat lain. Maka dalam penimbangan dan pembuatannya harus
dilakukan dengan teliti dan akurat.
b. larutan baku sekunder : konsentrasinya tidak dapat diketahui secara
langsung, harus dibakukan dahulu dengan standar primer, baru dapar
digunakan untuk menetapkan konsentrasi zat lain. Tidak seperti halnya baku
primer, dalam penimbangan dan pembuatan larutan baku sekunder tidak harus
teliti dan akurat karena nantinya akan dibakukan dengan larutan baku primer.
2. Titik akuivalen (setara) : titik dimana jumllah titran dengan titrat adalah sama
secara stoikiometris.
3. Titik akhir : titik dimana terjadi perubahan warna atau kekeruhan yang
menandai berakhirnya suatu titrasi. Secara teoritis ekuivalen harus sama
dengan titik akhir.
Penggolongan teknik titrasi :
1. Titrasi langsung (direct titration) : larutan contoh langsung ditirasi dengan
larutan standar, misalnya titrasi antara NaOH dan HCl
2. Titrasi tidak langsung (back titration) : cara iini digunakan jika zat yang
berada di dalam contoh tidak bereaksi dengan larutan baku atau bereaksinya
sangat lamban. Dalam kasus ini harus ditambahkan ke dalam larutan contoh
sejumlah tertentu zat ketiga yang berlebihan, kemudian kelebihan zat ketiga
dititrasi dengan larutan baku.
3. Titrasi penggantian (displacement titration)
Cara ini dilakukan bila ion yang ditetapkan :
- Tidak bereaksi langsung dengan larutan baku
- Tidak bereaksi secara staoikiometri dengan larutan baku
- Tidak saling mempengaruhi (not interact) dengan larutan penunjuk

Terdapat beberapa teori asam basa, yaitu;
1. Teori arhenius, menurut arhnius asam adalah zat yang dalam air menghasilkan
ion H
+
dan basa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion OH
-

HCl (asam) H
+
+ Cl
-

Naoh (basa) Na
+
+ OH
-

Sehingga ion yang bereaksi menghasilkan H
+
+OH
-
H
2
O
2. Teori Bronsted Lowrey.
Asam adalah zat yang dapat melepaskan proton (proton donor), sedangkan
basa adalah zat yang dapat mengikat proton (proto akseptor).
3. Teori Lewis
Asam adalah zat yang dapat mengikat electron (electron akseptor), sedangkan
basa adalah zat yang dapat melepaskan electron (electron donor)
4. Beberapa indicator titrasi asam basa pada table dibawah ini :

Indicator
Low pH
color
Transition pH
range
High pH color
Gentian violet (methyl violet) Yellow 0.0-2.0 Blue-violet
Leucomalachite green (first transition) Yellow 0.0-2.0 Green
Leucomalachite green (second transition) 11.6-14 Colorless
Thymol blue (first transition) 1.2-2.8 Yellow
Thymol blue (second transition) Yellow 8.0-9.6 Blue
Methyl yellow 2.9-4.0 Yellow
Bromophenol blue Yellow 3.0-4.6 Purple
Congo red Blue-violet 3.0-5.0
Methyl orange 3.1-4.4
Bromocresol green Yellow 3.8-5.4
Methyl red 4.4-6.2 Yellow
Methyl red 4.5-5.2
Azolitmin 4.5-8.3 Blue
Bromocresol purple Yellow 5.2-6.8 Purple
Bromothymol blue Yellow 6.0-7.6 Blue
Phenol red Yellow 6.8-8.4
Neutral red 6.8-8.0 Yellow
Naphtholphthalein
Color less to
roddich
7.3-8.7
Cresol red Yellow 7.2-8.8
Phenolphthalein Colorless 8.3-10.0
Tymolphthalein Colorless 9.3-10.5 Blue
Alizarine yellow r Yellow 10.2-12.0
Litmus 4.5-8.3 Blue


VI. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Naraca / timbangan
2. Buret
3. Bulp
4. Labu ukur
5. Pipet ukur
6. Erlenmyer
7. Labu semprot
8. Statif + klaim buret
9. corong
B. Bahan
1. Padatan asam oksalat (COOH)
2
.2H
2
O
2. Larutan NaOH 0,1 N
3. Indicator PP
4. Sampel asam (HCl)

VII. PROSEDUR
Penetapan konsenarsi NaOH 0,1 N dengan bahan baku primer Asam Oksalat
1. Dibuat 100 ml larutan baku primer
2. Dipipet 10 ml larutan tersebut kedalam labu Erlenmeyer
3. Ditambahkan 3 5 tetes indicator PP
4. Ditirasi dengan NaOH 0,1 N dalam buret sampa titik akhir (larutan merah
muda seulas)
5. Dilakukan 2x
Penetapan konsentarsi HCl 0,1 N dengan bahan baku primer borax
1. Dibuat 100 ml larutan baku primer
2. Dipipet 10 ml larutan tersebut ke dalam labu Erlenmeyer
3. Ditambahkan 3 5 tetes indicator MO
4. Ditirasi dengan HCl 0,1 N dalam buret sampai titik akhir (larutan jingga)
5. Dilakukan 2x

VIII. DATA PENGAMATAN
Penetapan konsentrasi HCl 0.1 N dengan bahan baku primer borak
(asidimetri)
Pengerjaan Vol HCl (ml) Vol Na
2
B
4
O
7
(ml)
Simplo 11.8 10
Diplo 10.3 10
Rata - rata 11.05 10


N
1
. 11.05 = 0.1 . 10
N HCl =0.09

Penetapan konsentrasi NaOH 0.1 N dengan bahan baku primer asam oksalat
(alkali)
Pengerjaan Vol NaOH (ml) Vol (COOH)
2

Simplo 11.3 10
Diplo 11.5 10
Rata - rata 11.4 10


N
1
. 11.4 = 0.1 . 10
N NaOH = 0.087

IX. PEMBAHASAN
- Asidimetri
Pada larutan borax ditambahkan indicator metil merah 3 tetes. Fungsi dari
penambahan indicator adalah untuk mengetahui kapan reaksi akan terjadi setelah
mencapai titik akhir. Range pH indicator metil merah adalah 4.2-6.3.
Penambahan indicator menyebabkan adanya perubahan warna yaitu kuning. Larutan
dititrasi dengan HCl 0.1 N dan penitrasian berakhir setelah perubahan warna yaitu
dari kuning menjadi merah muda. Hal ini dipengaruhi oleh adanya ion H+ yang
bersifat asam yang berasal dari larutan HCl penambahan HCl disebabkan oleh prinsip
asidimetri yaitu analisa titrimetric yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya.
HCl digunakan karena merupakan asam kuat.
Reaksi yang terjadi :
Na
2
B
4
O
7
. 10H
2
O + 2HCl 4H
3
BO + 2NaCl + 5H
2
0
Larutan HCl dibakukan dengan borax dimaksudkan untuk menghilangkan gas CO2
yang terbentuk sehingga dapat membuat indicator merubah warna larutan tersebut.
Larutan borax pada percobaan ini berperan sebagai standar primer.

- Alkalimetri
Dalam percobaan ini Asam Oksalat digunakan sebagai standar primer karena tidak
semua standar tersedia dalam keadaan murni. Karena larutan asam oksalat tersedia
dalam komposisi kimia yang jelas dan murni serta larutan tersebut hanya bereaksi
pada kondisi titrasi dan tidak melakukan reaksi sampingan. Larutan Asam Oksalat
tersebut diambil sebanyak 10 ml kemudian ditambahkan dengan indikator pp 3 tetes
dan dititrasinya dengan larutan NaOH yang telah dibuat pada percobaan sebelumnya.
Fungsi penambahan indikator pp untuk mengetahui terjadinya suatu titik ekivalen
dalam proses penitrasian dengan terjadinya perubahan warna pada larutan dari bening
menjadi merah muda. Range pH indikator pp adalah 8,310.

Reaksi yang terjadi :


Perhitungan sesuai dengan prinsip alkalimetri yaitu analisa titrimetri yang
menggunakan basa kuat sebagai titrannya. NaOH merupakan basa kuat. Asam oksalat
kuantitatif harus dititrasi dengan basa kuat.

X. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan adalah :
- proses yang di gunakan dalam menentukan konsentrasi larutan disebut
standarisasi larutan.
- Asidimetri dan alkalimetri merupakan suatu proses penentuan kadar suatu
zat baik asam maupun basa dengan cara titrasi.
- Indicator yang di gunakan dalam titrasi menentukan perubahan warna yang
terjadi,dengan menggunakan indicator yang sesuai maka sifat larutan
tersebut dapat di ketahui.

XI. TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan larutan buffer?
2. Sebutkan macam-macam indicator asam basa ?
3. Gambarkan kurva dibawah ini:
- Asam kuat basa lemah
- Asam kuat basa kuat
- Asam lemah basa lemah
Jawab
1. Larutan buffer adalah larutan yang digunakan untuk mempertahankan
nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia berlangsung. Sifat
yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit dengan
pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Larutan buffer tersusun dari asam lemah
dengan basa konjugatnya atau oleh basa lemah dengan asam konjugatnya.
2. Macam macam indicator asam basa :

Indicator Low pH Transition pH High pH color
color range
Gentian violet (methyl violet) Yellow 0.0-2.0 Blue-violet
Leucomalachite green (first transition) Yellow 0.0-2.0 Green
Leucomalachite green (second transition) 11.6-14 Colorless
Thymol blue (first transition) 1.2-2.8 Yellow
Thymol blue (second transition) Yellow 8.0-9.6 Blue
Methyl yellow 2.9-4.0 Yellow
Bromophenol blue Yellow 3.0-4.6 Purple
Congo red Blue-violet 3.0-5.0
Methyl orange 3.1-4.4
Bromocresol green Yellow 3.8-5.4
Methyl red 4.4-6.2 Yellow
Methyl red 4.5-5.2
Azolitmin 4.5-8.3 Blue
Bromocresol purple Yellow 5.2-6.8 Purple
Bromothymol blue Yellow 6.0-7.6 Blue
Phenol red Yellow 6.8-8.4
Neutral red 6.8-8.0 Yellow
Naphtholphthalein
Color less to
roddich
7.3-8.7
Cresol red Yellow 7.2-8.8
Phenolphthalein Colorless 8.3-10.0
Tymolphthalein Colorless 9.3-10.5 Blue
Alizarine yellow r Yellow 10.2-12.0
Litmus 4.5-8.3 Blue
3.























DAFTAR PUSTAKA
1. Modul praktikum PTK I kimia organic UMJ
2. http://choalialmu89.blogspot.com/2010/10/percobaan-1-asidimetri-dan-
alkalimetri.html
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Asidimetri

Anda mungkin juga menyukai