Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

TEORI PORTOFOLIO / INVESTASI BERESIKO

Dosen Pengampu
Hj. Mutmainah, S.E., M.M

Kelompok 10

Silfia Indra Defi 17200173


Nurus Shobikhah 17200157
Ali Koemini 17200012
Danu Anuraga 17200198
Nurlaili Surya Dewi 17200154
Novi Astriani 17200145
Novi Amilia Sari 17200146

STIE AL – ANWAR MOJOKERTO


Tahun Akdemik 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Risiko setiap perusahaan di pasar modal Indonesia tentu memiliki
perbedaan, ada perusahaan yang memiliki risiko investasi tinggi dan ada pula
yang memiliki risiko investasi rendah. Risiko investasi penting diketahui oleh
para investor sebagai pertimbangan dalam melakukan investasi. Investor yang
rasional, pengambilan keputusan investasi didasarkan pada penilaian return
maupun risiko investasi. Keputusan investasi yang tepat dapat memberikan
return optimal kepada investor.
Definisi investasi menurut Sharpe bahwa investasi merupakan
komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk mendapatkan return yang
tidak pasti di masa depan. Oleh karena itu, investor harus memahami secara
pasti bahwa dalam berinvestasi ada potensi mendapat keuntungan dan juga
potensi menderita kerugian. Hal yang harus dilakukan oleh seorang investor
adalah memaksimalkan tingkat return yang diperoleh dan meminimalkan
potensi risiko yang akan terjadi. Jadi, dalam melakukan sebuah investasi,
salah satu hal penting yang perlu diperhatikan oleh investor adalah risiko
(Jogiyanto, 2010).
Risiko adalah penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return) dengan tingkat pengembalian aktual (Halim,
2005). Return dan risiko selalu mengalami perubahan setiap saat. Berubahnya
return dan risiko disebabkan oleh beberapa faktor yang terbagi dalam faktor
ekonomi dan faktor fundamental (Jogiyanto, 2010). Faktor ekonomi
merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan (eksternal),
misalnya tingkat inflasi, tingkat suku bunga yang berlaku, perubahan nilai
kurs, perubahan gross domestic product, sedangkan faktor fundamental
(internal) merupakan faktor – faktor yang berasal dari dalam perusahaan
misalnya, tingkat profitabilitas, tingkat likuiditas, tingkat leverage, dividen,
asset growth, dan lain-lain.
Ketika kita ingin berinvestasi di pasar modal, misalnya produk saham,
maka kita harus mengetahui dan memperhitungkan seberapa besar risiko yang
terkandung di dalam produk tersebut. Produk investasi seperti saham
memiliki risiko penurunan harga, yang pada akhirnya akan menurunkan nilai
investasi yang kita miliki. Maka dari itu, penting bagi kita untuk dapat
meminimalisir risikonya.
Dasar pemilihan portofolio pertama kali dicetuskan oleh Harry M Markowitz
pada dekade 1952-an yang disebut dengan teori portofolio Markowitz. Teori
Markowitz menggunakan beberapa pengukuran statistik dasar untuk
mengembangkan suatu rencana portofolio, diantaranya expected return, standar
deviasi baik sekuritas maupun portofolio dan korelasi antar return. Teori ini
memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko dalam suatu investasi, dimana
unsur risiko dapat diminimalisir melalui diversifikasi dan mengkombinasikan
berbagai instrumen investasi kedalam portofolio.
Menurut Jogiyanto (2003), bahwa Teori portofolio Markowitz didasarkan
atas pendekatan mean (rata-rata) dan variance (varian), dimana mean merupakan
pengukuran tingkat return dan varian merupakan pengukuran tingkat risiko. Teori
portofolio Markowitz ini disebut juga sebagai mean-varian model, yang menekankan
pada usaha memaksimalkan ekspektasi retun (mean) dan meminimumkan
ketidakpastian atau resiko (varian) untuk memilih dan menyusun portofolio optimal.
Menurut Tandelilin (2010), dalam pembentukan portofolio untuk
memaksimalkan return yang diharapkan pada tingkat risiko yang ditanggung
investor model indeks atau model faktor mengasumsikan bahwa tingkat
pengembalian suata efek sensitif terhadap perubahan berbagai macam faktor atau
indeks. Sebagai proses perhitungan tingkat pengembalian, suatu model indeks
berusaha untuk mencakup kekuatan ekonomi utama yang secara sistematis dapat
menggerakkan harga saham untuk semua efek. Secara implisit, dalam kontruksi
model indeks terdapat asumsi bahwa tingkat pengembalian antara dua efek atau lebih
akan berkorelasi (Halim, 2005).
Pemilihan portofolio membahas tentang permasalahan bagaimana
mengalokasikan penanaman modal agar dapat membawa keuntungan terbanyak
dengan resiko tertentu. Markowitz mengembangkan indeks model sebagai
penyederhanaan dari mean-varian model, yang berusaha untuk menjawab berbagai
permasalahan dalam penyusunan portofolio, yaitu terdapatnya begitu banyak
kombinasi aktiva berisiko yang dapat dipilih dan disusun menjadi suatu portofolio.
Dari sekian banyak kombinasi uang dipilih, seorang investor rasional pasti akan
memilih portofolio optimal (efficient set) (Jogiyanto, 2010).
Saat ini bermunculan berbagai produk investasi yang bisa memberikan
hasil investasi yang kompetitif, tetapi masih tetap dengan risiko yang
terkontrol. Seharusnya, produk-produk investasi inilah yang dimanfaatkan
masyarakat sebagai sarana berinvestasi. Berdasarkan uraian di atas, maka
makalah ini diberi judul “Faktor Risiko Dalam Investasi Dan Portofolio
Investasi.”

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian tersebut diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa saja faktor resiko dalam berinvestasi yang perlu diketahui oleh
investor ?
2. Bagaimanakah memilih portofolio investasi optimal yang perlu diketahui
oleh investor?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk menganalisa faktor-faktor resiko dalam berinvestasi yang perlu

diketahui oleh investor.

2. Untuk menganalisa portofolio investasi optimal yang perlu diketahui oleh

investor.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Investasi
Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang dana tersebut
(Ahmad, 2004). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi
adalah penyaluran sumber dana yang ada sekarang dengan mengharapkan
keuntungan dimasa mendatang dengan cara menempatkan uang atau dana
dengan harapan mendapatkan keuntungan atas dana yang diinvestasikan.
2.1.1 Tipe-tipe Investasi
Menurut Jogiyanto (2010), investasi ke dalam aktiva keuangan dapat
berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung
dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan
baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak
langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang
membeli portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain.
a. Investasi Langsung
Investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan
yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal
(capital market), atau pasar turunan (derivative market). Pasar uang bersifat
untuk jangka pendek karena aktiva yang dapat diperjual-belikan di pasar uang
berupa aktiva yang mempunyai risiko gagal kecil. Salah satu contohnya
adalah sertifikat deposito yang dapat dinegosiasi (dapat dijual kembali).
Berbeda dengan pasar uang, pasar modal lebih bersifat untuk investasi jangka
panjang. Yang diperjual-belikan di pasar modal adalah aktiva keuangan
berupa surat-surat berharga pendapatan tetap (fixed-income securities) dan
saham-saham (securities). Surat-surat berharga yang dapat diperdagangkan di
pasar turunan (derivative market) adalah opsi (option) dan future contract.
Disebut dengan surat-surat berharga turunan karena nilainya merupakan
jabaran dari surat berharga lain yang terkait. Contoh dari opsi (option)
misalnya adalah waran (warrant).
b. Investasi Tidak Langsung
Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat
berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan
yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik
dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam
portofolionya.

c. Tujuan Investasi
Menurut Tandelilin (2010) ada beberapa alasan mengapa seseorang

melakukan investasi, antara lain sebagai berikut:

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang. Seseorang

yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari

waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan

tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa

yang akan datang.

b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan

perusahaan atau obyek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari

risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh

inflasi.

c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak

melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di

masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat

yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.

d. Proses Investasi
Menurut Tandelilin (2010) proses investasi meliputi pemahaman

dasar-dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas-

aktivitas dalam proses keputusan investasi. Hal mendasar dalam proses

keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara return harapan dan

risiko suatu investasi. Hubungan risiko dan return harapan dari suatu

investasi merupakan hubungan yang searah dan linier. Artinya, semakin besar

return harapan, semakin besar pula tingkat risiko yang harus di

pertimbangkan. Ada beberapa proses investasi yaitu (Tandelilin, 2010) :

1. Dasar Keputusan Investasi


Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return harapan, tingkat
risiko serta hubungan antara return dan risiko. Berikut ini akan dibahas
masing-masing dasar keputusan investasi:
a. Return
Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Pada
konteks manajemen investasi, tingkat keuntungan investasi disebut sebagai
return. Pada konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return
harapan (expected return) dan return aktual atau yang terjadi (realized
return). Return harapan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor
di masa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan
tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu.
b. Risiko
Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi-tingginya
dari investasi yang dilakukannya. Tetapi, ada hal penting yang harus selalu
dipertimbangkan yaitu berapa besar risiko yang harus ditanggung dari
investasi tersebut. Umumnya semakin besar risiko, maka semakin besar pula
tingkat return harapan.
c. Hubungan Tingkat Risiko dan Return Harapan
Hubungan tingkat risiko dan return harapan merupakan hubungan yang
bersifat searah dan linier. Artinya, semakin besar risiko suatu aset, semakin
besar pula return harapan atas aset tersebut, demikian sebaliknya.
2. Proses Keputusan Investasi
Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang
berkesinambungan (going process). Proses keputusan investasi terdiri dari
lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus sampai tercapai keputusan
investasi yang terbaik.
Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu:
a. Penentuan Tujuan Investasi
Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung pada
investor yang membuat keputusan tersebut. Investor biasanya lebih menyukai
investasi pada sekuritas yang mudah diperdagangkan ataupun pada
penyaluran kredit yang lebih berisiko tetapi memberikan harapan return yang
tinggi.
b. Penentuan Kebijakan Investasi
Tahapan ini dimulai dengan penentuan keputusan alokasi aset (asset
allocation decision). Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang
dimiliki pada berbagai kelas aset yang tersedia (saham, obligasi sekuritas luar
negeri).
c. Pemilihan Strategi Portofolio
Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap
sebelumnya. Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi
portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi
kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan
secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik. Strategi
portofolio pasif meliputi aktivitas informasi pada portofolio yang seiring
dengan kinerja indeks pasar.
d. Pemilihan Aset
Setelah strategi portofolio ditentukan, tahap selanjutnya adalah pemilikan
aset-aset yang akan dimasukkan dalam portofolio. Tahap ini memerlukan
pengevaluasian setiap sekuritas yang ingin dimasukkan dalam portofolio.
Tujuan tahap ini adalah untuk mencari kombinasi portofolio yang efisien,
yaitu portofolio yang menawarkan returndiharapkan tertinggi dengan tingkat
risiko tertentu atau sebaliknya menawarkan return diharapkan tertentu dengan
tingkat risiko terendah.
e. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Portofolio
Jika tahap pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan ternyata
hasilnya kurang baik, maka proses keputusan investasi harus dimulai lagi dari
tahap pertama, demikian seterusnya sampai dicapai keputusan investasi yang
paling optimal.

2.1.2 Risiko
Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari
suatu perbuatan atau tindakan. Definisi risiko menurut Hanafi (2006) risiko
merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang
diharapkan (expected return–ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual
return).
Menurut Emmaett dan Curtis (1978), risiko didefinisikan sebagai;
a. Kans kerugian – the chance of loss
b. Kemungkinan kerugian – the possibility of loss
c. Ketidakpastian – uncertainty
d. Penyimpangan kenyataan dari hasil yang diharapkan – the dispersion of
actual from expected result
e. Probabilitas bahwa suatu hasil berbeda dari yang diharapkan – the
probability of any outcome different from the one expected
Atau dapat diambil kesimpulan bahwa definisi risiko adalah suatu
kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak
menguntungkan yang mungkin terjadi.
2.1.2.1. Identifikasi dan Analisa Resiko
Menurut Darmawi (2008) tahapan pertama dalam proses manajemen
risiko adalah tahap identifikasi risiko. Identifikasi risiko merupakan suatu
proses yang secara sistematis dan terus menerus dilakukan untuk
mengidentifikasi kemungkinan timbulnya risiko atau kerugian terhadap
kekayaan, hutang, dan personil perusahaan. Proses identifikasi risiko ini
mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua
risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu proyek, harus
diidentifikasi.
Masih menurut Darmawi (2008) proses identifikasi harus dilakukan
secara cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan
atau tidak teridentifikasi. Dalam pelaksanaannya, identifikasi risiko dapat
dilakukan dengan beberapa teknik, antara lain:
a. Brainstorming
b. Questionnaire
c. Industry benchmarking
d. Scenario analysis
e. Risk assessment workshop
f. Incident investigation
g. Auditing
h. Inspection
i. Checklist
j. HAZOP (Hazard and Operability Studies)
Adapun cara – cara pelaksanaan identifikasi risiko secara nyata dalam
sebuah proyek adalah :
a. Membuat daftar bisnis yang dapat menimbulkan kerugian.
b. Membuat daftar kerugian potensial. Dalam checklist ini dibuat daftar
kerugian dan peringkat kerugian yang terjadi.
c. Membuat klasifikasi kerugian.
1) Kerugian atas kekayaan (property).
a) Kekayaan langsung yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk mengganti
kekayaan yang hilang atau rusak.
b) Kekayaan yang tidak langsung, misalnya penurunan permintaan, image
perusahaan, dan sebagainya.
2) Kerugian atas hutang piutang, karena kerusakan kekayaan atau cideranya
pribadi orang lain.
3) Kerugian atas personil perusahaan. Misalnya akibat kematian,
ketidakmampuan, usia tua, pengangguran, sakit, dan sebagainya.
Dalam mengidentifikasi risiko, beberapa ahli membaginya menjadi
beberapa kategori, diantaranya :
No. Kategori Risiko Sumber Referensi
1. Risiko eksternal
2. Risiko Internal
3. Risiko teknis Kerzner, 1995
4. Risiko legal

1. Risiko eksternal
2. Risiko yang berhubungan dengan
konstruksi
3. Risiko fisik
4. Risiko kontraktual dan legal Fisk, 1997
5. Risiko pelaksanaan
6. Risiko Ekonomi
7. Risiko politik dan umum

1. Risiko finansial
2. Risiko legal
3. Risiko manajemen
4. Risiko pasar Shen, Wu, Ng, 2001
5. Risiko politik dan kebijakan
6. Risiko teknis

1. Risiko teknologi
2. Risiko manusia
3. Risiko lingkungan
4. Risiko komersial dan legal Loosemore, Raftery,
5. Risiko manajemen Reilly, Higgon, 2006
6. Risiko ekonomi dan finansial
7. Risiko partner bisnis
8. Risiko politik
1. Risiko finansial dan ekonomi
2. Risiko desain
3. Risiko politik dan lingkungan Al Bahar dan Crandall,
4. Risiko yang berhubungan 1990
5. dengan konstruksi
6. Risiko fisik
Sumber : Dikembangkan dari berbagai sumber
Adapun kategori risiko tersebut dimodifikasi sehingga menjadi
sebagai berikut :
a. Finansial dan Ekonomi. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya
fluktuasi tingkat inflasi dan suku bunga, perubahan nilai tukar, kenaikan
upah pekerja, dan lain sebagainya.
b. Politik dan Lingkungan. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya
perubahan dalam hukum dan peraturan, perubahan politik, perang,
embargo, bencana alam, dan lain sebagainya.
c. Konstruksi
Yang termasuk dalam kategori ini misalnya kecelakaan kerja,
pencurian, perubahan desain, dan sebagainya.
Setelah proses identifikasi semua risiko – risiko yang mungkin
terjadi pada suatu proyek dilakukan, diperlukan suatu tindak lanjut untuk
menganalisis risiko-risiko tersebut. Al Bahar dan Crandall (1990)
mengemukakan bahwa, yang dibutuhkan adalah menentukan signifikansi
atau dampak dari risiko tersebut, melalui suatu analisis probabilitas,
sebelum risiko-risiko tersebut dibawa memasuki tahapan respon manajemen.
Menurut Al Bahar dan Crandall (1990), analisis risiko
didefinisikan sebagai sebuah proses yang menggabungkan ketidakpastian
dalam bentuk kuantitatif, menggunakan teori probabilitas, untuk
mengevaluasi dampak potensial suatu risiko.
Langkah pertama untuk melakukan tahapan ini adalah
pengumpulan data yang relevan terhadap risiko yang akan dianalisis. Data-
data ini dapat diperoleh dari data historis perusahaan atau dari
pengalaman proyek pada masa lalu. Jika data historis tersebut kurang
memadai, dapat dilakukan teknik identifikasi risiko yang lain, seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya pada bagian lain bab ini.
Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, selanjutnya dilakukan
proses evaluasi dampak dari sebuah risiko. Proses evaluasi dampak risiko
dilakukan dengan mengkombinasikan antara probabilitas (sebagai bentuk
kuantitatif dari faktor ketidakpastian / uncertainty) dan dampak atau
konsekuensi dari terjadinya sebuah risiko.
Untuk melakukan proses evaluasi tersebut, dibutuhkan suatu
parameter yang jelas untuk dapat mengukur dampak dari suatu risiko
dengan tepat. Menurut Loosemore, Raftery, Reilly dan Higgon (2006),
beberapa parameter untuk proses evaluasi risiko seperti pada Tabel 2.2 dan
tabel 2.3.
Tabel 2.2 Parameter Probabilitas Risiko

Tabel 2.3 Parameter konsekuensi risiko


Setelah risiko – risiko yang mungkin terjadi dievaluasi dengan
menggunakan parameter – parameter probabilitas dan konsekuensi risiko
diatas, selanjutnya dapat dilakukan suatu analisa untuk mengevaluasi dampak
risiko secara keseluruhan, dengan menggunakan matriks evaluasi
risiko.

2.1.2.3. Respon Manajemen

Hanafi (2006) setelah risiko – risiko yang mungkin terjadi


diidentifikasi dan dianalisa, perusahaan akan mulai memformulasikan
strategi penanganan risiko yang tepat. Strategi ini didasarkan kepada sifat
dan dampak potensial / konsekuensi dari risiko itu sendiri. Adapun tujuan
dari strategi ini adalah untuk memindahkan dampak potensial risiko
sebanyak mungkin dan meningkatkan kontrol terhadap risiko.
Ada lima strategi alternatif untuk menangani risiko, yaitu :
a. Menghindari risiko
b. Mencegah risiko dan mengurangi kerugian
c. Meretensi risiko
d. Mentransfer risiko
e. Asuransi
2.1.2.4. Risiko dan Ketidakpastian Dalam pengambilan Keputusan
Keputusan-keputusan manajerial dibuat dalam kondisi yang pasti,
berisiko, atau tidak pasti. Kepastian (certainly) mengacu pada situasi di mana
hanya ada satu hasil yang mungkin terjadi untuk suatu keputusan dan hasil ini
diketahui secara tepat. (dominick, 2005).
Risiko (risk) mengacu pada situasi di mana terdapat lebih dari satu
kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan probabilitas dari setiap hasil
diketahui, atau bisa di estimasikan. (dominick, 2005).
Ketidakpastian (uncertainly) mengacu pada simulasi dimana terdapat
lebih dari satu kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan probabilitas
kemunculan dari masing-masing tersebut tidak diketahui, apalagi dapat di
tafsirkan. (dominick, 2005).
Dalam menganilis pengambilan keputusan manajerial yang
melibatkan risiko, kita akan menggunakan konsep-konsep strategi, kondisi
alam, dan matriks ganjaran (payoff matrix). Strategi mengacu pada satu
pilihan tindakan yang bisa diambil oleh pembuat keputusan untuk meraih
tujuan. Sebagai contoh seorang manajer mungki harus memilih antara strategi
pembuatan pabrik berukuran esar atau strategi pembuatan pabrik kecil dalam
rangka memaksimumkan laba atau nilai perusahaan. Kondisi alamiah (state of
nature) mengacu kepada kondisi masa depan yang tidak bisa dikendalikan
oleh manajer yang akan memiliki dampak signifikan atas tingkat kesuksesan
atau kegagalan suatu strategi. Sebagai contoh, perekonomian yang mungkin
tumbuh pesat, normal, atau resesi di masa depan. Pengambil keputusan tidak
memiliki kendaki atas kondisi alamiah yang muncul dimasa depan, tetapi
kondisi masa depan ini jelas akan memengaruhi hasil dari suatu strategi yang
dipilih oleh sang manajer. Dengan demikian keputusan akan sangat
tergantung pada pengetahuan dan estimasi pembuat keputusan tentang
bagaimana kondisi alamiah tertentu di masa depan akan memengaruhi hasil
dari suatu strategi tertentu (seperti pembuatan pabrik besar atau kecil).
Terakhir, matriks ganjaran adalah tabel yang memperlihatkan hasil-hasil yang
mungkin terjadi dari setiap strategi berdasarkan kondisi alamiah. Sebagai
contoh, sebuah matriks ganjaran mungkin memperlihatkan tingkat laba yang
muncul jika perusahaan membangun pabrik kecil, dan jika perekonomian
akan tumbuh pesat, normal, atau resesi dimasa depan. (dominick, 2005).
2.1.2.5. Metode-Metode Pengukuran Risiko
Ada beberapa metode pengukuran risiko(dominick, 2005)
1. Distribusi Probabilitas
Probabilitas (probability) suatu kejadian adalah peluang atau kemungkinan
suatu kejadian akan muncul. Sebagai contoh, jika kita mengatakan bahwa
probabilitas perekonomian tumbuh pesat pada tahun depan adalah 0,25
atau 25 persen, ini berarti bahwa terdapat “1 peluang dalam 4” kondisi itu
akan muncul. Dengan menampilkan semua hasil atas suatu kejadian dan
probabilitasnya masing-masing, kita mendapatkan distribusi probailitas
(probability distribution).
Konsep distriusi probabilitas sangat dibutuhkan untuk mengevaluasi dan
membandingkan proyek-proyek investasi. Secara umum, hasil atau laba
dari suatu proyek investasi akan mencapai titik paling tinggi ketika kondisi
perekonomian tumbuh pesat dan akan berada di titik paling rendah selama
resesi.
2. Deviasi Standar
Kita telah membahas bahwa semakin rapat distribusi probabilitas, semakin
kecil resiko dari suatu keputusan atau strategi. Alasannya, penyimpangan
secara signifikan terhadap hasil yang diperkiraan probabilitasnya semakin
kecil. Kita dapat mengukur kerapatan atau derajat penyebaran distribusi
probabilitas dengan memakai devisiasi standar, yang ditunjukkan oleh
simbol sigma (σ). Jadi, divisiasi standar (standard divitiation) mengukur
tingkat penyebaran berbagai kemungkinan hasil dari nilai yang
diperkirakan. Semakin kecil nilai σ, semakin rapat distribusi, dan semakin
kecil resiko.
3. Distribusi Normal
Distribusi probabilitas dari anyak strategi atau eksperimen merupakan
distribusi normal, sehingga probabilitas suatu hasil tertentu yang jatuh
dalam kisaran tertentu ditunjukkan oleh luas area diawah distribusi normal
standar (standard normal distribution).
2.1.2.6. Teori Kepuasan Dan Penghindaran Resiko
         1.Model Kepuasan (Satisficing)
Seseorang yang membuat suatu keputusan biasanya lebih
mengutamakan kepuasan dibandingkan sesuatu yang optimal. Dalam teori
utilitas harapan, pembuat keputusan di asumsikan memiliki informasi yang
lengkap mengenai peluang dan konsekuensi yang melekat pada setiap
alternative tindakan.Untuk mendapatkan kepuasan tersebut adalah dengan
cara memilih satu cara yang di anggap memuaskan sesuatu yang di butuhkan
meskipun pilihan tersebut mungkin tidak ideal dan optimal.
Pada kenyataannya, informasi mengenai alternative tidak sepenuhnya
tersedia dan mengandung ketidakpastian.Dengan demikian, walaupun utilitas
harapan tidak berguna sebagai model normal dari pembuatan keputusan
(model mengenai seberapa rasional perilaku seseorang), utilitas harapan tidak
berguna sebagai model deskriptif (model mengenai bagaimana seseorang
sebenarnya membuat keputusan).
(http://iqbalfawaidfikri.blogspot.com/2013/04/pengambilan-keputusan-
dalam_7960.html)
2.1.2.7. Penyesuaian Model Penilaian untuk resiko
Ada beberapa penilaian untuk resiko (dominick, 2005)
1. Tigkat Diskon yang Telah Disesuaika terhadap Resiko
Untuk mengevaluasi proyek-proyek yang melibatkan resiko adalah
menggunakan tingkat diskon yang telah disesuaikan terhadap resiko (risk-
adjusted discount rate). Tingkat diskon ini mencerminkan pilihan manajer
atau investor antara resiko dan pengembalian.
Perbedaan antara tingkat pengembalian yang diperkirakan dari investasi yang
beresiko dan tingkat pengembalian dari investasi bebas resiko dinamakan
dengan premi resiko (risk premium) dari investasi beresiko.
2. Pendekatan Kesepadanan-Kepastian
Tingkat diskon yang telah disesuaikan terhadap resiko yang disajikan diatas
mengubah tingkat diskon, penyebut dari model penilaian, untuk
mengakomodasi resiko. Pada sisi lain, pendekatan kesepadanan-kepastian,
menggunakan tingkat diskon bebas resiko sebagai penyebut dan
mengakomodasi resiko dengan memodifikasi pembilang dari model
penilaian, yaitu,

NPV =
Di mana adalah arus kas atau pengembalian bersih beriko dari

investasi , r adalah tingkat diskon bebas resiko, dan adalah koefisien

kesepadanan-kepastian. Yang terakhir adalah jumlah yang pasti (yaitu,


jumlah yang akan diterima dengan pasti yang sepadan dengan jumlah atau
pengembalian resiko yang diperkirakan dari proyek) dibagi dengan jumlah
resiko yang diperkirakan, yaitu,

= =

Secara khusus, manajer atau investor harus menentukan jumlah pasti


yang akan memberikan kepuasan yang sama (yaitu, sepadan) dengan jumlah
atau pengembbalian beresiko yang diperkirakan dari investasi
2.1.2.8. Metode-Metode Lain Untuk Pengukuran Resiko
1. Pohon Keputusan
Pohon keputusan memperlihatkan urutan dari keputusan-keputusan
manajerial yang mungkin dan hasil yang di perkirakan dari setiap keputusan
di bawah tiap situasi atau kondisi alamiah. Karena urutan dari keputusan
dan kejadian ditampilkan secara grafis sebagai cabang-cabang pohon, teknik
ini dinamakan dengan pohon keputusan. Pembuatan pohon keputusan
dimulai dengan keputusan-keputusan terawal dan bergerak maju dari waktu
ke waktu melalui serangkaian kejadian berbeda bisa terjadi, pohon akan
bercabangsampai semua hasil mungkin digambarkan. (dominick, 2005)
2. Simulasi
Metode lain yang bisa dipakai untuk menganalisis situasi pengambilan
keputusan kompleks di dunia nyata yang melibatkan resiko adalah simulasi.
Langkah pertama dalam simulasi adalah pembuatan model matematis untuk
pengambilan keputusan manajerial yang ingin disimulasikan. Model ini,
menggambarkan dalam bentuk matematis (yaitu, persamaan), hubungan
antara output dari komoditas dengan harganya; hubungan antara output,
harga input, dan biaya produksi (dominick, 2005).

2.1.2.9. Pengambilan Keputusan Dalam Ketidakpastian


1. Kriteria Maksimin
Kriteria maksimin menyatakan bahwa pembuat keputusan harus
menentukan hasil paling buruk yang mungkin dari tiap strategi kemudian
memilih strategi yang memungkinkan hasil paling buruk terbaik.
Dengan hanya mengkaji hasil paling pesimis dari tiap strategi untuk
menghindari kemungkinan mendapatkan hasil terburuk, jelas bahwa kriteria
maksimin merupakan aturan pengambilan keputusan yang sangat
konservatif dan pembuat keputusan yang menggunakan kriteria ini
memandang dunia dengan pesimis. Namun kriteria ini cocok jika
perusahaan memiliki sikap penghindaran resiko yang sangat tinggi,
misalnya jika kelangsungan hidup sebuah perusahaan kecil sangat
tergantungpada kemampuannya menghindari kerugian. (domonick, 2005).
2. Kriteria Kerugian minimaks
Kriteria kerugian minimaks menyatakan bahwa pembuat keputusan harus
memilih strategi yang meminimumkan penyesalan atau biaya kesempatan
maksimum dari keputusan yang salah, apa pun kondisi alamiah yang
muncul secara aktual. Dasar pemikiran dari pengukuran penyesalan
(kerugian) seperti ini adalah bahwa seandainya kita memilih strategi terbsik
(yaitu, strategi yang memiliki ganjaran tingkat pengembalian tertinggi)
untuk kondisi alamiah tertentu yang telah terjadi secara aktual, maka tidak
akan menyesal. (dominick, 2005).
2.1.2.10. Hedging
Pengertian Hedging Menurut Madura (2000) hedging adalah tindakan
yang dilakukan untuk melindungi sebuah perusahaan dari exposure terhadap
nilai tukar. Exposure terhadap fluktuasi nilai tukat adalah sejauh mana
sebuah perusahaan dapat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar.
Teknik-Teknik Hedging Jangka Pendek
Teknik-teknik yang biasanya dapat digunakan dalam menghedge sebagian
atau seluruh transaksinya dalam jangka pendek, dijelaskan oleh Madura
(2000) antara lain:
1. Hedging memakai kontrak future
Kontrak futures adalah kontrak yang menetapkan penukaran suatu valuta
dalam volume tertentu pada tanggal penyelesaian tertentu.
2. Hedging memakai kontrak forward
Suatu kontrak antara nasabah dan bank untuk melakukan sejumlah
penjualan atau pembelian valuta terhadap valuta lainnya dimasa yang akan
datang dengan rate yang telah ditentukan pada saat kontrak dibuat.
Keuntungan forward antara lain :
a) Menghindari dan memperkecil resiko kurs
b) Dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan nasabah Tujuan dari foward
adalah :
1) Forward kontrak digunakan untuk mengkover resiko exchange rate
untuk pembelian/penjualan valuta di masa mendatang
2) Jika ada suatu transaksi bisnis, foward kontrak dapat menghilangkan
currency exposure karena kurs valuta untuk masa yang akan datang
telah ditetapkan.
3) Perhitungan kalkulasi biaya yang pasti
4) Untuk tujuan spekulasi
3. Hedging memakai instrumen pasar uang.
Hedging memakai instrumen pasar uang melibatkan pengambilan suatu
posisi dalam pasar uang untuk melindungi posisi hutang atau piutang di
masa depan.
4. Hedging memakai opsi (option) valuta
Opsi menyediakan hak untuk membeli atau menjual suatu valuta tertentu
dengan harga tertentu selama periode waktu tertentu. Tujuan dari option ini
untuk hedging.
Teknik-Teknik Hedging Jangka Panjang
Menurut Madura (2000) Ada 3 teknik yang sering dipakai untuk
meng-hedge exposure jangka panjang yaitu :
a) Kontrak foward jangka panjang (Long foward)
Long Foward adalah kontrak foward jangka panjang. Sama seperti kontrak
foward jangka pendek, dapat dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan-
kebutuhan khusus dari perusahaan. Long foward sangat menarik bagi
perusahaan yang telah menandatangani kontrak ekspor atau impor bernilai
tetap jangka panjang dan melindungi arus kas mereka jangka panjang.
b) Currency Swap
Currency Swap adalah kesempatan untuk mempertukarkan satu valuta
dengan valuta lain pada kurs dan tanggal tertentu dengan menggunakan
bank sebagai perantara antara dua belah pihak yang ingin melakukan
currency Swap. Tujuan dari swap antara lain:
1. Mengkover resiko exchange rate untuk pembelian/penjualan valuta
2. Transaksi swap akan menghilangkan currency exposure karena
pertukaran kurs pada masa yang akan datang telah ditetapkan.
3. Perhitungan kalkulasi biaya yang pasti
4. Untuk tujuan spekulasi
5. Strategi gapping
Keuntungan swap :
1. Menghindari resiko pertukaran uang
2. Tidak menganggu pos-pos di balance sheet
c) Parallel Loan
Parallel Loan adalah kredit yang melibatkan pertukaran valuta antara dua
pihak, dengan kesepakatan untuk menukarkan kembali valuta-valuta
tersebut pada kurs dan tanggal tertentu di masa depan. Parallel Loan bisa
diidentikan dengan dua swap yang digabungkan menjadi satu, satu swap
terjadi pada permulaan kontrak parallel loan dan satunya lagi pada tanggal
tertentu di masa depan.
2.1.2.11. Informasi Dan Resiko
1. Informasi Asimetris
Salah satu pihak dari transaksi (yaitu, pembeli atau penjual produk atau
jasa) sering kali memiliki sekidit informasi dibandingkan pihak yang kedua
dalam hubungannya dengan kuantitas dari produk atau jasa. Ini adalah kasus
asimetris.salah satu contoh informasi asimetris adalah pasar “barang rusak”
(yaitu produk cacat seperti mobil bekas, yang banyak biaya perbaikan dan
tidak sebanding dengan harganya). (dominick, 2005)
2. Masalah bahaya moral (moral hazard)
Moral hazard mengacu pada meningkatnya probabilitas sakit, kebakaran,
atau kecelakaan-kecelakaan lain setelah individu di asuransikan. Individu
akan mengambil lebih sedikit upaya pencegahan sakit, kebakaran atau
kecelakaan, dan ketika kerugian enar-benar terjadi, dia akan cenderung
membesar-besarkan kerugian. (dominick, 2005)
3. Portofolio
3.1. Pengertian Portofolio
Dasar pemilihan portofolio pertama kali dicetuskan oleh Harry M
Markowitz pada dekade 1952-an yang disebut dengan teori portofolio
Markowitz. Teori Markowitz menggunakan beberapa pengukuran statistik
dasar untuk mengembangkan suatu rencana portofolio, diantaranya expected
return, standar deviasi baik sekuritas maupun portofolio dan korelasi antar
return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko dalam
suatu investasi, dimana unsur risiko dapat diminimalisir melalui diversifikasi
dan mengkombinasikan berbagai instrumen investasi kedalam portofolio.
Menurut Jogiyanto (2003), bahwa Teori portofolio Markowitz
didasarkan atas pendekatan mean (rata-rata) dan variance (varian), dimana
mean merupakan pengukuran tingkat return dan varian merupakan
pengukuran tingkat risiko. Teori portofolio Markowitz ini disebut juga
sebagai mean-varian model, yang menekankan pada usaha memaksimalkan
ekspektasi retun (mean) dan meminimumkan ketidakpastian atau resiko
(varian) untuk memilih dan menyusun portofolio optimal.
Menurut Tandelilin (2010), dalam pembentukan portofolio untuk
memaksimalkan return yang diharapkan pada tingkat risiko yang ditanggung
investor model indeks atau model faktor mengasumsikan bahwa tingkat
pengembalian suata efek sensitif terhadap perubahan berbagai macam faktor
atau indeks. Sebagai proses perhitungan tingkat pengembalian, suatu model
indeks berusaha untuk mencakup kekuatan ekonomi utama yang secara
sistematis dapat menggerakkan harga saham untuk semua efek. Secara
implisit, dalam kontruksi model indeks terdapat asumsi bahwa tingkat
pengembalian antara dua efek atau lebih akan berkorelasi (Halim, 2005:82).
Pemilihan portofolio membahas tentang permasalahan bagaimana
mengalokasikan penanaman modal agar dapat membawa keuntungan
terbanyak dengan resiko tertentu. Markowitz mengembangkan indeks model
sebagai penyederhanaan dari mean-varian model, yang berusaha untuk
menjawab berbagai permasalahan dalam penyusunan portofolio, yaitu
terdapatnya begitu banyak kombinasi aktiva berisiko yang dapat dipilih dan
disusun menjadi suatu portofolio. Dari sekian banyak kombinasi uang dipilih,
seorang investor rasional pasti akan memilih portofolio optimal (efficient set)
(Jogiyanto,2010).
Tandelilin (2010), untuk membentuk portofolio yang optimal, investor
harus menentukan portofolio yang efisien terlebih dahulu, sedangkan
portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih seseorang investor dari
sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien.
Portofolio optimal dicapai dengan melakukan simulasi pada beberapa
sekuritas yang dinilai esien dengan prosedur perhitungan tertentu, sedangkan
Husnan (2001) berpendapat bahwa portofolio efisien adalah portofolio yang
menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan risiko terendah, atau risiko
tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi.
Tandelilin (2010) mengatakan ada tiga konsep dasar yang perlu
diketahui sebagai dasar untuk pembentukan portofolio optimal, yaitu :
a. Portofolio efisien dan portofolio optimal
Untuk membentuk portofolio yang efisien harus berpegang pada asumsi
bagaimana perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi yang akan
diambilnya, yang paling penting semua investor tidak menyukai risiko (risk
averse). Sedangkan portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih
sesuai dengan preferensi investor bersangkutan terhadap pengembalian
investasi berupa return dan capital gain maupun risiko yang bersedia
ditanggungnya.
b. Fungsi utilitas dan kurva indeferen
Merupakan suatu fungsi matematis yang menunjukkan nilai dari semua
alternatif yang ada, dimana menunjukkan preferensi seorang investor
terhadap berbagai pilihan investasi dengan masing-masing resiko dan tingkat
return harapan.

c. Aset berisiko dan asset bebas risiko


Seorang investor harus bisa memilih menginvestasikan dananya pada
berbagai aset, baik aset yang berisiko maupun aset yang bebas resiko ataupun
kombinasi dari kedua aset tersebut.
Jadi, pada dasarnya teori portofolio dengan model Markowitz di dasari
oleh tiga asumsi, yaitu :
1. Periode investasi tunggal
2. Tidak ada biaya transaksi
3. Preferensi investor hanya berdasar pada return harapan dan risiko
Jogiyanto (2010), mengatakan bahwa tujuan melakukan portofolio
adalah untuk mengurangi risiko bagi pihak yang memegang portofolio.
Pengurangan risiko itu dapat dilakukan dengan diversifikasi risiko. Dalam
membangun sebuah portofolio yang dimiliki oleh seorang investor yaitu
karakteristik investor harus dipahami. Karakteristik investor sangat bervariasi
dan berbeda.
Dengan memahami karakteristik investor maka manajer investasi
dapat memberikan nasihat portofolio yang akan dibangun untuk kepentingan
investor. Portofolio yang akan dibangun tidak akan terlepas dari situasi
politik, ekonomi, sosial yang ada di suatu negara. Perkembangan ekonomi
lebih sangat berpengaruh terutama perkembangan tingkat bunga.
3.1.1. Tahapan Proses Portofolio
Menurut Halim (2005), proses portofolio mempunyai empat tahapan
yaitu
a. Tahap Tujuan Investasi
Tahap penentuan tujuan investasi merupakan tahapan awal yang harus
dikerjakan oleh semua pihak bila ingin melakukan pengelolaan portofolio
investasi. Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap ini, yaitu
tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return), tingkat
risiko (risk of rate), ketersedian jumlah dana yang akan diinvestasikan, dan
periode investasi (time horizon). Periode investasi yang ditetapkan investor
menjadi patokan untuk menentukan instrumen investasi yang akan
diinvestasikan.
b. Tahap Ekspektasi Pasar
Tahap kedua yang dilakukan oleh investor adalah mengumpulkan informasi
mengenai seluruh instrumen investasi yang ada, dan bagaimana keinginan
berbagai pihak terhadap seluruh pasar investasi.
c. Tahap Membangun Portofolio
Tahap ketiga, merupakan tahap implementasi keahlian manajer investasi atas
keinginan investor dan situasi pasar yang ada. Pada tahapan ini, manajer
investasi membeli dan menjual instrumen investasi yang sesuai dengan
keinginan investor. Dengan melakukan riset mengenai keadaan pasar.
d. Tahap Evaluasi Kinerja.
Tahap keempat merupakan tahap akhir dari proses portofolio yaitu melakukan
perhitungan atas portofolio yang dikelolanya. Selanjutnya, hasil pengelolaan
portofolio dalam bentuk tingkat pengembalian (return) dibandingkan dengan
tingkat pengembalian patokan (benchmark).
Keempat proses tahapan portofolio tersebut di atas saling berkaitan,
karena hasil yang dicapai merupakan output dari tahapan sebelumnya.

BAB III
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
1. Pada dasaarnya faktor-faktor risiko yng mempengruhi investsi sangat
bergam. Akan tetapi, kategori risiko tersebut dimodifikasi sehingga
menjadi sebagai berikut :
a. Finansial dan Ekonomi. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya
fluktuasi tingkat inflasi dan suku bunga, perubahan nilai tukar,
kenaikan upah pekerja, dan lain sebagainya.
b. Politik dan Lingkungan. Yang termasuk dalam kategori ini misalnya
perubahan dalam hukum dan peraturan, perubahan politik, perang,
embargo, bencana alam, dan lain sebagainya.
c. Konstruksi
Yang termasuk dalam kategori ini misalnya kecelakaan kerja,
pencurian, perubahan desain, dan sebagainya.
2. Portofolio optimal yang diharapkan investor dapat dicapai bila
memahami konsep dasar pembentukan portofolio optimal.
Tandelilin (2010) mengatakan ada tiga konsep dasar yang perlu
diketahui sebagai dasar untuk pembentukan portofolio optimal, yaitu :
a. Portofolio efisien dan portofolio optimal
Untuk membentuk portofolio yang efisien harus berpegang pada
asumsi bagaimana perilaku investor dalam pembuatan keputusan
investasi yang akan diambilnya, yang paling penting semua investor
tidak menyukai risiko (risk averse). Sedangkan portofolio optimal
merupakan portofolio yang dipilih sesuai dengan preferensi investor
bersangkutan terhadap pengembalian investasi berupa return dan
capital gain maupun risiko yang bersedia ditanggungnya.
b. Fungsi utilitas dan kurva indeferen
Merupakan suatu fungsi matematis yang menunjukkan nilai dari
semua alternatif yang ada, dimana menunjukkan preferensi seorang
investor terhadap berbagai pilihan investasi dengan masing-masing
resiko dan tingkat return harapan.
c. Aset berisiko dan asset bebas risiko
Seorang investor harus bisa memilih menginvestasikan dananya
pada berbagai aset, baik aset yang berisiko maupun aset yang bebas
resiko ataupun kombinasi dari kedua aset tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kamarudin. 2004. Dasar-Dasar Manajemen Investasi dan Portofolio.


Rineka Cipta. Jakarta.
Bahar, J. F. dan Crandall, K. C. 1990. "Systematic Risk Management Approach
for Construction Projects". Journal of Construction Engineering and
Management, ASCE, Vol. 116, No. 3, September, 1990, 533-546.
Darmawi, Herman. 2005. Manajemen Risiko. Bumi Aksara, Jakarta.
Halim, A. (2005). Analisis Investasi. Edisi Kedua. Salemba Empat. Jakarta.
Hanafi, Mamduh. 2006. Manajemen Resiko.Unit Penerbit dan Percetakan
SekolahTinggi Ilmu Manajamen YKPN. Yogyakarta
Jogiyanto, H.M. (2003). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketiga.
BPFE. Yogyakarta.
Jogiyanto, H.M. (2010). Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh.
BPFE. Yogyakarta.
Madura, Jeff. 2000. Manajemen Keuangan Internasional. Jilid 1, Edisi Keempat.
Jakarta: Erlangga.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi teori dan aplikasi, Edisi Pertama,
KANISIUS, Yogyakarta.
Vaughan, E.J., & Curtis M. Elliot, 1978, Fundamentals of Risk and
Insurance,New York, Chichester, Brisbane, Toronto: John Wiley & Sons
Inc.
Salvatore, Dominick. 2005. Ekonomi Manajerial Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat

Anda mungkin juga menyukai