Anda di halaman 1dari 17

PEMILIHAN KOMBINASI PORTOFOLIO SYARIAH

EFISIEN DAN OPTIMAL

MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Teori Portofolio Analisis Investasi Syariah

Dosen Pengampu: Dr. Siti Amaroh S.E, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 5-E6ESR

1. Anikmatul Khomsah (1950110160)


2. Istikaroh (1950110170)
3. Devi Febriana Pratiwi (1950110184)
4. Bella Septiana Putri (1950110197)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2022

0
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Investasi merupakan salah satu kegiatan yang terdapat dalam pasar
modal yang memiliki tujuan mendapatkan keuntungan maksimal dari
penanaman modal tersebut. Risiko merupakan hal yang harus diperhatikan
investor dalam berinvstasi. Risiko tidak dapat dihilangkan tetapi dapat
diminimalkan dengan diversifikasi (portofolio).
Portofolio optimal dapat ditentukan dengan model Markowitz atau
dengan model Indeks Tunggal. Untuk menentukan portofolio yang optimal
dengan model-model ini yang pertama kali dibutuhkan adalah menentukan
portofolio yang efisien. Untuk model-model ini semua portofolio yang optimal
adalah portofolio yang efisien, karena tiap investor mempunyai kurva berbeda
yang tidak sama, portofolio optimal akan berbeda untuk masing-masing
investor.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Portofolio Efisien dan Optimal?
2. Apa Definisi Asset Beresiko dan Bebas Resiko?
3. Apa Definisi Fungsi Utilitas dan Kurva Indifference?
4. Bagaimana Model Markowitz?
5. Bagaimana Perhitungan Kombinasi Portofolio Bebas Resiko dan Dengan
Dana Pinjaman?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Portofolio Efisien dan Optimal
2. Untuk Mengrtahui Asset Beresiko dan Bebas Resiko
3. Untuk Mengetahui Fungsi Utilitas dan Kurva Indifference
4. Untuk Mengetahui Teori Markowitz
5. Untuk Mengetahui Perhitungan Kombinasi Portofolio Bebas Resiko dan
Dengan Dana Pinjaman

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Portofolio Efisien dan Optimal


Menurut Bobenhausen dan Salzmann (2021), Bartram, Lohre, Pope,
Raanganathan (2021), Frieden (2020), Kruschwitz dan Loffler (2020), Solnik
dan Mcleavey (2020), Berk dan DeMarzo (2020), portofolio merupakan
kombinasi dari berbagai asset sekuritas yang dimiliki oleh investor dengan
tingkat risiko (risk) dan tingkat pengembalian (return) yang berbeda dimana
investor berupaya meminimalisir risiko (risk) dan memperoleh tingkat
pengembalian (return) yang tinggi atas investasinya.1
Investor dapat memilih berinvestasi di pasar modal dalam bentuk
kepemilikan saham dimana saham merupakan bentuk sekuritas investasi
jangka panjang yang diminati oleh investor karena dapat memberikan return
yang besar dalam jangka waktu yang relatif singkat (Brealey, Myers, Allen,
2020; Adler dan Dumas, 1983). Return dapat berupa yield dan capital gaib
(loss) dimana yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang diperoleh
investor sedangkan capital gain (loss) adalah kenaikan atau penurunan harga
sekuritas yang dapat memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor.
Selain return, investor juga dihadapi dengan risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis. Risiko sistematis atau disebut juga sebagai risiko pasar merupakan
risiko yang tidak dapat didiversifikasikan yang berkaitan dengan perubahan
yang terjadi di pasar secara menyeluruh. Risiko tidak sistematis merupakan
risiko yang berkaitan dengan kondisi perusahaan yang dapat diminimalisir
dengan melakukan diversifikasi asset dalam suatu portofolio.
Portofolio efisien (efficient portofolio) merupakan portofolio yang
memberikan ekspektasi return terbesar pada risiko tertentu atau portofolio
dengan risiko yang terkecil pada return tertentu. Sedangkan portofolio
optimal merupakan portofolio yang dipilih oleh investor dari sekian banyak
1
Sri Mulyono, Siswandi Sululing, dkk, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Bandung:
Media Sains Indonesia, 2022), 65.

2
pilihan portofolio efisien dengan kombinasi yang terbaik. Portofolio optimal
merupakan bagian dari portofolio efisien, namun portofolio efisien belum
tentu portofolio optimal.2

Gambar: Portofolio Efisien dan Portofolio Optimal


Pada gambar diatas garis vertikal menunjukkan tingkat ekspektasi
return, sedangkan garis horizontal menunjukkan tingkat risiko dari portofolio.
Bagian ABCDEFGH menunjukkan kumpulan dari berbagai portofolio yang
tersedia bagi investor. Garis BCDE adalah garis permukaan efisien yang
merupakan kombinasi berbagai aset yang membentuk portofolio yang efisien
yang lebih baik dibandingkan dengan titik-titik lainnya AHG. Bidang yang
ditunjukkan oleh titik BCDE merupakan pilihan-pilihan portofolio terbaik
bagi investor yang mampu memberikan return yang lebih tinggi dibandingkan
dengan bidang AHG dengan risiko yang sama.
B. Asset Beresiko dan Bebas Resiko
Dalam berinvestasi, investor bisa memilih menginvestasikan dananya
pada berbagai aset, baik aset yang berisiko maupun aset yang bebas risiko,
ataupun kombinasi dari kedua aset tersebut. Pilihan investor atas aset-aset
tersebut akan tergantung dari sejauh mana preferensi investor terhadap risiko.
Semakin enggan seorang investor terhadap risiko (risk averse), maka pilihan

2
Sri Mulyono, Siswandi Sululing, dkk, Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Bandung:
Media Sains Indonesia, 2022), 66.

3
risiko investasinya akan cenderung lebih banyak pada aset-aset yang bebas
risiko.
Aset berisiko adalah aset-aset yang tingkat return aktualnya di masa
depan masih mengandung ketidakpastian. Salah satu contoh aset berisiko
adalah saham. Misalnya seorang investor hari ini membeli saham PT Gudang
Garam dan akan tetap memegangnya untuk jangka waktu 1 tahun ke depan.
Pada saat investor tersebut membeli saham PT Gudang Garam, dia tidak tahu
pasti berapa return aktual yang akan diperolehnya 1 tahun lagi. Return yang
diperolehnya sangat tergantung dari harga saham PT Gudang Garam tersebut
1 tahun mendatang, dan berapa dividen yang akan dibayarkan perusahaan
tersebut. Oleh karena itu, saham PT Gudang Garam bisa digolongkan dalam
aset berisiko.
Aset bebas risiko merupakan aset yang tingkat returnnya di masa
depan sudah bisa dipastikan pada saat ini, dan ditunjukkan oleh varians return
yang sama dengan nol. Contoh aset bebas risiko adalah obligasi yang
diterbitkan pemerintah (ORI), atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia, karena tidak mungkin Pemerintah atau Bank
Indonesia tidak membayarkan obligasi atau SBI yang diterbitkan pada saat
jatuh temponya.
Terdapat dua macam risiko pada setiap sekuritas yaitu risiko yang
dapat dihilangkan atau diperkecil dan risiko yang tidak dapat dihilangkan
melalui diversivikasi. Risiko sekuritas yang dapat dihilangkan melalui
diversifikasi disebut risiko yang tidak sistematis atau unsystematic risk atau
diversifiable risk. Untuk risiko yang tidak dapat dihilangkan melalui
diversifikasi disebut dengan risiko yang sistematis atau systematic risk.
Risiko yang sistematis adalah risiko yang terjadi karena faktor perubahan
pasar secara keseluruhan, seperti misalnya karena perubahan tingkat suku
bunga yang mengakibatkan meningkatnya tingkat keuntungan yang
disyaratkan atas sekuritas secara keseluruhan, inflasi, resesi ekonomi,
perubahan kebijakan ekonomi secara menyeluruh. Adapun risiko yang tidak
sistematis adalah risiko yang terjadi karena karakteristik perusahaan yang

4
mengeluarkan sekuritas berbeda satu dengan lain seperti misalnya dalam hal
kemampuan manajemen, kebijakan investasi, kondisi dan lingkungan kerja.
Karena perbedaan atau keunikan itu maka masing-masing sekuritas memiliki
kepekaan yang berbeda terhadap setiap perubahan pasar.3
C. Fungsi Utilitas dan Kurva Indifference
Konsumsi merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia
karena untuk bisa bertahan hidup. Manusia harus makan untuk hidup,
berpakaian untuk melindungi tubuhnya dari berbagai perubahan suhu,
mempunyai rumah untyuk berteduh, berkumpul dengan keluarga dan
berlindung dari hal yang menganggu dirinya. Dan juga kebutuhan lain untuk
melengkapi atau factor pendukung memenuhi kebutuhannya.
Teori kepuasan konsumen dalam mengkonsumsi barang atau jasa
merupakan teori pokok dalam analisis mikro ekonomi. Kepuasan konsumsi
merupakan bagian dari teori perilaku konsumen. Seorang konsumen akan
mengkonsumsi barang/jasa untuk memperoleh kepuasan selalu menggunakan
kerangka rasionalitas.
Sehingga manusia rasional adalah manusia yang berusaha mencapai
kepuasan maksimum dalam kegiatan konsumsinya. Rasionalitas konsumsi
dikembangkan berdasarkan asumsi-asumsi berikut:
1. Setiap orang yang rasional akan memilih barang yang disenangi karena
barang yang lebih diminati menyuguhkan kepuasan yang lebih besar dari
barang yang kurang diminati.
2. Menguasai barang lebih banyak lebih baik daripada barang lebih sedikit.
3. Orang akan memperoleh kepuasan maksimum apabila seluruh
uangnya/pendapatannya telah habis dibelanjakan.4
Jadi dari asumsi tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam
mengkonsumsi suatu barang, konsumen akan titik kepuasan secara rasional.
3
M. Salim Assof dkk, 2022. Manajemen Portofolio Menggunakan Metode Markowitz
Untuk Memberikan Keputusan Bobot Optimum Investasi, Jepa (Jurnal Kajian Ekonomi dan
Kebijakan Publik Vol. 7(1)
4
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
2015), 188.

5
Untuk mencari titik kepuasan tersebut, dapat diukur dengan pendekatan
utilitas yang menggunakan satuan util (guna) sehingga muncullah formulasi
utilitas sebagai berikut:
U=U(X1,X2,X3,..Xn)
U adalah utilitas
X adalah jumlah tiap-tiap barang yang dikonsumsi.
Di saat mengkonsumsi suatu barang seorang konsumen akan
mendapatkan nilai guna secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya
kita menonton film favorit di bioskop secara langsung kita akan puas bisa
melihatnya. Mendapatkan laba dalam berbisnis karena secara tidak langsung
seorang pebisnis dapat menambahkan modal dari laba tersebut.
Ada beberapa asumsi yang dapat dijadikan pegangan dalam
menghitung besar kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen. asumsi-
asumsi tersebut adalah:
1. Tingkat utilitas total yang dicapai oleh sesorang konsumen merupakan
fungsi dari kuantitas berbagai barang yang dikonsumsi.
2. Konsumen akan memlilh barang-barang yang akan memaksimalkan
utilitasnya sesuai dengan anggaran mereka.
3. Utilitas dapat diukur dengan pendekatan kardinal.
4. Marginal Utility (MU) dari setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi
akan menurun. MU adalah perubahan total utility (TU) yang disebabkan
oleh tambahan satu unit barang yang dikonsumsi [ceteris paribus].
Dari asumsi tersebut kepuasan dalam mengkonsumsi barang ternyata
dilihat dari kuantitas barang yang dikonsumsi dan sesuai dengan pendapatan
yang dimiliki tetapi tetap memenuhi kepuasan konsumen tersebut. Namun
dalam memenuhi kepuasan akan menurun apabila konsumen mengkonsumsi
suatu barang lebih dari satu unit.
Pada umumnya formulasinya dibentuk dengan suatu fungsi
sebagaimana fungsi utilitas. Apabila barang dan jasa yang dibeli dibedakan

6
menjadi konsumsi (X) dan barang tahan lama yang dikuasai (Y), maka
persamaan fungsi tersebut menjadi:5
U = U(X1, X2, X3, … Xn: Y1, Y2. Y3 … Yn)
Total Utility (TU) akan bertambah ketika utilitas mengalami
penambahan. Namun jika dilihat dari keempat asumsi yang mengukur besar
kecilnya suatu kepuasan, total akan berubah ketika seorang mengkonsumsi
barang lebih dari satu unit, dan Marginal Utility (MU) akan mengalami
penurunan. Sedangkan untuk menggambarkan gabungan dari dua barang
yang memberikan kepuasan sama besar, digunakanlah kurva kepuasan sama
(indifference curve).6
Indifference curve (kurva indifference) adalah kurva yang
menghubungkan titik-titik kombinasi dari konsumsi (atau pembelian) barang-
barang yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama. Indifference curve
memperlihatkan semua kombinasi dari pilihan konsumen yang memberikan
tingkat kepuasan atau utility yang sama bagi seseorang atau konsumen.
Ciri-ciri kurva indiferens:
a. Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi
konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang di
konsumsi)
b. Cembung ke arah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan proporsi
jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah
masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of substitution)
c. Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yangsama
pada suatu kurva indiferens yang berbeda.
Bentuk Kurva Indeferen:

5
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,
2015), 189-190.
6
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar (Yogyakarta: EKONISIA,
2007), 173.

7
Properti atau Sifat – Sifat Kurva Indiferen meliputi:
1. Kurva indeferen yang lebih tinggi lebih disukai daripada yang lebih rendah
a. Setiap konsumen biasanya lebih suka jika dapat mengkonsumsi
barangdalam jumlah lebih banyak.
b. Kurva indeferen yang lebih tinggi melambangkan ketersediaan
baranglebih banyak daripada kurva di bawahnya

2. Kurva indeferen melengkung ke bawah


a. Konsumen bersedia menukarkan suatu barang jika ia memperoleh lebih
banyak barang lain untuk mendapatkan kepuasan yang sama.
b. Jika jumlah suatu barang berkurang maka jumlah barang lain harus
meningkat.

8
3. Kurva indeferen tidak saling berpotongan (prinsip transivitas)
Prinsip transitivity adalah jika dikatakan kombinasi A lebih disukai dari B
dan B lebih disukai dari C, maka A mestilah lebih disukai dari C. Dengan
dalil ini maka kurva indifferen tidak ada yang berpotongan.
4. More is better, banyak lebih disukai dari sedikit7

D. Teori Markowitz
Di era globalisasi masyarakat dituntut untuk dapat mengoptimalkan
pendapatan yang diperoleh demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapatan
tidak lagi dialokasikan hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, tetapi
juga investasi. Investasi adalah kegiatan pengoptimalan dana atau sumber
daya yang dilakukan pada saat ini dengan harapan akan menghasilkan
keuntungan di kemudian hari (Yohantin, 2009). Keputusan investasi yang
dilakukan tiap-tiap investor akan berbeda tergantung pada tujuan investasi
dan keberanian mereka dalam menanggung risiko atas investasi yang

7
Posma Sariguna Johnson Kennedy, Modul Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen
dengan Pendekatan Ordinal (Jakarta: 2016), 4-10.

9
dilakukan. Dalam pembentukan portofolio penting dilakukan analisis
terhadap risiko untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan risiko yang
terjadi. Investor yang akan menanamkan dananya dalam format portofolio
dapat mengunakan Model Markowitz guna membantu memilih saham-saham
yang layak untuk diinvestasikan.
Dasar pemilihan portofolio pertama kali dicetuskan oleh Harry M
Markowitz pada dekade 1952-an yang disebut dengan teori portofolio
Markowitz. Teori Markowitz menggunakan beberapa pengukuran statistik
dasar untuk mengembangkan suatu rencana portofolio, diantaranya expected
return, standar deviasi baik sekuritas maupun portofolio dan korelasi antar
return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko dalam
suatu investasi, dimana unsur risiko dapat diminimalisir melalui diversifikasi
dan mengkombinasikan berbagai instrumen investasi kedalam portofolio.
Menurut Jogiyanto (2003), bahwa Teori portofolio Markowitz
didasarkan atas pendekatan mean (rata-rata) dan variance (varian), dimana
mean merupakan pengukuran tingkat return dan varian merupakan
pengukuran tingkat risiko. Teori portofolio Markowitz ini disebut juga
sebagai mean-varian model, yang menekankan pada usaha memaksimalkan
ekspektasi retun (mean) dan meminimumkan ketidakpastian atau resiko
(varian) untuk memilih dan menyusun portofolio optimal.
Membentuk portofolio dengan model ini memberikan keuntungan
dimana setiap investor dapat memanfaatkan semua informasi yang disediakan
di pasar. Asumsi-asumsi yang mendasari pembentukan portofolio
menggunakan teori Markowitz, yaitu waktu yang digunakan dalam penelitian
hanya satu periode, investor mendasarkan perhitungan pada nilai return
ekspektasi dan risiko portofolio, tidak terdapat pinjaman dan simpanan bebas
risiko, serta tidak adanya perhitungan biaya transaksi.8
E. Perhitungan Kombinasi Portofolio Bebas Resiko dan Dengan Dana
Pinjaman

8
Hartono, Jogiyanto, Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. (BPFE:
Yogyakarta, 2010), 312.

10
Gambar di atas menunjukkan apa yang terjadi pada permukaan efisien
jika aset bebas risiko dimasukkan ke pilihan portofolio. Titik R f menunjukkan
kombinasi antara return dan risiko, aset berisiko, serta aset bebas risiko. Titik
R f yang terletak tepat di garis vertikal menggambarkan bahwa risiko asset
tersebut sama dengan nol. Investor bisa mengombinasikan aset bebas risiko ini
dengan kumpulan portofolio efisien yang ada pada permukaan efisien. Dengan
menghubungkan titik R f dan pilihan portofolio pada permukaan efisien, akan
ditemukan suatu kombinasi baru yang sebelumnya tidak ditemukan pada
model portofolio Markowitz. Dengan dimasukkannya R f dalam model
Markowitz, maka permukaan efisien akan berubah membentuk garis lurus
yang menghubungkan R f dan titik portofolio optimal yang dipilih investor.
Misalnya portofolio optimal seorang investor berada dititik L, maka jika
investor tersebut kemudian mengombinasikan portofolio L dengan aset bebas
risiko, permukaan efisien yang akan terbentuk akan menjadi garis R f −L.
Portofolio investor tersebut nantinya akan berada di sepanjang garis R f −L
(misalkan pada titik X). Jika porsi dana yang diinvestasikan pada aset bebas
risiko sebesar W Rf dan sebesar (1 - W Rf ) pada portofolio L, return harapan dari
kombinasi portofolio tersebut adalah, sebagai berikut:
E ( R p ) = W Rf R f + (1 - W Rf ) E ( R L)

11
Jika investor menginvestasikan seluruh dananya (100%) pada aset
bebas risiko, return harapan adalah sebesar R f dengan risiko sebesar nol. Jika
investor menginvestasikan seluruh dananya pada aset berisiko, misalnya pada
titik L, return harapan adalah sebesar ER f . Jika investor mengombinasikan
dananya pada kombinasi yang ditunjukkan di sepanjang garis R f −L, besarnya
return harapan akan ditentukan oleh porsi dana yang diinvestasikan pada aset
berisiko dan aset bebas risiko. Semakin besar return harapan dari portofolio
tersebut. Hal ini didasari oleh hubungan searah antara risiko dan return,
semakin besar risiko semakin besar return harapan. Semakin besar pula porsi
dana ang diinvestasikan pada L (1 - W Rf ), semakin besar return harapan.
Risiko portofolio bisa diketahui dengan menghitung besarnya deviasi
standar portofolio. Dalam kasus di atas deviasi, standar R f , sama dengan nol
sehingga korelasi antara R f dan portofolio aset berisiko juga sama dengan nol.
Perhitungan deviasi standar portofolio yang terdiri dari aset berisiko dan aset
bebas risiko bisa menggunakan rumus, sebagai berikut:
σ P = (1 - W Rf ) S L
Contoh:
Portofolio L menawarkan tingkat return harapan sebesar 30% dengan
deviasi standar 10%. Sementara itu, aset bebas risiko menawarkan return
harapan sebesar 6%. Misalnya, investor menginvestasikan 40% dananya pada
aset bebas risiko dan 60% atau 100% - 40% pada portofolio L, maka:
E ( R P) = 0, 4 (0, 006) + 0, 6 (0, 3)
= 0, 204 atau 20, 4%
dan
σP = 0, 6 (0, 1)
= 0, 06 atau 6%
Disamping menghubungkan R f dengan titik L, kita juga bisa
menghubungkan R f dengan titik-titik yang berada di atas titik L tersebut,
yaitu dengan titik M, misalnya. Proses menghubungkan tersebut akan
berakhir pada saat R f membentuk garis tangen terhadap portofolio aset

12
berisiko, dalam hal ini akan berakhir pada titik N. kumpulan portofolio yang
lebih baik (dominan) disbanding titik-titik portofolio yang ada di bawahnya.
Dalam gambar tersebut kita juga bisa melihat bahwa setelah garis
R f −N , tidak ada lagi titik yang bisa dihubungkan dengan titik R f , karena garis
R f −N merupakan garis yang mempunyai slope paling tinggi. Artinya, tidak
ada kombinasi titik portofolio yang jika dihubungkan dengan R f akan
mendominasi garis R f −N tersebut. Bahkan, jika misalnya kita
menghubungkan R f dengan titik B, kita tetap akan menemukan garis yang
berada di bawah garis R f −N bersifat superior terhadap garis lainnya.
Dengan demikian, semua investor tentunya akan berinvestasi pada
pilihan portofolio yang ada di sepanjang garis R f −N tersebut. Jika portofolio
investor mendekati titik R f , berarti sebagian besar dana investor
diinvestasikan pada aset bebas risiko. Hal ini bisa dilakukan dengan
membelanjakan sebagian besar dana untuk membeli aset bebas risiko seperti
treasury bills di Amerika atau Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kedua jenis
sekuritas tersebut mmerupakan sekuritas yang diterbitkan pemerintah dan
tidak mengandung risiko (kalaupun berisiko, sangatlah rendah). Pada jenis
investasi seperti ini, investor dikatakan menginvestasikan dana bebas risiko.9
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, tentu seorang investor akan
menginvestasikan lebih banyak dananya pada saham yang memiliki potensi
keuntungan lebih besar dibandingkan dengan saham dengan potensi
keuntungan yang lebih kecil. Begitupun dengan risiko yang ada, investor
akan menginvestasikan lebih sedikit dananya pada saham dengan risiko yang
lebih besar dibandingkan dengan saham lainnya. Untuk mengetahui dengan
pasti dan agar keuntungan investor dapat maksimal, digunakanlah
perhitungan dalam Model Indeks Tunggal untuk mencari proporsi dananya.
Perhitungan tersebut mencakup perhitungan Zi dan Wi. Zi merupakan variabel

9
Ikatan Bankir Indonesia dan Lembaga Sertifikat Profesi Perbankan, Wealth
Management: Produk dan Analisis, 19-22.

13
bantu yang digunakan untuk dapat melakukan perhitungan yang berakhir
pada proporsi masing-masing saham (Wi).10

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
10
Baiq Wardah, Kebijakan Portofolio Optimal Saham Syariah pada Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) Menggunakan Indeks Tunggal pada Masa Pandemi Covid-19, Schemata:
Jurnal Pascasarjana IAIN Mataram, 9 (2), 2020, 233-246.

14
Portofolio efisien adalah portofolio yang memaksimalkan return
harapan dengan tingkat risiko tertentu yang bersedi ditanggungnya atau
portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return tertentu.
Pembentukan portofolio yang efisien harus berpegang pada asumsi tentang
perilaku investor dalam pembuatan keputusan investasi yang diambilnya.
Disisi lain, portofolio optimal merupakan portofolio yang dipilih
seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada kumpulan portofolio
efisien. Tentunya, portofolio yang dipilih investor adalah portofolio yang
sesuai dengan preferensi investor bersangkutan terhadap return dan risiko yang
besrsedia ditanggungnya.
B. Saran
Pada saat pembuatan makalah Penulis menyadari bahwa banyak sekali
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Dengan sebuah pedoman yang bisa
dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber, Penulis akan memperbaiki
makalah tersebut. Oleh sebab itu penulis harapkan kritik serta sarannya
mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.

DAFTAR PUSTAKA

15
Assof, M. Salim dkk. “Manajemen Portofolio Menggunakan Metode Markowitz
Untuk Memberikan Keputusan Bobot Optimum Investasi”. Jepa:
Jurnal Kajian Ekonomi dan Kebijakan Publik. Vol. 7. 2022.

Ikatan Bankir Indonesia dan Lembaga Sertifikat Profesi Perbankan. Wealth


Management: Produk dan Analisis.

Jogiyanto, Hartono. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. BPFE:
Yogyakarta. 2010.

Muhammad. Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: BPFE-


Yogyakarta, 2015.

Mulyono, Sri, Siswandi Sululing, dkk. Teori Portofolio dan Analisis Investasi.
Bandung: Media Sains Indonesia. 2022.

Posma Sariguna Johnson Kennedy. Modul Ekonomi Mikro Teori Perilaku


Konsumen dengan Pendekatan Ordinal. Jakarta: 2016.

Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar. Yogyakarta:


EKONISIA. 2007.

Wardah, Baiq. “Kebijakan Portofolio Optimal Saham Syariah pada Indeks Saham
Syariah Indonesia (ISSI) Menggunakan Indeks Tunggal pada Masa
Pandemi Covid-19”. Schemata: Jurnal Pascasarjana IAIN Mataram. 9
(2). 2020.

16

Anda mungkin juga menyukai