Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR

Acara : ……

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

Disusun oleh :

Nama : ………………………………………………….

No. Mhs : ………………………………………………….

Hari/Tanggal : ………………………………………………….

Asisten : ……………........……………………………….

LABORATORIUM TEKNOBIO PANGAN


FAKULTAS TEKNOBIOLOGI
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
2014
PENGESAHAN

Acara : ……
…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

…………………………………………………………………………………..

Disusun oleh :

Nama : …………………………………......
No. Mhs : …………………………………......
Hari/Tanggal : …………………………………......

Asisten : …………...................................

Pada tanggal .........................................................

Disahkan oleh :
Asisten praktikum

(..........................................................)
KREDIT NILAI LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Judul Acara : ……………………………………………….

NILAI NILAI NILAI


NO KRITERIA
STANDART REVISI I ACC

I PENDAHULUAN

JUDUL PERCOBAAN 1

TUJUAN PRAKTIKUM 4

II METODE

ALAT DAN BAHAN 5

CARA KERJA 5

III HASIL DAN PEMBAHASAN 50

IV KESIMPULAN 10

V DAFTAR PUSTAKA 5

JUMLAH 80

Nama Mahasiswa :………………..…....


No Mhs :.…………..…………

Mengetahui,
Asisten

(………………………………) (…………….…………………)
I. PENDAHULUAN

A. Judul
Ekstraksi Pelarut

B. Tujuan
B.1 Mengenal suatu metode pemisahan kimia.
B.2 Memahami jenis-jenis metode ekstraksi.
B.3 Mengetahui kadar asam stearat pada PE dan alkohol.
B.4 Mengetahui volume NaOH yang digunakan saat titrasi.
B.5 Mengetahui perubahan warna sebelum dan sesudah titrasi
II. METODE

A. Alat dan Bahan

Alat: Bahan:
a. Buret a. Larutan sabun
b. Gelas ukur b. 10 ml Petroleum Eter
c. Erlenmeyer c. 5 ml NaCl jenuh
d. Pro pipet d. 10 ml H2O (aquades)
e. Pipet ukur e. 2 tetes PP
f. Corong f. 20 ml alkohol
g. Corong pisah g. Larutan NaOH 0,01 N
i. Gelas beker
j. Pipet tetes

B. Cara Kerja
Pada tahap satu, sebanyak 20 ml larutan sabun dimasukkan ke dalam
corong pisah, lalu ditambahkan dengan 10 ml Petroleum Eter dan dikocok selama
kurang lebih 10 menit. Setelah terjadi emulsi / busa, ditambahkan lagi 5 ml
larutan NaCl jenuh dan kembali dikocok selama kurang lebih 10 menit. Setelah
dikocok, larutan kemudian didiamkan terlebih dahulu, lalu dipisahkan antara
larutan PE dengan larutan sabun. Setelah itu, larutan PE ditaruh di dalam
erlenmeyer dan larutan sabun ditaruh di dalam gelas beker. Larutan sabun kembali
dimasukkan ke dalam corong pisah untuk diekstraksi dan percobaan diulangi
sebanyak tiga kali, hingga didapatkan volume PE sebanyak 30 ml.
Pada tahap kedua, larutan PE yang sebelumnya ada di dalam erlenmeyer
dimasukkan ke dalam corong pisah, lalu ditambahkan dengan 10 ml H2O (aquades)
dan 2 tetes PP sehingga warna larutan menjadi merah muda. Setelah itu, larutan
dikocok selama kurang lebih 10 menit kemudian didiamkan hingga kedua larutan
membentuk dua lapisan (terpisah). Larutan air dan PE dipisahkan, lalu larutan air
dibuang. Setelah itu, ditambahkan lagi 10 ml H2O dan 2 tetes PP, serta percobaan
dilakukan berulang kali hingga air tidak basa lagi (warnanya bening).
Pada tahap ketiga, larutan PE dari tahap kedua di dalam corong pisah
ditambahkan dengan 20 ml alkohol. Setelah itu, larutan dikocok selama kurang
lebih 10 ml lalu didiamkan. Larutan alkohol dan PE kemudian dipisahkan, larutan
alkohol dimasukkan ke dalam erlenmeyer 1, dan larutan PE dimasukkan ke
larutan ke dalam erlenmeyer 2. Larutan alkohol dan larutan PE masing-masing
ditambahkan 2 tetes PP, serta dititrasi dengan larutan NaOH 0,01 N yang terdapat
dalam buret. Setelah itu, dihitung kadar asam stearat dalam sabun. Kadar asam
stearat dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

% Asam Stearat PE = Vpengenceran sabun x NNaOH x V NaOH x BM asam stearat


VPE x 100%
Berat sabun

% Asam Stearat = Vpengenceran sabun x NNaOH x V NaOH x BM asam stearat


Alkohol VAlkohol x 100%
Berat sabun
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Percobaan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, berikut disajikan tabel hasil


ekstraksi pelarut:

Tabel 1. Hasil Kadar Asam Stearat dari Titrasi Petroleum Eter


Vol. Vol. % Asam
No. Vol. Sabun Vol. PE Berat Sabun
Alkohol NaOH Stearat
1 400 ml 30 ml 500 mg - 1,1 ml 8,34%

Tabel 2. Hasil Kadar Asam Stearat dari Titrasi Alkohol


Vol. Vol. % Asam
No. Vol. Sabun Vol. PE Berat Sabun
Alkohol NaOH Stearat
1 400 ml 20 ml 500 mg 20 ml 28 ml 318,61%

Tabel 3. Hasil Perubahan Setelah Titrasi (PE)


No. Perubahan Sebelum Sesudah
1 Warna Keruh Merah Muda
2 Volume 30 ml 1,1 ml

Tabel 4. Hasil Perubahan Setelah Titrasi (Alkohol)


No. Perubahan Sebelum Sesudah
1 Warna Bening Merah Muda
2 Volume 20 ml 28 ml

Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat


menjadi komponen-komponen yang terpisah. Ada dua syarat agar pelarut dapat
digunakan di dalam proses ekstraksi, yaitu pelarut tersebut harus merupakan
pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi dan pelarut tersebut harus dapat
terpisah dengan cepat setelah pengocokan. Dalam pemilihan pelarut yang harus
diperhatikan adalah toksisitas, ketersediaan, harga, sifat tidak mudah terbakar,
rendahnya suhu kritis, dan tekanan kritis untuk meminimalkan biaya operasi serta
reaktivitas (Williams, 1981).
Ekstraksi dengan pelarut (solvent extraction) biasanya dilakukan pada
ekstraksi lemak. Pelarut yang digunakan harus dipilih dengan tepat agar terikutnya
bahan-bahan non lemak dapat dicegah sehingga tidak mengganggu proses
pemurnian lemak kasarnya. Proses ekstraksi dapat dilakukan pada bahan dasar
yang masih utuh atau pada bahan yang sudah dikeluarkan lemaknya dengan cara
pengepresan (Makfoeld, 2006). Ada beberapa contoh pelarut yaitu heksan,
petroleum eter, dan metil isobutil keton. Ketiganya termasuk pelarut organik
(Amiarsi dkk., 2006).
Menurut Lumantow (2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan suatu pelarut pada ekstraksi, yaitu:
1. Selektivitas
Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan, bukan
komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada
ekstraksi bahan-bahan alami, sering juga bahan lain (misalnya lemak, resin) ikut
dibebaskan bersama-sama dengan ekstrak yang diinginkan. Dalam hal itu larutan
ekstrak tercemar yang diperoleh harus dibersihkan, yaitu misalnya di ekstraksi
lagi dengan menggunakan pelarut kedua.
2. Kelarutan
Pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang
besar (kebutuhan pelarut lebih sedikit).
3. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi cair-cair pelarut tidak boleh (atau hanya secara terbatas)
larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan
Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin terdapat perbedaaan
kerapatan yaitu besar amtara pelarut dan bahan ekstraksi. Hal ini dimaksudkan
agar kedua fasa dapat dengan mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran
(pemisahan dengan gaya berat). Bila beda kerapatan kecil, seringkali pemisahan
harus dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal (misalnya dalam
ekstraktor sentrifugal).
5. Reaktifitas
Pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia
pada komponen-komponen bahan ekstraksi. Sebaliknya dalam hal-hal tertentu
diperlukan adanya reaksi kimia (misalnya pembentukan garam) untuk
mendapatkan selektivitas yang tinggi. Seringkali ekstraksi juga disertai dengan
reaksi kimia. Dalam hal ini bahan yang akan dipisahkan mutlak harus berada
dalam bentuk larutan.
6. Titik didih
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara
penguapan, destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh
terlalu dekat, dan keduanya tidak membentuk aseotrop. ditinjau dari segi ekonomi,
akan menguntungkan jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu
tinggi (seperti juga halnya dengan panas penguapan yang rendah).
Terdapat dua jenis metode ekstrasi, yaitu ekstraksi cara panas dan
ekstraksi cara dingin. Contoh ekstrasi dingin adalah maserasi dan perkolasi,
sedangkan ektraksi panas adalah refluks, sokletasi, dan digesti. Maserasi adalah
proses perendaman sampel untuk menarik komponen yang diinginkan dengan
kondisi dingin diskontinyu. Keuntungannya yakni lebih praktis, pelarut yang
digunakan lebih sedikit, dan tidak memerlukan pemanasan, tetapi waktu yang
dibutuhkan relatif lama (Kristanti, 2008). Perkolasi adalah proses ekstraksi dingin
dengan mengalirkan pelarut secara kontinyu dalam waktu tertentu, yang
selanjutnya diuapkan dengan rotafavor (Meles, 2012).
Refluks dikerjakan pada kondisi panas diskontinyu, sedangkan sokletasi
dikerjakan pada kondisi panas kontinyu. Keuntungan refluks dibandingkan
sokletasi yakni pelarut yang digunakan lebih sedikit dan bila dibandingkan dengan
maserasi dibutuhkan waktu ekstraksi yang lebih singkat (Kristanti, 2008). Digesti
adalah metode ekstraksi dengan cara maserasi kinetik (pengadukan kontinyu)
menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu 400 – 500C. Cara maserasi ini
hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan (Arni, 2012).
Menurut Lumantow (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
ekstraksi, diantaranya:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal.
Semakin kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair;
sehingga laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak
untuk berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan
pelarut pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat
dapat bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada
awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan naik
dan laju ekstraksinya turun, pertama karena gradien konsentrasi akan berkurang
dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental.
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di
dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk
memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses
difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat
pelarut.
Pelarut non polar ialah pelarut yang molekulnya tidak polar, tidak dapat
menghantarkan arus listrik misalnya hidrokarbon. Sedangkan pelarut polar ialah
pelarut yang molekulnya polar, yang dapat menghantarkan arus listrik, terutama
jika mengandung ion misalnya air, asam asetat glasial, dan amonia cair
(Pudjaatmaka, 2002). Ekstrasi dengan metode maserasi menggunakan prinsip
kelarutan. Prinsip kelarutan adalah “like dissolves like”, yaitu pelarut polar akan
melarutkan senyawa polar, demikian juga sebaliknya pelarut nonpolar akan
melarutkan senyawa nonpolar, serta pelarut organik akan melarutkan senyawa
organik. Ekstraksi senyawa aktif dari suatu jaringan tanaman dengan berbagai
jenis pelarut pada tingkat kepolaran yang berbeda bertujuan untuk memperoleh
hasil yang optimum, baik jumlah ekstrak maupun senyawa aktif yang terkandung
dalam contoh uji (Purba, 2011).
Sabun termasuk salah satu jenis surfaktan yang terbuat dari minyak atau
lemak alami. Surfaktan mempunyai struktur bipolar. Bagian kepala bersifat
hidrofilik dan bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat inilah sabun mampu
mengangkat kotoran (biasanya lemak) dari badan dan pakaian (Dayat, 2013)
Asam stearat adalah campuran asam organik yang sebagian terbesar terdiri
dari asam stearat dan asam palmitat. Asam stearat berupa padatan menyerupai
lilin benvarna putih sampai kekuning-kuningan yang digunakan untuk keperluan
umum (Anonim, 2006). Asam stearat termasuk ke dalam asam lemak jenuh
(saturated fatty acid / SFA) dan rantai hidrokarbonnya tidak mempunyai ikatan
rangkap (Tuminah, 2009).
Untuk mencari kadar asam stearat dalam PE dan alkohol dapat
menggunakan rumus:
% Asam Stearat PE = Vpengenceran sabun x NNaOH x V NaOH x BM asam stearat
VPE x 100%
Berat sabun

% Asam Stearat
Alkohol = Vpengenceran sabun x NNaOH x V NaOH x BM asam stearat
VAlkohol x 100%
Berat sabun
Pada percobaan didapatkan kadar asam stearat dalam PE sebesar 8,34%,
sedangkan kadar asam stearat dalam alkohol sebesar 318,61%. Perbedaan
persentase yang signifikan ini terjadi karena asam stearat lebih mudah larut pada
alkohol dibandingkan dengan PE. Hal ini disebabkan karena, di dalam alkohol
terdapat gugus OH- dan asam stearat juga mempunyai gugus OH-, sehingga dapat
terjadi ikatan hidrogen yang menyebabkan daya larut asam stearat lebih besar ke
alkohol karena daya tariknya lebih kuat.
Reaksi yang terjadi pada percobaan ini adalah reaksi antara C17H35COOH
dengan NaOH pada saat titrasi. Titrasi menggunakan indikator PP yang
menunjukkan perubahan warna pada trayek pH 8-10. NaOH yang merupakan basa
kuat akan membuat suasana basa pada titik akhir titrasi. Perubahan warna oleh PP
terlihat ketika ion stearat bereaksi sempurna dengan natrium sehingga terbentuk
sodium stearat dalam suasana basa. Selama titrasi berlangsung, ion stearat
(C17H35COOH-) bereaksi dengan ion natrium (Na+) membentuk sodium stearat.
Reaksinya adalah sebagai berikut:
C17H35COOH- + Na+ C17H35COONa
Pada percobaan ini, proses ekstraksi pelarut menggunakan corong pemisah.
Pada saat larutan dikocok, tutup keran sesekali harus dibuka untuk menghindari
pecahnya corong pemisah akibat tekanan gas yang ditimbulkan dari pengocokan
larutan tersebut.
Pada percobaan ini berlaku hukum “Like Dissolves Like” yang menyatakan
bahwa larutan polar dan non polar tidak akan bercampur. Begitu juga dengan
larutan yang ekstraksi di dalam corong pemisah, dapat dilihat ketika petroleum
eter dicampurkan dengan aquades guna membasakan larutan tersebut. Setelah
larutan dikocok dan didiamkan beberapa saat akan terlihat dua larutan yang
memisah. Petroleum eter merupakan pelarut yang besifat senyawa polar
sedangkan alkohol pelarut yang memiliki fungsi yang sama dengan aquades
merupakan senyawa polar hal ini lah yang mengakibatkan terjadinya pemisahan
diantara kedua larutan tersebut.
Fungsi dari pengocokkan ini agar zat pelarut terdistribusi dalam kedua
pelarut yang tak saling campur. Larutan yang ada di dalam corong pisah setelah
diekstraksi didiamkan beberapa saat. Tujuannya adalah agar kedua larutan dalam
corong pisah dapat membentuk dua lapisan yang sudah benar-benar terpisah,yang
pada langkah selanjutnya kedua larutan akan dipisahkan. Pada percobaan
dilakukan pencucian berulang kali dengan ditambahkan aquades, fungsinya untuk
menghilangkan sifat basa dari PE yang dapat ditandai dengan perubahan warna
indikator PP dari yang berwarna merah muda hingga menjadi bening.
Aquades sendiri merupakan pelarut yang digunakan sebagai pelarut yang
mudah larut dalam sabun, dan sebagai pelarut sabun yang masih terlarut pada PE.
Petroleum eter berfungsi sebagai pengikat asam lemak pada sabun. Pada
percobaan digunakan NaOH yang berfungsi sebagai titran yang digunakan pada
tahap akhir ekstraksi pelarut. Larutan NaCl yang digunakan berperan sebagai
emulgator bagi PE (non polar) dan air sabun (polar).
Setelah lapisan PE tidak bersifat basa (berwarna bening), ditambahkan
alkohol ke dalam corong pemisah. Alkohol berfungsi untuk membantu pengikatan
asam stearat oleh PE. Alkohol sebagai pelarut polar akan menarik zat lain yang
bersifat asam sehingga asam stearat yang merupakan senyawa non polar terikat
oleh PE yang merupakan pelarut non polar.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan:


1. Metode pemisahan kimia yang digunakan dalam percobaan ini adalah
ekstraksi dengan menggunakan pelarut.
2. Jenis-jenis metode ekstraksi dibagi menjadi dua, yaitu ekstraksi dingin
(maserasi dan perkolasi), serta ekstraksi panas (digesti, refluks, dan
sokletasi).
3. Kadar asam stearat dalam PE adalah 8,34%, dan kadar asam stearat dalam
alkohol adalah 318,61%.
4. Volume NaOH yang digunakan sebesar 1,1 ml (titrasi PE), dan 28 ml
(titrasi alkohol).
5. Sebelum titrasi, warna larutan bening dan sesudah dititrasi warnanya
berubah menjadi merah muda.
DAFTAR PUSTAKA

Amiarsih, D., Yulianingsih, dan S.D., Sabari. 2006. Pengaruh Jenis dan
Perbandingan Pelarut terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Atsiri Mawar.
Jurnal Hortikultura 16(4): 356-359.
Anonim. 2006. Asam Stearat.
http://pustan.bpkimi.kemenperin.go.id/files/SNI%2006-2885-1992.PDF.
Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014.
Arni, Arnianty. 2012. Ekstraksi Digesti.
https://www.academia.edu/5487094/Ekstraksi_Digesti. Diakses pada
tanggal 7 Oktober 2014.
Dayat, Suryana. 2013. Cara Membuat Sabun. CreateSpace, USA.
Kristianti, A. N. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Airlangga University Press, Surabaya.
Lumantow, Chindy Alies Chinthya. 2013. Ekstraksi.
http://nurul.kimia.upi.edu/arsipkuliah/web2013/1106139/blog-single-with
image-ekstraksi.html. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014.
Makfoeld, Djarir. 2006. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi. Kanisius, Yogyakarta.
Meles, Dewa Ketut. 2012. Farmakologi Obat Herbal.
http://repo.unair.ac.id/data/bahan_kuliah/fkh/12%20FARMAKOLOGI%
0BAT%20HERBAL.ppt. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014.
Pudjaatmaka. 2002. Kamus Kimia. Balai Pustaka, Jakarta.
Purba, C.Y.C. 2011. Ekstraksi.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/53776/BAB%20I
%2Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=2. Diakses pada tanggal 7 Oktober
2014.
Tuminah, Sulistyowati. 2009. Efek Asam Lemak Jenuh dan Asam Lemak tak
Jenuh “Trans” terhadap Kesehatan.
http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/viewFile/751/1685
Diakses pada tanggal 7 Oktober 2014.
Williams, D.F. 1981. Extraction with Supercritical Gases. Chem. Engineering Sci.
36(11): 1769-1788.
LAMPIRAN

Diketahui:
Vol. pengenceran sabun = 400 ml
Vol. PE = 30 ml
Vol. Alkohol = 20 ml
Vol. NaOH (titrasi PE) = 1,1 ml
Vol. NaOH (titrasi alkohol) = 28 ml
Berat sabun = 500 mg
N NaOH = 0,01 N
BM asam stearat = 284,47

Ditanya:
1. % Asam stearat dalam PE?
2. % Asam stearat dalam alkohol?

Perhitungan:
1. Kadar asam stearat dalam PE

% Asam Stearat PE = Vpengenceran sabun x NNaOH x V NaOH x BM asam stearat


VPE x 100%
Berat sabun

= 400 ml x 0,01 N x 1,1 ml x 284,47


30 ml x 100%
500 mg

= [(13,33 x 0,01 x 1,1 x 284,47) / 500] x 100%


= 41, 7118361 x 100% = 8,34%
500
2. Kadar asam stearat dalam alkohol

% Asam Stearat = Vpengenceran sabun x NNaOH x V NaOH x BM asam stearat


Alkohol VAlkohol x 100%
Berat sabun

= 400 ml x 0,01 N x 28 ml x 284,47


20 ml x 100%
500 mg
= [(20 x 0,01 x 28 x 284,47) / 500] x 100%
= 1593,032 x 100%
500
= 318,61%

Anda mungkin juga menyukai