ABSTRAK
Tujuan pembuatan jurnal ini adalah untuk memaparkan mengenai data, informasi dan
kejelasan yang telah diperoleh melalui survei untuk pengkajian lebih lanjut tentang
perlindungan hukum bagi pemilik toko emas yang menerima penjualan emas tanpa surat
resmi di Seputih Raman, mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pemilik toko emas
menerima penjualan emas tanpa surat resmi di Seputih Raman dan mengkaji akibat hukum
bagi pemilik toko emas yang menerima penjualan emas tanpa surat resmi di Seputih Raman.
Hasil survei menunjukkan bahwa (1) Perlindungan hukum terhadap transaksi jual beli emas
bagi konsumen dan penjual di toko emas di Seputih Raman, belum terlihat secara nyata, hal
ini dapat terlihat bahwa masih banyak konsumen pembeli emas maupun pemilik toko emas
yang terkadang mengalami kekecewaan atas pembelian emas kembali dari konsumen, karena
masalah harga dibawah standar dan kurangnya informasi tentang produk emas yang
ditawarkan kepada konsumen menjadi alasan perjanjian jual beli itu tidak berlaku. (2) Faktor
yang menjadi penyebab dilakukannya pembelian emas tanpa surat resmi dari masyarakat
adalah dikarenakan pemilik toko emas tidak merasa curiga emas tersebut merupakan hasil
kejahatan dan menganggap bahwa tidak adanya surat resmi tentang barang tersebut
dikarenakan hilangnya surat tersebut. Selain itu karena menganggap barang emas yang dijual
itu juga memiliki nilai dan kualitas yang baik dan harga atas barang yang tidak memiliki surat
resmi dapat dibeli dengan harga lebih murah jika dibandingkan dengan barang yang memiliki
surat secara resmi. (3) Upaya yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mengalami kerugian
dalam transaksi perdagangan emas lebih kepada jalan musyawarah atau melalui negosiasi
yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terkecuali terhadap barang yang
merupakan hasil tindak kejahatan, biasanya proses untuk mendapatkan kembali barang emas
tersebut oleh pemilik barang yang sebenarnya harus melalui proses pengadilan terlebih
dahulu.
Kata kunci : Perlindungan hukum, perjanjian jual beli emas, jual beli emas tanpa surat resmi.
masyarakat tidak terbatas melalui toko Emas yang sering dijadikan sarana
sebagai media, saat ini investasi emas investasi biasanya berbentuk batangan,
Namun, bagi masyarakat atau toko yang karat (99%). Emas dalam bentuk
bergerak di bidang jual beli emas, perhiasan kurang tepat dijadikan sarana
penentuan harga penjualan sangatlah tetapi dapat dijadikan aset yang nilainya
pembelian dan harga yang mahal saat kegiatan ini sebagai satu bentuk usaha
penjualan. Sayangnya, para pedagang dan yang dilakukan baik secara sendiri
menentukan sendiri harga emas yang menandakan bahwa peluang usaha ini
harga emas berdasarkan harga pasaran besar bagi pelaku usaha, selain itu dengan
emas, baik dalam bentuk emas batangan, Jual beli emas yang terjadi dalam
koin, maupun emas perhiasan karena masyarakat selama ini selalu berdasarkan
nilainya yang cenderung stabil. Sudah pada ketentuan perdagangan emas yang
menjadi rahasia umum bahwa harga emas mengacu pada harga pasaran. Namun
setiap tahun selalu naik dan jarang sekali konsumen dapat memilih emas dengan
harga emas turun. Hal lain yang perlu kadar tertentu sesuai dengan kondisi
keuangan yang dimilikinya. Secara
3
umum dapat diketahui bahwa jual beli tersebut. Kejadian- kejadian seperti ini
emas yang telah disepakati terutama saat pernah dialami oleh penulis beserta
konsumen membeli selalu disertai dengan beberapa pelaku usaha lainnya yang
bukti kwitansi pembelian emas yang telah memiliki bidang usaha yang sama
tertera gambar atau model emas yang sebagai pemilik toko emas yang
dibeli dengan berat serta kadar emas beroperasi di Seputih Raman.
tersebut. Tujuan
Perjanjian jual beli emas yang Adapun tujuan dari pembuatan jurnal ini
berlangsung antara konsumen dengan adalah:
pelaku usaha dalam hal ini pemilik toko 1. Memaparkan data, informasi dan
emas harus memberikan keuntungan bagi kejelasan yang telah diperoleh
kedua belah pihak, jika segala melalui survei untuk pengkajian lebih
persyaratan dalam transaksi penjualan lanjut tentang perlindungan hukum
dilakukan dengan baik. Kegiatan jual beli bagi pemilik toko emas yang
emas yang dilakukan diantara konsumen menerima penjualan emas tanpa surat
dan pelaku usaha tidak jarang terjadi resmi di Seputih Raman
diluar kebiasaan. Ada saat tertentu pelaku 2. Mengetahui faktor-faktor yang
usaha membeli emas yang di jual oleh menyebabkan pemilik toko emas
konsumen dengan tidak meminta bukti menerima penjualan emas tanpa surat
surat emas tersebut, dengan dasar hanya resmi di Seputih Raman
kepercayaan saja. Kenyataan seperti ini 3. Mengkaji akibat hukum bagi pemilik
sering terjadi di dalam kegiatan toko emas yang menerima penjualan
perdagangan emas di Seputih Raman. emas tanpa surat resmi di Seputih
Kadangkala karena keyakinan terhadap Raman.
konsumen pelaku usaha percaya bahwa
METODE
emas yang dijual adalah milik konsumen,
Pemaparan dalam jurnal ini hendak
namun ternyata emas yang dijual tidak
mengkaji masalah perlindungan hukum
jarang merupakan barang hasil tindak
terhadap pelaku usaha toko emas maupun
kejahatan baik pencurian maupun
konsumen toko emas dalam hal jual beli
penjambretan.
emas tanpa surat resmi yang terjadi di toko
Kenyataan ini seringkali membuat
emas Seputih Raman sebagai tempat usaha
pelaku usaha harus berurusan dengan
jual beli emas yang melayani jual beli
pihak yang berwajib, yang menyebabkan
emas perhiasan atau batangan dari
timbulnya kerugian pada pelaku usaha
4
konsumen sebagai pelanggan atau lain. Hal tersebut digunakan sebagai bahan
konsumen bebas. referensi dalam penyusunan jurnal.
Dalam jurnal ini, masalah yang Metode selanjutnya adalah metode
akan dikaji berhubungan dengan deskripsi verifikatif secara explanatory
perlindungan hukum terhadap pelaku survey, yaitu pemaparan yang bertujuan
usaha toko emas Seputih Raman dalam untuk menafsirkan hubungan antara
jual beli emas tanpa surat resmi secara variabel dengan cara menginterpretasikan
yuridis normatif. Dikatakan yuridis, karena terlebih dahulu kesimpulan yang diperoleh
mengungkap aspek yuridis dari melalui hipotesis (Nazir, 2005:54). Metode
Perlindungan hukum terhadap pelaku deskriptif menggambarkan atau
usaha toko emas maupun konsumen toko melukiskan atas setiap data aktual serta
emas dalam hal jual beli emas tanpa surat fenomena yang ada. Menurut Cooper and
resmi dan permasalahannya. Dikatakan Shindler (2003:10), pengertian metode
normatif, karena orientasi pengkajiannya deskriptif sebagai berikut:
juga melihat mempertimbangkan “A descriptive study try to discover
ketentuan hukum dalam perjanjian jual answer to the question who, what, when,
beli emas pada kenyataan-kenyataan yang and where sometimes how to describe or
ada dari obyek penelitian/survei. define a subject, often by creating a
Analisis data merupakan bagian profile of a group of problems, people or
menentukan dalam metode ilmiah karena event.”
dengan analisis data tersebut dapat diberi Tujuan dari metode deskriptif ini
arti dan makna yang berguna dalam adalah untuk membuat deskripsi,
memecahkan masalah penelitian. Unit gambaran atau lukisan secara sistematis,
analisis dalam jurnal ini adalah kasus- aktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
kasus mengenai perlindungan hukum sifat-sifat serta hubungan antara fenomena
terhadap pelaku usaha toko emas dalam yang diselidiki. Selanjutnya, definisi dari
jual beli emas tanpa surat resmi. Model metode verifikatif menurut Rasyad
analisis ini, terdiri atas dua metode yaitu (2003:6) adalah “Metode verifikatif
studi pustaka, dimana metode ini adalah metode yang digunakan untuk
digunakan untuk mempelajari dan melakukan perkiraan (estimate) dan
mengumpulkan data-data yang sesuai pengujian hipotesis.” Tujuan dari metode
dengan permasalahan yang dihadapi ini adalah untuk menjawab permasalahan
dengan membaca beberapa jurnal, skripsi yang ada pada data kasus yang akan diolah
dengan penelitian terkait, dan referensi
5
dengan menguji hipotesis dari data dan “Perjanjian /verbintenis adalah hubungan
fakta yang ada. hukum/rechtsbetrekking yang oleh hukum
itu sendiri diatur dan disahkan cara
PEMBAHASAN
perhubungannya. Oleh karena itu
Pengertian Umum Perjanjian Jual Beli
Perjanjian merupakan suatu perjanjian yang mengatur hukum antara
hubungan hukum antara dua pihak atau perorangan/persoon adalah hal-hal yang
lebih untuk melaksanakan suatu hal, terletak dan berada dalam lingkungan
sehingga menimbulkan suatu hak dan hukum”
kewajiban dari masing-masing pihak
Pengertian Umum Pelaku Usaha dan
dimana dalam perjanjian tersebut terdapat
Konsumen Serta Transaksi Perdagangan
suatu konsensus antara pihak-pihak, Emas
Pengertian pelaku usaha menurut
sehingga dari hubungan hukum tersebut
UUPK Nomor 8 Tahun 1999 Pasal 1
akan melahirkan suatu perikatan, yang
angka 3 adalah :
menurut H.M.N. Purwossutjipto
“setiap orang perorangan atau
mengartikan bahwa :
badan usaha; berbentuk badan hukum
“Hukum Perikatan ialah hukum
maupun bukan badan hukum yang
yang mengatur akibat hukum yang disebut
didirikan dan berkedudukan atau
perikatan, yakni suatu hubungan hukum
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
yang terletak dalam bidang harta
negara Republik Indonesia, baik sendiri
kekayaan, antara dua pihak yang masing-
maupun bersama-sama melalui perjanjian
masing berdiri sendiri (Zelfstabdige
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
Rechyssubjectea) yang menyebabkan
berbagai bidang ekonomi”.
pihak yang satu terhadap pihak yang
Dengan penjelasan bahwa “pelaku
lainnya berhak atas suatu prestasi”.
usaha yang termasuk di dalam pengertian
Sedangkan Abdulkadir Muhammad
ini adalah perusahaan, korporasi, BUMN,
mengemukakan pendapatnya sebagai
koperasi, importir, pedagang, distributor,
berikut:
dan lain-lain.”
“Perjanjian merupakan suatu
Pelaku usaha memiliki hak dan
perjanjian dengan mana dua orang atau
kewajiban sebagaimana konsumen, di
lebih saling mengikat diri untuk
dalam Pasal 6 UUPK Nomor 8 Tahun
melaksanakan suatu hal dalam lapangan
1999. Hak pelaku usaha adalah:
harta kekayaan”.
1. Hak untuk menerima pembayaran yang
Sedangkan M. Yahya Harahap
sesuai dengan kesepakatan mengenai
berpendapat bahwa perjanjian itu adalah :
6
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau garansi atas barang yang dibuat
jasa yang diperdagangkan dan/atau yang diperdagangkan
2. Hak untuk mendapat perlindungan 6. Memberi kompensasi, ganti rugi
hukum dari tindakan konsumen yang dan/atau penggantian atas kerugian
beritikad tidak baik akibat penggunaan, pemakaian dan
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri pemanfaatan barang dan/atau jasa yang
sepatutnya didalam penyelesaian diperdagangkan
hukum sengketa konsumen 7. Memberi kompensasi, ganti rugi
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik dan/atau penggantian apabila barang
apabila terbukti secara hukum bahwa dan/atau jasa yang diterima atau
kerugian konsumen tidak diakibatkan dimanfaatkan tidak sesuai dengan
oleh barang dan/atau jasa yang perjanjian.
diperdagangkan. Diatas telah disebutkan dengan
Sedangkan kewajiban pelaku usaha sangat jelas bahwa hak dan kewajiban dari
adalah : pelaku usaha yang dimana tidak hanya
1. Beritikad baik dalam melakukan menguntungkan pihak konsumen saja
kegiatan usahanya tetapi pihak pelaku usaha juga. Tetapi
2. Memberikan informasi yang benar, pelaku usaha harus melakukan
jelas dan jujur mengenai kondisi dan kewajibannya sebagaimana mestinya
jaminan barang dan/atau jasa serta sehingga tidak merugikan konsumen yang
memberi penjelasan penggunaan, telah menaruh kepercayaan mereka dengan
perbaikan dan pemeliharaan memakai atau menggunakan barang atau
3. Memperlakukan atau melayani jasa mereka.
konsumen secara benar dan jujur serta Pengertian konsumen yang
tidak diskriminatif dirumuskan dalam Undang-Undang
4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa Nomor 8 Tahun 1999 tentang
yang diproduksi dan/atau Perlindungan Konsumen (UUPK) pada
diperdagangkan berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 adalah “Setiap orang
standar mutu barang dan/atau jasa yang pemakai barang dan/atau jasa yang
berlaku tersedia dalam masyarakat, baik bagi
5. Memberi kesempatan kepada kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
konsumen untuk menguji, dan/atau lain, maupun makhluk hidup lain dan
mencoba barang dan/atau jasa tertentu tidak untuk diperdagangkan”. Konsumen
serta memberi jaminan dan/atau menurut undang-undang ini terbatas pada
7
Ketentuan tentang itikad baik ini keliru. Dan bisa juga dikategorikan
diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) bahwa sebagai Penipuan karena terjadi jika salah
perjanjian harus dilaksanakan dengan satu pihak secara aktif mempengaruhi
itikad baik. Sementara itu, Arrest H.R. di pihak lain sehingga pihak lain sehingga
Negeri Belanda memberikan peranan pihak yang dipengaruhi menyerahkan
tertinggi terhadap itikad baik dalam tahap sesuatu atau melepaskan sesuatu.
praperjanjian bahkan kesesatan Dalam hal tersebut barang yang
ditempatkan di bawah asas itikad baik, dijual kepada pembeli dari penjual
bukan lagi pada teori kehendak. Begitu bukanlah barang miliknya sendiri dan
pentingnya itikad baik tersebut sehingga tanpa ada perjanjian dengan pihak pemilik
dalam perundingan- perundingan atau sesungguhnya dan mengaku sebagai
perjanjian antara para pihak, kedua belah pemilik sehingga patut diduga ada
pihak akan berhadapan dalam suatu kekhilafan atau kesesatan. Sedangkan
hubungan hukum khusus yang dikuasai dilihat dari sudut pandang tindakannya di
oleh itikad baik dan hubungan khusus ini mana penjual mengaku barang tersebut
membawa akibat lebih lanjut bahwa kedua merupakan milik penjual yang kemudian
belah pihak itu harus bertindak dengan menjualnya pada pihak pembeli maka
mengingat kepentingan-kepentingan yang terjadi penipuan. Secara jelas hal tersebut
wajar dari pihak lain. yaitu kesesatan atau kekhilafan merupakan
Bagi masing-masing calon pihak penyebab cacat kehendak yang terdapat
dalam perjanjian terdapat suatu kewajiban dalam KUH Perdata Pasal 1321 dan 1449
untuk mengadakan penyelidikan dalam KUH Perdata yang masing-masing
batas-batas yang wajar terhadap pihak menentukan sebagai berikut. Pasal 1321
lawan sebelum menandatangani kontrak KUH Perdata: ”Tiada kesepakatan yang
atau masing-masing pihak harus menaruh sah apabila sepakat itu diberikan karena
perhatian yang cukup dalam menutup kekhilafan, atau diperolehnya dengan
kontrak yang berkaitan dengan itikad baik. paksaan atau penipuan”. Pasal 1449 KUH
Berkenaan dengan kesepakatan, Perdata: “Perikatan yang dibuat dengan
kesepakatan yang terjadi tergolong cacat paksaan, kekhilafan atau penipuan,
kehendak atau cacat kesepakatan karena menerbitkan suatu tuntutan untuk
mengandung kekhilafan di mana terjadi membatalkannya”.
jika salah satu pihak keliru tentang apa Setiap pihak yang membuat dan
yang diperjanjikan, namun pihak lain melaksanakan perjanjian harus
membiarkan pihak tersebut dalam keadaan melandasinya dengan itikad baik. Pasal
10
1338 ayat 3 KUH Perdata menyatakan apakah ia, jika hal itu masih dapat
bahwa semua perjanjian harus dilakukan, akan memaksa pihak yang lain
dilaksanakan dengan itikad baik. Artinya, untuk memenuhi persetujuan, ataukah ia
dalam pembuatan dan pelaksanaan akan menuntut pembatalan persetujuan,
perjanjian harus mengindahkan substansi disertai penggantian biaya, kerugian dan
perjanjian/kontrak berdasarkan bunga.”
kepercayaan atau keyakinan yang teguh Berdasarkan survei yang dilakukan
atau kemauan baik dari para pihak. Jika terhadap pelaku usaha emas di Seputih
kemudian ditemukan adanya itikad tidak Raman, dapat diketahui bahwa pelaku
baik dari salah satu pihak yang membuat usaha emas secara keseluruhan tidak
perjanjian, baik dalam pembuatan maupun pernah menjual atau membeli barang-
dalam pelaksanaan perjanjian maka pihak barang yang bermasalah dalam hal objek
yang beritikad baik akan mendapat emas yang dijual merupakan barang yang
perlindungan hukum. memang layak untuk dibeli dan dipakai.
Dalam hal pembeli beritikad baik Namun tidak tertutup kemungkinan
maka dalam perlindungannya KUH pemilik toko emas membeli emas dari
Perdata dalam pasal 1491 memberikan masyarakat yang merupakan barang yang
perlindungan berupa penanggungan pasal bukan milik pribadi orang yang menjual
tersebut menyebutkan: “Penanggungan melainkan barang hasil tindak kejahatan.
yang menjadi kewajiban penjual terhadap Kasus ini dilihat dari objeknya
pembeli, adalah untuk menjamin dua hal, maka juga terjadi kesesatan (kekeliruan) di
yaitu: pertama, penguasaan barang yang mana salah satu atau para pihak
dijual itu secara aman dan tenteram; mempunyai gambaran yang keliru atas
kedua, terhadap adanya cacat-cacat objek. Dikarenakan objek yang dijual oleh
barang tersebut yang tersembunyi, atau penjual sebenarnya bukanlah objek milik
yang sedemikian rupa hingga menerbitkan penjual sehingga terbentuk gambaran yang
alasan untuk pembatalan pembeliannya.” keliru mengenai kepemilikan objek jual
Kemudian terhadap pembeli yang beli. Di sini memang ada kesepakatan, si
beritikad baik atau karena salah satu pihak sini memang lahir suatu perjanjian dan
tidak memenuhi prestasi dalam perjanjian perjanjian itu justru lahir karena ada yang
jual-beli maka bisa mendapatkan ganti sesat.
kerugian sesuai ketentuan Pasal 1267 Sehubungan dengan Pasal 1320, di
KUH Perdata: “Pihak terhadap siapa mana ditentukan bahwa untuk sahnya
perikatan tidak dipenuhi, dapat memilih suatu perjanjian harus ada kata sepakat dan
11
Kekuasaan Kehakiman, setiap orang wajib pemilik barang tersebut) (Pasal 1471
dianggap tidak bersalah sebelum ada KUHPer dan Pasa 1977 ayat (2)
putusan pengadilan yang berkekuatan KUHPerdata).
hukum tetap yang menyatakan bahwa
orang tersebut bersalah. Sebagai informasi, Upaya Hukum Bagi Pemilik Toko Emas
Yang Menerima Penjualan Emas Tanpa
secara perdata, berdasarkan Pasal 1977
Surat Resmi.
ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Tindakan yang dilakukan oleh
Perdata menyatakan bahwa, pemilik asli pihak-pihak yang merugikan baik itu oleh
dari barang tersebut dapat meminta pelaku usaha maupun konsumen dapat
pemilik toko emas untuk mengembalikan mengganggu pembangunan perekonomian
barangnya (dalam jangka waktu 3 (tiga) secara umum. Berbagai upaya dapat
tahun sejak pencurian tersebut). dilakukan oleh salah satu pihak jika
Pasal 1977 ayat (2) KUHPerdata mengalami kerugian.
menyebutkan: Secara teoritis upaya yang dapat
“Walaupun demikian, barangsiapa dilakukan oleh pihak yang merasa
kehilangan atau kecurian suatu barang, dirugikan hak-haknya sebagai akibat
dalam jangka waktu tiga tahun, terhitung wanprestasi atau perbuatan melawan
sejak hari barang itu hilang atau dicuri itu hukum dapat dilakukan melalui:
dikembalikan pemegangnya, tanpa 1. Melakukan upaya perlindungan hukum
mengurangi hak orang yang disebut melalui jalur pengadilan (litigasi)
terakhir ini untuk minta ganti rugi kepada Upaya yustisial atau litigasi adalah
orang yang menyerahkan barang itu upaya yang dapat dilakukan untuk
kepadanya, pula tanpa mengurangi memperoleh ganti rugi melalui jalur
ketentuan Pasal 582” hukum dengan mengajukan gugatan ke
Sedangkan, pemilik toko emas pengadilan. Hal ini berkaitan dengan
sendiri dapat meminta ganti rugi (atas asas bahwa “setiap orang yang merasa
kerugian yang diderita karena harus mempunyai hak dan ingin
menyerahkan barang kepada pemilik asli) menuntutnya atau ingin
kepada orang yang menjual barang mempertahankan atau membelanya
tersebut kepada pemilik toko emas berwenang untuk bertindak selaku
berdasarkan kebatalan jual beli akibat yang pihak, baik selaku penggugat maupun
menjual bukanlah orang yang berhak selaku tergugat (legitima persona
(dengan syarat pemilik toko emas tidak standi in judicio)”
mengetahui bahwa penjual bukanlah
15
nilai dan kualitas yang baik dan harga 1. Bahwa pemilik toko emas dan
atas barang yang tidak memiliki surat konsumen harus bersama-sama
resmi dapat dibeli dengan harga lebih menjaga itikad baik dalam melakukan
murah jika dibandingkan dengan transaksi perdagangan emas yang
barang yang memiliki surat secara dilakukan, sehingga konflik yang akan
resmi. muncul dapat dihindari.
3. Upaya yang dilakukan oleh pihak- 2. Bahwa konsumen harus cerdas dalam
pihak yang mengalami kerugian dalam mempelajari mutu barang serta kualitas
transaksi perdagangan emas lebih emas yang ditawarkan kepada mereka,
kepada jalan musyawarah atau melalui agar tidak terjadi kerugian dikemudian
negosiasi yang dilakukan oleh pihak- hari yang dapat menimbulkan konflik
pihak yang berkepentingan, terkecuali antara pemilik toko emas dengan
terhadap barang yang merupakan hasil konsumen.
tindak kejahatan, biasanya proses 3. Para pihak hendaknya selalu
untuk mendapatkan kembali barang meningkatkan kehati-hatian dalam
emas tersebut oleh pemilik barang setiap proses transaksi yang dilakukan
yang sebenarnya harus melalui proses terlebih dalam transaksi perdagangan
pengadilan terlebih dahulu. emas yang membutuhkan kehati-hatian
karena menyangkut dana yang tidak
SARAN
sedikit.
Berdasarkan kesimpulan tersebut di
atas maka penulis dapat memberikan
saran-saran sebagai berikut :
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir, M. 1990. Hukum Perjanjian. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Ahmadi, M., dan Sutarman, Y. 2004. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Barkatullah, A.H. 2010. Hak-Hak Konsumen. Bandung: Nusamedia.
Cooper, D.R., and Schindler, P.S. 2003. Business Research Methods 8th Edition. USA:
McGraw-Hill.
Menteri Keuangan RI. 2002. Keputusan Menteri Keuangan RI: Pajak Pertambahan Nilai
Atas Penyerahan Emas Perhiasan Oleh Pengusaha Toko Emas Perhiasan.
18
Menteri Keuangan RI. 2014. Peraturan Menteri Keuangan RI: Pajak Pertambahan Nilai
Atas Penyerahan Emas Perhiasan.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rahardjo, H. 2009. Hukum Perjanjian di Indonesia. Jakarta: Pustaka Yustisia.
Ratnasari, A. 2014. Perlindungan Hukum Terhadap Penjual Emas Madina Klodran Dalam
Transaksi Emas. Skripsi.
Subekti, R., dan Tjitrosudibio, R. 2007. Terjemahan: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(Burgerlijik Wetbock). Jakarta: PT. Intermasa.