Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berivestasi di pasar keuangan, portofolio adalah salah satu aspek yang tidak bisa
dipandang sebelah mata. Portofolio akan menentukan imbal hasil (return) yang
diinginkan agar optimal. Ada tiga faktor utama yakni modal, tujuan dan risiko. Pakar
keuangan saham Ellen May mengungkapkan, portofolio secara sederhana bisa disebut
kumpulan aset investasi, bisa berupa properti, deposito, saham, emas, obligasi, atau
instrumen lainnya. Portofolio saham adalah kumpulan aset investasi berupa saham, baik
yang dimiliki perorangan atau perusahaan.

Ada lagi yang disebut manajemen portofolio, yakni cara mengelola kumpulan aset
untuk mencapai tujuan investasi. Salah satu cara mengelola portolio adalah dengan
meminimalkan resiko. Berinvestasi perlu memperhatikan COR yakni Capital (modal),
Objective (obyektif), dan Risk (risiko). Bagi investor yang memiliki modal kecil,
sebaiknya digunakan untuk investasi, bukan untuk trading saham karena kurang likuid.

Objektif atau tujuan. Jika tujuannya untuk tabungan anak atau dana pensiun,
investasi tahunan dengan metode menabung saham cocok bagi para investor. Menabung
saham bisa dianalogikan secara sederhana layaknya mengelola reksa dana. Faktor yang
ketiga dalam mengelola portofolio adalah profil resiko. Seperti kita ketahui, saham
adalah investasi yang cukup beresiko apa lagi jika tidak disertai ilmu yang benar. Poin
utama dalam profil risiko adalah seberapa besar komitmen Anda untuk meminimalkan
resiko. Investasi atau trading saham bukan orang yang berani ambil resiko, tapi justru
orang yang disiplin membatasi resiko.
Profil risiko sangat berhubungan dengan karakteristik investor, yakni tipe
konservatif, moderat dan agresif. Investor Konservatif cenderung menghindari resiko
dengan mencari sesuatu yang aman. Biasanya tipe investor ini adalah para pensiunan
yang hanya ingin mendapatkan penghasilan tambahan dari saham. Investor konservatif
biasanya memilih saham dengan fundamental bagus dan menyimpan dalam jangka
panjang. Para investor konservatif tidak terlalu suka dengan fluktuasi. Sementara
investor moderat yaitu investor yang memiliki tingkat toleransi resiko lebih tinggi,

1
asalkan imbal hasilnya sepadan. Tipe investor moderat memiliki kemampuan
menanggung resiko sedang, namun ekspektasi imbal hasil lebih besar dari deposito
misalnya (10 persen-20 persen per tahun). Adapun investor agresif cenderung aktif
melakukan spekulasi beli dan jual saham. Yang sering terjadi adalah banyak investor
ingin mendapatkan untung besar tapi tidak mau membatasi resiko. Padahal dalam
investasi berlaku prinsip High Risk High Return. Investasi yang menawarkan imbal
hasil tinggi, tentu memiliki risiko. Adapun risiko itu sejalan dengan tingkat pengetahuan
investor. Semakin teredukasi dan semakin tinggi jam terbang investor, risiko akan
mengecil. Semakin kecil bingkai waktu investasi, semakin besar risikonya. Oleh karena
itu pemula sebaiknya mulai dari bingkai waktu panjang dulu.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah penerapan Manajemen Portofolio sudah efektif dilakukan oleh investor
individu maupun institusional ?
2. Apakah pertimbangan risiko disesuaikan dengan sikap investor?
3. Bagaimana Kebijakan dan Implementasi terhadap strategi investasi ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Portofolio


Portofolio diartikan sebagai serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang
diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga.
Kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva riil, aktiva finansial ataupun keduanya.
Seorang pemodal yang menginvestasikan dananya di pasar modal biasanya tidak hanya
memilih satu saham saja. Alasannya, dengan melakukan kombinasi saham, pemodal
bisa meraih return yang optimal sekaligus akan memperkecil risiko melalui
diversifikasi.
Manajemen portofolio adalah suatu proses yang dilakukan oleh investor mengatur
uangnya yang diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibuatnya. Manajemen
portofolio dipandang sebagai suatu proses sistematik yang dinamis. Karena manajemen
portofolio dipandang sebagai suatu proses, maka dapat diaplikasikan kepada setiap
investor atau manajer investasi.
Tahapan awal dari proses manajemen portofolio adalah perencanaan (planning).
Tahap perencanaan ini memfokuskan pada penentuan input-input yang diperlukan untuk
membentuk portofolio. Ada tiga input yang digunakan untuk membentuk portofolio,
yaitu: 1) return ekspektasian individual sekuritas (input ini digunakan untuk membentuk
return ekspektasian portofolio), 2) varian return individual sekuritas, dan 3) kovarian
return individual sekuritas.
Varian dan kovarian return individual sekuritas digunakan untuk membentuk
varian return atau risiko portofolio. Faktor-faktor yang menentukan input-input ini
berasal dari diri investor sendiri (sasaran-sasaran, hambatan-hambatan, dan preferensi-
preferensi) dan dari pasar modal (dengan mempertimbangkan keadaan ekonomik,
sosial, politikal, dan sektor yang relevan). Hasil dari perencanaan ini adalah kebijakan-
kebijakan dan strategi-strategi portofolio serta ekspektasi-ekspektasi pasar yang
nantinya dibutuhkan dalam pembentukan portofolionya.
Proses manajemen portofolio dimulai dengan menentukan sasaran-sasaran
investasi investor. Sasaran-sasaran investasi lebih difokuskan pada pencapaian
kombinasi return dan risiko yang terbaik dari sudut pandang investor. Kombinasi ini

3
menunjukkan tukaran (trade off) antara return yang dituntut yang dapat diterima oleh
investor dengan tingkat toleransi risiko yang harus dihadapi (risk tolerance).

2.2 Investor Individu Vs Investor Institusional


Terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup signifikan antara investor individual
dengan investor institusional. Perbedaan-perbedaan tersebut akan mempengaruhi
strategi portofolio mereka. Oleh karena itu memahami perilaku kedua kelompok
investor ini cukup penting dalam menentukan sasaran-sasaran investasi kedua kelompok
investor ini.
Preferensi return dan risiko investor individual lebih ditentukan oleh tujuan dan
batasan dari masing-masing pribadi investor, sedangkan untuk investor-investor
institusi, kebijakan portofolio mereka ditentukan dengan memperhitungkan tujuan yang
hendak dicapai, toleransi risiko umum dari investor-investor yang diwakilinya, batasan
dan aturan yang berlaku umum, dan bersifat lebih jangka panjang.
Investor-investor institusi dapat bermacam-macam, seperti misalnya perusahaan-
perusahaan reksadana (mutul funds), dana pensiun (pension funds), dana sumbangan
(endowment funds), perusahaan-perusahaan asuransi jiwa (life insurance companies),
perusahaan-perusahaan bukan asuransi jiwa (non life insurance companies), dan bank-
bank.
Perbedaan utama investor individu dengan investor institusional terletak pada
tujuan, hambatan dan pilihan terutama dari sudut pandang kepentingan investor.
Investor Individu:
1. Mendefinisikan risiko sebagai kehilangan uang
2. Bercirikan personal
3. Tujuan berdasarkan apa yang ingin dicapai oleh individu ketika
mengivestasikan asetnya
4. Lebih bebas dalam berinvestasi
Investor Institusional:
1. Lebih menggunakan pendekatan kuantitatif dan umumnya mendefinisikan
risiko dalam bentuk penyimpangan atau standar deviasi.
2. Mempertimbangkan karakter investasi yaitu mana yang bisa memberikan
keuntungan lebih dalam portofolio yang dikelola oleh investasi.

4
3. Tujuannya lebih rinci sesuai dengan total paket aset dan kewajibannya.
4. Menjadi subyek terkait dengan berbagai hukum dan aturan.
Implikasi proses manajemen portofolio terhadap dua jenis investor ini antara lain:
1. Investor individu: perbedaan profil keuangan dari masing-masing individu
dan terkadang dipengaruhi oleh kebijakan atau faktor-faktor unik yang
tergantung dari masing-masing individunya, maka dampaknya terhadap
pilihan investasi disebut dengan self-imposed constraints.
2. Investor institusi: sehubungan dengan meningkatnya kompleksitas
pengelolaan risiko institusi, maka penentuan kebijakan menjadi hal yang
penting. Karena dengan menentukan kebijakan yang tepat maka akan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan, tingkat toleransi terhadap risiko,
hambatan yang muncul ketika berinvestasi dan bagaimana pilihan portofolio
yang dilakukan.

2.3 Sikap Investor Terhadap Risiko


Sikap investor terhadap risiko sangat tergantung kepada preferensi investor
tersebut terhadap risiko. Menurut Tandelilin (2001:7), Investor yang lebih berani akan
memilih risiko investasi yang lebih tinggi, yang diikuti oleh harapan tingkat return yang
tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, investor yang tidak mau menanggung risiko
yang terlalu tinggi, tentunya tidak akan bisa mengharapkan tingkat return yang terlalu
tinggi.
Sharpe et al. (1997) dalam Isna, mengatakan bahwa dalam teori portofolio
dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis sikap investor apabila dihadapkan pada risiko adalah
sebagai berikut:
1. Investor senang risiko (risk seeking). Artinya jika dihadapkan pada dua
pilihan portofolio yang memiliki tingkat pendapatan yang sama, maka
investor ini akan memilih portofolio yang memiliki tingkat risiko yang lebih
besar.
2. Investor anti risiko (risk aversion). Kelompok investor ini biasanya jika
dihadapkan pada pilihan portofolio yang memberikan tingkat pendapatan
yang sama, maka investor ini akan memilih portofolio yang memiliki risiko
yang paling kecil atau rendah dari alternatif investasi yang ada.

5
3. Investor netral terhadap risiko (risk neutral). Investor tipe ini tidak peduli
(acuh) terhadap risiko. Artinya investor akan meminta kenaikan tingkat
keuntungan yang sama untuk setiap kenaikan risiko
Dari ketiga sikap investor tersebut, pada umumnya investor cenderung menjadi
Risk Averter. Para investor cenderung bersifat menghindari risiko dalam setiap
keputusannya, sehingga selalu berusaha memilih investasi yang menawarkan return
tertinggi dengan risiko rendah. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Weston dan
Thomas (1991:446) bahwa kelompok investor terdiri dari kelompok pengambil risiko
(risk seeker), Kelompok anti risiko (risk averter) dan kelompok yang acuh terhadap
risiko (risk indeference).
Bagi investor yang memutuskan berinvestasi di saham khususnya pada saham
industri properti dan real estate akan menghadapi risiko yang lebih besar dibandingkan
alternatif investasi lain seperti tabungan, deposito, dan obligasi. Hal ini disebabkan oleh
return (pendapatan) yang diharapkan dari investasi pada saham bersifat tidak pasti,
dimana return saham terdiri dari dividen dan capital gain.

2.4 Kebijakan Investasi


Bagaimana memformulasikan kebijakan investasi baik bagi investor individu
maupun institusi dengan pendekatan sebagai berikut:
1. Tujuan. Menentukan tujuan utama dari portofolio dengan
mempertimbangkan tingkat pengembalian dan toleransi terhadap risiko.
2. Mengidentifikasi Hambatan dan Pilihan.
Detail dari hambatan dan pilhan yang ada tergantung pada portofolio yang hendak
diambil karena terkait dengan jaminan, diuraikan sebagai berikut:
1. Likuiditas > Kebutuhan likuiditas terkait dengan aset yang bisa yang bisa
jual tanpa perubahan yang dratis dalam penetapan harganya. Biasanya setara
kas (sekuritas pasar uang) memiliki likuiditas tinggi dan biasanya mudah
dijual dengan harga mendekati face value. Banyak saham yang memiliki
likuiditas bagus tapi ketika dijual baru akan menunjukkan seberapa besar
penilaian pasar.

6
2. Jangka waktu > Investor perlu mempertimbangkan berapa lama ia akan
berinvestasi karena terkait dengan kebijakan yang akan diambil dan
perencanaan yang akan dilakukan
3. Hukum dan Peraturan > Investor akan berhubungan dengan hukum dan
aturan yang berlaku dinegara tertentu
4. Pajak > Perlu mempertimbangkan pajak karena akan berdampak pada
program investasi yang akan dilakukan terutama untuk investor institusi.
5. Pilihan unik dan ruang lingkup > Ada hal-hal tertentu yang akan dihadapi
oleh investor ketika melakukan pilihan tertentu dan berinvestasi dengan
menggunakan kategori aset atau aset spesifik.

2.5 Formulasi Kebijakan Investasi (Tujuan, Kendala, dan Preferensi)


Penentuan dari kebijakan portofolio disebut sebagai Pernyataan kebijakan
investasi adalah langkah pertama dalam proses investasi. Hal tersebut meringkas tujuan,
batasan, dan prefrensi bagi investor. Sebuah pendekatan yang diajukan dalam
memformulasikan sebuah pernyataan kebijakan investasi hanyalah untuk menyediakan
informasi, dalam urutan berikut, untuk investor manapun individual atau institusional.
Bagaimana memformulasikan kebijakan investasi baik bagi investor individu
maupun institusional dengan pendekatan sebagai berikut:
a) Tujuan
Tujuan portofolio berfokus pada pertukaran risiko-imbal hasil antara return
ekspektasi yang diinginkan investor dan berapa banyak risiko yang bersedia
ditanggung investor. Tujuan portofolio selalu berpusat pada laba dan risiko
karena dua aspek ini adalah yang paling diperhatikan oleh investor. Tentunya
laba dan risiko adalah basis dari semua keputusan finansial secara umum dan
keputusan investasi secara khusus. Investor mencari laba tetapi harus
menanggung risiko untuk mendapatkan peluang untuk mencapatkan laba.
Sebuah poin permulaan baik disini adalah untuk memikirkan dalam hal
tradeoff (pilihan) laba-risiko yang dikembangkan.
b) Kendala
Dalam mengembangkan strategi dan kebijakan investasi, adalah penting
untuk mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang terkait dengan

7
investasi portofolio yang hendak dibentuk. Faktor-faktor tersebut adalah
faktor-faktor ekspektasi makro (macroexpectational factors) yang dapat
mempengaruhi pasar modal.
Faktor-faktor makro yang harus dipertimbangkan adalah faktor-faktor
ekonomik, sosial, politikal, dan sektor industri. Faktor ekonomik yang
penting dipertimbangkan adalah tingkat suku bunga pasar yang akan terjadi
karena suku bunga mempunyai hubungan terbaik signifikan dengan kinerja
pasar modal. Faktor ekonomi lainnya yang perlu dipertimbangkan adalah
inflasi. Inflasi perlu dipertimbangkan terutama untuk investasi berhorison
jangka panjang agar investasi portofolio dikemudian hari tidak kehilangan
daya tariknya karena returnnya di bawah inflasi yang terjadi.
c) Preferensi risiko investor
Preferensi risiko investor individual akan sangat ditentukan oleh umur dan
tingkat penghasilannya. Pendekatan siklus hidup bisa dilihat pada empat fase
yang berbeda dimana investor individual melihat kekayaan mereka, meskipun
adalah penting untuk mencatat bahwa batasan antar tahapan tidak sepenuhnya
jelas dan bisa membutuhkan bertahun-tahun untuk menyelesaikannya. Lebih
lanjut, seorang individual bisa menjadi sebuah komposit dari tahapan ini pada
waktu yang bersamaan. Empat tahapan/fasa itu adalah:
1. Accumulated phase (fasa akumulasi). Fasa ini merupakan fasa awal karir
investor individual. Pada awal karirnya, investor individual umumnya
masih sedikit memiliki kekayaannya, namun masih mempunyai jangka
waktu yang panjang untuk mengumpulkannya. Umumnya investor ini
adalah investor yang masih muda umurnya. Investor seperti ini umumnya
rela dan mau menanggung risiko yang lebih besar untuk memperoleh
return yang lebih besar.
2. Consolidation phase (fasa konsolidasi). Fasa ini merupakan fasa
pertengahan sampai akhir karir dari investor individu. Pada fasa ini,
ketika pendapatan yang diperoleh oleh investor sudah melebihi
pengeluaran yang dikeluarkannya untuk menanggung hidupnya, mereka
mulai mengakumulasi portofolio investasinya. Investor seperti ini

8
umumnya adalah investor yang memiliki preferensi risiko dan tukaran
return-risiko pada tingkat moderat.
3. Spending phase (fasa belanja). Fasa ini merupakan fasa akhir karir dan
pensiun dari investor individual. Pada fasa ini, biaya hidup investor
sudah dapat ditutup dari investasi portofolio-portofolio yang telah
diakumulasi sebelumnya bukannya dari pendapatan yang diterima yang
sudah mulai menurun. Investor seperti ini umumnya melakukan investasi
yang aman karena sangat menggantungkan hasil dari investasinya untuk
menanggung biaya hidupnya, sehingga tukaran return-risikonya berada di
tingkat rendah, yaitu akan memilih investasi dengan risiko yang lebih
rendah walaupun hanya memperoleh return yang lebih kecil.
4. Gifting phase (fasa memberi). Fasa ini merupakan fasa akhir dari umur
hidup investor. Pada fasa ini, tukaran return-risiko investor berada di
tingkat yang sama dengan tukaran return-risiko di fasa belanja.

2.6 Implementasi Strategi Investasi (Alokasi Aset dan Optimisasi Portofolio)


2.6.1 Alokasi Aset
Terkait dengan keputusan untuk membagi dana yang ada ke beberapa jenis
investasi yang dapat dimasukkan ke dalam portofolio. Umumnya untuk investasi
keuangan, dana alokasi pada tiga tipe aktiva yakni saham, obligasi, dan instrumen pasar
uang. Untuk investasi riil dapat juga diinvestasikan ke tanah, bangunan, logam mulia
dan lainnya.
Macam-macam reksadana di indonesia juga mencerminkan alokasi aktiva
tersebut. Reksadana pasar uang mengalokasikan semua dananya ke instrumen pasar
uang. Reksadana pendapatan tetap mengalokasikan semua dananya ke sebagian besar
dananya ke obligasi. Reksadana ekuitas mengalokasikan sebagian besar dananya ke
saham. Reksadana campuran mengalokasikan sebagian besar danannya ke obligasi dan
saham. Reksadana terproteksi mengalokasikan sebagian besar dananya ke obligasi yang
akan jatuh tempo.
Alokasi aktiva merupakan keputusan investasi yang sangat penting, mengingat
kombinasi aktiva inilah yang akan menghasilkan return dan risiko dari portofolio.
Umumnya strategi alokasi aktiva didasari pada preferensi dan karakteristik investor.

9
Alokasi aktiva dibagi menjadi dua yakni: agresif (return dan risiko yang tinggi dan
konservatif (return dan risiko yang moderat/rendah). Untuk alokasi aktiva strategik
(strategic asset allocation) biasanya alokasi aktiva dilakukan sekali tiap beberapa tahun,
untuk keputusan jangka panjang. Untuk alokasi aktiva taktikal (tactical asset
allocation), alokasi aktiva dilakukan secara rutin, untuk merespon kejadian-kejadian
tertentu.

2.6.2 Optimisasi Portofolio


Optimisasi portofolio terkait dengan pemilihan portofolio yang dapat memberikan
hasil portofolio yang terbaik. Hasil dari optimisasi portofolio akan didapatkan
kombinasi yang optimal dari sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio.
Kombinasi optimal ini menunjukkan macam-macam sekuritas yang harus dibeli atau
dijual pendek (short sale) beserta proporsinya masing-masing. Setelah diketahui macam
sekuritas dan proporsinya masing-masing, maka portofolio ini perlu diimplementasikan
dan dieksekusi, yaitu membeli atau menjual pendek masing-masing sekuritas.

2.7 Monitoring Dan Penyesuaian Portofolio


Aktivitas monitoring dan penyesuaian portofolio dapat dilakukan dengan cara:
1. Memonitor kondisi pasar
Kondisi pasar perlu dimonitor karena situasi pasar sangat dinamis dan
berdampak pada harga saham dan pendapatan yang diperoleh
2. Perubahan kondisi investor, meliputi:
a. Perubahan dalam kekayaan
Sebuah perubahan dalam kekayaan dapat menyebabkan investor untuk
berperilaku secara berbeda, mungkin menerima lebih banyak resiko
dalam kasus peningkatan kekayaan dan menjadi lebih menghindari resiko
dalam kasus penurunan kekayaan.
b. Perubahan dalam horizon waktu
Secara tradisional, kita memikirkan investor menjadi menua dan menjadi
lebih konservatif dalam pendekatan investasi mereka.
c. Perubahan dalam kebutuhan likuiditas

10
Sebuah kebutuhan untuk pendapatan yang lebih baru akan meningkatkan
penekanan pada saham yang membayar deviden, sementara penurunan
dalam kebutuhan pendapatan baru dapat mengarah pada investasi lebih
besar dalam saham kecil yang potensinya akan didapatkan bertahun-
tahun di masa depan.
d. Perubahan dalam situasi pajak
Seorang investor yang berpindah ke golongan pajak yang lebih tinggi
akan menemukan obligasi pemerintahan kota lebih menarik. Dan juga,
waktu dari realisasi dari laba modal bisa menjadi lebih penting.
e. Perubahan dalam pertimbangan legal/regulasi
Hukum mempengaruhi perubahan investor secara reguler, baik hukum
pajak atau hukum yang mengatur rekening pensiun, tunjangan hidup, dan
seterusnya.
f. Perubahan dalam kebutuhan dan situasi unik
Investor menghadapi sejumlah kemungkinan perubahan selama hidup
mereka, bergantung pada banyak faktor ekonomi, sosial, politik,
kesehatan, dan yang terkait dengan pekerjaan.
Investor melakukan pemonitoran digunakan untuk melakukan
penyesuaian terhadap portofolionya.

2.8 Return Nominal vs Return Riil


Secara umum, return riil adalah return nominal dikurangi tingkat inflasi. Agar
daya beli tidak berkurang, return nominal sebuah investasi harus melebihi tingkat
inflasi. Menghitung return untuk periode satu tahun tanpa setoran tambahan atau
pengambilan uang relative mudah, karena kita cukup mengurangi investasi akhir dengan
investasi awal dan hasilnya dibagi dengan investasi awal. Penghitungan return menjadi
tidak sederhana lagi untuk investasi lebih dari satu periode, jika ada penambahan atau
pengambilan uang selama periode investasi, atau jika risiko diperhitungkan.

11
2.8.1 Return Nominal
Adalah return yang hanya mengukur perubahan nilai uang tetapi tidak
mempertimbangkan tingkat daya beli dari nilai uang tersebut.

RUMUS :
Pt Pt 1
RETURN
Pt 1

2.8.2 Return Riil


Adalah return yang disesuaikan dengan tingkat inflasi.
RUMUS :

(1 R) 1
RIA
(1 IF )

2.9 Return Aritmetrik dan Return Geometrik


Return aritmetrik akan sama dengan return geometrik jika dan hanya jika besar
return untuk setiap periode adalah sama. Dalam semua keadaan lainnya, return
geometric dapat dipastikan lebih rendah daripada return aritmetik sehingga return
geometric sering disebut sebagai ukuran return yang lebih konservatif. Semakin besar
perbedaan return antar periode, semakin besar perbedaan return geometric dan return
aritmetik.

12
2.9.1 Return Aritmetrik
Digunakan untuk menghitung rata-rata tanpa memperhatikan tingkat pertumbuhan
kumulatif dari waktu ke waktu.
RUMUS :
RA R1 R2 ........ Rn / n

2.9.2 Return Geometrik


Digunakan untuk menghitung rata-rata yang memperhatikan tingkat pertumbuhan
kumulatif dari waktu ke waktu.
RUMUS :
RG (1 R1 )(1 R2 )........(1 Rn )
1 / n 1

2.10 Return Tertimbang Berdasarkan Uang


Cara menghitung return ini adalah sama seperti1menghitung internal Rate of
Return ( IRR ) yaitu tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang kas keluar dan nilai
sekarang kas masuk.
Dimana IRR digunakan untuk mengukur return aktual yang didapatkan pada nilai-
nilai portofolio awal dan pada kontribusi netto yang dibuat selama periode tersebut.
Return ini digunakan untuk mengukur kinerja investasi seorang investor individu yang
mempunyai kekuasaan mengendalikan keluar masuk uang investasinya. Meskipun
demikian, return berdasarkan uang tidak tepat untuk mengukur kinerja seorang manajer
investasi atau manajer keuangan yang tidak mempunyai kendali atas jumlah uang yang
diinvestasikannya.
RUMUS:

Keterangan:
i1 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV positif.
i2 = Discount Factor (tingkat bunga) pertama di mana diperoleh NPV negatif

13
2.11 Risk-Adjusted Return
Return yang tinggi saja belum tentu merupakan hasil investasi yang baik. Return
yang rendah juga dapat merupakan hasil investasi yang baik jika return yang rendah ini
disebabkan oleh risiko yang rendah pula. Oleh karena itu return yang dihitung perlu
disesuaikan dengan risiko yang harus ditanggungnya.
Beberapa model perhitungan return sesuaian risiko (risk-adjusted return) adalah:
1) Reward to Volatility (Treynor Measure), 2) Reward to Variability (Sharpe Measure),
3) Jensens Alpha, 4) M2, dan 5) Rasio Appraisal.

2.11.1 Reward to Volatility (Treynor Measure)


Kinerja portofolio yang dihitung dengan pengukuran ini dilakukan dengan
membagi return lebih (excess return) dengan volatilitas portofolio. Pengukuran kinerja
portofolio ini disebut dengan pengukur Treynor (treynor measure) atau disebut juga
dengan nama reward to volatility (RVOL) yang dikenalkan oleh Jack L. Treynor pada
tahun 1966 sebagai berikut:
RVOL = TRP - RBR / P
Keterangan:
RVOL = reward to volality atau pengukur Treynor
TRP = rata-rata return total portofolio periode tertentu
RBR = rata-rata return aktiva bebas risiko periode tertentu
P = volatilitas yang diukur dengan beta portofolio periode tertentu
TRP - RBR = return lebih (excess return) portofolio

Nilai RVOL menunjukkan kinerja portofolio. Semakin besar nilai RVOL semakin
baik kinerja portofolio. Berbeda dengan Sharpe, Treynor membagi return lebih
portofolio dengan beta portofolio. Treynor berargumentasi bahwa portofolio yang
dibentuk mestinya adalah portofolio optimal, maka risiko unik (unsystematic risk) dapat
diabaikan dan yang masih tertinggal adalah risiko sistematik (systematic risk) yang
diukur dengan beta.

14
2.11.2 Reward to Variability (Sharpe Measure)
Kinerja porotofolio yang dihitung dengan pengukur ini dilakukan dengan
membagi return lebih (excess return) dengan variabilitas (variability) return portofolio.
Pengukur kinerja portofolio ini disebut dengan pengukur Sharpe (Sharpe Measure) atau
disebut juga dengan nama reward to variability (RVAR) yang dikenalkan oleh Wiliam F.
Sharpe pada tahun 1986 sebagai berikut:
RVAR = TRP - RBR / P
Keterangan:
RVAR = reward to variability atau pengukur Sharpe
TRP = rata-rata return total portofolio dalam periode tertentu
RBR = rata-rata return aktiva bebas risiko dalam periode tertentu
P = variabilitas yang diukur dengan deviasi standar dari return portofolio
dalam periode tertentu
TRP - RBR = return lebih (excess return) portofolio

Nilai RVAR menunjukkan kinerja dari portofolio. Semakin besar nilai RVAR
semakin baik kinerja dari portofolionya. Pengukuran Sharpe atau RVAR sebenarnya
adalah mengukur slop atau sudut dari portofolio yang ditarik dari titik return bebas
risiko.
Perbandingan Sharpe dan Treynor menggunakan pembagi yang berbeda.
Pengukur Sharpe menggunakan pembagi yang berbeda. Pengukur Sharpe menggunakan
pembagi variabilitas yang diukur dengan deviasi standar return portofolio (P),
sedangkan pengukur Treynor menggunakan pembagi volatilitas yang diukur dengan
pengukur risiko sistematik atau beta portofolio (P).

2.11.3 Jensens Alpha


Jika diperhatikan, pengukur Sharpe dan pengukur Treynor sebenarnya adalah
mengukur sudut dari portofolio. Semakin besar sudut atau slop dari portofolio, semakin
baik kinerja portofolionya. Selain sudut, kinerja portofolio juga dapat ditentukan juga
oleh intersepnya (intercept). Semakin tinggi intersepnya semakin tinggi return
portofolionya. Pengukuran intersep ini dikenalkan oleh Micheal C. Jensen pada tahun
1968. Pengukuran ini disebut dengan nama Jensens Alpha.

15
P = (TRP - RBR) - P (RM - RBR)
Keterangan:
P = Jensens alpha
TRP = rata-rata return portofolio periode tertentu
RBR = rata-rata return aktiva bebas risiko periode tertentu
RM = rata-rata return pasar periode tertentu
TRP - RBR = rata-rata premium risiko portofolio (portofolio risk premium)
RM - RBR = rata-rata premium risiko pasar (market risk premium)

2.11.4 Rasio Appraisal


Rasio Appraisal adalah sebuah rasio pengembalian portofolio atas pengembalian
dari patokan ketidakstabilan indeks. Rasio ini mengukur kemampuan seorang manajer
portofolio untuk menghasilkan pengembalian kelebihan relatif terhadap patokan yang
digunakan, tetapi juga mencoba untuk mengidentifikasi konsistensi investor. Rasio ini
akan mengidentifiksi apakah manajer telah mengalahkan benchmark yang dalam
beberapa bulan atau paling sedikit setiap satu bulan. Untuk menghitung rasio appraisal
dapat dilakukan dengan membagi alfa portofolio dengan risiko sistematik sistematik
portofolio. Dalam rasio ini mengukur return abnormal per unit risiko yang secara
prinsip dapat dihilangkan dengan memegang portofolio indeks pasar.
Karakteristik utama dari rasio informasi adalah sebagai berikut:
1. Rasio informasi memperkirakan ex-post nilai tambah dan berhubungan
dengan ex-ante peluang yang ada di masa depan.
2. Perbatasan yang menggambarkan peluang yang di akses oleh manajer
dapat diidentifikasi dengan rasio informasi.
3. Tingkat agresivitas untuk setiap manajer dapat ditentukan oleh rasio
informasi
4. Kadang-kadang intuisi dapat memberikan petunjuk yang baik tentang
rasio informasi dan penghindaran risiko residu.
5. Nilai tambah tergantung pada prospek manajer dan agresivitas.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Portofolio dapat diartikan serangkaian kombinasi beberapa aktiva yang
diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun lembaga.
Kombinasi aktiva tersebut bisa berupa aktiva riil, aktiva finansial ataupun keduanya.
Seorang pemodal yang menginvestasikan dananya di pasar modal biasanya tidak hanya
memilih satu saham saja. Alasannya, dengan melakukan kombinasi saham, pemodal
bisa meraih return yang optimal sekaligus akan memperkecil risiko melalui
diversifikasi.
Manajemen portofolio merupakan suatu proses yang dilakukan oleh investor
mengatur uangnya yang diinvestasikan dalam bentuk portofolio yang dibuatnya.
Manajemen portofolio dipandang sebagai suatu proses sistematik yang dinamis. Karena
manajemen portofolio dipandang sebagai suatu proses, maka dapat diaplikasikan kepada
setiap investor atau manajer investasi. Tahap Manajemen portofolio ini diawali dengan
perencanaan, penilaian risiko, dan sasaran dalam berinvestasi. Sehingga diharapkan
adanya perkembangan manajemen portofolio ini menjadi alternatif bagi para investor
untuk lebih bijak dalam melakukan investasi.

17
Daftar Pustaka

Isna Yuningsih dan Rizky Yudaruddin, Pengaruh Model Tiga Faktor terhadap Return
Saham, Akuntabilitas, September 2007, hal 79-84, ISSN 1412-0240, Vol 7, No. 1,
http://repository.univpancasila.ac.id/index.php?
option=com_docman&task=doc_download&gid=1214&Itemid=9.

Jogiyanto, (2012), Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketujuh, Penerbit
BPFE, Yogyakarta.

Sriati, Implikasi Manajemen Portofolio terhadap Investor, http://blog.stie-


mce.ac.id/sriati/2011/07/11/implikasi-manajemen-portofolio-terhadap-
investor/.

Sunariyah, (1999), Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi Kelima, Penerbit UPP
STIM YKPN, Yogyakarta.

Shiddiq N. Rahardjo. Portofolio Management & Evaluation. Universitas Diponegoro.


Teori Ekonomi Penyesuaian Portofolio.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/03/teori-ekonomi-penyesuaian-
portofolio/

Implikasi Manajemen Portofolio terhadap Investor. http://blog.stie-


mce.ac.id/sriati/2011/07/11/implikasi-manajemen-portofolio-terhadap-
investor/

Hendra. 2008. Kinerja Portofolio. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.


http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
submit.x=0&submit.y=0&page=1&qual=high&submitval=prev&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feman%2F2000%2Fjiunkpe-ns-s1-2000-31497132-
702-go_publik-chapter2.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai