Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk


memisahkan atau memurnikan suatu senyawa maupun sekelompok senyawa yang
mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan. Pada prinsipnya,
pemisahan dilakukan untuk memisahkan 2 zat atau lebih yang bercampur sedangkan
pemurnian dilakukan untuk mendapatkan suatu zat yang murni dari suatu zat yang
tercampur.

Biasanya zat murni telah tercampur dengan zat-zat lain yang dapat
membentuk campuran yang bersifat homogen dan heterogen yang bergantung pada
jenis komponen yang tergantung didalamnya.

Zat murni ada dua yaitu unsur dan senyawa, sedangkan campuran merupakan
gabungan dua zat murni dengan komposisi sembarangan. Zat murni yang sudah
tercampur mengandung zat-zat lain dalam bentuk gas, cair, atau padat.

Zat atau materi dapat dipisah dari campurannya karena campuran tersebut
memiliki perbedaan sifat. Itulah yang mendasari pemisahan camuran atau dasar
pemisahan. Dalam kenyataan pemisahan dan pemurnian tidak dapat dipisah satu sama
lain. Kita akan melihat bahwa ketika metode pemisahan dan pemurnian baru
dikembangkan. Ilmu kimia akan mendapatkan kemajuan besar. Pentingnya
pemisahan dan pemurnian inilah yang melatarbelakangi percoabaan ini.

Campuran dapat dipisahkan dengan menggunakan berbagai metode. Metode-


metode tersebut yaitu, pengayakan, penyaringan, sentrifugasi, evaporasi, pemisahan
campuran dengan menggunakan magnet, sublimasi, destilasi, corong pisah dan
kromatografi. Metode dekntil digunakan untuk memisahkan campuran yang
penyusunnya berupa cairan dan padatan.

Oleh karena itu percobaan ini, perlu dilakukan sehingga kita dapat mengetahui
berbagai cara pemisahan dan pelepasan larutan untuk mendapatkan zat murni. Selain
itu tidak hanya bisa dilakukan pada zat cair saja, maupun juga dapat dilkukan pada
campuran yang dibentuk oleh dua jenis zat padat. Dalam proses pemisahan dan
pemurnian ini juga kita akan mempelajari berbagai jenis zat padat campuran atau zat
cair campuran dan juga dapat mengetahui jenis-jenis pemisahan dan pemurnian. Agar
kita dapat melakukan metode pemisahan dan pemurnian secara tepat.

II. TUJUAN

 Mengetahui cara-cara pemurnian suatu campuran

 Mengetahui zat murni dari zat yang telah tercampur

 Mengetahui penggolongan pada campuran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Campuran yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian dapat


digolongkan menjadi 3 yaitu :

Larutan adalah campuran homogen dari dua zat atau lebih yang terdispersi
sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan itu tampak
homogen (kontinue, tanpa bidang batas) dan mempunyai komposisi yang sama pada
setiap bagiannya. Komponen - komponen yang terdapat pada larutan tidak dapat
dipisahkan melalui penyaringan, sebagai contoh air dan gula. Larutan terdiri atas
pelarut dan zat terlarut. Pada umumnya, komponen yang jumlahnya terbanyaklah
yang dianggap sebagai pelarut. Misalnya sirup yaitu, campuran yang mengandung
lebih banyak gula dari pada air. Disamping itu, zat padat atau cairan larut dalam
cairan, maka dalam campuran terjadi gaya tarik - menarik antar molekul
(intermolekul) zat terlarut dan pelarut. Selain itu terdapat gaya tarik didalam molekul
atau ion masih tetap bersatu. Larutan dapat berubah padatan, diameter partikel larutan
lebih kecil 1 nm (Yazid, 2005).

Koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara


campuran kasar dan larutan. Secara makropis koloid tampak homogen, tetapi secara
mikropis koloid bersifat heterogen. Oleh karena itu, koloid digolongkan ke dalam
campuran heterogen. Campuran koloid pada umumnya bersifat stabil dan tidak
disaring. Ukuran partikel koloid terletak 1-100 nm, berada diantara larutan dan
larutan kasar atau suspensi, sehingga masih cukup kecil untuk menembus kertas
saring biasa, cukup besar untuk menembus membran atau filter ultra (Yazid, 2005).

Suspensi adalah campuran kasar dan bersifat heterogen. Antar komponennya


masih terdapat bidang batas dan sering kali dapat dibedakan tanpa menggunakan
mikroskop. Setelah suspensi biasanya dimasukkan untuk campuran heterogen dari
suatu zat padat dalam zat cair. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil zat suspensi
lambat laun akan terpisah karena gravitasi (mengalami sedimentasi). Suspensi dapat
di pisahkan melalui penyaringan. Diameter partikel suspensi adalah lebih dari 100
nm. Contoh campuran suspensi adalah campuran terigu atau kapur dengan air
(Keenan, 1999).

Campuran terbentuk dari dua zat atau lebih zat berlainan yang masih
mempunyai sifat zat aslinya. Dalam kehidupan sehari - hari banyak kita jumpai
campuran. Misalnya air sungai, tanah, udara, makanan, minuman, dll. Campuran
dibagi dua yaitu :

 Campuran homogen adalah penggabungan 2 zat tunggal atau lebih yang


semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk 1 fasa. Yang
disebut 1 fasa adalah zat yang sifat komposisinya sama antara satu bagian
dengan bagian yang lain didekatnya. Contohnya gula dan air, rasa manis air
gula disemua bagian bejana sama baik diatas maupun dibawah dan
dipinggirnya karena begitu kecil dan meratanya partikel gula sehingga tidak
dapat dilihat walaupun dengan mikroskop (Syukri, 1999).

 Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara 2 zat


tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan
lainnya tidak sama diberbagai bagian bejana. Contohnya campuran air dengan
minyak tanah. Pada mulanya kedua zat tidak bercampur, tetapi setelah
dikocok dengan kuat minyak menyebar dalam air berupa gelembung -
gelembung kecil. Pada gelembung hanya terdapat minyak, sedangkan yang
lain adalah air. Jadi minyak tidak menyebar merata seperti gula dan air.
Dengan kata lain, dalam campuran heterogen masih ada bidang batas antara
kedua komponen atau mengandung lebih dari 1 fasa (Syukri, 1999).
Untuk memisahkan campuran homogen maupun heterogen dapat dilakukan
melalui proses pemisahan dan pemurnian. Pemisahan dilakukan untuk memisahkan
dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan pemurnian adalah suatu cara
untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur oleh
zat lain (Syukri, 1999)

Pemisahan dan pemurnian adalah proses pemisahan dua zat atau lebih yang
saling bercampur serta untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah
tercemar atau tercampur. Campuran adalah setia contoh materi yang tidak murni,
yaitu bukan sebuah unsur atau sebuah senyawa. Susunan suatu campuran tidak sama
dengan sebuah zat, dapat bervariasi, campuran dapat berupa homogen dan heterogen
(Petrucci, 1996).

Dua pengertian yang penting dalam larutan adalah (zat yang dilarutkan) dan
(zat pelarut). Pengertian ini dapat dinyatakan bila senyawa dalam jumlah yang lebih
besar maka disebut zat pelarut. Meskipun demikian pernyataan ini dapat dibalik bila
lebih tepat (Syukri, 1999).

A. METODE PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

Dekantasi adalah proses pemisahan zat padat yang tidak terlarut didalam
pelarutnya dengan cara dituangkan, sehingga akibatnya cairan tersebut akan terpisah
dari zat padat yang tercampur (Sudjadi, 1998).

Filtrasi adalah suatu cara pemisahan yang biasa dilakukan untuk memisahkan
suatu pelarut terhadap pengotornya yang berupa padatan atau memisahkan suatu
padatan kristal terhadap pelarutnya (Sudjadi, 1998).

Rekristalisasi adalah pemurnian suatu zat padat dari campuran atau


pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat terlarut setelah dilarutkan
dalam pelarut yang cocok (Syukri, 1991).
Sublimasi adalah perubahan wujud zat dari padat ke gas atau sebaliknya, bila
partikel penyusun suatu zat padat diberikan kenaikan suhu melalui pemanasan, maka
partikel tersebut akan berubah wujud menjadi gas sebaliknya bila suhu diturunkan,
maka gas akan berubah menjadi padat (Sudjadi, 1998)

Ekstraksi adalah cara pemisahan dua atau lebih zat dalam suatu campuran
(Suyitno, 1989).

B. STRUKTUR KIMIA NAFTALENA DAN MINYAK GORENG

Naftalena adalah hidrokarbon kristalin aromatika berbentuk padatan berwarna


putih(Petrucci, 1987).

Gambar struktur Naftalena

Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan
yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk
memasak (Petrucci, 1987).
Gambar struktur minyak goreng

C. SENYAWA POLAR DAN NON POLAR

Senyawa polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan
antar elektron pada unsur - unsurnya ini terjadi karena unsur yang berkaitan tersebut
mempunyai nilai keelektronegatifitasnya yang berbeda (Svehla, 1979).

Senyawa non polar adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan
antar elektron pada unsur - unsur yang membentuknya ini terjadi karena unsur yang
berkaitan mempunyai nilai elektronegatifitas yang sama atau hampir sama (Svehla,
1979).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

1. ALAT DAN BAHAN

Alat :

 Sendok/spatula  Batang pengaduk

 Gelas kimia 50 ml  Mortar dan alu

 Labu erlenmeyer 100 ml


 Corong kaca
 Statif dan klem
 Corong pisah
 Hotplate
 Cawan penguap
 Gunting
 Botol semprot
 Penjepit tabung
 Jarum
 Tisu
Bahan :

 Pasir

 Kapur tulis

 Garam dapur

 Minyak goring

 Aquades

 CuSO4

 Kertas saring
2. PROSEDUR PERCOBAAN

a. Dekantasi

- Dimasukkan 50 mL aquades kedalam gelas kimia 50 mL.

- Dicampurkan 3 sendok pasir kedalam gelas kimia menggunakan spatula.

- Diaduk menggunakan batang pengaduk.

- Diamati.

b. Filtrasi

- Dimasukkan 50 ml aquades kedalam gelas kimia 50 mL.

- Digerus 1 batang kapur tulis dengan menggunakan mortar dan alu.

- Dicampurkan bubuk kapur tulis sebanyak 3 sendok kedalam gelas kimia


dengan menggunakan spatula.

- Diaduk menggunakn batang pengaduk.

- Disaring menggunakan kertas saring dan corong kaca kedalam labu

erlenmeyer 100 mL.

- Diamati.

c. Rekristalisasi

- Dimasukkan aquades 10 mL kedalam gelas kimia 50 mL.

- Dicampurkan CuSO4 sebanyak 1 sendok menggunakan spatula.

- Diaduk menggunakan batang pengaduk.

- Dipanaskan menggunakan hotplate.


- Diamati.

d. Sublimasi

- Digerus naftalena menggunakan mortar dan alu.

- Dimasukkan bubuk naftalena sebanyak 1 sendok.

- Dicampurkan garam sebanyak 6 sendok.

- Diaduk menggunakan batang pengaduk.

- Ditutup cawan penguap dengan kertas saring yang telah dilubangi

kecil-kecil, ditutup lagi dengan corong kaca dengan posisi terbalik

dengan ujung lehernya disumbat dengan tisu.

- Dipanaskan diatas hotplate.

- Diamati.

e. Ekstraksi

- Dimasukkan aquades secukupnya kedalam corong pisah.

- Dicampur minyak goreng dengan perbandingan 1:1.

- Dikocok searah.

- Dipasang di statif dan klem.

- Diamati hingga minyak goreng dan aquades terpisah.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

 TABEL PENGAMATAN

No Perlakuan Pengamatan

1. Dekantasi

Dimasukkan 50 mL aquades
kedalam gelas kimia 50 mL

Dicampurkan 3 sendok pasir ke Larutan berubah warna menjadi


dalam gelas kimia menggunakan keruh
spatula

Diaduk menggunakan batang Larutan menjadi semakin keruh


pengaduk

Didiamkan hinga pasirnya


mengendap

Diamati Pasir mengendap


2. Filtrasi

Dimasukkan 50 mL aquades ke
dalam gelas kimia 50 mL

Digerus 1 batang kapur tulis Menjadi bubuk kapur tulis


dengan menggunakan mortar dan
alu

Dicampurkan bubuk kapur tulis Larutan menjadi keruh


sebanyak 3 sendok kedalam gelas
kimia dengan menggunakan spatula

Diaduk menggunakan batang Larutan semakin keruh


pengaduk

Disaring menggunakan kertas


saring dan corong kaca ke dalam
labu erlenmeyer 100 mL

Diamati Aquades turun ke dalam labu


erlenmeyer dan bubuk kapur tulis
tersaring di kertas saring

3. Rekristalisasi

Dimasukkan aquades 10 mL ke
dalam gelas kimia 50 mL

Dicampurkan CuSO4 sebanyak 1 Larutan menjadi berwarna biru


sendok menggunakan spatula

Diaduk menggunakan batang Larutan menjadi semakin biru


pengaduk

Dipanaskan diatas hotplate

Diamati Mengkristal menjadi bubuk CuSO4

4. Sublimasi

Digerus kapur barus menggunakan Menjadi bubuk


mortar dan alu

Dimasukkan bubuk naftalena


sebanyak 1 sendok

Dicampur garam sebanyak 6


sendok

Diaduk menggunakan batang Garam dan naftalena bercampur


pengaduk
Ditutup cawan penguap dengan
kertas saring yang telah dilubangi
kecil-kecil ditutup lagi dengan
corong kaca dengan posisi terbalik
dan ujung lehernya disumbat
dengan tisu

Dipanaskan diatas hotplate

Diamati Naftalena mengkristal di dinding


corong kaca

5. Ekstrasi

Dimasukkan aquades secukupnya


kedalam corong pisah

Dicampur minyak goreng dengan Campuran terpisah


perbandingan 1:1

Dikocok searah Campuran menyatu sementara

Dipasang di statif dan klem

Diamati hingga minyak goreng dan Campuran terpisah kembali miyak


aquades terpisah goreng diatas dan aquades dibawah

 PEMBAHASAN

Beberapa prinsip yang digunakan dalam proses pemisahan dan pemurnian


campuran:

a. Perbedaan ukuran partikel


Jika ukuran partikel suatu zat yang diinginkan berbeda, dengan zat yang tidak
diinginkan (zat pencampur) dapat dipisahkan dengan metode penyaringan (filtrasi).
Untuk keperluan ini harus menggunakan penyaring dengan ukuran yang sesuai.
Partikel zat hasil akan melewati penyaring dan zat pencampurnya akan terhalang
yang disebut residu.

b. Perbedaan titik didih

Untuk memisahkan campuran zat yang memiliki titik didih dapat melakukan
metode sublimasi. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan lebih dulu
menguap. Jika yang diinginkan adalah zat yang memiliki titik didih rendah, maka
selanjutnya mengembunkan uap dari zat tersebut dan mengalirkannya ke wadah
tertentu. Jika yang diinginkan adalah zat yang memiliki tiitk didih yang tinggi maka
cukup memanaskan campuran tersebut aja, sampai suhu mencapai titik didih zat yang
kita cari.

c. Perbedaan massa jenis

Suhu pengendapan zat akan memiliki kecepatan mengendapkan yang berbeda


dalam larutan yang berbeda. Zat yang memiliki masa jenis lebih besar dari pada
pelarutnya akan mudah mengendap. Bila dalam suatu campuran mengandung satu
atau beberapa zat dengan kecepatan pengendaan yang berbeda, maka dapat dilakukan
pemisahan campuran tersebut dengan metode sedimentasi. Tapi jika dalam campuran
tersebut terdapat lebih dari satu zat yang diinginkan, maka digunakan metode filtrasi.

d. Adsorbsi

Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh zat lain sehingga menempel
pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada
pemurnian air dan kotoran renik atau organisme.
e. Absorbsi

Absorbsi merupakan suatu fenomena fisik atau kimia atau suatu proses
penyerapan yang terjadi pada seluruh bagian permukaan.

f. Perbedaan kelarutan

Suatu zat selalu meiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat
mungkin larut dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya.
Secara umum pelarut dibagi menjadi dua, yaitu pelarut polar dan pelarut non polar.
Pelarut polar mudah terlarut pada pelarut polar dan senyawa polar mudah terlarut
pada pelarut non polar. Dengan hal ini menggunakan perbedaan kelarutan didapatkan
pemisahan campuran dengan pelarut tertentu.

g. Difusi

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut


dari bagian berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Perbedaan
konsentrasi yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus
terjadi hingga seluruh partikel tersebar secara luas secara merata atau mencapai
keadaan kesetimbangan dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada
perbedaan konsentrasi. Contohnya pemberian gula pada cairan teh tawar.

Pada percobaan pertama campuran air dan aquades dapat dipisahkan dengan
cara dekantasi. Pada proses dekantasi campuran pasir dan aquades didiamkan didalam
gelas kimia 50 mL. Hasil dari proses ini adalah pasir mengendap dibagian bawah
gelas kimia dan air berada dibagian atas dari endapan pasir. Hal ini terjadi karena
dipengaruhi oleh gaya gravitasi, selain itu mengendapnya pasir juga dipengaruhi oleh
perbedaan massa jenis antara pasir dan aquades. Massa jenis pasir lebih besar
dibandingkan massa jenis aquades, massa jenis pasir adalah 1,9 gr/cm 3 sedangkan
massa jenis aquades adalah 1 gr/cm 3. Dalam percobaan ini campuran bersifat
heterogen sehingga dapat dipisahkan secara mekanik.
Pada percobaan kedua, pemisahan kapur tulis dengan aquades dilakukan
dengan cara filtrasi. Hasil dari percobaan adalah larutan berubah menjadi keruh dan
ketika disaring kapur tulis tertahan pada kertas saring karena ukuran partikel lebih
besar daripada pori-pori kertas. Kapur yang tertahan pada kertas saring disebut residu
sedangkan aquades disebut filtrat.

Pada percoban ketiga rekristalisasi, campuran antara CuSO4 dengan aquades.


Pada proses rekristalisasi campuran CuSO4 dan aquades dipanaskan diatas hotplate.
Hasil dari proses ini adalah aquades lebih cepat menguap, habis dan yang tersisa
adalah kristal CuSO4 didasar gelas kimia. Hal ini terjadi karena titik didih aquades
lebih rendah dari CuSO4. Titk didih aquades adalah 100oC sedangkan titik didih
CuSO4 adalah 150oC. Percobaan ini dipengaruhi oleh titik didih dan titik uap. Dimana
jika titik uapnya tinggi maka titik didihnya rendah dan sebaliknya jika titik didihnya
rendah maka titik didihnya tinggi.

Pada percobaan keempat sublimasi, pencampuran antara naftalena dan garam.


Pada proses sublimasi campuran naftalena dan garam pada cawan penguap ditutup
dengan kertas saring yang telah dilubangi kecil-kecil menggunakan jarum. Lalu
ditutup lagi menggunakan corong kaca dengan posisi terbalik yang ujungnya
disumbat dengan tisu, kemudian dipanaskan. Hasil dari proses ini adalah terdapat
kristal-kristal naftalena yang menempel pada dinding corong kaca. Percobaan ini
dipengaruhi oleh titik didih. Hal itu terjadi karena titik didih naftalena lebih rendah
daripada titik didih garam. Titik didih naftalena adalah 218oC sedangkan titik didih
garam adalah 1465oC. Sehingga naftalena yang menempel pada dinding corong kaca.

Pada percobaan kelima ekstraksi, pemisahan air dan minyak goreng. Pada
proses ekstraksi air dan minyak goreng dimasukkan kedalam corong pisah kemudian
dikocok lalu didiamkan. Hasil dari proses ini adalah air dan minyak goreng memisah.
Minyak goreng berada diatas air. Hal ini disebabkan oleh massa jenis minyak goreng
lebih kecil daripada massa jenis air. Massa jenis minyak goreng adalah 0,92 gr/cm 3
sedangkan massa jenis air adalah 1 gr/cm3. Selain itu percobaaan ini juga
menggunakan prinsip kepolaran. Minyak dan air tidak dapat bercampur karena air
bersifat polar artinya senyawa yang memiliki keelektronegatifan yang jauh berbeda
antara atom penyusunnya. Sedangkan minyak bersifat non polar, minyak memiliki
perbedaan keelektronegatifan yang relatif kecil atau bahkan nol. Ketika keran pada
corong pisah dibuka dan tutup corong pisah dalam keadaan ditutup, cairan keluar
dengan sangat lambat. Sedangkan ketika tutup corong pisah dibuka, cairan mengalir
dengan cepat. Hal ini disebabkan karena pengaruh gravitasi.

Ada beberapa fungsi perlakuan yang dilakukan, yang pertama adalah diaduk.
Hal ini dilakukan agar larutan menjadi tercampur. Yang kedua penyaringan, fungsi
penyaringan adalah agar residu berpisah dengan filtratnya. Yang ketiga penyumbatan,
fungsi penyumbatan pada corong kaca dilakukan agar uap kristal tidak keluar. Yang
keempat pemanasan, fungsi pemanasan untuk menguapkan zat terlarut sehingga
terpisah dengan pelarutnya. Yang kelima pengocokan, fungsi pengocokan adalah
untuk mencampurkan minyak dan air. Yang keenam didiamkan, fungsi didiamkan
adalah untuk melihat proses prmisahannya dan agar dapat dengan mudah diamati.
Yang ketujuh dilubangi kecil-kecil, fungsi dilubangi kecil-kecil pada sublimasi
adalah agar zat yang menguap dapat melewati kertas dan tidak tertahan.

Sifat-sifat aquades adalah tidak berwarna, berupa cairan, tidak berbau,


mempunyai rumus molekul H2O, tidak berasa pada kondisi standar, bersifat polar dan
memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia.

Sifat-sifat naftalena adalah mempunyai rumus kimia C 10H8, berupa padatan,


berwarna putih kristal, memiliki bau yang kuat, bersifat volatil mudah menguap dan
mudah terbakar, dan tidak dapat larut dalam air.

Sifat-sifat CuSO4 adalah berwarna biru, dapat bereaksi dengan logam Zn,
bersifat higroskopis, dan dapat larut dalam air.
Faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu, pada percobaan rekristalisasi
terjadi kelarutan saat larutan aquades dicampur dengan CuSO4 saat dipanaskan
larutan yang harusnya berwarna biru berubah menjadi hijau hal ini terjadi karena alat-
alat yang digunakan kotor atau belum dicuci. Terjadi kesalahan pada percobaan
ekstraksi, pada saat keran dibuka, minyak ikut keluar bersamaan dengan air hal ini
terjadi karena ketidaktepatan praktikan saat menutup keran.

BAB V

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Pemisahan dan pemurnian dilakukan berdasarkan pada zat-zat tercemar


tersebut. Misalnya campuran air dan pasir dipisahkan mengunakan pengendapan atau
dekantasi. Campuran air dan garam dipisahkan dengan menggunakan metode
kristalisasi. Campuran air dan kapur dipisahkan menggunakan metode penyaringan
atau filtrasi dan sebagainya.

Pemisahan dan pemurnian bertujuan untuk mendapatkan zat murni dari suatu
dari suatu zat yang telah tercampur atau tercemar. Zat atau materi dapat dipisah dari
campurannya karena karena campuran tersebut memiliki perbedaan sifat. Itulah yang
mendasari pemisahan dan pemurnian campuran. Berikut adalah beberapa prinsip
yang digunakan dalam proses pemisahan dan pemurnian campuran.

1. Perbedaan ukuran partikel

2. Perbedaan titik didih

3. Perbedaan massa jenis

4. Perbedaan kelarutan

5. Absorbsi

6. Adsorbsi, dan

7. Difusi.

Ada dua macam campuran yaitu homogen dan heterogen. Campuran homogen
adalah penggabungan dua zat atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata
sehingga membentuk fase. Contohnya campuran air dengan gula. Campuran
heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih
sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama
diberbagai bejana. Contohnya seperti campuran air dan minyak.

2. SARAN

Sebaiknya pada saat praktikum menggunakan teknik atau metode yang lain
selain yang dicobakan, seperti kristalisasi, destilasi, absorbsi dan metode-metode
yang lain. Agar kita dapat mengetahui banyak metode dalam proses pemurnian dan
pemisahan.
DAFTAR PUSTAKA

Keenan, Charles W, dkk. 1992. "Kimia Untuk Universitas Jilid 2". Jakarta : Erlangga

Kitty. 1996. "Kimia Fisika Jilid 2 Edisi Keempat". Jakarta : Erlangga

Petrucci. 1996. "Kimia Dasar Jilid 1". Jakarta : Erlangga

Petrucci. 1987. "Kimia Dasar". Bogor : Erlangga

Sudjadi. 1998. "Metode Pemisahan". Yogyakarta : Fakultas Farmasi UGM

Suyitno. 1989. "Kimia Fisika Untuk Universitas". Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Svehla, G. 1978. "Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro Jilid 1 Edisi Kelima". Jakarta : PT. Kalman Media Pustaka

Syukri, S. 1999. "Kimia Dasar 1". Bandung : ITB

Syukri, S. 1991. "Kimia Dasar 1". Bandung : ITB

Yazid, Estien. 2005. "Kimia Fisik Untuk Parametis". Yogyakarta : Andi

Anda mungkin juga menyukai