Anda di halaman 1dari 12

Soal 1.

Diversifikasi merupakan cara yang efektif untuk menurunkan risiko investasi.

Jawaban:
Apakah diversifikasi?
Diversifikasi investasi merupakan penyebaran atau penganekaragaman investasi ke
berbagai jenis instrumen investasi yang ada. Diversifikasi berguna untuk mengatur investasi
dan membantu untuk berinvestasi tidak hanya pada satu jenis/satu instrumen investasi saja.
Konsep diversifikasi adalah menyusun portofolio dengan menyertakan berbagai jenis
investasi dengan tujuan mengurangi risiko. Anggaplah, sebagai contoh, suatu investasi yang
hanya terdiri dari satu saham yang diterbitkan oleh satu perusahaan. Jika saham perusahaan
itu mengalami penurunan nilai yang serius, portofolio kita akan sepenuhnya menanggung
beban akibat penurunan tersebut. Dengan memecah investasi kita menjadi saham dari dua
perusahaan berbeda, kita dapat mengurangi risiko potensial terhadap portofolio.
Diversifikasi, merupakan strategi investasi yang masih direkomendasikan para pakar.
Setiap orang yang melakukan investasi pasti ingin memperoleh keuntungan besar dengan nilai
modal yang semakin bertambah entah menggunakan investasi jangka panjang ataupun produk
investasi jangka pendek. Hanya saja, tetap diperlukan sebuah strategi tepat untuk bisa
meningkatkan nilai dana yang ditanamkan. Salah satu caranya adalah diversifikasi, strategi
investasi yang masih direkomendasikan para pakar. Diversifikasi merupakan sebuah istilah
yang sudah sangat dikenal oleh para investor dan peribahasan yang paling cocok untuk
menggambarkan diversifikasi adalah jangan meletakkan seluruh telur dalam satu keranjang.
Artinya adalah adanya keragaman dalam investasi yang dibuat oleh para investor. Pada
dasarnya investor menciptakan sebuah portfolio yang beragam demi menghindari kerugian.
Pendapat ini juga didukung oleh jurnal yang ditulis oleh: Tyas Auruma S, dan I Made
Sudana dari Universitas Airlangga dalam jurnal yang berjudul: “Diversifikasi Investasi
Saham: Perbandingan Risiko Total Portofolio Melalui Diversifikasi Domestik dan
Internasional”, yang diterbitkan oleh Jurnal Manajemen Teori dan Terapan pada April 2013.
Dalam jurnal tersebut Tyas dan I Made berpendapat semakin banyak jumlah saham yang
membentuk portofolio hasil diversifikasinya semakin baik, dalam hal ini risiko totalnya
semakin kecil. Hal ini terjadi karena saham-saham yang membentuk portofolio memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, sehingga menghasilkan diversifikasi yang semakin baik
(total risiko portofolio) semakin berkurang dengan dengan bertambahnya jumlah saham
dalam portofolio.

1
Sebagai contohnya adalah saham yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan. Apabila
nilai saham perusahaan terus mengalami penurunan ataupun melemah, maka investasi Anda
pun akan turut melorot dan nilai investasi juga tidak akan berkembang. Bila Anda
memisahkan investasi dengan membeli dua saham dari perusahaan yang berbeda, maka hal
tersebut akan mengurangi risiko terjadinya kerugian dana nilai portfolio ataupun investasi
akan aman. Dengan kata lain, diversifikasi adalah strategi dalam menempatkan dana investasi
ke dalam instrumen yang berbeda. Yang dimaksud dengan instrumen disini adalah
likuiditasnya, risiko, dan potensi returnnya. Sebagai contohnya adalah potensi return investasi
dalam saham akan berbeda dengan obligasi. Pada dasarnya nilai return dari saham lebih besar
jika dibandingkan dengan obligasi. Hanya saja tetap risiko berinvestasi dalam saham juga
jauh lebih besar dibandingkan dengan obligasi.
Hal ini disebabkan karena fluktuasi dari harga saham lebih besar sehingga risiko lebih
besar. Selain itu likuiditas yang dimaksud disini adalah kemudahan untuk menjual dan
membeli sebuah instrumen untuk berinvestasi. Contoh yang paling tepat disini adalah
properti. Jika Anda membuat iklan tentang properti atau rumah Anda, maka belum tentu
rumah tersebut akan langsung terjual. Bisa saja terjualnya besok, minggu atau bulan depan.
Sedikit berbeda dengan saham yang bisa saja diperdagangkan hari itu juga bila memang
diinginkan dan bisa memperoleh keuntungan langsung hari itu juga. Sesuai dengan karakter
instrumen yang berbeda-beda, seorang investor perlu melakukan strategi diversifikasi.
Mengapa hal itu sangat dibutuhkan? Pada kenyataannya, setiap orang ingin nilai investasi
yang diinginkan terus bertambah namun ada kalanya juga tidak.
Hal tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Edy Suprianto, SE,
M.Si, Akt, dalam jurnal yang berjudul “Analisis Minimalisasi Risiko dengan Membentuk
Diversifikasi Portofolio pada Seluruh Instrumen yang Dijual-Belikan di Pasar Uang Tahun
2000 s/d 2008”, yang diterbitkan pada Konfrensi Nasional Call Paper and Roundtable
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Duta Wacana. Dalam penelitian tersebut Edy Suprianto
menyimpulkan bahwa risiko portofolio dapat dikurangi bahkan sampai dibawah risiko
sistematis dengan pendekatan Markowitz jika investor rela memasukan lebih dari 7
Instrumen.
Oleh sebab itu maka untuk melakukan diversifikasi dengan baik, maka Anda jangan
melakukan investasi pada instrumen-instrumen yang mempunyai karakter-karakter yang
sama. Secara pribadi pun kita dapat melakukan diversifikasi. Misalnya saat ini kita
berinvestasi di saham secara langsung. Kemudian kita juga memiliki reksa dana pendapatan
tetap. Untuk lebih mengamankan nilai kekayaan kita, maka kita juga dapat melakukan
investasi di emas batangan atau di sektor properti.
2
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Iqbal Hasyim Amin, Muslimin, dan Moh.
Noval, dari Universitas Tadulako yang berjudul “Analisis Risiko Investasi Portofolio Saham
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, dan diterbitkan pada Jurnal Ilmu Manajemen
Universitas Tadulako, pada tanggal 3 September 2015. Mereka menyimpulkan 1)
Penambahan jumlah saham dalam portofolio dapat menurunkan tingkat risiko portofolio dan
jika saham terus ditambahkan maka tingkat penurunan risiko akan sangat kecil. 2) Jumlah
saham yang tepat dalam membentuk suatu portofolio adalah 20 saham.
Dengan melakukan diversifikasi diharapkan akan menurunkan risiko, sehingga dapat
meningkatkan kinerja keuangan suatu perusahaan, namun ada juga hasil penelitian yang
menyatakan bahwa diversifikasi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Uli Sulastri yang berjudul: “Pengaruh Strategi Diversifikasi
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel
Intervening” dari Universitas Negeri Surabaya. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa:
Strategi diversifikasi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Semakin
tinggi tingkat diversifikasi perusahaan belum tentu kinerja keuangan perusahaan tersebut juga
tinggi, tergantung bagaimana perusahaan mengelola biaya modal yang muncul akibat dari
modal yang digunakan untuk memperoleh keuntungan. Dan tergantung bagaimana kekuatan
dari masing-masing segmen usahanya untuk memaksimalkan pendapatan.
Banyak cara dalam melakukan diversifikasi, namun pada prinsipnya diversifikasi
adalah untuk minimalisasi risiko. Namun Anda juga tidak boleh sembarangan melakukan
diversifikasi. Dalam melakukan diversifikasi tetap harus melihat tujuan keuangan, profil
risiko, serta pengetahuan Anda atas instrumen investasi tersebut.
Warren Buffett berkata, diversifikasi bertindak sebagai proteksi dari kebodohan. Jika
kita ingin memastikan tidak ada hal yang buruk terjadi pada kita relatif terhadap pasar, maka
seharusnya kita memiliki semuanya. Itu adalah pendekatan yang sempurna bagi orang yang
tidak tahu bagaimana caranya menganalisa bisnis.
Dalam melakukan diversifikasi, kita tidak boleh hanya karena ikut-ikutan saja. Hanya
karena nilai emas sedang naik, maka kita pun memborong emas. Lalu begitu harga emas
stagnan, kita pun kebingungan karena uang pembelian emas berasal dari utang. Belum lagi
investasi abal-abal yang sat ini begitu marak di Indonesia.
Dalam melakukan diversifikasi kita dituntut untuk tetap cerdas dalam mengambil
keputusan investasi. If it is too good to be true, then it is too good to be true. Jangan tergiur
dengan tawaran keuntungan yang bombastis. Apalagi keuntungan tersebut diberikan dalam
tingkat yang pasti, dan dalam waktu yang singkat.

3
Jadi apakah diversifikasi itu perlu? Menurut saya perlu! Lakukan dengan cerdas!
Bahkan Warren Buffett pun melakukan investasi pada beberapa perusahaan, tidak hanya satu.
Namun ia melakukannya dengan analisa bisnis yang sangat mendalam.
Dari pembahasan diatas maka saya setuju dan sependapat dengan statement yang
mengatakan Diversifikasi merupakan cara yang efektif untuk menurunkan risiko investasi.
Karena diversifikasi adalah hal yang penting yang harus dilakukan investor jika ingin
berinvestasi. Dengan menanamkan modal yang dimiliki disaham pada sektor yang berbeda
tentunya akan mengurangi risiko investasi, meskipun diversifikasi tidak dapat mengurangi
risiko menjadi 0. Seperti pepatah mengatakan “Don’t put your egg in one basket” diversifikasi
berlaku seperti pepatah ini. Jika saham pada satu sektor mengalami kerugian, maka keutungan
pada saham di sektor yang berbeda akan menutupi kerugian tersebut.

Daftar pustaka
Amin, Iqbal Hasyim., Muslimin., Moh.Noval. 2015. “Analisis Risiko Investasi Portofolio
Saham yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen Universitas
Tadulako Vol. 1, No. 3. Palu.
Aluko, Olufemi Adewale., Oladapo Fapetu., dan Bolanle Aminat Azeez. 2018. “International
Portfolio Diversification in The Nigerian Stock Market: a Global Financial Crisis
Perspective”. Future Business Journal. Nigeria.
Aryati, Titik., dan Yoel Charisma Walansendouw. 2013. “Analisis Pengaruh Diversifikasi
Perusahaan Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Akuntansi & Auditing Vol. 9. No. 2.
Jakarta.
Auruma, Tyas dan I Made Sudana, 2013. “Diversifikasi Investasi Saham: Perbandingan
Risiko Total Portofolio Melalui Diversifikasi Domestik dan Internasional”. Jurnal
Manajemen Teori dan Terapan. Surabaya.
Avdulaj, Krenar., dan Jozef Barunik. 2018. “Can We Still Benefit from International
Diversification? The Case of the Czech and German Stock Markets”. Institute of
Information Theory and Automation, Academy of Sciences of the Czech Republic.
Republik Ceko.
Banner, Adrian., Robert Fernholz., Vassilios Papathanakos., Johannes Ruf., danDavid
Schofield. 2018. “Diversification, Volatility, and Surprising Alpha”. London.
Cho, Woohyun., Jian-yu Fisher Ke., dan Chaodong Han. 2017. “An Empirical Examination of
The Direct and Indirect Effects of Geographic Diversification on Stock Market And
Financial Performances Of Multinational Corporations”. International Journal of
Physical Distribution & Logistics Management, Vol. 47 Issue: 6. New Orleans.
Amerika Serikat.
Gu, Lifeng., Yixin Wang., Wentao Yao., dan Yilin Zhang. 2018. “Stock Liquidity and
Corporate Diversification: Evidence from China’s Split Share Structure Reform”.
Journal of Empirical Finance. China.
Hedesstrom, Martin., Tommy Garling., Maria Andersson., dan Anders Biel. 2015. “Effect of
Bonuses on Diversification in Delegated Stock Portfolio Management”. Journal of
Behavior and Experimental Finance”. Swedia.
Junaedi., Moh, Noval., dan Cici Rianty K. Bidin. 2017. “Pengaruh Diversifikasi Terhadap
Risiko Portofolio Saham”. Jurnal Ilmu Manajemen Universitas Tadulako Vol. 3, No.
2. Palu.

4
Octavilia., dan Njo Anastasia. 2014. “Efek Diversifikasi Perusahaan Properti Terhadap Harga
Saham di Indonesia”. Finesta Vol. 2, No. 1. Surabaya.
Oloko. Tirimisiyu. 2016. “Portfolio Diversification Between Developed and Developing
Stock Markets: The Case of US and UK Investors in Nigeria”. Research in
International Business and Finance. Nigeria.
Salindeho, Anastasia., Ivonne Saerang., dan Jourbert Maramis. 2018. “Pengaruh Diversifikasi
Usaha Terhadap Kinerja Keuangan dan Return Saham Study Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur Automotive and Component yang Terdaftar di BEI”. Jurnal EMBA Vol. 6,
No. 3. Manado.
Sulastri, Uli, 2014. “Pengaruh Strategi Diversifikasi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Dengan Struktur Modal Sebagai Variabel Intervening”. Jurnal Akuntansi Universitas
Negeri Surabaya. Surabaya.
Suprianto, Edy. 2010. “Analisis Minimalisasi Resiko Dengan Membentuk Diversifikasi
Portofolio pada Seluruh Instrumen yang Dijual-Belikan di Pasar Uang Tahun 2000 s/d
2008”. Konferensi Nasional Call Paper and Roundtable. Yogyakarta.
Taliawo, Novalina., dan Apriani Dorkas Rambu Atahau. 2007. “Beta dan Implikasinya
Terhadap Hasil Diversifikasi Saham di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Vol. 14. Salatiga.
Vo, Xuan Vinh. 2017. “How Does the Stock Market Value Bank Diversification? Evidence
from Vietnam”. Finance Research Letters. Vietnam.
Witiastuti, Rini Setyo. 2012. “Analisis Kinerja Portofolio: Pengujian Single Index Model dan
Naïve Diversification”. Jurnal Dinamika Manajemen. Semarang.
Worzala, Elaine., dan C. F. Sirmans. 2003. “Investing in International Real Estate Stocks: a
Review of the Literature”. Urban Studies, Vol. 40. San Diego. Amerika Serikat.
Yang, Libin., William Rea., dan Alethea Rea. 2015. “How Much Diversification Potential is
There in a Single Market? Evidence from the Australian Stock Exchange”. Journal of
Economics and Finance. New Zealand.

Soal 2.
Derivative merupakan cara yang efektif untuk menurunkan risiko investasi.

Jawaban:
Istilah derivative terdiri atas dua kata dasar; Derive (memeroleh) dan From (dari). Dari
apa? Dalam hal ini, dari kontrak berjangka (futures contract). Yaitu suatu perjanjian yang
mewajibkan para pihak untuk membeli atau menjual sejumlah underlying (aset yang terdapat
di dalamnya) pada harga dan dalam waktu tertentu di masa yang akan datang.
Titman, Keown, dan Martin (2011) mendefinisikan derivative sebagai “a security
whose value is derived from the value of another asset or security (which is referred to as
underlying asset)”. Sementara itu, Kieso, Weygandt, dan Warfield (2014) mendefinisikan
instrumen derivative sebagai instrumen-instrumen keuangan yang “derive their value from
values of other assets (e.g., ordinary shares, bonds, or commodities). Or, put another way,
their value related to a market-determined indicator (e.g. share price, interest rates, or the
London Stock Exchange composite index)”.

5
Dari defenisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Derivative adalah sebuah kontrak
bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari
produk yang menjadi "acuan pokok" atau juga disebut "produk turunan" (underlying product);
dari pada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar membuat
suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai disuatu masa yang
akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi acuan pokok.
Derivative digunakan oleh manajemen investasi/ manajemen portofolio, perusahaan
dan lembaga keuangan serta investor perorangan untuk mengelola posisi yang mereka miliki
terhadap resiko dari pergerakan harga saham dan komoditas, suku bunga, nilai tukar valuta
asing "tanpa" mempengaruhi posisi fisik produk yang menjadi acuannya (underlying).
Secara sederhana, kontrak berjangka jika dicontohkan kejadian dalam kehidupan
sehari-hari seperti seseorang yang ingin membeli mobil di dealer. Saat datang, stok mobilnya
kosong dan baru ada barang tiga bulan kemudian. Pembeli dan penjual kemudian sepakat
pada satu harga meskipun tiga bulan kemudian harga mobilnya nanti naik atau justru turun.
Namun kontraknya itu bisa diperdagangkan.
Sedangkan untuk kegiatan Opsi Saham, sederhananya dicontohkan bahwa si pembeli
mobil itu membayarkan terlebih dahulu uang muka (Down Payment/DP) misalnya 5 persen
dari harga jual. Tapi pembeli memiliki opsi untuk tidak mengeksekusi nantinya, saat mobil
tersedia, dengan risiko uang DP-nya hilang.
Tujuan utama instrumen derivatives adalah untuk manajemen resiko. Perusahaan yang
berbeda mengambil resiko yang berbeda-beda, ketika sebuah perusahaan mengidentifikasi
adanya resiko, kemudian mengambil resiko tersebut atau mengambil suatu tindakan untuk
mengontrol resiko tersebut, keseluruhan proses tersebut disebut dengan manajemen resiko.
Beberapa manfaat dari derivatives di antaranya:
1. Alokasi, transfer, dan manajemen resiko.
Derivative membantu kita agar dapat melakukan manajemen resiko tanpa harus
memperdagangkan asset beresiko tersebut. Misalnya, anda memiliki asset berupa stock,
apabila tanpa derivatives, satu-satunya cara untuk mengatur resiko yaitu dengan menjual
stock tersebut atau cut loss apabila anda takut resiko harga saham anjlok terlalu dalam.
Dengan derivatives, anda dapat membeli put option misalnya, sehingga anda akan memiliki
hak (bukan kewajiban) untuk menjual saham tertentu di harga tertentu di masa depan. Jadi,
anda dapat melakukan manajemen resiko dari fluktuasi harga saham tersebut tanpa harus
secara langsung memperdagangkan atau jual/beli saham tersebut.
Pendapat diatas didukung oleh Rizki Devi Agustin, Siti Ragil Handayani, dan Raden
Rustam Hidayat, pada penelitian mereka yang berjudul “Penggunaan Teknik Hedging
6
Kontrak Opsi Saham untuk Meminimalkan Risiko Kerugian Akibat Fluktuasi”, diterbitkan
pada Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 1, No. 2, April 2013. Dalam penelitian tersebut
mereka menyimpulkan bahwa: manfaat dari melakukan transaksi opsi bagi perusahaan yang
menerbitkan kontrak opsi saham adalah dapat meminimalkan risiko kerugian yang
ditimbulkan akibat fluktuasi harga saham.
2. Mendapatkan Informasi.
Misalnya mendapatkan informasi harga emas: emas pada umumnya di perdagangkan
di pasar yang terdesentralisasi. Lalu dengan adanya derivatives, kita dapat melihat futures
contract daripada komoditas emas yang akan jatuh tempo dalam waktu dekat, kemudian harga
future tersebut bisa dijadikan sebagai acuan perkiraan harga emas, hal ini akan membantu
dibandingkan dengan jika kita harus mengecek harga emas di spot market satu per satu untuk
mendapatkan market price emas yang tepat.
3. Keuntungan Operasional.
Mengurangi biaya transaksi: Misalkan, anda ingin melakukan investasi pada S&P 500,
daripada membeli stock nya satu per satu di mana anda akan dikenakan transaction fee
berulang kali, anda dapat membeli future contract yang underlying nya adalah S&P 500 (anda
ambil posisi long), sehingga anda cuma kena biaya satu kali, dan apabila harga S&P 500 naik,
anda akan untung.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dandes Rifa pada tahun 2008, yang berjudul
“Mengelola Risiko Dengan Produk Derivatif, yang diterbitkan pada Jurnal Kajian Akuntansi
dan Auditing, Vol. 3, No. 2. Dalam penelitian tersebut dibahas mengenai bagaimana
mengelola risiko dengan produk derivative melalui strategi perlindungan. Dan disebutkan
bahwa kegunaan utama dari produk derivative adalah untuk mengalihkan resiko ataupun
mengambil suatu resiko tergantung apakah posisinya sebagai hedger (pelaku lindung nilai)
atau spekulator. Bermacam-macam rentang nilai antara aset acuan dan alternatif pembayaran
menghasilkan beraneka kontrak derivative yang diperdagangkan di pasaran.
1. Lindung Nilai
Lindung nilai dalam bahasa Inggris disebut “hedge” yang dapat diartikan sebagai
suatu investasi yang dilakukan khususnya untuk mengurangi atau meniadakan resiko pada
suatu investasi lain. Lindung nilai adalah merupakan suatu strategi yang diciptakan untuk
mengurangi timbulya resiko bisnis yang tidak terduga.
Pelaku lindung nilai biasanya akan melakukan investasi pada suatu sekuritas yang
diyakininya memiliki harga dibawah nilai pasar yang seharusnya dan menggabungkanya
dengan sekuritas lainya yang berhubungan dengan sekuritas tersebut Holbrook Working
7
seorang perintis teori lindung nilai menyebutkan dengan istilah “speculation in the basis”
(spekulasi dasar) artinya perbedaan antara nilai teoritis lindung nilai dengan nilai pasar
sesungguhnya.
Tidak semua lindung nilai adalah merupakan instrumen keuangan. Contoh lain;
seorang seniman yang melakukan ekspor ke negara lain dapat melakukan lindung nilai atas
resiko nilai tukar mata uang dengan cara menghitung biaya-biaya produksinya dalam mata
uang yang diinginkanya. Sedangkan perbankan dan lembaga keuangan lainya menggunakan
lindung nilai untuk mengendalikan ketidak sesuaian antara aktiva dan kewajibannya seperti
halnya ketidak sesuaian pada saat jatuh tempo antara posisi jual, suku bunga pinjaman tetap
dan deposito jangka pendek.
Pada kondisi mendatang, dalam aksi lindung nilai, terdapat berbagai ketidakpastian
termasuk satu perubahan yang tidak sesuai dengan perkiraan. Karena alasan itu, instrumen
atau sarana lindung nilai haruslah bersifat fleksibel. Dalam hal ini semua pihak baik pembeli
dan penjual dengan mudah melepas keterikatan atas satu posisi transaksi. Kedua pihak
memiliki posisi tawar yang setara, dengan biaya efisien dan harga yang tidak mengalami
diskon atau premium. Kondisi di atas menunjukkan diperlukannya sarana perdagangan dan
produk-produk yang sesuai untuk aksi lindung nilai (hedging), dengan kata lain juga
diperlukan bursa dengan produk yang beragam.
Banyak transaksi lindung nilai yang tidak melibatkan instrumen keuangan eksotis
ataupun derevatif. Lindung nilai alamiah adalah merupakan suatu investasi yang bertujuan
mengurangi resiko dari resiko yang tidak terduga dengan cara menyelaraskan nilai perputaran
uang misalnya pemasukan dan biaya. Contohnya seorang eksportir barang dengan tujuan
Amerika menghadapi resiko terhadap perubahan nilai mata uang dollar yang lalu memilih
untuk mendirikan fasilitas produksi diwilayah amerika agar struktur biaya dan harga jual
dapat selaras harganya. Berbagai resiko yang dilakukan lindung nilai:
 Bagi eksportir, dibutuhkan lindung nilai dari mata uang yang digunakan importir sebagai
pembayaran, yang dikenal sebagai lindung nilai terhadap resiko gejolak nilai tukar mata
uang.
 Kenaikan suku bunga pinjaman, yang beresiko bagi si peminjam dan si pemberi pinjaman
apa bila suku bunga turun.
 Ekuitas, resikonya adalah jatuhnya nilai ekuitas yang dimilikinya.

Beberapa bentuk lindung nilai:


 Kontrak serah dan kontrak berjangka adalah merupakan suatu lindung nilai terhadap
resiko pergerakan harga dipasar, yang pada awalnya diciptakan oleh pasar komoditi. Dan
8
pada 50 tahun terakhir ini produk lindung nilai telah berkembang dan digunakan di pasar
global sebagai sarana lindung nilai atas resiko pasar keuangan.
 Lindung nilai terhadap resiko kredit macet, dimana resiko kredit adalah merupakan resiko
dalam bisnis perbankan, namun resiko ini merupakan resiko yang tidak dikhendaki oleh
para pengguna fasilitas, maka untuk melakukan lindung nilai pedagang menjual obligasi
yang dipegangnya dengan potongan harga.
 Lindung nilai terhadap mata uang yang digunakan oleh para invesor guna melindungi
investasinya, di negara lain juga menggunakan berbagai mata uang dalam
perdagangannya.
 Lindung nilai terhadap semua mata uang tidak selalu tersedia namun setidaknya dapat
ditemukan pada mata uang terutama uang utama dunia seperti USD, GBP, EUR, JPY,
CHF, HKD, AUD, CAD.

2. Strategi Perlindungan
Sekali potensi resiko mata uang yang dihadapi dapat didentifikasikan, langkah
berikutnya adalah merancang strategi lindung nilai untuk meminimalkan atau menghilangkan
potensi resiko tersebut. Terdapat tiga strategi yang dapat digunakan untuk melakukan lindung
nilai yaitu (Choi, 2005):
a. Strategi lindung nilai neraca
b. Strategi lindung nilai operasional
c. Staregi lindung nilai kontraktual
Strategi lindung nilai neraca, dapat mengurangi potensi resiko yang dihadapi
perusahaan dengan menyesuaikan tingkatan dan nilai dominasi moneter aktiva dan kewajiban
perusahaan yang tersaji. Contoh, saldo kas yang meningkat dalam mata uang asing dapat
mengimbangi penurunan tingkat suku bunga dan pendapatan yang berasal dari instrument
pendapatan tetap di pasar local.
Strategi lindung nilai operasional, bentuk perlindungan resiko ini berfokus pada
variable-variabel yang mempengaruhi pendapatan dan beban dalam mata uang asing.
Melalui peningkatan harga jual secara proporsional terhadap perkiraan depresiasi mata uang
ini, akan membantu perlindungan target margin kotor.
Strategi lindung nilai kontraktual, bentuk perlindungan yang dilakukan dengan
membentuk instrument lindung nilai kontraktual guna memberikan fleksibilitas yang lebih
besar kepada para manajer dalam mengelola potensi resiko mata uang asing yang dihadapi.
Kebanyakan dari instrument lindung nilai kontraktual ini berbentuk produk derivative.
Berbagai bentuk instrument lindung nilai kontraktual yang dapat digunakan manajer antara
9
lain: alternative currency option, break forward, contingent hedge with an agreement for
rebate at maturity, convertible option contract, covered option securities, covered interest
arbitrage, cross currency cap, currency coupon swap, currency option, currency swap,
currency swap option (swaption), dual option bonds, exchange rate agreement, forward
exchange contract, future contract, foreign equity option, indexed currency option notes
(ICON), lookback option, principal exchange rate linked-securities, range forward, synthetic
position dan toilored swap.

Kritik dan Penyalahgunaan Derivatives


Berbeda halnya dengan berjudi, apabila beberapa orang berjudi lalu beberapa orang
kalah, dampaknya hanya dirasakan oleh beberapa orang tersebut dan keluarga mereka, tetapi
derivatives membawa dampak ke keseluruhan market.
Financial market selalu berfluktuasi, kadangkala harga pasar melambung tinggi
hingga harganya melebihi harga intrinsik, kemudian gelembung tersebut pada suatu saat akan
pecah, dan menggelembungnya harga di market menarik perhatian dan sifat greedy sebagian
orang untuk berspekulasi di pasar derivatives.
Jika seseorang ingin melakukan hedging atau melindungi resiko assetnya, maka
seseorang lainnya harus datang dan bersedia untuk membeli securities mereka. Kemudian
dalam keadaan ini bisa saja datang spekulator dan para gambler.
Spekulator kemudian bisa menggunakan leverage yang tinggi atau meminjam uang,
misalnya si A meminjam dari bank B, bank B meminjam dari bank C, dan seterusnya. Lalu
misalkan karena kebodohan atau kesengajaan si A sehingga si A mengalami default, hal ini
akan menimbulkan dampak sistemik di mana kemungkinan bank B, C, dan seterusnya akan
ikut mengalami default dan membuat ambruk seluruh sistem financial. Tidak hanya
derivatives saja yang bisa menggunakan leverage yang tinggi, tetapi instrumen lain yang juga
bisa menggunakan leverage yang tinggi juga bisa mendatangkan bencana.

Kesimpulan
Transaksi derivative sangat bermanfaat bagi pelaku bisnis yang ingin melakukan
lindung nilai (hedging) terhadap suatu komoditas, yang selalu mengalami perubahan harga
dari waktu ke waktu. Derivative digunakan oleh manajemen investasi/manajemen portofolio,
perusahaan dan lembaga keuangan serta investor perorangan untuk mengelola posisi yang
mereka miliki terhadap resiko dari pergerakan harga saham dan komoditas, suku bunga, nilai
tukar valuta asing "tanpa" mempengaruhi posisi fisik produk yang menjadi acuannya
(underlying).
10
Dari hasil pembahasan di atas maka saya setuju dan sependapat dengan statement
yang mengatakan bahwa Derivative merupakan cara yang efektif untuk menurunkan risiko
investasi. Dalam melakukan derivative tetap harus melihat tujuan keuangan, profil risiko,
serta pengetahuan. Dan seperti diversifikasi dalam melakukan derivative juga kita dituntut
untuk tetap cerdas dalam mengambil keputusan investasi,

Daftar Pustaka:
Agustin, Rizka Devi., Siti Ragil Handayani., dan Raden Rustam Hidayat. 2013. “Penggunaan
Teknik Hedging Kontrak Opsi Saham untuk Meminimalkan Risiko Kerugian Akibat
Fluktuasi”. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol. 1, No.2. Malang.
Bartram, Sohnke. 2017. “Corporate Hedging and Speculation with Derivatives”. Journal of
Corporate Finance. Conventry. Britania Raya.
Campbell, John. F., Landon M. Mauler., Spencer R. Pierce. 2019. “A Review of Derivatives
Research in Accounting and Suggestions for Future Work”. Journal of Accounting
Literature. Georgia. Amerika Serikat.
Christmawan, Polu Endrayanto Eko., dan Andre Kussuma Adiputra. “Transaksi Derivatif
Kontrak Berjangka di Bursa Efek Indonesia Ditinjau dari Aspek Perpajakan dan
Akuntansi”. Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Respati. Yogyakarta.
Cung, San-Lin., Wen-Rang Liu., Wei-Che Tsai. 2014. “The Impact of Derivatives Hedging
on the Stock Market: Evidence from Taiwan’s Covered Warrants Market”. Journal of
Banking & Finance. Taiwan.
Deng, Saiying., Elyas Elyasiani., dan Connie X. Mao. 2016. “Derivatives-Hedging, Risk
Allocation and the Cost of Debt: Evidence from Bank Holding Companies”. The
Quarterly Review of Economics and Finance. Illinois. Amerika Serikat.
Dimyati. 2015. “Transaksi Derivatif Dalam Perspektif Ekonomi Syariah”. Irtifaq, Vol. 2, No.
1. Surabaya.
Hairston, Stephanie A., dan Marcus R. Brooks. 2018. “Derivative Accounting and Financial
Reporting Quality: A Review of the Literature”. Advance in Accounting. Georgia.
Amerika Serikat.
Huang, Pinghsun., Hsin-Yi Huang., dan Yan Zang. 2018. “Do Firms Hedge with Foreign
Currency Derivatives for Employess?”. Journal of Financial Economics. Taiwan.
Junior, Jose Luiz Rossi. 2013. “Hedging, Selective Hedging, or Speculation? Evidence of the
use of Derivatives by Brazilian Firms During the Financial Crisis”. Journal of
Multinational Financial Management. Sao Paulo. Brazil.
Kokholm, Thomas. 2016. “Pricing and Hedging of Derivatives in Contagious Markets”.
Journal of Banking & Finance. Aarhus. Denmark.
Mooy, Marthin Nosroy., Agus Rusgiyono., dan Rita Rahmawati. 2017. “Penentuan Harga
Opsi Put dan Call Tipe Eropa Terhadap Saham Menggunakan Model Black-Scholes”.
Jurnal Gaussian, Vol. 6, No. 3. Semarang.
Prieto, Cesar Augusto Giraldo., Gabriel Jaime Gonzalez Uribe., Cristhian Vesha Bermejo.,
dan Diana Carolina Ferreira Herrera. 2017. “Financial Hedging with Derivatives and
it’s impact on the Colombian Market Value for Listed Companies”. Contaduria y
Adminidtracion. Colombia.
Utomo, Lisa Linawati. 2000. “Instrumen Derivatif: Pengenalan Dalam Strategi Manajemen
Risiko Perusahaan”. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol. 2, No. 1. Surabaya.
Riaman., Betty Subartini., dan F. Sukono. 2016. “Pengaruh Tingkat Bunga terhadap
Penentuan Harga Suatu Kontrak Opsi pada Model Black-Scholes”. Jurnal Matematika
Integratif Vol. 12, No. 2. Bandung.

11
Rifa, Dandes. 2008. “Mengelola Risiko Dengan Produk Derivatif”. Jurnal Kajian Akuntansi
dan Auditing, Vol. 3, No.2. Padang.
Widiyanti, Novi Wulandari. “Karakteristik dan Mekanisme Perdagangan Contract for
Difference (CFD) Sebagai Alternatif Investasi Keuangan Studi Kasus pada Pasar
Derivatif di Australia”. Jurnal Akuntansi Universitas Jember. Jember.
Xue, Xiaole., Pengyu Wei., dan Chengguo Weng. 2018. “Derivatives Trading for Insurers”.
Insurance: Mathematics and Economics. Jinan. China.

12

Anda mungkin juga menyukai