Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN MINGGUAN

PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Judul Percobaan : Pemisahan dan Pemurnian


Tanggal Pelaksanaan :

Disusun Oleh:

Nama :
NIM :
Program Studi :
Kelompok : A
Asisten Praktikum :
NIM Asisten :

LABORATORIUM KIMIA DASAR


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam ilmu kimia pemisahan dan pemurnian campuran sangat penting
dan diperlukan. Dalam praktikum kimia, pemisahan dan pemurnian dilakukan
untuk mendapatkan zat murni dari suatu campuran. Biasanya zat murni telah
tercemar dengan zat-zat lain yang dapat membentuk campuran yang bersifat
homogen dan heterogen yang bergantung pada jenis komponen yang
tergantung didalamnya. Zat murni ada dua, yaitu unsur dan senyawa,
sedangkan campuran merupakan gabungan dua zat murni dengan komposisi
sembarang, zat murni yang telah tercemar mengandung zat-zat lain dalam
bentuk gas, cair ataupun padatan.
Dibumi jarang terdapat materi dalam keadaan murni, melainkan dalam
bentuk campuran. Contohnya air laut terdiri dari air dan berbagai zat yang
tercampur didalamnya. Misalnya garam. Tanah terdiri atas berbagai senyawa
dan unsur, baik dalam wujud padat, cair atau gas. Udara yang kita hirup
setiap hari mengandung bermacam-macam unsur dan senyawa seperti
oksigen, nitrogen, uap air dan sebagainya.
Pada pekerjaan-pekerjaan di laboratorium banyak melibatkan pemisahan
campuran seperti dalam pengolahan minyak bumi dan logam-logam. Untuk
dapat melakukan hal tersebut dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan.
Oleh karena itu, harus mengetahui dan mempelajari bagaimana cara-cara
pemisahan tersebut dalam praktikum kimia ini.
Untuk memperoleh zat murni, maka zat tersebut harus dipisahkan dari
campurannya yaitu dengan dilakukannya suatu sistem yang dapat
memisahkan antara zat murni dengan bahan-bahan pencemar atau lainnya
pada suatu campuran yakni pemisahan dan pemurnian.
Banyak cara atau teknik yang dilakukan dalam pemisahan campuran.
Hal. tersebut bergantung pada jenis wujud dan sifat komponen yang
terkandung didalamnya, seperti pemisahan zat padat dan suspensi, pemisahan
zat padat dari larutan, pemisahan campuran zat cair , pemisahan campuran
dua jenis padatan.
Oleh karena itu dilakukan praktikum kimia dasar tentang pemisahan dan
pemurnian ini agar kita dapat mengetahui berbagai cara pemisahan dan
pemurnian larutan. Dalam proses pemisahan dan pemurnian ini juga, kita
dapat mempelajari berbagai jenis zat murni dan berbagai jenis zat campuran
agar kita dapat melakukan metode pemisahan dan pemurnian yang tepat,
sesuai dengan jenis campuran yang ada. Dengan adanya pengenalan pada
prsoses pemisahan dan pemurnian serta langsung dilakukan pada percobaan
ini, diharapkan kita dapat mengatasi krisis sumber air yang kini masih
menjadi masalah besar dalam kehidupan sehari-hari kita dan dan kita dapat
memahami tentang metode-metode pemisahan dan pemurnian. Dimana
metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah dekantasi, kristalisasi,
sublimasi, ekstraksi, adsorbsi dan filtrasi. Dengan itu, kita juga dapat
mengetahui proses pemisahan dan pemurnian tersebut sehingga prinsipnya
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Percobaan


 Untuk mengetahui perubahan warna sirup setelah disaring menggunakan
kertas saring dan norit yang telah dihaluskan dengan metode adsorbsi
 Untuk mengetahui hasil dari naftalena dengan garam dalam proses
sublimasi
 Untuk mengetahui hasil yang didapatkan pada proses pemisahan dan
pemurnian dengan metode dekantasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam kehidupan sehari-hari, segala sesuatu yang ada di sekitar kita
merupakan suatu materi, dimana yang disebut sebagai materi itu adalah sesuatu
yang memiliki massa dan menempati ruang. Secara umum materi itu dapat
dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu (Brady, 1999):
1. Zat Murni
Setiap zat murni baik unsur maupun senyawa terbentuk dari partikel
kecil yang sama ukuran dan massanya. Partikel suatu unsur disebut atom
dan partikel senyawa disebut molekul (Syukri, 1999).
Zat adalah materi yang susunan dan komponen penyusunnya sama.
Zat murni memiliki komposisi konstan. Salah satu cara untuk
membedakan antara zat murni dan campuran adalah dengan mengukur
titik leleh atau titik didih. Suhu zat murni akan tetap konstan ketika
meleleh, misalnya es. Es akan meleleh pada suhu 0° C dan suhu ini tetap
sama sampai semua es meleleh. Tetapi jika campuran dilelehkan biasanya
suhu akan berubah secara bertahap ketika zat padat tersebut diubah
seluruhnya menjadi cairan. Perbedaan sifat ini sering kali digunakan
sebagai pengujian untuk perbedaan bahan itu murni atau tidak. Jika suhu
tetap, sementara bahan itu meleleh, maka bahan itu termasuk murni. Tetapi
jika suhu berubah sementara bahan tersebut tidak meleleh, maka zat
tersebut tidak termasuk zat murni melainkan campuran. Adapun zat murni
dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu (Kleinfelter, 1979) :
 Unsur
Unsur adalah materi yang tidak dapat diuraikan dengan reaksi
kimia menjadi zat yang lebih sederhana, contohnya adalah hydrogen,
oksigen, besi, tembaga, dan sebagainya (Syukri, 1999).
Unsur adalah materi yang paling sederhana dan tidak dapat
diuraikan menjadi zat-zat lain secara kimia. Zat seperti hidrogen dan
oksigen disebut zat tunggal yang secara kimia tidak dapat diuraikan
menjadi zat lain yang lebih sederhana, disebut unsur. Beberapa contoh
unsur dalam kehidupan sehari-hari adalah besi, aluminium, emas,
timah, tembaga, karbon, oksigen, hidrogen, beleran, serta perak
(Chang, 2005).
 Senyawa
Senyawa adalah materi yang dibentuk dari dua zat atau lebih
dengan perbandingan tertentu. Jadi, senyawa masih dapat diuraikan
menjadi unsur pembentukannya. Contohnya adalah air (H2O =
hydrogen dan oksigen). Unsur dan senyawa disebut zat tunggal karena
partikel terkecilnya satu macam (Syukri, 1999).
Senyawa adalah zat tunggal yang dapat diuraikan menjadi zat
yang lebih sederhana. Jumlah senyawa jauh lebih banyak dari jumlah
unsur. Pada tahun 1799, seorang ilmuwan Prancis bernama Josep
Louis Proust (1754 – 1826) menemukan satu sifat yang terpenting
dalam senyawa yaitu yang disebut Hukum Perbandingan Tetap. Proust
menyimpulkan bahwa perbandingan massa unsur dalam suatu senyawa
adalah tertentu atau tetap. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan
sifat senyawa sebagai berikut (Brady, 1999) :
a) Tergolong zat tunggal
b) Dapat diuraikan menjadi zat yang lebih sederhana
c) Terbentuk dari dua jenis unsur atau lebih dengan perbandingan
tertentu
d) Mempunyai sifat tertentu yang berbeda dari sifat unsur
penyusunnya
2. Campuran
Berbeda dengan unsur dan senyawa, campuran adalah gabungan dua
zat tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarang. Contohnya adalah
campuran antara unsur nitrogen dan oksigen, dan antara besi dan belerang
(Chang, 1998).
Campuran adalah bahan yang terdiri dari dua zat atau lebih yang
mempunyai sifat zat asalnya, atau secara singkat campuran dapat diartikan
pula sebagai gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan perbandingan
sembarang. Campuran dapat terjadi antara unsur dengan unsur, contohnya
unsur hidrogen dan oksigen. Campuran juga dapat terjadi antara senyawa
dengan senyawa, contohnya air dengan alkohol. Selain itu campuran juga
dapat terjadi antara unsur dengan senyawa, contohnya hidrogen dan uap
air. Campuran dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu (Kleinfelter, 1979) :
 Campuran homogen, menurut Sastrohamidjojo (2001) terdiri atas fasa
tunggal yang mempunyai sifat-sifat yang sama. Menurut Kleinfelter
(1979) campuran homogen adalah campuran yang berupa larutan
dimana dalam larutan tersebut terdapat zat-zat yang sulit dibedakan.
Campuran homogen juga dapat diartikan sebagai penggabungan dua
zat tunggal atau lebih yang semua partikel menyebar merata
membentuk satu fasa. Yang disebut dengan satu fasa adalah zat yang
sifat dan komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian yang
lain didekatnya. Contoh campuran homogen adalah alkohol dan air,
serta air dan gula.
 Campuran heterogen, menurut Sastrohamidjojo (2001) terdiri atas
fasa-fasa tersendiri, dan sifat-sifat yang teramati merupakan gabungan
dari pada fasa-fasa tunggal. Menurut Kleinfelter (1979), campuran
heterogen adalah campuran yang suspensi, koloid, dan zat-zat dalam
campuran tersebut mudah untuk dibedakan. Campuran heterogen juga
dapat diartikan sebagai penggabungan yang tidak merata antara dua zat
tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan
yang lainnya tidak sama. Contoh campuran heterogen adalah campuran
air dengan minyak tanah.
Campuran juga dapat digolongkan menjadi larutan, suspensi, dan koloid.
 Larutan, didefinisikan sebagai zat homogen yang merupakan campuran
dari dua komponen atau lebih, yang dapat berupa gas, cairan atau
padatan. Dua pengertian yang penting dalam larutan adalah solute (zat
yang dilarutkan) dan solven (zat pelarut). Pengertian ini dapat
dinyatakan bila senyawa dalam jumlah yang lebih besar maka disebut
solven dan untuk senyawa yang berada dalam jumlah yang kecil
disebut solute. Meskipun demikian, pernyataan ini dapat dibalik bila ia
lebih tepat. Sebagai contoh, larutan asam sulfat dan air. Asam sulfat
seringkali dinyatakan sebagai solute dan air sebagai solven untuk
senyawa yang lebih kecil. Proses pelarutan dipengaruhi oleh suhu,
pengadukan, atau jika zat terlarut lebih halus (Sastrohamidjojo, 2001).
 Suspensi adalah campuran kasar dan tampak heterogen. Antar
komponennya masih terdapat bidang batas dan sering kali dapat
dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Istilah suspensi biasanya
dimaksudkan untuk campuran heterogen dan suatu zat padat dalam zat
cair. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil. Zat tersuspensi lambat
laun terpisah karena gravitasi. Suspensi dapat dipisahkan melalui
penyaringan (Chang, 2005).
 Koloid, adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara
larutan dan suspensi. Secara makroskopis koloid tampak homogen,
tetapi jika diamati dengan mikroskop ultra akan tampak heterogen,
masih dapat dibedakan atas komponennya. Koloid umumnya keruh
tetapi stabil, campuran koloid tidak dapat disaring (Chang, 2005).
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa materi dapat dibagi atas zat murni
(tunggal) dan campuran (majemuk). Ada dua zat murni yaitu unsur dan senyawa.
Senyawa terbentuk dari dua unsur atau lebih dengan komposisi tertentu,
sedangkan campuran adalah gabungan dua zat murni dengan komposisi
sembarang. Campuran dapat diubah menjadi zat murni atau sebaliknya, zat murni
dapat menjadi campuran. Kedua proses ini termasuk peristiwa fisika, demikian
juga beberapa unsur dapat bersatu membentuk senyawa dan sebaliknya, senyawa
dapat diuraikan menjadi unsur-unsurnya. Perubahan ini termasuk perubahan kimia
(Sastrohamidjojo, 2001).
Setiap zat murni baik unsur maupun senyawa terbentuk dari partikel kecil
yang sama ukuran dan massanya. Partikel suatu unsur disebut atom dan partikel
senyawa disebut molekul (Syukri, 1999).
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia. Pemisahan
secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan. Sedangkan secara kimia,
suatu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga dapat dipisahkan
(Syukri, 1999).
Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada jenis, wujud, dan zat
serta sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Jika komponen berwujud
padat dan cair, misalnya pasir dan air, maka dapat dipisahkan dengan saringan.
Saringan bermacam-macam, mulai dari yang berpori halus contohnya kertas
saring dan selaput semi perbal. Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan
atau padatan dari pelarut. Selaput semi perbal dipakai untuk memisahkan suatu
koloid dari pelarutnya (Chang, 1998).
Pemisahan dan pemurnian campuran dengan teknik kimia, dapat dibedakan
menjadi :
 Sublimasi (penyubliman), adalah pemisahan komponen yang dapat
menyublim dari komponen yang tidak dapat menyublim. Penyubliman
adalah peralihan secara langsung suatu zat, dari padat ke gas/uap (dapat
juga kembali ke wujud padat lagi), atau dari gas/uap ke padat, tanpa
melalui fase cair. Ini adalah salah satu metode pemurnian untuk senyawa-
senyawa yang dapat menyublim (misalnya yodium, amonium klorida,
arsenitrioksida, dan sebagainya) (Kleinfelter, 1991).
 Destilasi (penyulingan), adalah pemisahan komponen-komponen yang
mudah menguap dari suatu campuran cair dengan cara menguatkannya.
Jadi, destilasi adalah suatu proses penguapan yang diikuti pengembunan.
Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dari campuran apabila
komponen lain tidak ikut menguap berdasarkan titik didih. Contohnya
pemisahan air tawar dari air laut. Destilasi ada dua, yaitu destilasi dan
destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat adalah pemisahan dua jenis cairan
yang sama-sama mudah menguap atau sulit dimurnikan sehingga
mencapai tingkat kemurnian tinggi. Proses pengulangan ini terjadi pada
kolom fraksionasi yang terdiri atas beberapa plat, dimana pada setiap plat
terjadi pengembunan (Kleinfelter, 1979).
Dasar pemisahan destilasi adalah perbedaan titik didih dua cairan atau
lebih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih
rendah akan menguap lebih dulu. Dengan mengatur suhu secara cermat,
kita dapat menguapkan air ke tabung pendingin (Syukri, 1999).
 Kromatografi, adalah pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan zat-zat
terlarut yang bergerak bersama-sama dengan pelarutnya pada permukaan
suatu benda penyerap. Macam-macam kromatografi, antara lain:
kromatografi kolom, kertas, lempeng tipis, gas, cairan-padat, gas-cairan,
lapis tipis, penukar ion, penyaringan sel, dan elektriforesis (Kleinfelter,
1979).
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai wujud
baik padat, cair, maupun gas. Cara ini dipakai jika campuran tidak dapat
dipisahkan dengan cara yang lain. Dasar kromatografi adalah perbedaan
daya serap suatu zat dengan zat lainnya. Jika komponen campuran
(misalnya A, B, C) dialirkan dengan suatu pelarut melalui padatan
tertentu, maka A, B, dan C akan bergerak dengan kecepatan berbeda
karena daya serap padatan itu terhadap komponen tidak sama. Cairan atau
pelarut yang membawa komponen bergerak disebut fasa bergerak,
sedangkan padatan yang menyerap komponen disebut adsorbsen atau fase
tetap. Syarat fase bergerak harus dapat melarutkan semua komponen dan
dapat mengalir, maka hasil akhir berupa cairan atau gas. Berdasarkan jenis
fase bergerak dan adsorbsennya, kromatografi dapat dibagi menjadi empat
yaitu (Syukri, 1999) :
 Kromatografi kolom
 Kromatografi kertas
 Kromatografi tempeng tipis
 Kromatografi gas
Adapun pemisahan dan pemurnian campuran dengan teknik fisis, antara
lain :
 Filtrasi (penyaringan), adalah pemisahan zat padat dari suatu larutan
berdasarkan perbedaan ukuran partikelnya menggunakan kertas saring.
Yang dimaksud dengan filtrsi adalah pemisahan bahan secara mekanis
berdasarkan ukuran partikelnya yang berbeda-beda. Filtrasi dilakukan
dengan media filter dan beda tekanan. Molekul-molekul cairan atau gas
dibiarkan menerobos lubang pada media filter, sedangkan partikel-
partikel padat yang lebih besar akan tertahan oleh filter (Bernasconi,
1995).
Pada filtrasi cairan, di suatu pihak diharapkan agar filtrate (hasil filtrasi)
yang diperoleh sedapat mungkin bebas dari bahan padat. Di lain pihak
filter yang didapat diharapkan sekering mungkin. Namun biasanya masih
mengandung banyak cairan, yang masih harus dihilangkan dengan
pengeringan pada filtrat gas, diinginkan memperoleh gas yang dapat
mungkin bebas dari debu (Chang, 1998).
Mekanisme pemisahan terutama ditentukan oleh sifat media filter.
Berdasarkan jenis, mekanisme, terdapat tiga jenis filtrasi yang berbeda.
Ketiga jenis filtrasi ini digunakan sendiri-sendiri atau bersama-sama
dalam sebuah filter (Syukri, 1999).
 Filtrasi ayak (Sieve filtration). Filtrasi ayak mempunyai prinsip kerja
seperti ayakan. Media filter menahan semua partikel yang ukurannya
lebih besar daripada lubang-lubang.
 Filtrasi nnggin dalam (Deep bed filtration). Partikel-partikel padat
masuk ke dalam pori-pori menjadi lebih kecil. Dengan cara ini
partikel-partikel yang sangat halus dapat dipisahkan juga dengan
menggunakan media filter yang menggunakan pori-pori relative besar
namun pada awal filter pemisahan belum sempurna sehingga cairan
yang keruh atau juga gas harus disirkulasi kembali selama beberapa
waktu.
 Filtrasi kue. Pemisahan terjadi oleh kue filtrasi berpori yang terbentuk
selam proses filtrasi berlangsung. Cairan yang dihasilkan mula-mula
biasanya juga keruh. Contoh filter hisap (suction filter), press filter
(filter press) (Bernasconi, 1995).
Daya filtrasi (jumlah cairan atau gas yang menerobos per satuan waktu)
bergantung pada sejumlah factor antara lain (Syukri, 1999) :
 Luas penampang filter
 Beda tekanan antara kedua sisi media filter
 Tekan media filter
 Viskositas cairan
 Dekantasi (pengendapan), salah satu jenis reaksi umumnya berlangsung
dalam larutan berair adalah reaksi pengendapan yang cirinya adalah
terbentuknya produk yang tidak larut atau endapan. Endapan adalah
padatan tak larut yang terpisah dari larutan. Reaksi pengendapan
biasanya melibatkan senyawa-senyawa ionik (Brady, 1999).
 Ekstraksi, adalah pemisahan zat dengan larutannya berdasarkan
kepolarannya dan massa jenisnya. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larutan yang berbeda dari komponen-komponen dalam
campuran. Pemisahan ini berdasarkan jenis larutannya atau kepolarannya,
dan massa jenisnya. Campuran dua jenis cairan yang tidak saling
melarutkan dapat dipisahkan dengan corong pisah. Ekstraksi adalah
teknik yang sering digunakan bila senyawa organik (sebagian besar
hidrofob) dilarutkan atau didispersikan dalam air. Pelarut yang tepat
(cukup untuk melarutkan senyawa organik dan seharusnya tidak
hidrofob) ditambahkan pada fasa larutan dalam airnya, campuran
kemudian diaduk dengan baik sehingga senyawa organik di ekstraksi
dengan baik. Lapisan organik dan air akan dapat dipisahkan dengan
corong pisah, dengan senyawa organik dapat diambil ulang dari lapisan
organik dengan menyingkirkan pelarutnya.
Ekstraksi adalah pemisahan suatu atau beberapa bahan dari suatu padatan
atau cairan dengan bantuan pelarut. Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larutan yang berbeda-beda dari komponen-komponen dalam
larutan (Chang, 1998).
Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut
ini yaitu (Syukri, 1999) :
 Selektivitas. Pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang
didinginkan, bukan komponen-komponen lain dari bahasan ekstraksi.
 Kelarutan. Pelarut sedapat mungkin dapat melarutkan ekstrak yang
besar.
 Kemampuan tidak saling bercampur. Pada ekstrak cair-cair , pelarut
tidak boleh larut dalam bahan ekstrasi.
 Kerapatan. Terutama pada ekstraksi cair-cair, sedapat mungkin
terdapat bahan kerapatan yang besar antara pelarut-pelarut dan bahan
ekstraksi. Hal ini dimaksudkan agar kedua fasa dapat dapat dengan
mudah dipisahkan kembali setelah pencampuran.
 Reaktifitas
 Titik didih
 Pelarut harus murah, mudah, tidak beracun, tidak dapat terbakan,
tidak korosif dan lain-lain.
 Kristalisasi, adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu
larutan atau lelehan. Larutan pekat didinginkan sehingga zat terlarut
mengkristal. Hal ini terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu
diturunkan. Apabila larutan tidak cukup pekat, dapat dipekatkan terlebih
dahulu dengan jalan penguapan kemudian pendinginan. Melalui
kristalisasi didalatkan zat padat yang lebih murni karena komponen
larutan lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut mengkristal.
Ada dua cara yang biasa dilakukan pada kristalisasi, yaitu :
 Cara penguapan, cairan diuapkan melalui pemanasan sehingga
diperoleh kristal padat. Cara ini biasa dipakai pada industri garam.
Air laut dimasukkan ke dalam tambak-tambak, kemudian dibiarkan
mengendap dan menguap oleh cahaya matahari dan selanjutnya
diperoleh kristal garam.
 Cara pendinginan, zat-zat padat lebih mudah larut dalam air panas
daripada air dingin. Jika suatu larutan didinginkan, kelarutan zat
berkurang, sehingga muncul sebagai kristal.
 Rekristalisasi, adalah pemisahan zat padat dari larutan berdasarkan
perbedaan titik didih dengan cara memanaskan pelarutnya sampai
menguap membentuk kristal kembali.
 Sentrifugasi, dapat digunakan untuk memisahkan suspensi yang
jumlahnya sedikit. Dalam hal ini, suspensi tersebut dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kemudian disentrifugasikan. Gaya sentrifugasi lebih besar
dari gaya gravitasi sehingga partikel tersuspensi menggumpal di dasar
tabung reaksi, selanjutnya cairan dapat didekantasi atau dipipet sehingga
cairan dapat terpisahkan dari zat padat yang berada di bawah cairan
tersebut.
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
 Gelas kimia atau gelas beker
 Corong gelas
 Corong pisah
 Cawan penguap
 Batang Pengaduk
 Hot plate
 Spatula
 Sikat tabung
 Lumpang
 Alu
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Penjepit tabung
 Labu erlenmeyer

3.1.2 Bahan
 Garam kotor
 Kapur tulis
 Pasir
 Naftalena
 CuSO4.5H2O
 Norit
 Sirup
 Aquades
 Tissue
 Kertas saring

3.2 Prosedur Percobaan


3.2.1 Dekantasi
 Dimasukkan 4 spatula pasir ke dalam gelas beker.
 Diberi aquades sebanyak 20 ml dan diaduk dengan batang
pengaduk hingga larut
 Dibiarkan sampai pasir mengendap
 Diamati
3.2.2 Filtrasi
 Haluskan sebuah kapur tulis menggunakan mortar dan alu
 Masukkan satu spatula bubuk kapur ke gelas beker
 Tambahkan 20 ml aquades
 Diaduk hingga larut
 Disaring dengan kertas saring dan corong kaca ke dalam sebuah
tabung reaksi
 Diamati
3.2.3 Adsorbsi
 Haluskan sekitar 3 butir norit dengan mortar dan alu sehingga
dihasilkan serbuk norit
 Masukkan serbuk norit ke dalam corong kaca yang dilapisi kertas
saring
 Dialirkan sedikit demi sedikit sirup
 Diamati filtrat dan penyaringan tersebut
3.2.4 Rekristalisasi
 Masukkan 1 sendok garam kotor ke dalam gelas beker
 Tambahkan aquades 10 ml ke gelas beker
 Kemudian diaduk, lalu dipanaskan
 Tunggu hingga terbentuk kembali kristal garam
3.2.5 Sublimasi
 Haluskan naftalena (kapur barus) dengan mortar dan alu dan
menghasilkan serbuk naftalena
 Masukkan 1 sendok naftalena ke dalam cawan penguap
 Ditambahkan 1 sendok garam kotor ke cawan penguap
 Tutup cawan penguap dengan corong kaca yang tertutup dan
dilapisi kertas saring
 Kemudian dipanaskan dan dibiarkan hingga menguap
 Diamati

3.2.6
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


No Perlakuan Hasil pengamatan
1 Dekantasi
 Dimasukkan 4 spatula pasir  Pasir berwarna coklat
ke dalam gelas beker.
 Diberi aquades sebanyak 20  Aquades berwujud bening
ml dan diaduk dengan
batang pengaduk hingga
larut
 Dibiarkan sampai pasir
mengendap
 Pasir tidak terlarut
 Diamati
(mengendap) di air dan air
berwarna keruh
2 Filtrasi
 Haluskan sebuah kapur tulis  Kapur tulis berbentuk
menggunakan mortar dan batangan, setelah dihaluskan
alu menjadi berbentuk bubuk

 Masukkan satu spatula


bubuk kapur ke gelas beker
 Aquades berwujud bening
 Tambahkan 20 ml aquades
 Campuran menyatu karena
 Diaduk hingga larut
bersifat homogen

 Disaring dengan kertas


saring dan corong kaca ke
dalam sebuah tabung reaksi
 Didapatkan residu berupa
 Diamati
kapur
 Didapatkan filtrat bening
3 Adsorbsi
 Haluskan sekitar 3 butir  Norit berbentuk bola kecil
norit dengan mortar dan alu berwarna hitam.
sehingga dihasilkan serbuk
norit
 Masukkan serbuk norit ke  Setelah dihaluskan, dihasilkan

dalam corong kaca yang serbuk norit. Filtratnya

dilapisi kertas saring perlahan lahan turun ke dasar


corong kaca
 Residu serbuk norit yang
tertahan pada kertas saring
 Dialirkan sedikit demi  Sirup yang digunakan
sedikit sirup berwarna hijau
 Diamati filtrat dan  Filtrat berwarna hijau muda
penyaringan tersebut
4 Rekristalisasi
 Masukkan 1 sendok garam  Garam kotor berbentuk kristal
kotor ke dalam gelas beker berwarna putih agak kotor
 Tambahkan aquades 10 ml  Aqudes berwujud bening
ke gelas beker
 Kemudian diaduk, lalu  Garam menjadi larutan
dipanaskan berwarn putih

 Tunggu hingga terbentuk  Aquades mengalami


kembali kristal garam penguapan sehingga garam
mengalami kristalisasi kembali
dan berwarna putih bersih
5 Sublimasi
 Haluskan naftalena (kapur  Naftalena berbentuk butiran
barus) dengan mortar dan berwarna putih dan setelah
alu dan menghasilkan dihaluskan berubah menjadi
serbuk naftalena serbuk
 Masukkan 1 sendok
naftalena ke dalam cawan
penguap
 Garam berbentuk kristal
 Ditambahkan 1 sendok
garam kotor ke cawan
penguap
 Tutup cawan penguap
dengan corong kaca yang
tertutup dan dilapisi kertas
saring
 Kemudian dipanaskan dan
dibiarkan hingga menguap  Terbentuk kristal naftalena
 Diamati karena naftalena memiliki titik
didih yang lebih rendah

4.2 Reaksi
1. Struktur naftalena

2. Struktur air
4.3 Pembahasan
Praktikum ini membahas tentang pemisahan dan pemurnian dalam
berbagai metode.
Unsur adalah zat tunggal yang secara kimia tidak dapat diuraikan lagi
menjadi zat lain yang lebih sederhana. Contohnya yaitu, hidrogen dan oksigen
karena jenis gas tersebut tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih
sederhana, lain halnya jika air dapat diuraikan oleh listrik menjadi dua jenis
gas yaitu hidrogen dan oksigen. Beberapa contoh unsur dalam kehidupan
adalah besi, alumuniun, timah, emas, tembaga, perak, oksigen, niitrogen,
belerang dan juga karbon. Unsur berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi
tiga macam, yaitu:
1. Unsur-unsur logam
2. Unsur-unsur nonlogam
3. Unsur-unsur semi logam
Senyawa adalah zat kimia murni yang terdiri dari dua atau beberapa
unsur yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya
dengan reaksi kimia tersebut. Contohnya, dihidrogen monoksida (air, H2O)
adalah sebuah senyawa yang terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom
oksigen. Umumnya, perbandingan ini harus tetap karena sifat fisiknya, bukan
perbandingan yang dibuat manusia. Ciri-ciri yang membedakan senyawa
adalah adanya rumus-rumus kimia. Rumus kimia memberikan perbandingan
atom dalam zat, dan jumlah atom dalam molekul tunggalnya (oleh karena itu
rumus etena adalah C2H4 dan bukan CH2). Rumus kimia tidak menyebutkan
apakan senyawa tersebut terdiri atas molekul; contohnya natrium klorida
(garam dapu, NaCl) adalah senyawa ionik. Senyawa dapat terwujud dalam
beberapa fase. Kenyakan senyawa dapat berupa zat padat. Senyawa molekuler
dapat juga berupa cairan atau gas. Semua senyawa akan terurai menjadi
senyawa yang lebih kecil atau atom-atom individual bila dipanaskan sampai
suhu tertentu.
Campuran adalah sebuah zat yang dibuat dengan menggabungkan dua zat
atau lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi, dan sifat-sifat asal
dari zat tersebut masih dapat terlihat. Sementara tak ada perubahan fisik dalam
suatu campuran, campuran dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen
aslinya secara mekanis, campuran dapat bersifat homogen dan heterogen.
Campuran adalah hasil pencampuran mekanis atau pencampuran zat kimia
seperti elemen dan senyawa, tanpa penyatuan kimia atau perubahan kimia
lainnya, sehingga masing-masing zat mempertahankan properti dan
karakteristik kimianya. Campuran homogen adalah suatu campuran yang
terdiri dari 2 bahan atau lebih dalam fase yang sama. Sebagai contoh,
sejumlah kecil garam (NaCl) dimasukkan kedalam air, garam perlahan-lahan
akan menghilang. Garam yang telah dimasukkan larut dalam air dan karena
larutnya garam, air dan garam pun membentutk suatu zat baru yang memiliki
sifat yang berbeda dengan zat murninya. Air pada saat murni tidak memiliki
rasa asin, begitupula dengan garam. Garam pada saat murni selalu berbentuk
padatan, namun setelah dimasukkan kedalam air garam berubah menjadi cair.
Karena larutan adalah campuran molekul, biasanya molekul-molekul pelarut
agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni. Campuran
heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan atau lebih yang
memiliki fase yang berbeda. Contohnya adalah pasir dimasukkan kedalam air,
campuran ini merupakan campuran heterogen karena terdiri dari bahanbahan
yang memiliki fase yang berbeda, pasir dalam fase padatan dan air dalam fase
cairan.
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi
secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya
hantar listriknya (daya ionisasi), larutan dibedakan menjadi lautan elektrolit
dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan listrik, karena zat terlarutnya didalam pelarut tidak dapat
menghasilkan ion-ion. Suspensi adalah suatu campuran fluida yang
mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari
zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Partikel padat
dalam sistem suspensi umumnya lebih besar 1 mikrometer sehingga cukup
besar untuk memungkinkan terjadinya sedimentasi. Singkatnya, suspensi
merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut dan zat yang
dilarutkan. Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara
larutan dan suspensi. Koloid merupakan sistem heterogen , dimana suatu zat
“didispersikan” ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang
didispersikan cukup besar, yaitu berkisar 1-100 nm sehingga terkena efek
Tyndall. Koloid merupakan campuran dua zat atau lebih yang bersifat
homogen, artinya partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi
atau gaya lain yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak dijumpai
pengendapan.
Zat murni adalah zat-zat yang memiliki komposisi kimia yang tetap dan
senyawa di seluruh bagiannya, seperti air, udara, nitrogen, dan karbon
dioksida. Zat yang memiliki kompisisi kimia yang seragam bukan merupakan
zat murni. Ada beberapa metode pemisahan dan pemurnian campuran,
diantaranya:
 Filtrasi adalah metode pemisahan campuran yang digunakan untuk
memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut dengan menggunakan
penyaring (filter) berdasarkan perbedaan ukuran partikel.
 Dekantasi adalah pemisahan campuran berdasarkan prinsip pengendapan.
Dekantasi dilakukan dengan cara menuang cairan perlahan-lahan, dengan
demikian padatan akan tertinggal didalam wadah tersebut.
 Rekristalisasi adalah pemisahan campuran dengan cara melarutkan
material padatan dalam pelarut yang cocok untuk mendapatkan larutan
yang jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan, kristal akan
mengendap karena kelarutan padatan menurun bila suhu diturunkan. Dari
proses ini diharapkan kristal dapat bebas dari pengotor
 Adsorpsi adalah pemisahan campuran dimana partikel zat yang akan
dipisahkan hanya terjadi dipermkaan zat
 Sublimasi adalah pemisahan campuran yang didasarkan pada adanya
partikel padatan yang bercampur yang dapat berubah dari fase padat ke
fase gas
 Ekstrasi ada dua jenis yaitu ekstraksi padat dan ekstraksi zat cair. Ekstraksi
padat didasarkan pada keadaan bahwa salah satu komponen campuran
tersebut larut kepada pelarut. Ekstraksi zat cair didasarkan pada salah satu
komponen zat cairan dari campuran tersebut larut dalam pelarut.
Pada praktikum kali ini, ada beberapa percobaan yang dilakukan. Yang
pertama adalah dekantasi. Pasir dimasukkan kedalam gelas beker berisi air.
Gelas beker berfungsi sebagai wadah air dan juga pasir yang dicampurkan.
Lalu setelah pasir dimasukkan, campuran diaduk dan didiamkan. Yang
terbentuk berdasarkan pengamatan adalah endapan pasir dibagian bawah dan
air ada dibagian atas. Pasir dapat mengendap karena adanya perbedaan massa
jenis, dalam hal ini massa jenis pasir lebih besar dibandingkan massa jenis air.
Pada percobaan ini digunakan pula alat batang pengaduk yang digunakan
untuk mengaduk campuran. Dari proses ini, dapat diketahui bahwa dekantasi
adalah untuk memisahkan zat padat yang tidak larut dalam zat cair. Dalam hal
ini untuk memisahkan pasir dari air.
Pada percobaan selanjutnya, dilakukan rekristalisasi garam kotor
dilarutkan kedalam aquades sehingga terbentuk campuran homogen yang
tidak bisa dipisah secara mekanis. Sehingga untuk memisahkan garam kotor
dengan aquades dilakukan kristalisasi dengan cara memanaskan campuran
tersebut. Cara ini digunakan karena titik didih air lebih kecil, sehingga saat
dipanaskan air akan menguap. Hal ini digunakan untuk mengurangi kadar air
sehingga larutan lewat jenuh akan kembali mengkristal.
Selanjutnya adalah proses pemurnian naftalena yang telah tercemar oleh
garam. Naftalena jika dalam bentuk cair dapat menguap, dan juga dalam
bentuk padat dapat menyublim. Dalam percobaan ini, garam dan naftalena
diletakkan dalam cawan penguap, lalu ditutup dengan kertas saring yang
dilubangi kecil-kecil, dan ditutup dengan corong kaca yang telah diletakkan
terbalik dengan ujung corong disumbang dengan kertas. Kertas saring yang
digunakan untuk menutup cawan penguap dilubangi kecil-kecil agar memberi
jalan bagi uap naftalen keluar naik keatas corong. Ujung corong kaca
disumbat dengan kertas, agar uap dari naftalena tidak keluar dari corong,
sehingga uap tertahan dan melekat di corong, lalu saat dingin dapat berubah
kembali menjadi padatan. Proses ini dilakukan untuk memurnikan naftalen
yang telah tercemar oleh garam. Metode sublimasi dipilih karena dalam
bentuk padatan, naftalen dapat menyublim dan dapat pula kembali ke betuk
asalnya. Pada saat praktikum, ditemukan bahwa uap naftalena yang menempel
di corong kaca berubah menjadi kristal-kristal putih yang merupakan naftalena
itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena naftalena memiliki titik didih lebih
rendah daripada garam, sehingga dapat menguap terlebih dahulu. Dengan cara
itu, naftalena dapat dipisahkan dari garam.
Selanjutnya ada percobaan adsorbsi. Pada percobaan ini, norit yang telah
digerus diletakkan ke dalam kertas saring dan corong kaca. Lalu digunakan
untuk menyaring sirup. Setelah dilakukan penyaringan, diperoleh warna filtrat
yang lebih muda. Hal ini dikarenakan sifat dari norit yang merupakan karbon
yang dapat menyerap zat warna sehingga dengan cara ini dapat dipisahkan
antara zat warna dan sirup.
Lalu dilakukan percobaan filtrasi. Pada filtrasi ini, dilakukan pemisahan
kapur tulis yang larut dalam air. Awalnya kapur tulis dihaluskan, lalu kapur
tersebut dilarutkan di dalam air. Larutan kemudian disaring menggunakan
kertas saring. Setelah disaring, tampak bahwa residu berupa kapur tulis
tertahan di kertas saring. Sedangkan air lolos dari kertas saring. Proses ini
dinamakan filtrasi. Kapur tulis dapat tertahan di kertas saring karena adanya
perbedaan ukuran partikel antara kapur dan air. Air memiliki ukuran partikel
lebih kecil dibanding pori-pori kertas saring, sehingga air tidak tertahan di
kertas saring. Kapur tulis memiliki ukuran partikel yang lebih besar
dibandingkan pori kertas saring, maka kapur tertahan di kertas saring.
Adapun fungsi beberapa perlakuan dengan praktikum ini:
 Pegadukan, untuk mencampurkan zat terlarut dan zat pelarut agar
menjadi suatu campuran.
 Pengocokan, pada ekstraksi untuk mencampurkan minyak dan air.
 Mendiamkan campuran setelahdiaduk saat dekantasi adalah untuk
menunggu zat terlarut pada campuran menegendap.
 Pemanasan pada percobaan rekristalisasi adalah untuk menguapkan air
yang ada.
 Penyaringan pada filtrasi berguna untuk menyaring padatan yang ada
pada larutan.
 Pemanasan yang dilakukan pada percobaan sublimasi digunkaan untuk
memisahkan campuran garam dan naftalena.
Fungsi bahan-bahan ada percobaan ini adalah:
 Garam kotor digunakan untuk percobaan sublimasi. Garam kotor
dipilih karena untuk menguji antara naftalena dan garam, bahan apa
yang dapat meyublim
 Garam kotor digunakan pada proses rekristalisasi, sebab bahan ini
dapat bercampur secara homogen dengan air dan dapat mengkristal
kembali setelah dipanaskan.
 Sirup hijau digunakan pada percobaan adsorpsi karena ingin
dipisahkan dengan zat warnanya.
Fungsi alat-alat pada percobaan ini:
 Spatula digunakan untuk mengambil bahan padatan yaitu Garam kotor,
serbuk kapur tulis dan bahan bahan lain yang digunakan
Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk campuran pasir dan air
 Gelas beker berfungsi untuk menampung filtrat saat filtrasi, adsorbsi
dan untuk wadah mencampur air dan pasir
 Hot plate digunakan untuuk memanaskan larutan CuSO4.5H2O dan
juga untuk pemanasan saat sublimasi
 Cawan penguap digunakan untuk wadah naftalena dan garam
 Corong kaca digunakan untuk menyaring saat filtrasi, adsorbsi untuk
menutup cawan penguap pada sublimasi
 Lumpang dan alu digunakan untuk menghaluskan norit dan kapur tulis
 Penjepit tabung reaksi digunakan untuk membantu mengangkat gelas
beker saat dianaskan di hot plate
 Tabung reaksi digunakan untuk menampung hasil penyaringan antara
air dan kapur tulis
 Corong pisah digunakan untuk memisahkan air dan minyak pada saat
ekstraksi
Aplikasi proses pemisahan dan pemurnian dalam kehidupan sehari-hari
adalah:
 Pembuatan garam (kristalisasi)
 Proses terjadinya asam (sublimasi)
 Penjernihan air menggunakan tawas (dekantasi)
 Pembuatan gula (kristalisasi)
 Pembutan minyak kayu putih (penyulingan)
Ada beberapa faktor kesalahan dalam praktikum ini, yaitu:
 Pada sublimasi ujung corong tidak ditutup dengan rapat sehingga uap
dari naftalena menyebar
 Pada saat adsorbsi pemasangan kertas saring kurang baik sehingga ada
sirup yang tidak tersaring melalui norit, tetapi tembus melalui bagian
samping kertas saring
 Pada saat filtrasi pemasangan kertas saring kurang baik sehingga ada
bagian kapur tulis yang masih ikut bersama dengan filtrat setelah
disaring
Perbedaan adsorbsi dengan absorbsi adalah terletak di
penyerapannya. Adsorbsi didefinisikan sebagai penyerapan partikel
dipermukaan zat, sedangkan absorbsi merupakan penyerapan partikel
sampai kebawah permukaan zat. Pada perbedaan kristalisasi dan
rekristalisasi terletak pada tujuannya. Kristalisasi bertujuan untuk
memurnikan zat dengan pelarut, dan kemudian dilanjutkan dengan
pengendapan. Sedangkan rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat
dari campuran atau pengotor dengan cara mengkristalkan kembali setelah
dilarutan dengan pelarut yang cocok.
Prinsip-prinsip percobaan ini adalah:
 Rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan pencemarnya
 Filtrasi adalah perbedaan ukuran partikel dari suatu zat dengan zat
yang ingin dipisahkan
 Adsorbsi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap zat yang ingin
dipisahkan
 Dekantasi adalah perbedaan kelarutan zat dengan zat yang ingin
dipisahkan
 Sublimasi adalah perbedaan titip uap antara zat dengan pencemarnya
Struktur naftalena:
Struktur air :
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Setelah disaring dengan kertas saring yang dilapisi dengan norit, warna
sirup menjadi warna hijau muda, ini disebabkan karena partikel norit
terlalu kecil dan juga norit merupakan zat karbonaktif yang berfungsi
untuk menyerap zat yaitu sirup
 Hasil yang didapatkan dalam proses sublimasi yang menggunakan daram
dapur dan naftalena adalah naftalena lebih cepat menyublim dibandingkan
dengan garam, sehingga didapatkan kristal-kristal naftalena yang
menempel pada kertas saring
 Hasil yang didapat pada percobaaan pemisahan dan pemurnian dengan
metode dekantasi adalah terdapat endapan dan air menjadi keruh

5.2 Saran
Pada percobaan selanjutnya, sebaiknya dilakukan juga teknik pemisahan
dan pemurnian dengan cara ekstraksi dan sentrifugasi. Selain itu, Sebaiknya
juga dalam percobaan pemisahan dan pemurnian pada metode rekristalisasi,
bahan yang digunakan sebaiknya harus lebih bervariasi lagi, contohnya
digunakan garam NaCl agar hasil yang didapatkan bisa dibandingkan dengan
garam CuSO4 yang dipakai dalam percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2. Bandung: Bumi Aksara.
Brady, James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid Satu.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Brady, J. E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bandung: Binarupa
Aksara.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.
Kleinfelter, Keenan. 1991. Kimia Untuk Universitas Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Kleinfelter, Keenan. 1979. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.
LAMPIRAN
1. Dekantasi
Keterangan:
Pasir tidak terlarut (mengendap) di air dan air berwarna keruh
2. Adsorbsi
Keterangan:

Filtrat yang dihasilkan berwarna hijau muda


3. Rekristalisasi
Keterangan:
Kristalisasi kembali garam
4. Sublimasi
Keterangan:
Proses terbentuknya kristal naftalena
5. Filtrasi
Keterangan:
Didapatkan residu berupa kapur dan Didapatkan filtrat bening

Anda mungkin juga menyukai