Anda di halaman 1dari 19

Emulsi 

adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi) dengan zat
cair lainnya (fase pendispersi). Emulsi tersusun atas tiga komponen utama, yaitu: Fase
terdispersi, fase pendispersi, dan emulgator.

Ada dua tipe emulsi, yaitu:

a. Emulsi A/M yaitu butiran-butiran air terdispersi dalam minyak

b. Emulsi M/A yaitu butiran-butiran minyak terdispersi dalam air.

Pada emulsi A/M, maka butiran-butiran air yang diskontinyu terbagi dalam minyak yang
merupakan fase kontinyu, Sedangkan untuk emulsi M/A adalah sebaliknya. Kedua zat yang
membentuk emulsi ini harus tidak atau sukar membentuk larutan dispersirenik

Zat Pengemulsi (Emulgator)

Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil. Untuk itu kita memerlukan suatu zat
penstabil yang disebut zat pengemulsi atau emulgator. Tanpa adanya emulgator, maka emulsi
akan segera pecah dan terpisah menjadi fase terdispersi dan medium pendispersinya, yang
ringan terapung di atas yang berat. Adanya penambahan emulgator dapat menstabilkan suatu
emulsi karena emulgator menurunkan tegangan permukaan secara bertahap. Adanya
penurunan tegangan permukaan secara bertahap akan menurunkan energi bebas yang
diperlukan untuk pembentukan emulsi menjadi semakin minimal. Artinya emulsi akan
menjadi stabil bila dilakukan penambahan emulgator yang berfungsi untuk menurunkan
energi bebas pembentukan emulsi semaksimal mungkin. Semakin rendah energi bebas
pembentukan emulsi maka emulsi akan semakin mudah terbentuk. Tegangan permukaan
menurun karena terjadi adsorpsi oleh emulgator pada permukaan cairan dengan bagian ujung
yang polar berada di air dan ujung hidrokarbon pada minyak.

Daya kerja emulgator disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat baik dalam
minyak maupun dalam air. Bila emulgator tersebut lebih terikat pada air atau larut dalam zat
yang polar maka akan lebih mudah terjadi emulsi minyak dalam air (M/A), dan sebaliknya
bila emulgator lebih larut dalam zat yang non polar, seperti minyak, maka akan terjadi emulsi
air dalam minyak (A/M). Emulgator membungkus butir-butir cairan terdispersi dengan suatu
lapisan tipis, sehingga butir-butir tersebut tidak dapat bergabung membentuk fase kontiniyu.
Bagian molekul emulgator yang non polar larut dalam lapisan luar butir-butir lemak
sedangkan bagian yang polar menghadap ke pelarut air.

Pada beberapa proses, emulsi harus dipecahkan. Namun ada proses dimana emulsi harus
dijaga agar tidak terjadi pemecahan emulsi. Zat pengemulsi atau emulgator juga dikenal
sebagai koloid pelindung, yang dapat mencegah terjadinya proses pemecahan emulsi,
contohnya:Gelatin, digunakan pada pembuatan es krim; Sabun dan deterjen; Protein; Cat dan
tinta; Elektrolit .

Kestabilan Emulsi

Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan,
lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi.
Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang lainnya.
Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan
kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem
dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .

Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:

1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini
menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap,

2. Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik


yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:

1. Tegangan antarmuka rendah

2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka

3. Tolakkan listrik double layer

4. Relatifitas phase pendispersi kecil

5. Viskositas tinggi.
Suspensi adalah kumpulan komponen tertentu yang berfungsi meredam kejutan, getaran
yang terjadi pada kendaraan akibat permukaan jalan yang tidak rata yang dapat meningkatkan
kenyamanan berkendara dan pengendalian kendaraan. Sistem suspensi kendaraan terletak di
antara bodi (kerangka) dengan roda. Ada dua jenis utama suspensi yaitu :

1. Sistem suspensi dependen atau sistem suspensi poros kaku (rigid)


2. Sistem suspensi independen atau sistem suspensi bebas.

Sistem suspensi dependen


Roda dalam satu poros dihubungkan dengan poros kaku (rigid), poros kaku tersebut
dihubungkan ke bodi dengan menggunakan pegas, peredam kejut dan lengan kontrol (control
arm)

Awalnya semua kendaraan menggunakan sistem ini. Sampai sekarang sebagian besar
kendaraan berat seperti truck, masih menggunakan sistem ini, sedangkan kendaraan niaga
umumnya menggunakan sistem ini pada roda belakang.

Sistem suspensi independen


Antara roda dalam satu poros tidak terhubung secara langsung, masing-masing roda (roda kiri
dan kanan) terhubung ke bodi atau rangka dengan lengan suspensi (suspension arm), pegas
dan peredam kejut. Goncangan atau getaran pada salah satu roda tidak memengaruhi roda
yang lain.

Umumnya kendaraan penumpang menggunakan sistem ini pada semua poros rodanya,
sedangkan kendaraan niaga umumnya menggunakan sistem ini pada roda depan sedangkan
pada poros roda belakang menggunakan sistem suspensi dependen pada poros roda belakang.
Tipe MacPherson strut dan double-wishbone termasuk dalam jenis sistem ini. RYRYRYR

Komponen utama
Pegas

Dengan sifat pegas yang elastis, pegas berfungsi untuk menerima getaran atau goncangan
roda akibat dari kondisi jalan yang dilalui dengan tujuan agar getaran atau goncangan dari
roda tidak menyalur ke bodi atau rangka kendaraan.

Beberapa tipe pegas yang digunakan pada sistem suspensi :

 Pegas ulir (coil spring), dikenal juga dengan nama 'per keong', jenis yang digunakan
adalah pegas ulir tekan atau pegas ulir untuk menerima beban tekan.
 Pegas daun (leaf spring), umumnya digunakan pada kendaraan berat atau niaga
dengan sistem suspensi dependen.
 Pegas puntir atau dikenal dengan nama pegas batang torsi (torsion bar spring),
umumnya digunakan pada kendaraan dengan beban tidak terlalu berat.
Peredam kejut

Peredam kejut berfungsi untuk meredam beban kejut atau goncangan atau getaran yang
diterima pegas.

Lengan suspensi

Lengan suspensi atau suspension arm hanya terdapat pada sistem suspensi dependen,
terpasang pada bodi atau rangka kendaraan, berfungsi untuk memegang rangka roda
kendaraan. Pergerakan yang komplek pada roda agar dapat sinkron dengan pergerakan
pergerakan lengan suspensi maka terdapat ball joint pada pengikatan lengan suspensi dengan
rangka roda.

PENGERTIAN SUSPENSI
Sistem suspensi adalah salah satu bagian chasis yang berungsi untuk memberikan
kenyamanan bagi pengendara atau penumpang. Sistem suspensi terletak antara body
kendaraan dan rodaroda, dirancang untuk menyerap kejutan dari permukaan jalan yang
bergelombang sehingga menambah kenyamanan berkendara dan memperbaiki kemampuan
cengkeraman roda terhadap jalan. Suspensi terdiri atas pegas, shock absorber (peredam kejut,
stabilizer dan sebagainya).
Adapaun fungsi suspensi sebagai berikut :
1.Selama kendaraan berjalan, kendaraan secara bersama-sama dengan roda menyerap
getaran, eskilasi dan kejutan dari permukaan jalan, hal ini untuk memberikan kenyamanan
dan keamanan penumpang.
2.Memindahkan gaya pengereman dan gaya gerak ke body melalui gesekan antara jalan
dengan roda-roda.
3.Menopang body pada axle dan memelihara letak geometris antara body dan roda-roda.

B.Prinsip kerja
Saat roda roda menerima kejutan dari permukaan jalan, maka akan diteruskan ke lower
maupun upper arm, lalu gaya tersebut ditahan oleh pegas dan mengakibatkan terjadinya
pemendekan dan pemanjangan pegas, kemudian gaya pemegasan diperhalus oleh peredam
getaran (shock absorber) agar tidak terjadi oksilasi berlebihan. Hal ini memungkinkan roda
roda tetap menapak pada jalan.

C.klasifikasi

Berdasarkan konstruksinya, suspensi dapat digolongkan menjadi 2 (dua) yaitu :


1.Suspensi Rigid

Pada suspensi rigid antara roda kanan dan kiri dihubungkan dengan satu buah poros.
Sehingga pada sustu saat roda sebelah (kanan atau kiri) terangkat karena terkena permukaan
jalan yang tidak rata, maka kondisi atau kedudukan kendaraan pun akan ikut berubah menjadi
miring. Pada umumnya suspensi rigid dipasang pada kendaraan beban berat, misalnya pada
container, truk, bus dan lain-lain. Dikarenakan suspensi rigid digunakan pada kendaraan berat
maka biasanya menggunakan pegas daun yang dianggap lebih kokoh dan kuat dipanding
pegas coil. Tidak jarang terdapat suspensi rigid yang memakai pegas coil. Namun tentu
belum terlihat kokoh apabila hanya dipaang pegas coil saja. Maka untuk menambah
kekuatannya, perlu ditambah dengan komponen lain, seperti lengan control batang stang
Dalam ilmu kimia, suspensi (Inggris: suspension) adalah suatu campuran fluida yang
mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat
padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Partikel padat dalam sistem suspensi umumnya
lebih besar dari 1 mikrometer sehingga cukup besar untuk memungkinkan terjadinya
sedimentasi. Tidak seperti koloid, padatan pada suspensi akan mengalami
pengendapan/sedimentasi walaupun tidak terdapat gangguan. Singkatnya, suspensi
merupakan campuran yang masih dapat dibedakan antara pelarut dan zat yang dilarutkan.

Suspensi cairan atau padatan (dalam jumlah kecil) di dalam gas disebut sebagai aerosol.
Contoh sistem aerosol dalam kehidupan manusia adalah debu di atmosfer.

Contoh umum
 Lumpur di mana tanah, dan lempung tersuspensi di air.
 Tepung dapat tersuspensi di air.
 Kabut yaitu sistem air yang tersuspensi di udara.
 Cat
 Suspensi debu kapur di udara.
 Suspensi partikel di udara.
 campuran pasir dengan air
 sirup obat batuk

mariyam1chemist.wordpr...
Contoh suspensi adalah

640 × 512 - 32k - jpg


matumona.wordpress.com
suspensi dan koloid adalah
700 × 358 - 67k - png
balai1.blogspot.com
Contoh suspensi: minyak dengan

742 × 415 - 65k - jpg


chem-is-try.org
Contoh larutan, koloid

448 × 267 - 43k - jpg


apoteksejati24.blogspo...
Contoh : sirup (± 60% gula)

343 × 346 - 258k - png


sriactivity.blogspot.com
Jumat, 08 Juni 2012

350 × 270 - 9k - jpg


active-24.blogspot.com
sbr.gafatar.org

120 × 205 - 14k - jpg


klikbelajar.com
Berikut ini adalah hal-hal

400 × 480 - 19k - jpg


khairul-anas.blogspot.com
Koloid, dan Suspensi

644 × 303 - 163k - png


arianidwiputri.blogspo...
suspensi homogen. Contoh

220 × 293 - 11k - jpg


memetmulyadi.blogspot.com
Campuran Homogen dan Heterogen

400 × 166 - 82k - png


mikrotikno.blogspot.com
Contoh Koloid dalam Kehidupan

462 × 301 - 54k - jpg


diaokta-ilmu-resep-far...
Suspensi

474 × 310 - 211k - png


docstoc.com
97924843.png
1500 × 1125 - 234k - png
agusthinna.student.fki...
koloid

561 × 259 - 16k - jpg


mooryku.blogspot.com

630 × 401 - 212k - png


mayong.staff.ugm.ac.id
beberapa contoh suspensi

350 × 178 - 13k - jpg


jefreykita.blogspot.com
adalah gambar suspensi.

212 × 238 - 6k - jpg


global-teens.blogspot.com
Secara kasat mata, contoh
182 × 300 - 18k - jpg
docstoc.com
119443979.png
1275 × 1650 - 215k - png

Jenis-Jenis Koloid
Sistem koloid adalah campuran yang heterogen. telah diketahui bahwa terdapat tiga fase zat, yaitu
padat, cair, dan gas. dari ketiga fase zat ini dapat dibuat sembilan kombinasi campuran fase zat, akan
tetapi yang dapat membentuk sistem koloid hanya delapan. Kombinasi campuran fase gas dan gas
selalu menghasilkan larutan dimana campurannya menjadi homogen (satu fase) sehingga tidak
dapat membentuk sistem koloid.

Dengan demikian ada 8 jenis koloid, seperti yang tercantum pada tabel berikut:

No Fase Terdispersi Fase Pendispersi Nama Koloid Contoh

1 Padat Padat Sol Padat Kaca berwarna, paduan


logam

2 Padat Cair Sol Agar-agar, jelly, cat, tinta.

3 Padat Gas Aerosol Padat Asap, debu


4 Cair Padat Emulsi Padat Keju, mentega, mentega

5 Cair Cair Emulsi Santan, susu, es krim,


mayonaise

6 Cair Gas Aerosol Kabut, awan

7 Gas Padat Busa padat Batu apung, busa karet

8 Gas Cair Buih, busa Busa sabun

Aerosol

Gbr 4. Kabut  (Cair -Gas)

Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang
terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut
aerosol cair.

• Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara.

• Contoh aerosol : kabut dan awan.

Gbr 5. Asap (Padat- Gas)


Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray),
semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan
suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah
senyawa klorofluorokarbon (CFC) dan karbon dioksida.

Sol

Gbr 6. Agar-Agar (Padat-Cair)

Gbr 7. Kaca berwarna  (Padat-Padat)

Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Ada dua jenis sol, yaitu
sol padat (padat dalam padat) dan sol cair (padat dalam cair). pada sol cair, sol yang memadat
disebut gel. Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
industri.
Contoh sol: Agar-agar, lem kanji, air sungai, cat, tinta, aloi, kaca berwarna.

Emulsi

Gbr 8. Santan (Cair-Cair)

Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi
ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua
bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam hal ini,
minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air. Contoh emulsi minyak
dalam air (M/A): santan, susu, kosmetik pembersih wajah (milk cleanser) dan lateks. Contoh emulsi
air dalam minyak (A/M): mentega, mayones, minyak bumi, dan minyak ikan.

Gbr 9. Margarin (Cair-Padat)

Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun yang
dapat mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran minyak dengan air dikocok, maka akan
diperoleh suatu campuran yang segera memisah jika didiamkan. Akan tetapi, jika sebelum dikocok
ditambahkan sabun atau detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang kita sebut emulsi.
Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayones.

Buih
Gbr 10. Busa sabun (Gas-Cair)

Gbr 11.Batu Apung (Gas-


Padat)

Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi,
untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen, dan protein. Buih dapat
dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih. Buih digunakan
pada berbagai proses, misalnya buih sabun pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam
kebakaran, dan lain-lain. 

Emulsi adalah campuran dari zat cair bercampur dalam objek homogen lebih atau kurang.
Suatu zat cair (fase terdispersi) didispersikan dalam zat lain (fase kontinu atau fase
pendispersi). Banyak emulsi minyak / air dengan lemak yang dapat dimaksud sebagai jenis
yang paling umum dari minyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh emulsi
meliputi mentega dan margarin, susu dan krim, espresso, mayones, sisi fotosensitif film,
magma dan minyak pemotongan yang digunakan dalam metalurgi. Dalam kasus mentega dan
margarin, lemak di sekitar tetesan air (dalam air dalam emulsi minyak) dalam susu dan air
krim mengelilingi tetesan lemak (dalam emulsi minyak dalam air). Dalam beberapa jenis
magma, tetesan cairan feronikel dapat tersebar dalam fase kontinu dari silikat cair. Proses
dalam penyusunan emulsi disebut emulsifikasi.

Emulsi adalah bagian dari dua fase sistem yang lebih umum dari materi disebut koloid.

Ada tiga jenis emulsi stabil: flokulasi, dimana massa partikel bentuk; kremasi, dimana
partikel terkonsentrasi di permukaan (atau bawah, tergantung pada kepadatan relatif dari dua
tahap) dari campuran sambil tetap dipisahkan, dan peleburan dimana partikel mencair dan
membentuk lapisan cair.
Ketika emulsi berubah menjadi air dalam emulsi minyak atau minyak dalam air emulsi
tergantung pada fraksi volume fase kedua dan jenis emulsifier. Secara umum, aturan Bancroft
berlaku: emulsifier sebagai pengemulsi dan partikel cenderung untuk membuat penyebaran
secara bertahap di mana mereka tidak larut dengan baik, misalnya, protein larut baik dalam
air dalam minyak sehingga mereka cenderung membentuk emulsi minyak dalam air (itulah
sebabnya mereka mempromosikan dispersi tetesan minyak melalui fase kontinyu air).

Warna dasar emulsi putih. Jika emulsi diencerkan, efek Tyndall mendistorsi cahaya
kemduian dicerai-beraikan dan warna biru, jika terkonsentrasi, mendistorsi warna menjadi
kuning. Fenomena ini dapat dilihat dengan mudah dengan membandingkan susu skim (bebas
lemak atau rendah) krim (dengan konsentrasi tinggi lemak susu). mikroemulsi dan
nanoemulsions cenderung menjadi jelas karena ukurannya yang kecil dari fase terdispersi.

Secara umum, emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase cair yang tidak bercampur,
yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal).

Komponen emulsi :

·         Fase dalam (internal)

·         Fase luar (eksternal)

·         Emulsifiying Agent (emulgator)

Flavour dan pengawet yang berada dalam fasa air yang mungkin larut dalam minyak harus
dalam kadar yang cukup untuk memenuhi yang diinginkan.

Emulgator merupakan komponen yang peting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Ada dua
macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana  tetes minyak terdispersi ke dalam
fase air, dan tipe A/M dimana fase intern air dan fase ekstern adalah minyak. Fase intern
disebut pula dase dispers atau fase discontinue.

Penggunaan emulsi dibagi menjadi dua golongan yaitu emulsi untuk pemakaian dalam dan
emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi untk pemakaian dalam meliputi per oral atau pada
injeksi intravena yang untuk pemakaian luar digunakan pada kulit atau membrane mukosa
yaitu linemen, losion, cream dan salep. Emulsi untuk penggunaan oral biasanya mempunyai
tipe M/A. emulgator merupakan film penutup dari minyak obat agar menutupi rasa tak enak
itu. Flavour ditambahkan pada fase ekstern agara rasanya lebih enak. Emulsi juga berpaedah
untuk menaikan absorbsi lemak melalui dinding usus. Penggunaan emulsi untuk parenteral
dibutuhkan perhatian khusus dalam produksi seperti pemilihan emulgator, ukuran kesamaan
butir tetes untuk injeklsi intravena. Lecithin tidak pernah dipakai karena menimbulkan
hemolisa. Pembuatan emulsi  untuk injeksi dilakukan dengan membuat emulsi kasar lalu
dimasukan homogenizer, di tampung dalam botol steril dan disterilkan dalam auto klap dan di
periksa sterilitas serta ukuran butir.

Untuk pemakaian kulit dan membrane mukosa digunakan sediaan emulsi tipe M/A atau A/M.
emulsi obat dalam dasar salep dapat menurunkan kecepatan absorbsi dan eksintensinya
absorbsi melalui kulit dan membrana mukosa. Contoh: suspensi efedrin  dalam emulsi M/A
bila dipakai pada mukosa hidung di absorbsi lebih lambat si banding larutannya dalam
minyak, jadi diperoleh prolonged action. Tetapi emilsi kadang-kadang dapat menaikan
kecepatan absorbsi perkusen dengan kata lain absorbsi kedalam dan melalui kulit .

2.Metode Pembuatan Emulsi

· Metode Gom Kering

Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat dengan jumlah komposisi
minyak dengan ½ jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator. Sehingga diperoleh
perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator.

Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu ditambahkan air sekaligus dan diaduk
/digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus emulsi

· Metode Gom Basah

Disebutt pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsi dengan musilago atau
melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakan perbandingan 4;2;1 sama seperti
metode gom kering. Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus
dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam air misalnya metilselulosa. 1 bagian gom
ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil
terus diaduk dengan cepat.

· Metode Botol

Disebut pula metode Forbes (1). Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan
menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah. Metode ini merrupakan
variasi dari metode gom kering atau metode gom basah. Emulsi terutama dibuat dengan
pengocokan kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar.

-   Metode Penyabunan In Situ

a. Sabun Kalsium

Emulsi a/m yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air jeruk,yang dibuat dengan
sederhana yaitu mencampurkan minyak dan air dalam jumlah yang sama dan dikocok kuat-
kuat. Bahan pengemulsi, terutama kalsium oleat, dibentuk secara in situ disiapkan dari
minyak sayur alami yang mengandung asam lemak bebas.
b. Sabun Lunak

Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam fase minyak. Jika perlu,
maka bahan dapat dilelehkan, komponen tersebut dapat dipisahkan dalam dua gelas beker
dan dipanaskan hingga meleleh, jika kedua fase telah mencapai temperature yang sama, maka
fase eksternal ditambahkan kedalam fase internal dengan pengadukan.

c. Pengemulsi Sintetik

Beberapa pustaka memasukkannya dalam kategori metode tambahan (1).

Secara umum, metode ini sama dengan metode penyabunan in situ dengan menggunakan
sabun lunak dengan perbedaan bahwa bahan pengemulsi ditambahkan pada fase dimana ia
dapat lebih melarut. Dengan perbandingan untuk emulsifier 2-5%. Emulsifikasi tidak terjadi
secepat metode penyabunan. Beberapa tipe peralatan mekanik biasanya dibutuhkan, seperti
hand homogenizer .

3.Beberapa sifat emulsi yang penting:

- Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi,
pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming atau
sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada
emulsi minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak
akan naik ke atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air
dalam minyak; apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke
bawah. Contoh penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses demulsifikasi dengan
penmabahan elektrolit untukmemisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan
penambahan asam format (CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH).

-  Pengenceran

Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan.


Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan
terpisah. Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.

4.Teori Emulsifikasi

A.       Adsorbsi multi molekuler


Emulgator koloid lyofil hidrat dapat dianggap surface active karena dapat tampak pada
antarmuka M/A dan perbedaannya dengan S.A.A sintetik ialah :

a.       Emulgator koloid lyofil hidrat tidak menurunkan tegangan antar muka

b.      Emulgator koloid lyofil membentuk milti molekuler film pada antarmuka

Aksinya sebagai emulgator adalah karena membentuk film multimolekuler yang kuat da
mencegah terjadinya koalesens. Efeknya sebagai tambahan yang menambah stabilitas ialah
menaikkan viskositas media dispers.

Tipe emulsi ditentukan oleh sifat emulgator dan dapat disusun sebagai berikut:

1. emulgator yang larut atau lebih suka air (tween sabun natrium) maka akan terbentuk tipe
emulsi M/A dan emulgator akan larut atau suka minyak (sabun kalsium, span) akan terbentuk
tipe emulsi A/M.

2. bagian polar molekul emulgator umumnya lebih baik untuk melindungi kolesen. Maka itu
memungkinkan membuat emulsi M/A volume fase intern yang relative tinggi. Sebaliknya
emulsi tipe A/M volume fase intern akan terbatas, apabila air cukup banyak akan terjadi
inverse.

3.  tipe emulsi juga dapat mempengaruhi viskositas tiap fase.

Tegangan antar muka dapat di bedakan dengan tiga cara:

a.             penambahan surfaktan yang menurunkan tekanan antar muka atau antara dua cairan
yang tak tercampur.

b.            Penambahan substansi yang menyusun melintang diantara permukaan dari dua tetes
cairan, jadi memegang bersama-sama dengan kekuatan.

c.             Penambahan zat akan membentuk lapisan film disekeliling butir-butir dari fase
dispers, secara mekanis melindungi mereka dari penggabungan butir tetes-tetes.

Teori tentang terbentuknya emulsi terdiri dari :

1.             teori tegangan permukaan

teori ini dapat menjelaskan bahwa emulsi terjasi bila di tambah suatu substansi yang
menurunkan tegangan antar muka diantara dua cairan yang tak tercampur.

2.             teori orientasi bentuk baji


teori ini menjelaskan fenomena terbentknya emulsi dengan dasar adanya kelarutan selektif
dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang bersifat suka air atau mudah larut dalam air
dan adanya bagian yang suka minyak atau mudah larut dalam minyak.

3.             teori film plastic

teori ini menjelaskan bahwa enulgator ini mengnedap pada permukaan masing-masing butir
tetesan fase disper dalam bentuk film yang plastis. Lapisan ini mencegah terjadninya kontak
atau berkumpulnya butir-butir tetes cairan yang sama. Efek emulgator disini adalah murni
mekanis dan tidak tergantung adanya tegangan permukaan.

B.     Adsorbsi partikel padat

Particle padat teabgi halus dibasahi sebagian oleh minyak sebagian oleh air dapat bekerja
sebagai emulgator. Serbuk yang suka di basahi oleh air akan membentuk emulsi tipe M/A,
sedangkan yang lebih mudah di basahi oleh minyak akan membentuk emulsi tipe A/M.

5.Stabilitas Fisik Dan Emulsi

1.             Creaming dan Hk.Stokes

Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan terdispersi berdasarkan densitas dari
fase internal dan fase eksternal. Jika densitas relative dari kedua fase diketahui, pembentukan
arah krim dari fase dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada. Pada sebagian besar
system farmasetik, densitas fase minyak atau lemak kurang dibandingkan fase air; sehingga,

jika terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a, jika emulsi krim
terjadi pada bagian bawah, maka emulsi tersebut merupakan tipe a/m.

2.             Penilaian Kestabilan

Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan,
lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi.
Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang lainnya.
Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan
kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem
dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .

Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:

1)      Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini


menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap,

2)      Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik


yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid.

Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:

1.       Tegangan antarmuka rendah


2.       Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka

3.       Tolakkan listrik double layer

4.       Relatifitas phase pendispersi kecil

5.       Viskositas tinggi

Anda mungkin juga menyukai