PENDAHULUAN
Berivestasi di pasar keuangan, portofolio adalah salah satu aspek yang tidak bisa
dipandang sebelah mata. Portofolio akan menentukan imbal hasil (return) yang
diinginkan agar optimal. Ada tiga faktor utama yakni modal, tujuan dan risiko. Pakar
keuangan saham Ellen May mengungkapkan, portofolio secara sederhana bisa disebut
kumpulan aset investasi, bisa berupa properti, deposito, saham, emas, obligasi, atau
instrumen lainnya. Portofolio saham adalah kumpulan aset investasi berupa saham, baik
yang dimiliki perorangan atau perusahaan.
Ada lagi yang disebut manajemen portofolio, yakni cara mengelola kumpulan aset
untuk mencapai tujuan investasi. Salah satu cara mengelola portolio adalah dengan
meminimalkan resiko. Berinvestasi perlu memperhatikan COR yakni Capital (modal),
Objective (obyektif), dan Risk (risiko). Bagi investor yang memiliki modal kecil,
sebaiknya digunakan untuk investasi, bukan untuk trading saham karena kurang likuid.
Objektif atau tujuan. Jika tujuannya untuk tabungan anak atau dana pensiun,
investasi tahunan dengan metode menabung saham cocok bagi para investor. Menabung
saham bisa dianalogikan secara sederhana layaknya mengelola reksa dana. Faktor yang
ketiga dalam mengelola portofolio adalah profil resiko. Seperti kita ketahui, saham
adalah investasi yang cukup beresiko apa lagi jika tidak disertai ilmu yang benar. Poin
utama dalam profil risiko adalah seberapa besar komitmen Anda untuk meminimalkan
resiko. Investasi atau trading saham bukan orang yang berani ambil resiko, tapi justru
orang yang disiplin membatasi resiko.
Profil risiko sangat berhubungan dengan karakteristik investor, yakni tipe
konservatif, moderat dan agresif. Investor Konservatif cenderung menghindari resiko
dengan mencari sesuatu yang aman. Biasanya tipe investor ini adalah para pensiunan
yang hanya ingin mendapatkan penghasilan tambahan dari saham. Investor konservatif
biasanya memilih saham dengan fundamental bagus dan menyimpan dalam jangka
panjang. Para investor konservatif tidak terlalu suka dengan fluktuasi. Sementara
investor moderat yaitu investor yang memiliki tingkat toleransi resiko lebih tinggi,
1
asalkan imbal hasilnya sepadan. Tipe investor moderat memiliki kemampuan
menanggung resiko sedang, namun ekspektasi imbal hasil lebih besar dari deposito
misalnya (10 persen-20 persen per tahun). Adapun investor agresif cenderung aktif
melakukan spekulasi beli dan jual saham. Yang sering terjadi adalah banyak investor
ingin mendapatkan untung besar tapi tidak mau membatasi resiko. Padahal dalam
investasi berlaku prinsip High Risk High Return. Investasi yang menawarkan imbal
hasil tinggi, tentu memiliki risiko. Adapun risiko itu sejalan dengan tingkat pengetahuan
investor. Semakin teredukasi dan semakin tinggi jam terbang investor, risiko akan
mengecil. Semakin kecil bingkai waktu investasi, semakin besar risikonya. Oleh karena
itu pemula sebaiknya mulai dari bingkai waktu panjang dulu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
menunjukkan tukaran (trade off) antara return yang dituntut yang dapat diterima oleh
investor dengan tingkat toleransi risiko yang harus dihadapi (risk tolerance).
4
3. Tujuannya lebih rinci sesuai dengan total paket aset dan kewajibannya.
4. Menjadi subyek terkait dengan berbagai hukum dan aturan.
Implikasi proses manajemen portofolio terhadap dua jenis investor ini antara lain:
1. Investor individu: perbedaan profil keuangan dari masing-masing individu
dan terkadang dipengaruhi oleh kebijakan atau faktor-faktor unik yang
tergantung dari masing-masing individunya, maka dampaknya terhadap
pilihan investasi disebut dengan self-imposed constraints.
2. Investor institusi: sehubungan dengan meningkatnya kompleksitas
pengelolaan risiko institusi, maka penentuan kebijakan menjadi hal yang
penting. Karena dengan menentukan kebijakan yang tepat maka akan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan, tingkat toleransi terhadap risiko,
hambatan yang muncul ketika berinvestasi dan bagaimana pilihan portofolio
yang dilakukan.
5
3. Investor netral terhadap risiko (risk neutral). Investor tipe ini tidak peduli
(acuh) terhadap risiko. Artinya investor akan meminta kenaikan tingkat
keuntungan yang sama untuk setiap kenaikan risiko
Dari ketiga sikap investor tersebut, pada umumnya investor cenderung menjadi
Risk Averter. Para investor cenderung bersifat menghindari risiko dalam setiap
keputusannya, sehingga selalu berusaha memilih investasi yang menawarkan return
tertinggi dengan risiko rendah. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Weston dan
Thomas (1991:446) bahwa kelompok investor terdiri dari kelompok pengambil risiko
(risk seeker), Kelompok anti risiko (risk averter) dan kelompok yang acuh terhadap
risiko (risk indeference).
Bagi investor yang memutuskan berinvestasi di saham khususnya pada saham
industri properti dan real estate akan menghadapi risiko yang lebih besar dibandingkan
alternatif investasi lain seperti tabungan, deposito, dan obligasi. Hal ini disebabkan oleh
return (pendapatan) yang diharapkan dari investasi pada saham bersifat tidak pasti,
dimana return saham terdiri dari dividen dan capital gain.
6
2. Jangka waktu > Investor perlu mempertimbangkan berapa lama ia akan
berinvestasi karena terkait dengan kebijakan yang akan diambil dan
perencanaan yang akan dilakukan
3. Hukum dan Peraturan > Investor akan berhubungan dengan hukum dan
aturan yang berlaku dinegara tertentu
4. Pajak > Perlu mempertimbangkan pajak karena akan berdampak pada
program investasi yang akan dilakukan terutama untuk investor institusi.
5. Pilihan unik dan ruang lingkup > Ada hal-hal tertentu yang akan dihadapi
oleh investor ketika melakukan pilihan tertentu dan berinvestasi dengan
menggunakan kategori aset atau aset spesifik.
7
investasi portofolio yang hendak dibentuk. Faktor-faktor tersebut adalah
faktor-faktor ekspektasi makro (macroexpectational factors) yang dapat
mempengaruhi pasar modal.
Faktor-faktor makro yang harus dipertimbangkan adalah faktor-faktor
ekonomik, sosial, politikal, dan sektor industri. Faktor ekonomik yang
penting dipertimbangkan adalah tingkat suku bunga pasar yang akan terjadi
karena suku bunga mempunyai hubungan terbaik signifikan dengan kinerja
pasar modal. Faktor ekonomi lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah
inflasi. Inflasi perlu dipertimbangkan terutama untuk investasi berhorison
jangka panjang agar investasi portofolio dikemudian hari tidak kehilangan
daya tariknya karena returnnya di bawah inflasi yang terjadi.
c) Preferensi risiko investor
Preferensi risiko investor individual akan sangat ditentukan oleh umur dan
tingkat penghasilannya. Pendekatan siklus hidup bisa dilihat pada empat fase
yang berbeda dimana investor individual melihat kekayaan mereka, meskipun
adalah penting untuk mencatat bahwa batasan antar tahapan tidak sepenuhnya
jelas dan bisa membutuhkan bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Lebih
lanjut, seorang individual bisa menjadi sebuah komposit dari tahapan ini pada
waktu yang bersamaan. Empat tahapan/fasa itu adalah:
1. Accumulated phase (fasa akumulasi). Fasa ini merupakan fasa awal karir
investor individual. Pada awal karirnya, investor individual umumnya
masih sedikit memiliki kekayaannya, namun masih mempunyai jangka
waktu yang panjang untuk mengumpulkannya. Umumnya investor ini
adalah investor yang masih muda umurnya. Investor seperti ini umumnya
rela dan mau menanggung risiko yang lebih besar untuk memperoleh
return yang lebih besar.
2. Consolidation phase (fasa konsolidasi). Fasa ini merupakan fasa
pertengahan sampai akhir karir dari investor individu. Pada fasa ini,
ketika pendapatan yang diperoleh oleh investor sudah melebihi
pengeluaran yang dikeluarkannya untuk menanggung hidupnya, mereka
mulai mengakumulasi portofolio investasinya. Investor seperti ini
8
umumnya adalah investor yang memiliki preferensi risiko dan tukaran
return-risiko pada tingkat moderat.
3. Spending phase (fasa belanja). Fasa ini merupakan fasa akhir karir dan
pensiun dari investor individual. Pada fasa ini, biaya hidup investor
sudah dapat ditutup dari investasi portofolio-portofolio yang telah
diakumulasi sebelumnya bukannya dari pendapatan yang diterima yang
sudah mulai menurun. Investor seperti ini umumnya melakukan investasi
yang aman karena sangat menggantungkan hasil dari investasinya untuk
menanggung biaya hidupnya, sehingga tukaran return-risikonya berada di
tingkat rendah, yaitu akan memilih investasi dengan risiko yang lebih
rendah walaupun hanya memperoleh return yang lebih kecil.
4. Gifting phase (fasa memberi). Fasa ini merupakan fasa akhir dari umur
hidup investor. Pada fasa ini, tukaran return-risiko investor berada di
tingkat yang sama dengan tukaran return-risiko di fasa belanja.
9
Alokasi aktiva dibagi menjadi dua yakni: agresif (return dan risiko yang tinggi dan
konservatif (return dan risiko yang moderat/rendah). Untuk alokasi aktiva strategik
(strategic asset allocation) biasanya alokasi aktiva dilakukan sekali tiap beberapa tahun,
untuk keputusan jangka panjang. Untuk alokasi aktiva taktikal (tactical asset
allocation), alokasi aktiva dilakukan secara rutin, untuk merespon kejadian-kejadian
tertentu.
10
Sebuah kebutuhan untuk pendapatan yang lebih baru akan meningkatkan
penekanan pada saham yang membayar deviden, sementara penurunan
dalam kebutuhan pendapatan baru dapat mengarah pada investasi lebih
besar dalam saham kecil yang potensinya akan didapatkan bertahun-
tahun di masa depan.
d. Perubahan dalam situasi pajak
Seorang investor yang berpindah ke golongan pajak yang lebih tinggi
akan menemukan obligasi pemerintahan kota lebih menarik. Dan juga,
waktu dari realisasi dari laba modal bisa menjadi lebih penting.
e. Perubahan dalam pertimbangan legal/regulasi
Hukum mempengaruhi perubahan investor secara reguler, baik hukum
pajak atau hukum yang mengatur rekening pensiun, tunjangan hidup, dan
seterusnya.
f. Perubahan dalam kebutuhan dan situasi unik
Investor menghadapi sejumlah kemungkinan perubahan selama hidup
mereka, bergantung pada banyak faktor ekonomi, sosial, politik,
kesehatan, dan yang terkait dengan pekerjaan.
Investor melakukan pemonitoran digunakan untuk melakukan
penyesuaian terhadap portofolionya.
11
2.8.1 Return Nominal
Adalah return yang hanya mengukur perubahan nilai uang tetapi tidak
mempertimbangkan tingkat daya beli dari nilai uang tersebut.
RUMUS :
Pt Pt 1
RETURN
Pt 1
(1 R) 1
RIA
(1 IF )
12
2.9.1 Return Aritmetrik
Digunakan untuk menghitung rata-rata tanpa memperhatikan tingkat pertumbuhan
kumulatif dari waktu ke waktu.
RUMUS :
RA R1 R2 ........ Rn / n
Keterangan:
i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV positif.
i2 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV negatif
13
2.11 Risk-Adjusted Return
Return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi yang baik. Return
yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang rendah ini
disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu return yang dihitung perlu
disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya.
Beberapa model perhitungan return sesuaian risiko (risk-adjusted return) adalah:
1) Reward to Volatility (Treynor Measure), 2) Reward to Variability (Sharpe Measure),
3) Jensens Alpha, 4) M2, dan 5) Rasio Appraisal.
Nilai RVOL menunjukkan kinerja portofolio. Semakin besar nilai RVOL semakin
baik kinerja portofolio. Berbeda dengan Sharpe, Treynor membagi return lebih
portofolio dengan beta portofolio. Treynor berargumentasi bahwa portofolio yang
dibentuk mestinya adalah portofolio optimal, maka risiko unik (unsystematic risk) dapat
diabaikan dan yang masih tertinggal adalah risiko sistematik (systematic risk) yang
diukur dengan beta.
14
2.11.2 Reward to Variability (Sharpe Measure)
Kinerja porotofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan
membagi return lebih (excess return) dengan variabilitas (variability) return portofolio.
Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Sharpe (Sharpe Measure) atau
disebut juga dengan nama reward to variability (RVAR) yang dikenalkan oleh Wiliam F.
Sharpe pada tahun 1986 sebagai berikut:
RVAR = TRP - RBR / P
Keterangan:
RVAR = reward to variability atau pengukur Sharpe
TRP = rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu
RBR = rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu
P = variabilitas yang diukur dengan deviasi standar dari return portofolio
dalam periode tertentu
TRP - RBR = return lebih (excess return) portofolio
Nilai RVAR menunjukkan kinerja dari portofolio. Semakin besar nilai RVAR
semakin baik kinerja dari portofolionya. Pengukuran Sharpe atau RVAR sebenarnya
adalah mengukur slop atau sudut dari portofolio yang ditarik dari titik return bebas
risiko.
Perbandingan Sharpe dan Treynor menggunakan pembagi yang berbeda.
Pengukur Sharpe menggunakan pembagi yang berbeda. Pengukur Sharpe menggunakan
pembagi variabilitas yang diukur dengan deviasi standar return portofolio (P),
sedangkan pengukur Treynor menggunakan pembagi volatilitas yang diukur dengan
pengukur risiko sistematik atau beta portofolio (P).
15
P = (TRP - RBR) - P (RM - RBR)
Keterangan:
P = Jensens alpha
TRP = rata-rata return portofolio periode tertentu
RBR = rata-rata return aktiva bebas risiko periode tertentu
RM = rata-rata return pasar periode tertentu
TRP - RBR = rata-rata premium risiko portofolio (portofolio risk premium)
RM - RBR = rata-rata premium risiko pasar (market risk premium)
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Portofolio dapat diartikan serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang
diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga.
Kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva riil, aktiva finansial ataupun keduanya.
Seorang pemodal yang menginvestasikan dananya di pasar modal biasanya tidak hanya
memilih satu saham saja. Alasannya, dengan melakukan kombinasi saham, pemodal
bisa meraih return yang optimal sekaligus akan memperkecil risiko melalui
diversifikasi.
Manajemen portofolio merupakan suatu proses yang dilakukan oleh investor
mengatur uangnya yang diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibuatnya.
Manajemen portofolio dipandang sebagai suatu proses sistematik yang dinamis. Karena
manajemen portofolio dipandang sebagai suatu proses, maka dapat diaplikasikan kepada
setiap investor atau manajer investasi. Tahap Manajemen portofolio ini diawali dengan
perencanaan, penilaian risiko, dan sasaran dalam berinvestasi. Sehingga diharapkan
adanya perkembangan manajemen portofolio ini menjadi alternatif bagi para investor
untuk lebih bijak dalam melakukan investasi.
17
Daftar Pustaka
Isna Yuningsih dan Rizky Yudaruddin, Pengaruh Model Tiga Faktor terhadap Return
Saham, Akuntabilitas, September 2007, hal 79-84, ISSN 1412-0240, Vol 7, No. 1,
http://repository.univpancasila.ac.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=1214&Itemid=9.
Jogiyanto, (2012), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh, Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Sunariyah, (1999), Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima, Penerbit UPP
STIM YKPN, Yogyakarta.
18