Anda di halaman 1dari 21

REAKSI KIMIA DALAM AIR

(Makalah Metodologi Pengajaran Kimia)

Oleh:
Ni Putu Rahma Agustina
90518301

PROGRAM STUDI MAGISTER PENGAJARAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 3
1.2. Tujuan ................................................................................................................ 3
1.3. Manfaat .............................................................................................................. 4
II. PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
2.1. Sifat Umum Larutan Berair............................................................................. 5
2.2. Reaksi Metatesis ................................................................................................ 7
2.3. Reaksi Pengendapan ......................................................................................... 9
2.4. Reaksi Asam-Basa ........................................................................................... 10
2.5. Konsentrasi Larutan ....................................................................................... 13
2.6. Stoikiometri Larutan ...................................................................................... 15
2.7. Soal-Soal Latihan ............................................................................................ 16
III. KESIMPULAN ................................................................................................... 19
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 19
3.2. Saran ................................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20
LAMPIRAN..................................................................................................................... 21

2
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reaksi kimia adalah suatu proses alam yang selalu menghasilkan
perubahan senyawa kimia. Reaksi kimia biasanya dikarakteristikan dengan
adanya perubahan kimiawi yang menghasilkan satu atau lebih produk yang
memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan reaktannya. Banyak reaksi kimia
dan hampir semua reaksi biologis berlangsung dalam medium air. Air
merupakan substansi raksasa yang berperan penting dalam kehidupan. Air
sering disebut sebagai pelarut universal, karena air mampu melarutkan banyak
zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat
di bawah tekanan dan temperatur standar.
Dalam kehidupan sehari-hari, reaksi kimia yang terjadi dalam larutan
berair memiliki banyak kegunaan seperti garam dapur (NaCl) digunakan
sebagai bahan penyedap rasa masakan. Ternyata, selain berfungsi sebagai
penyedap rasa, ketika garam ini berada dalam bentuk larutan jika
disambungkan dengan sumber daya dapat menghantarkan arus listrik dan
membuat lampu menyala.
Selain itu, pengendapan merupakan salah satu reaksi kimia dalam larutan
berair yang memiliki banyak kegunaan seperti dalam bidang kimia analitik
untuk mengidentifikasi keberadaan kation dan anion sebagai bagian dari
garam dalam analisa kuantitatif, digunakan dalam desalinasi air laut atau
untuk menghilangkan garam dari air, untuk mengisolasi produk tertentu dan
juga digunakan dalam pembuatan pigmen warna. Namun, ada beberapa reaksi
pengendapan yang tidak diharapkan karena menimbulkan kerugian seperti
pengendapan kerak CaCO3 dalam pipa industri.
Tidak hanya dalam industri dan rumah tangga, pada saat melakukan
analisis suatu larutan di dalam laboratorium, juga diperlukan konsep-konsep
dan teknik-teknik dasar yang harus dikuasai agar mampu menjelaskan reaksi-
reaksi kimia yang berlangsung. Oleh karena itu, konsep-konsep yang
berkaitan dengan fenomena-fenomena diatas akan dikaji lebih dalam makalah
ini.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui sifat umum dan jenis-jenis zat dalam larutan berair
2. Untuk mengetahui jenis-jenis reaksi kimia yang berlangsung dalam
larutan berair
3. Untuk memahami konsep stoikiometri umum pada larutan

3
4. Untuk memahami konsep stoikiometri reaksi pada larutan berair

1.3. Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari pembuatan makalah ini adalah menambah
wawasan dan memperdalam materi-materi kimia dasar serta mampu
mengaplikasikan ilmu yang di dapat dalam kehidupan sehari-hari

4
II. PEMBAHASAN

2.1. Sifat Umum Larutan Berair


Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat. Zat yang
lebih sedikit jumlahnya disebut dengan zat terlarut yang mana terdispersi
(tersebar secara merata) dalam zat pelarut. Sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak disebut dengan zat pelarut yang berperan sebagai fase
pendispersi komponen-komponen zat terlarut. Berdasarkan kelarutannya
dalam zat pelarut, larutan dibedakan atas 3 jenis yaitu:
 Larutan jenuh
Adalah larutan yang jumlah zat terlarutnya sebanding dengan
jumlah pelarut yang digunakan untuk melarutkan zat tersebut
sehingga terbentuk kesetimbangan dalam larutan tersebut.
 Larutan tidak jenuh
Adalah larutan yang jumlah zat terlarutnya kurang dari yang
diperlukan untuk membuat larutan tepat jenuh.
 Larutan lewat jenuh
Adalah kondisi larutan di mana jumlah zat terlarut lebih banyak dari
perbandingan zat terlarut dan zat pelarutnya sehingga menyebabkan
terjadinya pengendapan zat terlarut pada dasar larutan.
Fase suatu pelarut tidak selalu dalam bentuk cairan, tetapi juga bisa dalam
fase padatan atau fase gas dengan syarat mempunyai kemampuan untuk
melarutkan zat lain. Ilustrasi mengenai zat terlarut dan zat pelarut dapat dilihat
pada gambar di bawah ini:

5
Berdasarkan sifatnya, semua zat-zat yang terlarut dalam air dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Zat elektrolit
Merupakan suatu zat yang ketika dilarutkan dalam air akan menghasilkan
larutan yang mampu menghantarkan arus listrik.
2. Zat non elektrolit
Merupakan kebalikan dari zat elektrolit dimana ketika zat non elektrolit
dilarutkan dalam air, maka zat ini akan lebih sukar bahkan tidak dapat
menghantarkan arus listrik.

Air merupakan suatu konduktor listrik yang sangat buruk karena


mengandung molekul-molekul listrik yang bersifat netral (tidak
bermuatan) namun memiliki ujung positif (atom H) dan ujung negatif
(atom O). Tetapi, apabila suatu senyawa ionik dilarutkan dalam air,
larutan yang dihasilkan mampu menghantarkan listrik dengan baik.
Gambar dibawah ini memperlihatkan suatu percobaan yang bertujuan
untuk menentukan suatu zat bersifat elektrolit atau non elektrolit.

Salah satu contoh dari larutan elektrolit adalah larutan CuSO4. Larutan
CuSO4 memiliki kemampuan untuk menghantarkan listrik karena terdiri
atas partikel-partikel bermuatan yang dapat bergerak di dalam larutan
(ditunjukkan oleh gambar a). Ketika senyawa ionik dilarutkan dalam air,
ion-ion penyusun senyawa tersebut terpisah dan berubah membentuk

6
partikel yang independen dan dikelilingi oleh molekul-molekul dari
pelarut. Perubahan ini disebut dengan reaksi disosiasi yaitu penguraian
senyawa menjadi anion dan kation.

CuSO4(s)  Cu2+(aq) + SO42-(aq)

Persamaan diatas menunjukkan bahwa semua padatan CuSO4 yang


masuk ke dalam larutan berair akan menjadi ion-ion Cu2+ dan SO42- di
mana tidak ada satu unitpun dari CuSO4 yang tidak terdisosiasi di dalam
larutan. Selain CuSO4, asam dan basa juga merupakan suatu elektrolit.
Beberapa asam termasuk HCl dan HNO3 merupakan elektrolit kuat.
Asam-asam ini mengalami ionisasi sempurna di dalam air. Selain itu,
terdapat beberapa asam yang hanya terionisasi sebagian ketika dilarutkan
dalam air. Sebagai contoh asam asetat.

CH3COOH(aq)  CH3COO-(aq) + H+(aq)

Panah dua arah dalam persamaan diatas menunjukkan bahwa reaksi


yang terjadi bersifat reversible yaitu, awalnya sejumlah molekul
CH3COOH terurai menjadi ion-ion CH3COO- dan H+. Seiring berjalannya
waktu, beberapa ion CH3COO- dan H+ bergabung kembali membentuk
molekul CH3COOH sehingga pada akhirnya tercapai suatu keadaan di
mana molekul-molekul asam terurai secepat penggabungan kembali ion-
ionnya.
Sebaliknya, suatu larutan non elektrolit sukar untuk menghantarkan
arus listrik karena komponen-komponen penyusunnya terhubung melalui
ikatan kovalen dan tidak bermuatan sehingga tidak membentuk partikel-
partikel yang independen (terdisosiasi sempurna) ketika dilarutkan dalam
air. Sebagai contoh, larutan gula (ditunjukkan oleh gambar a) dan etilen
glikol merupakan larutan non elektrolit yang sukar menghantarkan arus
listrik.

2.2. Reaksi Metatesis


Merupakan reaksi pergantian rangkap antara ion-ion yang ada di dalam
larutan. Pada reaksi metatesis, terjadi pertukaran tempat dari anion dan kation.
Sebagai contoh, ketika 1 mol larutan NaCl dicampurkan dengan 1 mol larutan
AgNO3, maka 1 mol AgCl akan terbentuk dan larutan akan mengandung 1
mol NaNO3 yang terlarut. Apabila diinginkan, AgCl dapat dipisahkan dari
larutan dengan cara menyaring larutan menggunakan kertas saring kemudian
larutan jernih yang melalui kertas saring diuapkan sehingga yang tersisa
hanyalah kristal NaNO3. Reaksi kimianya adalah:

AgNO3(aq) + NaCl(aq)  AgCl(s) + NaNO3(aq)

7
Persamaan di atas dinamakan dengan persamaan molekuler karena baik
reaktan maupun produk dituliskan seolah-olah zat-zat tersebut berbentuk
molekul di dalam larutan. Untuk persamaan ion, penulisan rumus dari tiap
elektrolit kuat yang larut dalam bentuk terdiosiasi dan penulisan rumus untuk
zat yang tidak larut dalam bentuk molekuler. Persamaan ion dari contoh di
atas adalah:

Ag+(aq) + NO3-(aq) + Na+(aq) + Cl-(aq)  AgCl(s) + Na+(aq) + NO3-(aq)

Apabila diperiksa persamaan ion dari reaksi ini, terlihat bahwa ion Na+
dan ion NO3- tidak mengalami perubahan. Ion Na+ dan ion NO3- ini disebut
dengan ion penonton (spectator ion) karena bukan merupakan ion-ion utama
yang terlibat dalam reaksi. Sehingga persamaan ion bersihnya menjadi:

Ag+(aq) + Cl-(aq)  AgCl(s)

Penyebab terjadinya reaksi ini adalah terbentuknya endapan perak klorida.


Dapat dikatakan bahwa pembentukan endapan inilah yang menjadi gaya
pendukung dan merupakan hasil akhir dari reaksi ion. Hal ini dikarenakan
apabila ion-ion penonton dihilangkan dari persamaan reaksi, maka hasil akhir
dari persamaan ion akan tetap ada. Berbeda ketika suatu larutan KCl
direaksikan dengan larutan NaNO3, pada reaksi yang terjadi, ketika ion-ion
penonton dihilangkan, maka tidak terbentuk hasil pada reaksi akhir ion.
Dibuktikan dengan persamaan reaksi dibawah ini:

KCl(aq) + NaNO3(aq)  KNO3(aq) + NaCl(aq)


K +
(aq) + Na+(aq) + NO3-(aq)  K+(aq) + Cl-(aq) + Na+(aq) + NO3-(aq)
Cl-(aq) +

Dari persamaan diatas, dapat dikatakan bahwa larutan KCl ketika


direaksikan dengan larutan NaNO3 tidak akan bereaksi karena hanya
mengalami pencampuran ion-ion. Hal ini disebabkan karena semua senyawa
tersebut merupakan suatu garam yang bersifat sebagai elektrolit kuat.
Dalam suatu reaksi metatesis, suatu reaksi dikatakan mengalami reaksi
pergantian rangkap apabila terbentuk endapan pada akhir reaksi sebagai salah
satu dari tiga gaya pendukung dalam reaksi metatesis. Selain itu, reaksi akan
berjalan apabila salah satu hasil reaksi berupa elektrolit lemah atau gas.
Dalam suatu larutan elektrolit lemah, hanya sebagian kecil dari zat
terlarutnya akan terdisosiasi. Larutan tersebut lebih banyak berada dalam
molekul daripada dalam bentuk ion. Misalnya dalam larutan asam asetat 1 M,
hanya kira-kira 0.42% dari asam berbentuk sebagai ion H+ dan ion C2H3O2-,
berarti sekitar 99.58% berada dalam bentuk molekul larutan HC2H3O2.

8
Sebagai contoh, ketika larutan elektrolit kuat HCl dicampur dengan
NaC2H3O2, maka persamaan reaksinya menjadi:

H+(aq) + Cl-(aq) + Na+(aq) + C2H3O2-(aq)  Na+(aq) + Cl-(aq) + HC2H3O2(aq)


H+(aq) + C2H3O2-(aq)  HC2H3O2(aq)

Dalam beberapa hal, molekul zat yang terbentuk dalam suatu reaksi
metatesis dapat berupa zat yang tidak larut dalam air, gas atau zat yang
mengurai dan akan menguap sebagai gas. Misalnya ketika HCl ditambahkan
pada larutan Na2S, salah satu produk reaksinya merupakan elektrolit lemah
yaitu H2S yang memiliki kelarutan sangat kecil dalam air sehingga akan
menguap keluar dari campuran reaksi dalam fasa gas. Persamaan reaksinya:

2HCl(aq) + Na2S(aq)  H2S(q) + 2NaCl(aq)


2H (aq) + 2Cl-(aq) + 2Na+(aq) + S2-(aq)  H2S(q) + 2H+(aq) + 2Cl-(aq)
+

2H+(aq) + S2-(aq)  H2S(q)

2.3. Reaksi Pengendapan


Salah satu jenis reaksi yang umumnya berlangsung dalam larutan berair
adalah reaksi pengendapan yang ditandai dengan terbentuknya suatu produk
yang tidak larut (endapan). Endapan merupakan padatan tak larut yang
terpisah dari larutan. Reaksi pengendapan biasanya melibatkan senyawa-
senyawa ionik misalnya ketika larutan timbal nitrat [Pb(NO3)2] ditambahkan
ke dalam larutan natrium iodida (NaI), akan membentuk endapan timbal
iodida (PbI2) yang berwarna kuning.

Persamaan pertama yang menggambarkan proses pengendapan timbal


iodida disebut dengan persamaan molekul karena rumus senyawanya
dituliskan seolah-olah semua spesi berada sebagai molekul atau keseluruhan
unit. Tujuannya, untuk memberikan informasi mengenai identitas pereaksi.
Sedangkan persamaan kedua merupakan persamaan ionik total di mana dalam
persamaan ini menunjukkan spesi-spesi yang terlarut dalam bentuk ion-ion
bebasnya.
Untuk menuliskan persamaan ionik dari suatu reaksi, kita harus
mengetahui tingkat kelarutan senyawa-senyawa ionik tersebut dalam air.
Kelarutan khas dari senyawa-senyawa ionik dalam air pada suhu 25oC.
1. Semua senyawa logam alkali (Gol.1) dapat larut

9
2. Semua senyawa amonium (NH4-) dapat larut
3. Semua senyawa yang mengandung nitrat (NO3-), klorat (ClO3-) dan
perklorat (ClO4-) dapat larut
4. Sebagian besar hidroksida (OH-) tidak dapat larut kecuali hidroksida
logam alkali dan Ba(OH)2, Ca(OH)2 bersifat sedikit larut
5. Sebagian besar senyawa yang mengandung klorida (Cl-), bromide (Br-)
atau iodide (I-) dapat larut kecuali senyawa-senyawa mengandung Ag+,
Hg2+, dan Pb2+
6. Semua karbonat (CO32-), fosfat (PO43-) dan sulfide (S2-) tidak dapat larut
kecuali seyawa-senyawa ion logam alkali dan ion ammonium
7. Sebagian besar sulfat (SO42-) dapat larut, CaSO4 dan Ag2SO4 sedikit larut.

Aplikasi reaksi pengendapan dalam kehidupan sehari-hari:


1. Dalam bidang kimia analitik untuk mengidentifikasi keberadaan kation
dan anion sebagai bagian dari garam dalam analisa kuantitatif
2. Digunakan dalam desalinasi air laut atau untuk menghilangkan garam dari
air
3. Untuk mengisolasi produk tertentu
4. Digunakan dalam pembuatan pigmen warna
5. Digunakan dalam analisis kandungan logam pada suatu larutan tertentu
Selain berguna dalam kehidupan sehari-hari, reaksi pengendapan yang tidak
diinginkan (merugikan) juga ditemui dalam beberapa hal seperti pengendapan
kerak dalam saluran pipa industri.

2.4. Reaksi Asam-Basa


Asam adalah suatu spesi yang memiliki rasa masam, menyebabkan
perubahan warna (mengubah warna lakmus dari biru menjadi merah),
bereaksi dengan logam tertentu menghasilkan gas hidrogen, bereaksi dengan
karbonat dan bikarbonat menghasilkan gas karbondioksida dan ketika
dilarutkan dalam air mampu menghantarkan arus listrik.

10
Menurut kekuatannya, asam dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu;
suatu asam yang pada saat dilarutkan dalam air akan terdisosiasi secara
sempurna dan memiliki konsentrasi ion H3O+ yang tinggi disebut dengan
asam kuat. Sedangkan apabila hanya sebagian kecil dari zat terlarutnya yang
akan terdisosiasi menjadi ion dan menyebabkan konsentrasi ion H3O+ yang
dikandungnya rendah, dinamakan asam lemah.
Basa adalah suatu spesi yang memiliki rasa pahit, terasa licin,
menyebabkan perubahan warna (mengubah warna lakmus dari merah
menjadi biru), ketika dilarutkan dalam air mampu menghantarkan listrik.
Penggolongan jenis basa juga dibedakan atas dua macam yaitu basa kuat;
sebagian senyawa ion yang khas apabila dilarutkan dalam air akan mengalami
disosiasi secara sempurna. Pada umumnya merupakan ion dari hidroksida
logam. Sedangkan basa lemah; adalah senyawa ion yang secara relatif hanya
mengandung sedikit ion hidroksida dan pada umumnya merupakan ion dari
hidroksida basa molekuler. Istilah asam-basa menurut para ahli yakni:
1. Asam-basa Bronsted Lowry
Asam merupakan suatu spesi yang berperan sebagai donor proton
sedangkan basa merupakan spesi yang berperan sebagai aseptor proton.
Sebagai contoh, ketika suatu asam klorida dilarutkan dalam air, asam
klorida akan berperan sebagai asam bronsted karena memberikan
sebuah proton dalam air:

HCl(aq)  H+(aq) + Cl-(aq)

Keunggulan asam–basa Bronsted Lowry:


 Konsep asam–basa menurut Bronsted Lowry tidak terbatas
dalam pelarut air, tetapi juga menjelaskan reaksi asam–basa
dalm pelarut lain atau bahkan reaksi tanpa pelarut.
 Asam dan basa dari Bronsted Lowry tidak hanya berupa
molekul, tetapi dapat juga berupa kation atau anion. Konsep
asam dan basa dari Bronsted Lowry dapat menjelaskan sifat
asam suatu senyawa.

2. Asam-basa Arhennius
Asam merupakan spesi yang melepaskan ion H+ di dalam air.
Sedangkan basa adalah spesi yang melepaskan ion OH- di dalam air.
Definisi Arhennius mengenai asam dan basa hanya terbatas pada

11
penerapan dalam larutan dengan medium air. Sebagai contoh, suatu
natrium hidroksida ketika dilarutkan dalam air akan bertindak sebagai
basa Arhennius:
NaOH(aq)  Na+(aq) + OH-(aq)

3. Asam-basa Lewis
Menurut Lewis, asam adalah suatu spesi yang bertindak sebagai
akseptor elektron. Sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai
donor elektron.

Berdasarkan tingkat ionisasinya, suatu asam dapat digolongkan menjadi


tiga jenis yaitu: asam monoprotik, setiap satuan asam hanya menghasilkan
satu ion hidrogen dalam ionisasi (HX  H+ + X-). Berikut contoh asam
monoprotik dan penamaannya:
HF asam fluorida (fluoride acid)
HCl asam klorida (chloride acid)
HBr asam bromida (bromide acid)
HI asam iodida (iodide acid)
HOCl asam hipoklorit (hipochloric acid)
HClO2 asam klorit (chloric acid)

Asam diprotik, molekul asam yang mampu melepaskan dua ion hidrogen
dalam ionisasinya. Contohnya adalah H2SO4 (asam sulfat).

(H2X  H+ + HX-) H2SO4(aq)  H+(aq) + HSO4-(aq)


(HX-  H+ + X2-) HSO4-(aq)  H+(aq) + SO42-(aq)

Sedangkan asam triprotik merupakan asam yang mampu melepaskan tiga


ion hidrogen dalam ionisasi pada tahap yang berbeda. Contohnya H3PO4
(asam fosfat/asam ortofosfat).

(H3X-  H+ + H2X2-) H3PO4(aq)  H+(aq) + H2PO4-(aq)


(H2X-  H+ + HX2-) H2PO4(aq)  H+(aq) + HPO42-(aq)
(HX2-  H+ + X3-) HPO4(aq)  H+(aq) + PO43-(aq)

Ketika suatu asam direaksikan dengan suatu basa di dalam air, reaksi ini
akan menghasilkan suatu garam (asam/basa konjugatnya) dan air. Reaksi ini
biasanya disebut dengan reaksi penggaraman atau reaksi netralisasi.
Asam + Basa  Garam + Air
HCl(aq) + NaOH(aq)  NaCl(aq) + H2O(l)
H (aq) + Cl-(aq) + Na+(aq) + OH-(aq)  Na+(aq) + Cl-(aq) + H2O(l)
+

H+(aq) + OH-(aq)  H2O(l)

12
Reaksi asam-basa dapat digolongkan dalam empat jenis yaitu:
a) Reaksi asam kuat – basa kuat
b) Reaksi asam lemah – basa kuat
c) Reaksi asam kuat – basa lemah
d) Reaksi asam lemah – basa lemah

2.5. Konsentrasi Larutan


Untuk mempelajari stoikiometri suatu larutan, kita harus mengetahui
berapa banyak reaktan yang terdapat di dalam larutan dan juga bagaimana
mengendalikan jumlah reaktan yang digunakan dalam suatu reaksi. Hal ini
dinyatakan dengan istilah konsentrasi larutan, yaitu jumlah zat terlarut yang
terdapat di dalam sejumlah tertentu pelarut atau larutan dan biasanya
dinyatakan dalam bentuk satuan molaritas (M) atau konsentrasi molar, yaitu
jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Diagram Stoikiometri Umum Larutan

Selain molaritas, juga dikenal beberapa istilah untuk satuan konsentrasi


yaitu: normalitas (N), menyatakan banyaknya gram ekivalen solute yang
terdapat dalam 1L larutan. Gram ekivalen ditentukan oleh massa ekivalen
solute yang berhubungan dengan reaksi kimia. Selanjutnya molalitas (m),
menyatakan banyaknya solute per kilogram solvent dalam suatu larutan.
Molalitas tidak dapat dihitung dari nilai molaritas (M) jika kerapatan jenis

13
tidak diketahui. Bila diketahui HCl bermolalitas 1m artinya terdapat 1 mol
HCl anhidrat dalam 1000 g pelarut. Fraksi mol, merupakan jumlah mol (n)
suatu komponen dibagi dengan jumlah mol total semua komponen dalam
larutan.
Ketika akan membuat suatu larutan dengan molaritas yang telah diketahui,
maka perlu diperhatikan tahapan prosedur yang benar adalah sebagai berikut:
 Pertama, zat terlarut ditimbang secara akurat kemudian dimasukan ke
dalam labu volumetrik melalui corong (gambar a)
 Selanjutnya air ditambahkan secukupnya ke dalam labu (gambar b)
 Labu digoyang-goyangkan untuk melarutkan padatan (gambar c)
 Setelah semua padatan melarut, air ditambahkan kembali secara
perlahan sampai ketinggian larutan tepat mencapai tanda batas pada
labu (gambar d)
 Labu kemudian digoyangkan kembali untuk menghomogenkan
larutan (gambar e).

Apabila kita ingin membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari


larutan pekat, maka kita perlu melakukan pengenceran larutan stok sebelum
bekerja dengan larutan tersebut. Proses ini dinamakan dilusi atau
pengenceran, yaitu prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari
larutan yang lebih pekat.

14
Mawal x Vawal = Makhir x Vakhir
Mol zat terlarut sebelum = mol zat terlarut setelah pengenceran
Dengan melakukan proses pengenceran, penambahan lebih banyak
pelarut ke dalam sejumlah tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi)
konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat
dalam larutan.

2.6. Stoikiometri Larutan


Analisis gravimetri merupakan suatu teknik analisis yang didasarkan pada
pengukuran massa. Salah satu jenis percobaan analisis gravimetri melibatkan
pembentukan, isolasi dan penentuan massa suatu endapan. Prosedur ini
umumnya diterapkan pada senyawa ionik. Langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam analisis gravimetri adalah:
 Larutkan zat yang tidak diketahui komposisinya (sampel awal)
dalam air
 Biarkan bereaksi dengan zat lain sehingga membentuk endapan
 Saring, keringkan lalu timbang endapan tersebut
 Dengan menggunakan rumus kimia dan massa dari endapan, dapat
ditentukan jumlah dari ion dari sampel awal.

A B C
Pada gambar di atas merupakan salah satu tahap-tahap dasar untuk analisis
gravimetri. Pada gambar (A), suatu larutan yang mengandung sejumlah
tertentu NaCl dalam gelas kimia. (B) endapan AgCl terbentuk akibat
penambahan larutan AgNO3 dari gelas ukur. Dalam reaksi ini, AgNO3 adalah
pereaksi berlebih dan NaCl adalah pereaksi pembatas. (C) larutan yang
mengandung endapan AgCl disaring melalui krus yang berpori dibagian
tengahnya, yang sebelumnya telah ditimbang, untuk melewatkan cairan. Krus
ini kemudian dilepaskan dari alat penyaring, dikeringkan dalam oven dan
ditimbang kembali. Perbedaan antara massa total dengan massa krus kosong
memberikan massa endapan AgCl.
Salah satu analisis kuantitatif yang biasanya digunakan dalam reaksi
penetralan asam-basa adalah dengan metode titrasi. Metode ini melibatkan
suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara pasti (larutan

15
standar) yang ditambahkan secara bertahap ke dalam suatu larutan lain yang
tidak diketahui konsentrasinya.

Prosedur untuk titrasi diperlihatkan pada gambar di atas. Pertama-tama,


sejumlah tertentu zat yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer dan ditambahkan sejumlah tertentu air untuk melarutkannya.
Kemudian larutan standar (larutan basa) dimasukkan ke dalam buret sampai
batas maksimum. Larutan standar kemudian diteteskan ke dalam larutan yang
akan dianalisis tetes demi tetes sambil digoyang-goyangkan erlenmeyer
hingga terjadi perubahan warna larutan. Perubahan warna larutan biasanya
terjadi karena penambahan indikator ke dalam larutan yang akan di titrasi
untuk menunjukkan apakah larutan telah mencapai titik ekivalennya atau
belum. Indikator merupakan zat yang memiliki perbedaan warna yang
mencolok saat berada dalam medium asam dan basa. Setelah titrasi selesai,
maka dihitung jumlah zat pentitrasi yang dibutuhkan selama titrasi untuk
menentukan konsentrasi zat yang di analisis.

2.7. Soal-Soal Latihan


1. Larutan kalium fosfat dicampurkan dengan larutan kalsium nitrat.
Ramalkan produknya dan tuliskan reaksi ionik totalnya.
Jawab:
Persamaan molekulnya:
2K3PO4(aq) + 3Ca(NO3)2(aq)  6KNO3(aq) + Ca3(PO4)2(s)

Persamaan ioniknya:
6K (aq) + 2PO43-(aq) + 3Ca2+(aq) + 6NO3-(aq)  6K+(aq) + 6NO3-(aq) + Ca3(PO4)2(s)
+

Dengan mengabaikan ion-ion pendamping K+ dan NO3-, maka


persamaan reaksi ionik totalnya:
3Ca2+(aq) + 2PO43-(aq)  Ca3(PO4)2(s)

16
2. Apakah akan terjadi reaksi kimia apabila larutan NH4NO3 dan
Pb(C2H3O2)2 dicampur?
Jawab:
Untuk menjawab soal tersebut, maka perlu dituliskan persamaan
molekuler, persamaan ionnya. Yaitu;

2NH4NO3(aq) + Pb(C2H3O2)2(aq)  Pb(NO3)2(aq) + 2NH4C2H3O2 (aq)


2NH4 (aq) + 2NO3-(aq) + Pb2+(aq) + 2C2H3O2-(aq) 2NH4+(aq) + 2NO3-(aq) + Pb2+(aq) + 2C2H3O2-(aq)
+

Apabila kita hilangkan semua ion penontonnya, maka tidak ada ion
yang tersisa pada hasil akhir reaksi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
reaksi dari kedua senyawa diatas bukan merupakan reaksi metatesis.

3. Berapa gram kalium dikromat (K2Cr2O7) yang dibutuhkan untuk


menyiapkan 250 mL larutan yang konsentrasinya 2.16 M?
Jawab:
Penentuan jumlah mol K2Cr2O7 dalam 250 mL larutan 2.16 M
2.16 𝑚𝑜𝑙 K2Cr2O7
Mol K2Cr2O7 = 250 mL larutan x 1000 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
= 0.540 mol K2Cr2O7

Penentuan massa K2Cr2O7 yang dibutuhkan


Massa K2Cr2O7 = mol K2Cr2O7 x mr K2Cr2O7
= 0.540 mol x 294.2 g/mol
= 159 gram

4. Sebanyak 0.5662 g sampel senyawa ionik yang mengandung ion klorida


dan suatu logam yang tidak diketahui dilarutkan dalam air dan direaksikan
dengan AgNO3 berlebih. Jika massa endapan AgCl yang terbentuk adalah
1.0882 g, berapa persen massa Cl dalam senyawa awal?
Jawab:
Penentuan massa Cl
1 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔𝐶𝑙 1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑙 35.45 𝑔 𝐶𝑙
Massa Cl = 1.0882 g AgCl x 143.4 𝑔 𝐴𝑔𝐶𝑙 x 1 𝑚𝑜𝑙 𝐴𝑔𝐶𝑙 x 1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑙
= 0.2690 g Cl

Penentuan persen massa Cl dalam sampel


𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝐶𝑙
% Cl (% massa) = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 x 100%
0.2690 𝑔
= 0.5662 𝑔 x 100%
= 47.51%

17
5. Bagaimana cara menyiapkan 5.00 x 102 mL larutan H2SO4 1.75 M,
dimulai dengan larutan stok H2SO4 8.61 M
Jawab:
untuk menyelesaikan permasalahan diatas, maka digunakan prinsip
pengenceran:
Vawal x Mawal = Vakhir x Makhir
(Vawal)(81.6 M) = (5.00 x 102 mL)(1.75 M)
Vawal = 102 mL
Oleh karena itu, dibutuhkan sebanyak 102 mL larutan H2SO4 8.61 M
diencerkan dengan air secukupnya sampai volume akhir 500 mL dalam
labu takar 500 mL untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan.

6. Dalam suatu percobaan titrasi, seorang mahasiswa menemukan bahwa ia


memerlukan 23.48 mL NaOH untuk secara tuntas menetralisir 0.5468 g
kalium hidrogen ftalat (KHP). Berapakah konsentrasi (dalam molaritas)
dari larutan NaOH tersebut?
Jawab:
Penentuan jumlah mol KHP yang digunakan
1 𝑚𝑜𝑙 𝐾𝐻𝑃
Mol KHP = 0.5468 g KHP X 204.2 𝑔 𝐾𝐻𝑃
= 2.678 x 10-3 mol

Karena 1 mol KHP ≈ 1 mol NaOH, semestinya ada 2.678 x 10-3 mol
NaOH dalam 23.48 mL larutan NaOH, maka molaritas NaOH adalah:
2.678 𝑥 10−3 𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 1000 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Molaritas NaOH = x
23.48 𝑚𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 1 𝐿 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
= 0.1141 M

18
III. KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Pada suatu reaksi kimia dalam larutan, zat-zat terlarut yang larut dalam
pelarut air dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu zat elektrolit dan zat
non elektrolit, bergantung pada kemampuan dalam menghantarkan arus
listrik.
2. Empat jenis reaksi utama yang mewakili reaksi-reaksi utama dalam sistem
kimiawi dan biologis adalah reaksi metatesis (pergantian rangkap), reaksi
pengendapan (produk yang merupakan zat tidak larut dan terpisah dari
larutan), reaksi asam-basa (melibatkan transfer proton dari suatu asam ke
basa) dan reaksi redoks (akan dibahas pada makalah selanjutnya).
3. Studi kuantitatif reaksi-reaksi dalam larutan membutuhkan pengetahuan
mengenai konsentrasi larutan, yang biasanya dinyatakan dalam satuan
molaritas. Studi termasuk analisis gravimetri yang melibatkan
pengukuran massa dan titrasi untuk menentukan konsentrasi larutan yang
tidak diketahui dengan cara mereaksikannya dengan larutan yang sudah
diketahui konsentrasinya.

3.2. Saran
Literatur dalam pembuatan makalah kedepannya sebaiknya diperbanyak lagi
sehingga bisa melengkapi kekurangan dari masing-masing literatur dan
menghasilkan makalah dengan yang jauh lebih baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, H., dan Tupamahu, M.S. (2001): Penuntun Belajar Kimia Dasar:
Stoikiometri Energetika Kimia. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.
Chang, R. (2005): Kimia Dasar Jilid 1 Edisi Ketiga: Konsep-Konsep Inti. Erlangga.
Jakarta.
Jespersen, N.D., Brady, J.E., and Hyslop, A. (2012): Chemistry: The Molecular
Nature of Matter 6th Edition. John Wiley & Sons. New York.

20
LAMPIRAN

PETA KONSEP REAKSI KIMIA DALAM AIR

 Pengertian meliputi
 Ciri-ciri reaksi REAKSI METATESIS
metatesis meliputi
 Persamaan reaksi
REAKSI REAKSI
meliputi
PENGENDAPAN ASAM-BASA  Pengertian
 Sifat Umum Asam
 Pengertian
Reaksi

Basa
 Kelarutan
 Jenis asam dan
 Persamaan Molekul
basa
 Persamaan Ionik
 Penamaan
 Aturan pengendapan
 Teori Asam Basa
mengetahui menghitung  Reaksi Asam Basa
SIFAT UMUM LARUTAN KONSENTRASI
LARUTAN LARUTAN
BERAIR
meliputi
meliputi
mengaplikasikan

 Molaritas
 Pengertian  Normalitas
 Jenis-jenis larutan  Molalitas
 Larutan Elektrolit  Fraksi mol
 Larutan Non elektrolit  Pengenceran
STOIKIOMETRI Larutan
LARUTAN

meliputi

 Diagram stoikiometri
umum
 Analisis Gravimetri
 Titrasi Asam-Basa
 Latihan Soal

21

Anda mungkin juga menyukai