Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL 1

Banks’ Foreign Claims in the Aftermath of the 2008 Crisis: Institutional


Response, Financial Efficiency, and Integration of Cross-Border Banking in
the Euro Area.

Sistem finansial memiliki peran penting dalam sebuah sistem perekonomian dunia
dan juga negara,yang berfungsi dalam menyediakan mekanisme perpindahan dana
dari pihak yang surplus (pihak yang mempunyai dana yang dapat dipinjamkan)
kepada pihak yang defisit (pihak peminjam dana), untuk keperluan konsumsi dan
investasi di bidang yang produktif dan sebagai saluran yang esensial bagi
kebijaksanaan pemerintah dalam mengatur perekonomiannya.

Proses dalam sistem finansial inilah yang menentukan berapa biaya kredit dan
bagaimana kredit itu akan disediakan untuk membayar beribu-ribu jenis barang
dan jasa yang dibeli setiap harinya, yang akan membantu pemerintah dalam
penyediaan dana bagi industri-industri rumah tangga dalam sektor riil,
menciptakan tenaga kerja dan menstabilkan perekonomian. Namun jika sebuah
krisis terjadi, yang merupakan sebuah goncangan pada salah satu unsur sistem
finansial, maka akan berakibat pada kondisi perekonomian sebuah negara secara
keseluruhan. Krisis finansial akan menjadi sebuah kondisi yang menakutkan dan
mengakibatkan penurunan tingkat pertumbuhan perekonomian serta kestabilan
perekonomian negara.

Dampak yang signifikan akibat krisis ini dialami oleh sejumlah negara-negara
maju, karena pertumbuhan perekonomiannya sebagian ditopang dalam sektor
finansial, tidak terkecuali oleh negara-negara dalam anggota Uni Eropa (UE).
Besarnya dampak krisis ekonomi yang melanda Eropa menyebabkan negara-
negara Eropa harus menyuntikkan dana lebih besar ke pasar-pasar keuangan dan
finansial serta mengucurkan dana talangan milyaran euro untuk menyelamatkan
bank-bank dan institusi finansial yang terancam bangkrut. Krisis ekonomi yang
melanda kawasan Eropa pertama kali terjadi di negara Yunani bulan Mei tahun
2009. Penyebab krisis Yunani adalah utang swasta yang terlalu besar. Peningkatan
utang pemerintah cukup drastis sehingga rasio utang swasta terhadap
perekonomian melonjak.

Oleh karena itu, Warin et al. (2021) dalam artikelnya yang berjudul “Banks’
Foreign Claims in the Aftermath of the 2008 Crisis: Institutional Response,
Financial Efficiency, and Integration of Cross-Border Banking in the Euro Area’,
mencoba untuk meninjau efisiensi pasar keuangan Eropa setelah terjadinya krisis
global 2008 dan menyoroti beberapa potensi anomali yang dapat menghambat
pasar keuangan Eropa dengan perspektif risiko sistematis melalui sistem
perbankannya.

Krisis kawasan eropa membuat segalanya bergerak maju. Kelompok yang


diketuai oleh Jacques de Larosière menghasilkan serangkaian arahan yang direvisi
dan peraturan baru yakni:

1. Arahan tentang Skema Jaminan Deposito (1994/19/EC) diubah oleh


2009/14 / EC
2. Persyaratan Modal Arahan (Petunjuk 2006/48/EC) direvisi untuk
memungkinkan negara anggota dan atau otoritas yang kompeten untuk
menerapkan persyaratan modal secara tunggal dan konsolidasi
3. Peraturan Lembaga Pemeringkat Kredit (Peraturan (EC) No 1060/2009
(OJ L 302, 17.11.2009)
4. Peraturan (EU) No 1092/2010 tentang pengawasan sistem keuangan
makro-prudensial Uni Eropa dan pembentukan Dewan Risiko Sistemik
Eropa. 

Pada Juni 2012, para pemimpin Uni Eropa sepakat bahwa serikat perbankan untuk
kawasan euro adalah langkah untuk memutus hubungan khusus antara bank dan
pemerintah di mana kawasan euro berada pada risiko serius selama pertengahan
tahun 2012. Disepakati bahwa EBU akan terdiri dari dua pilar yang beroperasi
penuh yaitu Single Supervisory Mechanism (SSM) dan Single Resolution
Mechanism (SRM).
Laporan Lima Presiden tentang Penyelesaian Uni Ekonomi dan Moneter Eropa
menyarankan Asuransi Deposito Eropa untuk menyelesaikan EBU. Pada
November 2015, Komisi Eropa menerbitkan proposal legislatif untuk membuat
skema asuransi simpanan Eropa (EDIS). Hingga pada awal tahun 2020, hal ini
masih dinegosiasikan di antara negara-negara anggota UE, meskipun terdapat
konsensus yang luas bahwa serikat perbankan Eropa yang tangguh membutuhkan
EDIS.

Warin et al. (2021) melakukan analisis makroekonomi dari perilaku variabel


dependen (klaim asing bank). Dimana secara empiris, variabel dependen
dinyatakan sebagai logaritma dari jumlah tagihan luar negeri bank yang terhutang
pada akhir tahun, sebagaimana disediakan oleh Bank for International
Settlements. Warin et al. (2021) mengklasifikasikan variabel penjelas menjadi
dua kelompok yakni:

1. Tiga variabel yang terkait dengan model Heckscher-Ohlin-Samuelson


(HOS): ukuran pasar, kesamaan pasar, dan dukungan relatif
2. Tiga variabel konvergensi makroekonomi Eropa. Variabel intersep untuk
keanggotaan kawasan euro (EMU). Sumber data dan definisi variabel
disediakan dalam Lampiran A.

Penulis memperkirakan persamaan yang terdiri dari variabel HOS (ukuran pasar,
kesamaan pendapatan dan dukungan faktor relatif) dan termasuk tiga proxy untuk
konvergensi Eropa (perbedaan suku bunga, perbedaan anggaran, dan selisih
utang).
Warin et al. (2021) menyelidiki sejauh mana klaim bank asing dipengaruhi oleh
ukuran pasar, kesamaan pasar, dan faktor relatif. Seperti diketahui bahwa ukuran
pasar (Gij, t) adalah ukuran dari keseluruhan ruang ekonomi, dan dihitung sebagai
logaritma natural dari jumlah PDB negara tuan rumah dan negara asal. Sehingga
Warin et al. (2021) berhipotesa bahwa semakin tinggi ukuran ekonomi di kedua
negara, semakin rendah klaim bank bilateral asing yang diharapkan. Validitas
hubungan yang dihipotesiskan ini bergantung pada pasar keuangan domestik dan
prevalensi efek preferensi nasional. Kesamaan pasar (Sij, t) adalah indeks yang
menangkap ukuran relatif dari dua ekonomi yang dibatasi antara divergensi
absolut dalam ukuran dan kesetaraan dalam ukuran negara. Secara apriori, tanda
yang diharapkan adalah negatif, karena klaim bank asing lebih mungkin terjadi di
antara pertumbuhan ekonomi yang berbeda. Faktor pendukung relatif (Rij, t)
adalah perbedaan dana abadi faktor antara dua negara. Secara empiris, faktor
endowment ditentukan oleh rasio pembentukan modal tetap bruto terhadap
populasi suatu negara. Variabel endowmen mengambil nilai minimum 0,
mewakili kesetaraan dalam dana abadi faktor relatif, dan nilai maksimum yang
mendekati 1, perbedaan terbesar yang mungkin terjadi dalam sumbangan faktor
relatif.

Warin et al. (2021) menyebutkan data set berisi 552 (24 × 23) pasang negara
selama 11 tahun (2005-2015) mewakili 6072 pengamatan negara-pasangan-tahun.
Ringkasan statistik untuk variabel dependen dan variabel penjelas disajikan pada
tabel dibawah ini.
Hasil analisa dari Warin et al. (2021) yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini
menunjukkan dampak positif keseluruhan dari keanggotaan EMU, bahkan setelah
Krisis Keuangan Global 2008. Namun, krisis tersebut memiliki dampak yang
lebih dramatis di Eropa karena arsitektur kelembagaannya. Keseimbangan antara
EDIS sebagai perangkat berbagi risiko dan tindakan lain harus meningkatkan
alokasi dan manajemen risiko bank.
Langkah lebih lanjut menuju perbaikan kerangka regulasi dan resolusi dapat
mengatasi kekhawatiran yang tersisa tentang pergerakan modal bebas, efisiensi
keuangan yang lebih tinggi, dan likuiditas yang tidak terhalang dalam kelompok
perbankan. Konsekuensinya, fragmentasi finansial harus menghilang demi
integrasi finansial. Sistem keuangan yang terintegrasi dengan baik juga
memerlukan langkah-langkah untuk:
1. Meningkatkan kerangka kerja akuntansi dan audit bank untuk
meningkatkan disiplin pasar
2. Mendorong harmonisasi peraturan lebih lanjut
3. Mengakhiri pemagaran modal dan likuiditas berbahaya yang melintasi
perbatasan nasional di dalam kawasan eropa karena mendukung
fragmentasi geografis yang merugikan
4. Mendorong beberapa harmonisasi perpajakan bank dan aktivitas
perbankan di kawasan eropa. 
ARTIKEL 2
Financing Growth through Remittances and Foreign Direct Investment:
Evidences from Balkan Countries.

Dampak krisis yang dialami negara akan berbeda karena perbedaan fundamental
kebijakan ekonomi yang diambil oleh negara. Namun secara global, terpuruknya
perbankan di sejumlah negara yang ditandai dengan anjloknya harga saham, yang
mengakibatkan krisis kepercayaan dan kepanikan investor, akan berdampak
terhadap macetnya sistem pembayaran dan penyaluran kredit global sebagai
oksigen untuk bernapasnya dunia bisnis, hingga akhirnya dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara dan perekonomian dunia.

Selanjutnya, dampak dari krisis global 2008 yang terjadi juga dirasakan oleh
negara-negara berkembang. Dalam kasus negara berkembang, tujuan utama bank
sentral di seluruh dunia adalah memperkokoh fondasi pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan setelah terjadinya krisis global 2008 sehingga membutuhkan waktu,
upaya besar, perhatian, dan banyak sumber daya agar dapat dicapai sepenuhnya.
Sehingga, Jushi et al. (2021) dalam artikelnya yang berjudul “Financing Growth
through Remittances and Foreign Direct Investment: Evidences from Balkan
Countries” mencoba menjelaskan tren, besaran, dan signifikansi dampak arus
remitansi terhadap pembangunan ekonomi yang diukur dengan pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB) bertujuan untuk memberikan bukti statistik yang
kuat tentang peran potensial aliran tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi,
terutama yang berkaitan dengan negara-negara Balkan Barat dengan meninjau
pada temuan dan kesimpulan mengenai keilmuan serta pengambilan keputusan
dan pengaturan kebijakan sehari-hari di lembaga pemerintahan dan perbankan.

Menurut studi lain di negara-negara Balkan Barat remitansi telah memainkan


peran penting dalam mengurangi kemiskinan dan meningkatkan ketimpangan di
Kosovo dan Makedonia, tetapi tidak di Bosnia dan Herzegovina. Bagi Albania,
salah satu alasan mengapa para emigran Albania mengirimkan remitansi ke tanah
air mereka adalah karena motif altruistik, persatuan, dan tradisi negara ini.
Berdasarkan studi tentang kemiskinan di Albania dari 1000 sampel orang yang
diwawancarai, 3,8% responden yang tinggal di zona perkotaan memiliki
pendapatan tambahan yang berasal dari remitansi selain gaji bulanan mereka.
Jumlah ini meningkat menjadi 5,3% untuk orang yang tinggal di daerah pedesaan.

Jushi et al. (2021) dalam penelitiannya menggunakan pendekatan positivis


sehingga mengandalkan data sekunder kuantitatif frekuensi tahunan. Semua data
yang menjadi dasar penelitian ini diambil dari Bank Dunia. Variabel yang dipilih
terdiri dari indikator makroekonomi dari periode terakhir yakni dari tahun 2000
hingga tahun 2017 yang termasuk dalam kategori data longitudinal sehingga
memungkinkan penulis untuk memeriksa kedelapan negara Balkan Barat dalam
selang waktu 18 tahun. 

Variabel prediktor persamaan ekonometri dipilih berdasarkan pertanyaan dan


tujuan umum penelitian ini. Mengingat bahwa analisis pada artikel 2 mencoba
untuk menjelaskan hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan beberapa variabel
makroekonomi dan keuangan, terutama berfokus pada peran potensial yang
dipengaruhi oleh remitansi dalam pertumbuhan berkelanjutan sehingga penulis
menggunakannya sebagai proksi dalam pertumbuhan PDB yang memungkinkan
untuk melakukan pengukuran terhadap perubahan nilai pasar dari semua barang
dan jasa yang diproduksi di dalam perbatasan suatu negara dalam satu tahun.

Untuk variabel dalam estimasi model regresi berganda penulis menggunakan


partisipasi para pekerja, pengiriman uang pribadi yang diterima oleh negara asal,
dan neraca perdagangan saat ini yang dinyatakan sebagai persentase dari PDB.
Pemilihan regressor yang disebutkan di atas dilakukan hanya setelah pemeriksaan
yang disengaja terhadap literatur terkini tentang masalah ini. Regresor pertama
dari model dalam artikel ini adalah partisipasi para pekerja. Untuk penjelasan
variabel-variabel yang digunakan dalam artikel 2 ini dapat dilihat lebih lanjut
pada tabel dibawah.
Jushi et al. (2021) menyatakan bahwa remitansi sebagai salah satu faktor utama
yang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya di negara-
negara Balkan. Selain itu, penulis juga berhipotesa bahwa semakin tinggi volume
perdagangan (termasuk impor dan ekspor) semakin baik pertumbuhan PDB.

Jushi et al. (2021) dalam penelitiannya menggunakan model ARDL untuk


menganalisis hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara pengiriman
uang dan pertumbuhan uang, serta hubungan antara FDI, pertumbuhan uang dan
remintansi.

Strategi analisis data primer pada penelitian dalam artikel tersebut menggunakan
estimasi model regresi dengan pertumbuhan PDB sebagai prediktor. Analisis
komprehensif melalui alat ekonometrik dan perangkat lunak EViews yang
digunakan untuk membuat kesimpulan yang mendalam tentang masalah ini.

Arus migrasi merupakan penentu signifikan pembangunan ekonomi dalam kasus


negara penerima remitansi teratas di Balkan Barat. Melalui model efek tetap,
Jushi et al. (2021) menemukan bahwa pengiriman uang dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi setelah digunakan dalam konsumsi atau investasi swasta.
Kedua faktor ini dapat membantu memanfaatkan dana pengiriman uang secara
produktif, sehingga secara otomatis dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Untuk deskripsi metode statistik dan matriks korelasi yang digunakan, dapat
dilihat lebih lanjut pada tabel dibawah ini.
Berdasarkan data hasil analisis yang dilaporkan oleh Jushi et al. (2021), kenaikan
satu poin persentase dalam PDB menandakan peningkatan 0,53 poin persentase 1
tahun setelahnya. Dengan demikian, tingkat PDB menunjukkan tingkat persistensi
tertentu dari satu periode ke periode berikutnya. Selain itu, keterbukaan
perdagangan tampaknya memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan
PDB. Sehinngga hasil analisis ini bertentangan dengan hipotesa yang telah
dikemukakan sebelumnya dan sebagian besar hasil penelitian sebelumnya yang
ada pada literatur. Kemungkinan alasan penyebab terkait dengan hasil yang
didapat adalah: 

1. Tingkat keterbukaan perdagangan saat ini masih jauh dari tingkat optimal
sehingga tidak cukup untuk mendorong pertumbuhan. 
2. Volume perdagangan bervariasi antara ekonomi makro dan iklim politik di
Albania sehingga ketidakstabilan ini menyebabkan perdagangan
menghasilkan nilai yang negatif pada pertumbuhan PDB. 
3. Mayoritas aktivitas yang terkait dengan perdagangan lebih berkaitan
dengan impor daripada ekspor. Strategi berorientasi ekspor dapat
mendorong pertumbuhan, tetapi Albania perlu berinvestasi banyak dalam
teknologi dan R&D agar produk dalam negeri dapat bersaing di pasar
Eropa dan sekitarnya. 
4. Volatilitas FDI juga dapat menjadi penyebab mengapa variabel ini
signifikan. Tingkat FDI yang rendah ditambah dengan fluktuasi yang
parah dari satu tahun ke tahun berikutnya, menyebabkan variabel tersebut
memiliki dampak marjinal sebesar 0,66 poin persentase yang bernilai
negatif.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan penduduk dan partisipasi para


pekerja bukanlah penentu utama pertumbuhan ekonomi. Upaya untuk menjaga
kestabilan pengiriman uang, FDI, dan perdagangan dari waktu ke waktu dapat
membuat faktor-faktor tersebut memiliki kontribusi signifikan yang positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, otoritas masing-masing sektor yang
berkaitan seperti manajer dan pemerintah setempat perlu menciptakan lingkungan
yang memadai untuk investasi baru yang sukses, dan penggunaan yang baik dari
arus pengiriman uang yang masuk. Menerapkan kebijakan baru yang memastikan
daya tarik pengiriman uang yang stabil dan pengeluarannya dalam perekonomian
dapat membawa perekonomian ini ke stabilitas dan pembangunan.

DAFTAR PUSTAKA
Jushi, E., Hysa, E., Cela, A., Panait, M., & Voica, M. C. (2021). Financing
Growth through Remittances and Foreign Direct Investment: Evidences
from Balkan Countries. Journal of Risk and Financial Management, 14(3),
117.

Warin, T., & Stojkov, A. (2021). Banks’ Foreign Claims in the Aftermath of the
2008 Crisis: Institutional Response, Financial Efficiency, and Integration of
Cross-Border Banking in the Euro Area. Journal of Risk and Financial
Management, 14(2), 61.

Anda mungkin juga menyukai