a. Membuka usaha baru secara mandiri Membuka usaha baru juga merupakan bentuk dari investasi. Alasan mengapa orang membuka usaha baru? Selain potensi hasil yang tak terhingga, juga agar bisa melakukan pekerjaan yang benar-benar disukai, mengembangkan kreativitas individual, dan juga mencapai kemandirian finansial. Perlu diingat, bahwa risiko membuka usaha baru relatif besar. Kerugian usaha bisa sampai pada kebangkrutan, yang bisa lebih dari menghabiskan modal. Selain itu, dibutuhkan juga dedikasi waktu, keterampilan, keseriusan, kesabaran, determinasi, dan mungkin juga bakat. Dalam membuka usaha baru, harus diperhatikan permintaan masyarakat terhadap produk yang dijual. Bila produk tidak tepat dan tidak diminati masyarakat, bisa-bisa usaha akan bangkrut. b. Membuka usaha baru melalui franchise/waralaba Banyak orang yang ingin membuka usaha baru, tapi tak memiliki keahlian yang cukup dalam mengelola suatu bisang usaha. Bila kita termasuk dalam kategori seperti ini, kita dapat membeli waralaba atau franchise yang saat ini banyak tersedia. Tapi hati-hati, jangan sembarangan memilih franchise, bisa-bisa usaha tersebut bangkrut karena salah urus oleh pemegang waralabanya. Dalam membeli waralaba, perhatikan perkembangan usaha tersebut, apakah benar- benar sudah teruji dan diminati oleh masyarakat banyak. Periksa juga dengan teliti laporan keuangan perusahaan tersebut. Apakah dalam lima tahun terakhir tidak mencetak kerugian. Dan yang paling penting adalah business support, atau dukungan terhadap investasi kita, karena inilah inti dari waralaba. Sejumlah waralaba yang sudah teruji baik antara lain Indomaret Mini Market dan Alfamart Mini Market. Mereka mempunyai konsep, analisis pasar, business support yang sudah matang. Boleh dikatakan kita tinggal tutup mata saja dan mereka menjalankan sepenuhnya atas investasi yang kita tanamkan. c. Properti Salah satu pilihan yang relatif aman. Selama tidak ada risiko gejolak politik, maka rumah/tanah tak akan berkurang. Juga, potensi hasil investasinya yang berupa nilai jual yang terus meningkat dan hasil dari sewa. Berinvestasi di properti memerlukan jumlah dana relatif besar dan juga komitmen jangka panjang. Karena, meski nilainya akan terus meningkat, kendala likuiditas yaitu penjualan kembali properti yang tidak mudah dan memakan waktu lama. Dalam memilih properti sebagai investasi, harus memperhatikan sejumlah aspek. Seperti, potensi kenaikan harga di masa depan dan kemungkinan properti disewakan kepada pihak lain. Jangan memilih lokasi di daerah “mati”, walau murah tapi susah menjual atau menyewakan kembali. d. Emas Pembelian perhiasan seperti emas juga bisa menjadi sarana investasi. Selain bisa dijual kembali dengan relatif mudah, harga emas juga terus meningkat dari waktu ke waktu. Walaupun harga jualnya lebih rendah, ada nilai guna yang telah dipakai. Pembelian emas juga melindungi dari depresiasi mata uang. Karena, harga emas meningkat seiring dengan inflasi. Hal ini mirip dengan menyimpan dana dalam bentuk valuta asing. Keduanya sama-sama melindungi dari risiko penurunan nilai mata uang. Pembelian atau penjualan emas dapat dilakukan di sejumlah tempat penjualan. Semacam Aneka Tambang dan Pegadaian. Tapi juga dapat dilakukan di toko-toko perhiasan terdekat dengan tempat tinggal kita. Selisih harga jual dan beli logam mulia berkisar Rp. 5.000 per gramnya. Tapi, pada saat-saat krisis seperti sekarang ini, banyak yang menetapkan selisih hingga Rp. 10.000 per gram nya. e. Perak Walaupun alat tukar ini kalah populer, dan sering dikatakan sebagai “second class gold”, tapi pertumbuhan nilainya tidak kalah menarik dibanding emas. Pergerakan nilai perak selama 15 tahun terakhir hampir selalu mengikuti nilai emas. Walaupun harga perak (dalam USD) masih di bawah harga emas, tapi sebenarnya kalau dilihat dari besarnya pertumbuhan, nilai perak justru mengalahkan nilai emas. Dalam 15 tahun terakhir ini, perak berhasil tumbuh sebesar 540%. Sedangkan emas tumbuh sebesar 325%. Dengan kata lain, dari 15 tahun yang lalu harga perak telah tumbuh sebesar 5,4 kali, sedangkan emas “hanya” tumbuh sebesar 3,25 kali. Bila dilihat dari pertumbuhannya, perak hampir selalu mengikuti emas. Jadi, kalau emas bisa digunakan untuk menangkal inflasi, maka kurang lebih perak juga bisa digunakan untuk hal yang sama. Sebagai alternatif investasi selain emas, kita bisa saja menggunakan perak. Selain pergerakannya yang menyerupai emas, dan pertumbuhannya yang bahkan bisa melampaui emas, perak juga relatif lebih murah dari emas sehingga bisa lebih mudah dicicil. Tapi, perlu diingat juga kelemahan dari investasi perak. Pertama, perak lebih tidak likuid dibanding emas. Ini artinya menjual perak lebih susah daripada menjual emas. Kedua, perak dalam bentuk fisik lebih susah disimpan. Perak lebih mudah kotor (jadi harus tambah biaya pembersihan kalau mau dijual), dan kebanyakan dijual dalam bentuk butiran. Ketiga, seringkali pergerakan harga perak relatif lebih tajam daripada emas. Ini artinya, dalam jangka pendek investasi perak lebih berisiko daripada investasi emas. f. Kolektibel Investasi dalam bentuk benda-benda koleksi, seperti karya seni, meskipun banyak pertimbangan non-ekonomi dalam investasi dibidang ini, perlu diingat bahwa nilai untuk barang kolektibel meskipun cenderung naik, tapi tak terukur. Juga, kendala likuiditas, dimana sulit menjual kembali dan memperkirakan nilai jualnya. Pasar benda-benda seperti ini sangat terbatas dan sebaiknya harus berada dalam komunitas penggemar benda koleksi tersebut. Sehingga lebih mudah menjualnya kembali saat membutuhkan dana.
2. Bentuk-Bentuk dari Investasi tersebut :
Investasi Tanah Dengan melakukan investasi tanah diharapkan dengan bertambahnya populasi dan penggunaan tanah maka harga tanah akan meningkat pada masa depan. Investasi Pendidikan Dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian maka diharapkan pencarian kerja dan pendapatan lebih besar. Investasi Saham Dengan melakukan investasi saham diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil kerja atau penelitian. Investasi Mata Uang Asing Dengan melakukan investasi mata uang asing diharapkan investor akan mendapatkan keuntungan dari menguatnya nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang lokal. 3. Arbitrage Pricing Theory adalah sebuah model asset pricing yang didasarkan pada sebuah gagasan bahwa pengembalian sebuah aset dapat diprediksi dengan menggunakan hubungan yang terdapat diantara aset yang sama dan faktor-faktor resiko secara umum. Teori ini memprediksi hubungan tingkat pengembalian sebuah portofolio dan pengembalian dari aset tunggal melalui kombinasi linear dari banyak variabel makro ekonomi yang mandiri. Menurut Farrel (1997) Arbitrase Pricing Theory ini mempunyai asumsi Investor mempunyai kepercayaan yang homogen (Investors have homogens beliefs). Investor adalah penghindar risiko yang memaksimumkan untilitas (Investors are risk-averse utility mazimizes). Pasar adalah sempurna.Ketiga asumsi ini dimiliki juga oleh Model Harga Aset Modal (Capital Asset Pricing Model) Kesimpulan Jadi APT mendasarkan diri atas hukum satu harga. APT menekankan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan tergantung pada pengaruh factor-faktor makro ekonomi dan tidak oleh risiko unik. Kita bisa menganggap faktor-faktor yang ada dalam arbitrage pricing sebagai portofolio-portofolio khusus yang cenderung dipengaruhi oleh pengaruh bersama. Apabila expected risk premium masing-masing portofolio tersebut proporsional dengan market beta portofolio, maka APT dan CAPM akan memberikan hasil yang sama. Kalau tidak, maka hasilnya pun berbeda pula.
4. Jawab: Rp = 7,13 + ( 16,23 -7,13)/8,32 ) x 13,12 = 7,13 + 9,10 x 1,577 = 7,13 + 14,35 = 21,48 Tingkat pengembalian portofolio yang diharapkan sebesar 21,48% dimana risiko yang ditolerir sebesar 13,12 persen.