Disusun Oleh:
Nama :
NIM :
Program Studi :
Kelompok : A
Asisten Praktikum :
NIM Asisten :
3.1.2 Bahan
Garam kotor
Kapur tulis
Pasir
Naftalena
CuSO4.5H2O
Norit
Sirup
Aquades
Tissue
Kertas saring
3.2.6
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Reaksi
1. Struktur naftalena
2. Struktur air
4.3 Pembahasan
Praktikum ini membahas tentang pemisahan dan pemurnian dalam
berbagai metode.
Unsur adalah zat tunggal yang secara kimia tidak dapat diuraikan lagi
menjadi zat lain yang lebih sederhana. Contohnya yaitu, hidrogen dan oksigen
karena jenis gas tersebut tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat yang lebih
sederhana, lain halnya jika air dapat diuraikan oleh listrik menjadi dua jenis
gas yaitu hidrogen dan oksigen. Beberapa contoh unsur dalam kehidupan
adalah besi, alumuniun, timah, emas, tembaga, perak, oksigen, niitrogen,
belerang dan juga karbon. Unsur berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi
tiga macam, yaitu:
1. Unsur-unsur logam
2. Unsur-unsur nonlogam
3. Unsur-unsur semi logam
Senyawa adalah zat kimia murni yang terdiri dari dua atau beberapa
unsur yang dapat dipecah-pecah lagi menjadi unsur-unsur pembentuknya
dengan reaksi kimia tersebut. Contohnya, dihidrogen monoksida (air, H2O)
adalah sebuah senyawa yang terdiri dari dua atom hidrogen untuk setiap atom
oksigen. Umumnya, perbandingan ini harus tetap karena sifat fisiknya, bukan
perbandingan yang dibuat manusia. Ciri-ciri yang membedakan senyawa
adalah adanya rumus-rumus kimia. Rumus kimia memberikan perbandingan
atom dalam zat, dan jumlah atom dalam molekul tunggalnya (oleh karena itu
rumus etena adalah C2H4 dan bukan CH2). Rumus kimia tidak menyebutkan
apakan senyawa tersebut terdiri atas molekul; contohnya natrium klorida
(garam dapu, NaCl) adalah senyawa ionik. Senyawa dapat terwujud dalam
beberapa fase. Kenyakan senyawa dapat berupa zat padat. Senyawa molekuler
dapat juga berupa cairan atau gas. Semua senyawa akan terurai menjadi
senyawa yang lebih kecil atau atom-atom individual bila dipanaskan sampai
suhu tertentu.
Campuran adalah sebuah zat yang dibuat dengan menggabungkan dua zat
atau lebih yang berbeda tanpa reaksi kimia yang terjadi, dan sifat-sifat asal
dari zat tersebut masih dapat terlihat. Sementara tak ada perubahan fisik dalam
suatu campuran, campuran dapat dipisahkan menjadi komponen-komponen
aslinya secara mekanis, campuran dapat bersifat homogen dan heterogen.
Campuran adalah hasil pencampuran mekanis atau pencampuran zat kimia
seperti elemen dan senyawa, tanpa penyatuan kimia atau perubahan kimia
lainnya, sehingga masing-masing zat mempertahankan properti dan
karakteristik kimianya. Campuran homogen adalah suatu campuran yang
terdiri dari 2 bahan atau lebih dalam fase yang sama. Sebagai contoh,
sejumlah kecil garam (NaCl) dimasukkan kedalam air, garam perlahan-lahan
akan menghilang. Garam yang telah dimasukkan larut dalam air dan karena
larutnya garam, air dan garam pun membentutk suatu zat baru yang memiliki
sifat yang berbeda dengan zat murninya. Air pada saat murni tidak memiliki
rasa asin, begitupula dengan garam. Garam pada saat murni selalu berbentuk
padatan, namun setelah dimasukkan kedalam air garam berubah menjadi cair.
Karena larutan adalah campuran molekul, biasanya molekul-molekul pelarut
agak berjauhan dalam larutan dibanding dalam pelarut murni. Campuran
heterogen adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan atau lebih yang
memiliki fase yang berbeda. Contohnya adalah pasir dimasukkan kedalam air,
campuran ini merupakan campuran heterogen karena terdiri dari bahanbahan
yang memiliki fase yang berbeda, pasir dalam fase padatan dan air dalam fase
cairan.
Larutan adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling
melarutkan dan masing-masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi
secara fisik. Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut. Berdasarkan daya
hantar listriknya (daya ionisasi), larutan dibedakan menjadi lautan elektrolit
dan larutan non elektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan listrik, karena zat terlarutnya didalam pelarut tidak dapat
menghasilkan ion-ion. Suspensi adalah suatu campuran fluida yang
mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari
zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Partikel padat
dalam sistem suspensi umumnya lebih besar 1 mikrometer sehingga cukup
besar untuk memungkinkan terjadinya sedimentasi. Singkatnya, suspensi
merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut dan zat yang
dilarutkan. Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya antara
larutan dan suspensi. Koloid merupakan sistem heterogen , dimana suatu zat
“didispersikan” ke dalam suatu media yang homogen. Ukuran zat yang
didispersikan cukup besar, yaitu berkisar 1-100 nm sehingga terkena efek
Tyndall. Koloid merupakan campuran dua zat atau lebih yang bersifat
homogen, artinya partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi
atau gaya lain yang dikenakan kepadanya, sehingga tidak dijumpai
pengendapan.
Zat murni adalah zat-zat yang memiliki komposisi kimia yang tetap dan
senyawa di seluruh bagiannya, seperti air, udara, nitrogen, dan karbon
dioksida. Zat yang memiliki kompisisi kimia yang seragam bukan merupakan
zat murni. Ada beberapa metode pemisahan dan pemurnian campuran,
diantaranya:
Filtrasi adalah metode pemisahan campuran yang digunakan untuk
memisahkan cairan dan padatan yang tidak larut dengan menggunakan
penyaring (filter) berdasarkan perbedaan ukuran partikel.
Dekantasi adalah pemisahan campuran berdasarkan prinsip pengendapan.
Dekantasi dilakukan dengan cara menuang cairan perlahan-lahan, dengan
demikian padatan akan tertinggal didalam wadah tersebut.
Rekristalisasi adalah pemisahan campuran dengan cara melarutkan
material padatan dalam pelarut yang cocok untuk mendapatkan larutan
yang jenuh. Ketika larutan panas perlahan didinginkan, kristal akan
mengendap karena kelarutan padatan menurun bila suhu diturunkan. Dari
proses ini diharapkan kristal dapat bebas dari pengotor
Adsorpsi adalah pemisahan campuran dimana partikel zat yang akan
dipisahkan hanya terjadi dipermkaan zat
Sublimasi adalah pemisahan campuran yang didasarkan pada adanya
partikel padatan yang bercampur yang dapat berubah dari fase padat ke
fase gas
Ekstrasi ada dua jenis yaitu ekstraksi padat dan ekstraksi zat cair. Ekstraksi
padat didasarkan pada keadaan bahwa salah satu komponen campuran
tersebut larut kepada pelarut. Ekstraksi zat cair didasarkan pada salah satu
komponen zat cairan dari campuran tersebut larut dalam pelarut.
Pada praktikum kali ini, ada beberapa percobaan yang dilakukan. Yang
pertama adalah dekantasi. Pasir dimasukkan kedalam gelas beker berisi air.
Gelas beker berfungsi sebagai wadah air dan juga pasir yang dicampurkan.
Lalu setelah pasir dimasukkan, campuran diaduk dan didiamkan. Yang
terbentuk berdasarkan pengamatan adalah endapan pasir dibagian bawah dan
air ada dibagian atas. Pasir dapat mengendap karena adanya perbedaan massa
jenis, dalam hal ini massa jenis pasir lebih besar dibandingkan massa jenis air.
Pada percobaan ini digunakan pula alat batang pengaduk yang digunakan
untuk mengaduk campuran. Dari proses ini, dapat diketahui bahwa dekantasi
adalah untuk memisahkan zat padat yang tidak larut dalam zat cair. Dalam hal
ini untuk memisahkan pasir dari air.
Pada percobaan selanjutnya, dilakukan rekristalisasi garam kotor
dilarutkan kedalam aquades sehingga terbentuk campuran homogen yang
tidak bisa dipisah secara mekanis. Sehingga untuk memisahkan garam kotor
dengan aquades dilakukan kristalisasi dengan cara memanaskan campuran
tersebut. Cara ini digunakan karena titik didih air lebih kecil, sehingga saat
dipanaskan air akan menguap. Hal ini digunakan untuk mengurangi kadar air
sehingga larutan lewat jenuh akan kembali mengkristal.
Selanjutnya adalah proses pemurnian naftalena yang telah tercemar oleh
garam. Naftalena jika dalam bentuk cair dapat menguap, dan juga dalam
bentuk padat dapat menyublim. Dalam percobaan ini, garam dan naftalena
diletakkan dalam cawan penguap, lalu ditutup dengan kertas saring yang
dilubangi kecil-kecil, dan ditutup dengan corong kaca yang telah diletakkan
terbalik dengan ujung corong disumbang dengan kertas. Kertas saring yang
digunakan untuk menutup cawan penguap dilubangi kecil-kecil agar memberi
jalan bagi uap naftalen keluar naik keatas corong. Ujung corong kaca
disumbat dengan kertas, agar uap dari naftalena tidak keluar dari corong,
sehingga uap tertahan dan melekat di corong, lalu saat dingin dapat berubah
kembali menjadi padatan. Proses ini dilakukan untuk memurnikan naftalen
yang telah tercemar oleh garam. Metode sublimasi dipilih karena dalam
bentuk padatan, naftalen dapat menyublim dan dapat pula kembali ke betuk
asalnya. Pada saat praktikum, ditemukan bahwa uap naftalena yang menempel
di corong kaca berubah menjadi kristal-kristal putih yang merupakan naftalena
itu sendiri. Hal ini dapat terjadi karena naftalena memiliki titik didih lebih
rendah daripada garam, sehingga dapat menguap terlebih dahulu. Dengan cara
itu, naftalena dapat dipisahkan dari garam.
Selanjutnya ada percobaan adsorbsi. Pada percobaan ini, norit yang telah
digerus diletakkan ke dalam kertas saring dan corong kaca. Lalu digunakan
untuk menyaring sirup. Setelah dilakukan penyaringan, diperoleh warna filtrat
yang lebih muda. Hal ini dikarenakan sifat dari norit yang merupakan karbon
yang dapat menyerap zat warna sehingga dengan cara ini dapat dipisahkan
antara zat warna dan sirup.
Lalu dilakukan percobaan filtrasi. Pada filtrasi ini, dilakukan pemisahan
kapur tulis yang larut dalam air. Awalnya kapur tulis dihaluskan, lalu kapur
tersebut dilarutkan di dalam air. Larutan kemudian disaring menggunakan
kertas saring. Setelah disaring, tampak bahwa residu berupa kapur tulis
tertahan di kertas saring. Sedangkan air lolos dari kertas saring. Proses ini
dinamakan filtrasi. Kapur tulis dapat tertahan di kertas saring karena adanya
perbedaan ukuran partikel antara kapur dan air. Air memiliki ukuran partikel
lebih kecil dibanding pori-pori kertas saring, sehingga air tidak tertahan di
kertas saring. Kapur tulis memiliki ukuran partikel yang lebih besar
dibandingkan pori kertas saring, maka kapur tertahan di kertas saring.
Adapun fungsi beberapa perlakuan dengan praktikum ini:
Pegadukan, untuk mencampurkan zat terlarut dan zat pelarut agar
menjadi suatu campuran.
Pengocokan, pada ekstraksi untuk mencampurkan minyak dan air.
Mendiamkan campuran setelahdiaduk saat dekantasi adalah untuk
menunggu zat terlarut pada campuran menegendap.
Pemanasan pada percobaan rekristalisasi adalah untuk menguapkan air
yang ada.
Penyaringan pada filtrasi berguna untuk menyaring padatan yang ada
pada larutan.
Pemanasan yang dilakukan pada percobaan sublimasi digunkaan untuk
memisahkan campuran garam dan naftalena.
Fungsi bahan-bahan ada percobaan ini adalah:
Garam kotor digunakan untuk percobaan sublimasi. Garam kotor
dipilih karena untuk menguji antara naftalena dan garam, bahan apa
yang dapat meyublim
Garam kotor digunakan pada proses rekristalisasi, sebab bahan ini
dapat bercampur secara homogen dengan air dan dapat mengkristal
kembali setelah dipanaskan.
Sirup hijau digunakan pada percobaan adsorpsi karena ingin
dipisahkan dengan zat warnanya.
Fungsi alat-alat pada percobaan ini:
Spatula digunakan untuk mengambil bahan padatan yaitu Garam kotor,
serbuk kapur tulis dan bahan bahan lain yang digunakan
Batang pengaduk digunakan untuk mengaduk campuran pasir dan air
Gelas beker berfungsi untuk menampung filtrat saat filtrasi, adsorbsi
dan untuk wadah mencampur air dan pasir
Hot plate digunakan untuuk memanaskan larutan CuSO4.5H2O dan
juga untuk pemanasan saat sublimasi
Cawan penguap digunakan untuk wadah naftalena dan garam
Corong kaca digunakan untuk menyaring saat filtrasi, adsorbsi untuk
menutup cawan penguap pada sublimasi
Lumpang dan alu digunakan untuk menghaluskan norit dan kapur tulis
Penjepit tabung reaksi digunakan untuk membantu mengangkat gelas
beker saat dianaskan di hot plate
Tabung reaksi digunakan untuk menampung hasil penyaringan antara
air dan kapur tulis
Corong pisah digunakan untuk memisahkan air dan minyak pada saat
ekstraksi
Aplikasi proses pemisahan dan pemurnian dalam kehidupan sehari-hari
adalah:
Pembuatan garam (kristalisasi)
Proses terjadinya asam (sublimasi)
Penjernihan air menggunakan tawas (dekantasi)
Pembuatan gula (kristalisasi)
Pembutan minyak kayu putih (penyulingan)
Ada beberapa faktor kesalahan dalam praktikum ini, yaitu:
Pada sublimasi ujung corong tidak ditutup dengan rapat sehingga uap
dari naftalena menyebar
Pada saat adsorbsi pemasangan kertas saring kurang baik sehingga ada
sirup yang tidak tersaring melalui norit, tetapi tembus melalui bagian
samping kertas saring
Pada saat filtrasi pemasangan kertas saring kurang baik sehingga ada
bagian kapur tulis yang masih ikut bersama dengan filtrat setelah
disaring
Perbedaan adsorbsi dengan absorbsi adalah terletak di
penyerapannya. Adsorbsi didefinisikan sebagai penyerapan partikel
dipermukaan zat, sedangkan absorbsi merupakan penyerapan partikel
sampai kebawah permukaan zat. Pada perbedaan kristalisasi dan
rekristalisasi terletak pada tujuannya. Kristalisasi bertujuan untuk
memurnikan zat dengan pelarut, dan kemudian dilanjutkan dengan
pengendapan. Sedangkan rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat
dari campuran atau pengotor dengan cara mengkristalkan kembali setelah
dilarutan dengan pelarut yang cocok.
Prinsip-prinsip percobaan ini adalah:
Rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan pencemarnya
Filtrasi adalah perbedaan ukuran partikel dari suatu zat dengan zat
yang ingin dipisahkan
Adsorbsi adalah kemampuan suatu zat untuk menyerap zat yang ingin
dipisahkan
Dekantasi adalah perbedaan kelarutan zat dengan zat yang ingin
dipisahkan
Sublimasi adalah perbedaan titip uap antara zat dengan pencemarnya
Struktur naftalena:
Struktur air :
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah disaring dengan kertas saring yang dilapisi dengan norit, warna
sirup menjadi warna hijau muda, ini disebabkan karena partikel norit
terlalu kecil dan juga norit merupakan zat karbonaktif yang berfungsi
untuk menyerap zat yaitu sirup
Hasil yang didapatkan dalam proses sublimasi yang menggunakan daram
dapur dan naftalena adalah naftalena lebih cepat menyublim dibandingkan
dengan garam, sehingga didapatkan kristal-kristal naftalena yang
menempel pada kertas saring
Hasil yang didapat pada percobaaan pemisahan dan pemurnian dengan
metode dekantasi adalah terdapat endapan dan air menjadi keruh
5.2 Saran
Pada percobaan selanjutnya, sebaiknya dilakukan juga teknik pemisahan
dan pemurnian dengan cara ekstraksi dan sentrifugasi. Selain itu, Sebaiknya
juga dalam percobaan pemisahan dan pemurnian pada metode rekristalisasi,
bahan yang digunakan sebaiknya harus lebih bervariasi lagi, contohnya
digunakan garam NaCl agar hasil yang didapatkan bisa dibandingkan dengan
garam CuSO4 yang dipakai dalam percobaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bernasconi, G, dkk. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2. Bandung: Bumi Aksara.
Brady, James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid Satu.
Jakarta: Binarupa Aksara.
Brady, J. E. 1998. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Bandung: Binarupa
Aksara.
Chang, R. 2005. Kimia Dasar Jilid Satu. Jakarta: Erlangga.
Kleinfelter, Keenan. 1991. Kimia Untuk Universitas Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Kleinfelter, Keenan. 1979. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2001. Kimia Dasar. Yogyakarta: UGM.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.
LAMPIRAN
1. Dekantasi
Keterangan:
Pasir tidak terlarut (mengendap) di air dan air berwarna keruh
2. Adsorbsi
Keterangan: